kab/kota: Tel Aviv

  • Murka AS Sebab Warganya Ditembak Mati Israel yang Ngaku Tak Sengaja

    Murka AS Sebab Warganya Ditembak Mati Israel yang Ngaku Tak Sengaja

    Jakarta

    Tel Aviv mengklaim tentaranya tidak sengaja menembak mati seorang aktivis Amerika Serikat dalam aksi protes di Tepi Barat pekan lalu. Tindakan Israel itu membuat Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken murka.

    Blinken menyebut pembunuhan semacam itu ‘tidak bisa dibenarkan’ dan menyerukan ‘perubahan mendasar’ pada cara pasukan Israel beroperasi di Tepi Barat setelah kematian aktivis perempuan, berkewarganegaraan AS, yang bernama Aysenur Ezgi Eygi tersebut.

    Teguran tajam Blinken itu dilontarkan setelah Angkatan Bersenjata Israel (IDF) mengatakan pada Selasa (10/9) waktu setempat bahwa Eygi “sangat mungkin terkena tembakan IDF secara tidak langsung dan secara tidak disengaja”.

    Dalam penyelidikan awal terhadap insiden itu, IDF mengatakan tembakan tersebut tidak ditargetkan terhadap sang aktivis, namun terhadap ‘penghasut utama’ dari ‘kerusuhan dengan kekerasan’ yang terjadi di Persimpangan Beita, yang diklaim menjadi lokasi warga Palestina membakar ban dan melemparkan batu ke arah pasukan Israel. Tidak disebutkan lebih lanjut nama tersangka penghasut yang dimaksud.

    Gerakan Solidaritas Internasional (ISM), di mana Eygi menjadi sukarelawan, mengatakan bahwa aksi protes kelompoknya pada 6 September lalu di Tepi Barat berlangsung damai.

    Dalam konferensi pers di London, pada Selasa (10/9), Blinken menyebut pembunuhan Eygi ‘tidak beralasan dan tidak bisa dibenarkan’. Dia menuntut perubahan aturan keterlibatan pasukan Israel yang beroperasi di wilayah Tepi Barat.

    “Tidak seorang pun, tidak seorang pun boleh ditembak dan dibunuh karena menghadiri aksi protes. Tidak seorang pun boleh mempertaruhkan nyawanya hanya karena mengutarakan pandangan mereka,” tegas Blinken dalam pernyataannya dilansir CNN, Rabu (11/9/2024).

    “Sekarang ada warga Amerika kedua yang terbunuh di tangan pasukan keamanan Israel. Itu tidak bisa diterima. Itu harus berubah. Dan kita akan memperjelas hal ini kepada anggota-anggota paling senior dalam pemerintahan Israel,” ucapnya.

    Warga Amerika pertama yang tewas di tangan pasukan Israel adalah Rachel Corrie, yang berstatus warga negara AS, yang terbunuh tahun 2003 silam saat berusaha menghentikan buldoser Israel menghancurkan rumah-rumah warga Palestina di Jalur Gaza.

    Blinken menambahkan bahwa AS “sudah sejak lama melihat” laporan soal pasukan Israel yang mengabaikan tindak kekerasan para pemukim Yahudi ekstremis terhadap warga Palestina di Tepi Barat, juga laporan soal penggunaan kekuatan berlebihan oleh tentara Tel Aviv terhadap warga Palestina.

    Tindak kekerasan Israel di wilayah Tepi Barat semakin meningkat dalam beberapa waktu terakhir, terutama setelah perang berkecamuk di Jalur Gaza pada Oktober tahun lalu. Dalam beberapa bulan terakhir, AS telah menjatuhkan rentetan sanksi menargetkan para pemukim Yahudi yang melakukan tindak kekerasan terhadap warga Palestina di Tepi Barat.

    Keluarga Aktivis AS Tak Percaya Investigasi Israel, Tuntut Penyelidikan Independen

    Keluarga aktivis AS berusia 26 tahun itu tidak mempercayai klaim Israel soal penembakan yang menewaskan Eygi dilakukan secara tidak disengaja. Mereka menyerukan kepada pemimpin-pemimpin AS untuk melakukan penyelidikan independen atas kematian Eygi.

    “Kami sangat tersinggung dengan anggapan bahwa pembunuhannya oleh seorang penembak jitu terlatih adalah hal yang tidak disengaja,” demikian pernyataan keluarga aktivis AS tersebut.

    Eygi yang lahir di Turki dan baru saja lulus dari Universitas Washington ini, ditembak saat berpartisipasi dalam aksi protes mingguan menentang permukiman Israel di dekat desa Beita, Palestina. Semua permukiman Yahudi yang dibangun Israel di Tepi Barat dianggap ilegal di bawah hukum internasional.

    Keluarga Eygi menyebut temuan penyelidikan Israel “sama sekali tidak memadai”.

    “Ini tidak boleh disalahartikan sebagai apa pun kecuali serangan yang disengaja, ditargetkan dan terarah oleh militer terhadap seorang warga sipil yang tidak bersenjata,” tegas pihak keluarga Eygi.

    Halaman 2 dari 2

    (whn/whn)

  • Demi Akhiri Perang Gaza, Israel Tawarkan Ini ke Bos Hamas Yahya Sinwar

    Demi Akhiri Perang Gaza, Israel Tawarkan Ini ke Bos Hamas Yahya Sinwar

    Tel Aviv

    Israel menawarkan jalan keluar aman atau safe exit kepada pemimpin Hamas Yahya Sinwar, sebagai imbalan kelompok itu membebaskan para sandera dan menyerahkan kendali atas Jalur Gaza. Tawaran ini mencuat saat keraguan semakin besar mengenai tekad Tel Aviv dan Hamas mewujudkan gencatan senjata.

    Tawaran safe exit untuk Sinwar itu, seperti dilansir Bloomberg dan Al Arabiya, Rabu (11/9/2024), dilontarkan oleh utusan sandera Israel Gal Hirsch dalam wawancara dengan biro media Bloomberg News di Washington DC, Amerika Serikat (AS), pada Selasa (10/9) waktu setempat.

    “Saya siap untuk memberikan jalur perjalanan yang aman kepada Sinwar, keluarganya, siapa pun yang ingin bergabung dengannya,” ucap Hirsch dalam wawancara tersebut.

    “Kami menginginkan para sandera kembali. Kami menginginkan demiliterisasi, tentu saja deradikalisasi — sebuah sistem baru yang akan mengelola Gaza,” cetusnya.

    Hirsch mengatakan dirinya telah mengajukan tawaran safe exit itu sekitar satu setengah hari yang lalu, dan menolak untuk menjelaskan tanggapan yang didapatnya sejauh ini. Dia hanya menegaskan bahwa Israel juga bersedia membebaskan para tahanan Palestina sebagai bagian dari kesepakatan apa pun.

    Lebih lanjut, Hirsch menggambarkan tawaran itu sebagai bagian dari upaya untuk menghasilkan solusi baru karena prospek gencatan senjata semakin suram. Para mediator, yang terdiri atas Qatar, Mesir dan AS, terus berupaya mengajukan proposal gencatan senjata baru kepada Tel Aviv, namun Hirsch mengatakan Hamas sejauh ini berusaha mendiktekan persyaratan dibandingkan bernegosiasi.

    Tidak diketahui secara jelas apakah kelompok Hamas akan menerima tawaran Israel agar Sinwar meninggalkan Jalur Gaza, terutama mengingat sejarah operasi Israel yang juga menargetkan anggota Hamas di luar negeri.

    Israel tidak mengklaim tanggung jawab atas pembunuhan pemimpin biro politik Hamas Ismail Haniyeh pada 31 Juli lalu di Teheran, Iran. Meskipun otoritas Iran secara terang-terangan menuduh Tel Aviv sebagai dalang pembunuhan Haniyeh, yang tewas dalam serangan yang menghantam wisma tamu di Teheran.

    Yang semakin parah, Israel memandang Sinwar sebagai dalang serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang memicu perang di Jalur Gaza dan sebagai simbol perjuangan bersenjata Palestina. Sama seperti Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu, Hirsch menyamakan Sinwar dengan Adolf Hitler.

    “Secara paralel, saya harus menjalankan rencana B, rencana C, dan rencana D karena saya harus memulangkan para sandera. Waktu terus berlalu, para sandera tidak memiliki waktu,” ucapnya.

    Para pemimpin Israel telah melontarkan gagasan pengasingan bagi para pemimpin Hamas sebelumnya. Pada Mei lalu, Netanyahu mengatakan kepada podcast “Call Me Back” bahwa gagasan pengasingan “ada, kami selalu mendiskusikannya, tapi menurut saya yang paling penting adalah mereka menyerah”.

    “Jika mereka (Hamas-red) meletakkan senjata mereka, perang akan berakhir,” tegas Netanyahu pada saat itu.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Helikopter Militer Israel Jatuh di Gaza, 2 Tentara Tewas-7 Luka

    Helikopter Militer Israel Jatuh di Gaza, 2 Tentara Tewas-7 Luka

    Gaza City

    Israel mengakui sebuah helikopter militernya terjatuh di wilayah Jalur Gaza bagian selatan saat perang melawan Hamas terus berkecamuk. Sedikitnya dua tentara Israel tewas dan tujuh orang lainnya mengalami luka-luka dalam kecelakaan helikopter tersebut.

    Militer Israel dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Rabu (11/9/2024), menyebut kecelakaan itu tidak disebabkan oleh “tembakan musuh”. Namun penyebab pasti dari jatuhnya helikopter militer itu belum diketahui secara jelas.

    “Penyelidikan awal… mengindikasikan bahwa kecelakaan itu bukan disebabkan oleh tembakan musuh,” tegas militer Israel.

    “Dua tentara IDF (Angkatan Bersenjata Israel-red) tewas akibat kecelakaan itu,” sebut pernyataan militer Israel tersebut.

    Disebutkan juga oleh militer Tel Aviv bahwa tujuh orang lainnya yang mengalami luka-luka itu telah dievakuasi ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan medis.

    Militer Israel menyatakan pihaknya sedang melakukan penyelidikan menyeluruh untuk mencari tahu penyebab kecelakaan tersebut.

    Disebutkan bahwa helikopter militer Israel itu terjatuh saat melakukan pendaratan di dekat kota Rafah, Jalur Gaza bagian selatan.

    Kematian dua tentara itu semakin menambah jumlah kerugian militer Israel dalam operasi militer yang dilancarkan di Jalur Gaza sejak Oktober tahun lalu. Sejauh ini, total sedikitnya 344 tentara Israel tewas dalam perang melawan Hamas di daerah kantong Palestina tersebut.

    Perang meletus setelah kelompok Hamas melancarkan serangan mengejutkan terhadap wilayah Israel bagian selatan pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan membuat lebih dari 250 orang lainnya disandera.

    Serangan militer yang dilancarkan Israel terhadap Jalur Gaza untuk membalas Hamas selama 11 bulan terakhir telah memicu kehancuran dan banyak kematian. Laporan Kementerian Kesehatan Gaza, yang dikuasai Hamas, menyebut sedikitnya 41.020 orang tewas akibat rentetan serangan militer Tel Aviv.

    Kantor hak asasi manusia (HAM) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan sebagian besar korban tewas di Jalur Gaza adalah perempuan dan anak-anak.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Serangan Drone Israel Hantam Tepi Barat, 5 Warga Palestina Tewas

    Serangan Drone Israel Hantam Tepi Barat, 5 Warga Palestina Tewas

    Tepi Barat

    Serangan udara Israel menghantam area Tubas di Tepi Barat hingga menewaskan sedikitnya lima warga Palestina. Militer Tel Aviv mengklaim serangannya itu menargetkan “sel teroris” di wilayah tersebut.

    Juru bicara Bulan Sabit Merah Palestina Ahmed Jibril, seperti dilansir AFP, Rabu (11/9/2024), mengatakan bahwa lima orang tewas “akibat serangan udara Israel (terhadap) sekelompok warga di Tubas”.

    Dia menambahkan bahwa para korban tewas telah “dipindahkan ke rumah sakit pemerintah Turki di Tubas”.

    Menurut Bulan Sabit Merah Palestina, serangan drone itu terjadi di dekat sebuah masjid di area Tubas sekitar waktu subuh.

    Militer Israel, dalam pernyataannya, menyebut pasukannya “saat ini melakukan aktivitas kontraterorisme di area Tubas dan Tammun” dan bahwa salah satu pesawat tempurnya “menyerang sel teroris bersenjata” selama operasi di Tubas, Tepi Barat bagian utara.

    Namun militer Tel Aviv tidak menyebutkan lebih lanjut soal korban jiwa.

    Seorang saksi mata mengatakan kepada AFP bahwa pasukan Israel “menyerbu kota Tubas dan kota Tammun di sebelah timur”.

    Pada akhir Agustus lalu, militer Israel melancarkan serangan besar-besaran di wilayah Tepi Barat bagian utara, termasuk area Tubas, bertempur melawan militan Palestina dan memicu kehancuran yang luas.

    Pekan lalu, otoritas medis Palestina melaporkan serangan udara Israel menghantam sebuah mobil di area Tubas hingga menewaskan lima orang.

    Pada saat itu, militer Israel mengklaim pasukannya melancarkan “tiga serangan terarah terhadap teroris-teroris bersenjata” dan menyebut mereka yang tewas termasuk Muhammad Zakaria Zubeidi, yang merupakan “teroris penting dari wilayah Jenin”.

    Israel menduduki Tepi Barat sejak tahun 1967 silam, dan semakin meningkatkan serangan mematikan di wilayah tersebut sejak perang berkecamuk di Jalur Gaza pada Oktober tahun lalu.

    Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, sedikitnya 698 warga Palestina tewas di Tepi Barat oleh militer dan pemukim Israel sejak Oktober tahun lalu. Di kubu Israel, sedikitnya 23 orang termasuk personel pasukan keamanan tewas dalam serangan di Tepi Barat pada periode yang sama.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Israel Tak Sengaja Tembak Mati Warga Amerika di Tepi Barat, AS Murka!

    Israel Tak Sengaja Tembak Mati Warga Amerika di Tepi Barat, AS Murka!

    London

    Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken murka dan mengecam keras sekutunya, Israel, setelah militer Tel Aviv mengaku tentaranya “tidak sengaja” menembak mati seorang aktivis Amerika dalam aksi protes di Tepi Barat pekan lalu.

    Blinken menyebut pembunuhan semacam itu “tidak bisa dibenarkan” dan menyerukan “perubahan mendasar” pada cara pasukan Israel beroperasi di Tepi Barat setelah kematian aktivis perempuan, berkewarganegaraan AS, yang bernama Aysenur Ezgi Eygi tersebut.

    Demikian seperti dilansir CNN, Rabu (11/9/2024).

    Teguran tajam Blinken itu dilontarkan setelah Angkatan Bersenjata Israel (IDF) mengatakan pada Selasa (10/9) waktu setempat bahwa Eygi “sangat mungkin terkena tembakan IDF secara tidak langsung dan secara tidak disengaja”.

    Dalam penyelidikan awal terhadap insiden itu, IDF mengatakan tembakan tersebut tidak ditargetkan terhadap sang aktivis, namun terhadap “penghasut utama” dari “kerusuhan dengan kekerasan” yang terjadi di Persimpangan Beita, yang diklaim menjadi lokasi warga Palestina membakar ban dan melemparkan batu ke arah pasukan Israel. Tidak disebutkan lebih lanjut nama tersangka penghasut yang dimaksud.

    Gerakan Solidaritas Internasional (ISM), di mana Eygi menjadi sukarelawan, mengatakan bahwa aksi protes kelompoknya pada 6 September lalu di Tepi Barat berlangsung damai.

    Dalam konferensi pers di London, pada Selasa (10/9), Blinken menyebut pembunuhan Eygi “tidak beralasan dan tidak bisa dibenarkan”. Dia menuntut perubahan aturan keterlibatan pasukan Israel yang beroperasi di wilayah Tepi Barat.

    “Tidak seorang pun, tidak seorang pun boleh ditembak dan dibunuh karena menghadiri aksi protes. Tidak seorang pun boleh mempertaruhkan nyawanya hanya karena mengutarakan pandangan mereka,” tegas Blinken dalam pernyataannya.

    “Sekarang ada warga Amerika kedua yang terbunuh di tangan pasukan keamanan Israel. Itu tidak bisa diterima. Itu harus berubah. Dan kita akan memperjelas hal ini kepada anggota-anggota paling senior dalam pemerintahan Israel,” ucapnya.

    Warga Amerika pertama yang tewas di tangan pasukan Israel adalah Rachel Corrie, yang berstatus warga negara AS, yang terbunuh tahun 2003 silam saat berusaha menghentikan buldoser Israel menghancurkan rumah-rumah warga Palestina di Jalur Gaza.

    Blinken menambahkan bahwa AS “sudah sejak lama melihat” laporan soal pasukan Israel yang mengabaikan tindak kekerasan para pemukim Yahudi ekstremis terhadap warga Palestina di Tepi Barat, juga laporan soal penggunaan kekuatan berlebihan oleh tentara Tel Aviv terhadap warga Palestina.

    Tindak kekerasan Israel di wilayah Tepi Barat semakin meningkat dalam beberapa waktu terakhir, terutama setelah perang berkecamuk di Jalur Gaza pada Oktober tahun lalu. Dalam beberapa bulan terakhir, AS telah menjatuhkan rentetan sanksi menargetkan para pemukim Yahudi yang melakukan tindak kekerasan terhadap warga Palestina di Tepi Barat.

    Keluarga Aktivis AS Tak Percaya Investigasi Israel, Tuntut Penyelidikan Independen

    Keluarga aktivis AS berusia 26 tahun itu tidak mempercayai klaim Israel soal penembakan yang menewaskan Eygi dilakukan secara tidak disengaja. Mereka menyerukan kepada pemimpin-pemimpin AS untuk melakukan penyelidikan independen atas kematian Eygi.

    “Kami sangat tersinggung dengan anggapan bahwa pembunuhannya oleh seorang penembak jitu terlatih adalah hal yang tidak disengaja,” demikian pernyataan keluarga aktivis AS tersebut.

    Eygi yang lahir di Turki dan baru saja lulus dari Universitas Washington ini, ditembak saat berpartisipasi dalam aksi protes mingguan menentang permukiman Israel di dekat desa Beita, Palestina. Semua permukiman Yahudi yang dibangun Israel di Tepi Barat dianggap ilegal di bawah hukum internasional.

    Keluarga Eygi menyebut temuan penyelidikan Israel “sama sekali tidak memadai”.

    “Ini tidak boleh disalahartikan sebagai apa pun kecuali serangan yang disengaja, ditargetkan dan terarah oleh militer terhadap seorang warga sipil yang tidak bersenjata,” tegas pihak keluarga Eygi.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Erdogan Serukan Negara-negara Islam Bikin Aliansi Melawan Israel

    Erdogan Serukan Negara-negara Islam Bikin Aliansi Melawan Israel

    Istanbul

    Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyerukan negara-negara Islam untuk membentuk aliansi guna melawan Israel. Erdogan mencetuskan aliansi negara-negara Islam itu harus melawan apa yang disebutnya sebagai “ancaman ekspansionisme yang semakin berkembang” dari Tel Aviv.

    Seruan dari Erdogan itu, seperti dilansir Reuters, Senin (9/9/2024), disampaikan setelah dia membahas apa yang disebut para pejabat Palestina dan Turki sebagai pembunuhan oleh pasukan Israel terhadap seorang wanita keturunan Turki-Amerika yang ikut unjuk rasa menentang perluasan permukiman Yahudi di Tepi Barat.

    “Satu-satunya langkah yang akan menghentikan arogansi Israel, banditisme Israel, dan terorisme negara Israel adalah aliansi negara-negara Islam,” cetus Erdogan saat berbicara dalam acara asosiasi sekolah-sekolah Islam di dekat Istanbul.

    Erdogan mengatakan bahwa langka-langkah baru-baru ini yang diambil Turki untuk meningkatkan hubungan dengan Mesir dan Suriah bertujuan untuk “membentuk garis solidaritas dalam melawan meningkatnya ancaman ekspansionisme”, yang menurutnya juga mengancam Lebanon dan Suriah.

    Pekan ini, Erdogan menjamu Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi di Ankara. Kunjungan itu yang pertama dalam 12 tahun terakhir bagi seorang Presiden Mesir untuk mendatangi Turki. Keduanya membahas soal perang Gaza dan cara-cara untuk memperbaiki hubungan kedua negara yang sejak lama membeku.

    Hubungan antara Ankara dan Kairo mulai mencair pada tahun 2020 ketika Turki memulai upaya diplomatik untuk meredakan ketegangan dengan negara-negara yang bermusuhan di kawasan.

    Erdogan mengatakan pada Juli lalu bahwa Turki akan menyampaikan undangan kepada Presiden Suriah Bashar al-Assad “kapan saja” untuk kemungkinan melakukan pembicaraan guna memulihkan hubungan antara kedua negara bertetangga itu, yang memutuskan hubungan tahun 2011 lalu usai konflik Suriah pecah.

    Lihat Video ‘Erdogan Kecam Militer Israel yang Tembak Mati Aktivis Turki-AS di Tepi Barat’:

    Israel belum memberikan komentar atas pernyataan Erdogan tersebut.

    Militer Israel mengatakan setelah insiden pada Jumat (6/9) lalu bahwa pihaknya sedang menyelidiki laporan soal wanita warga negara asing “tewas akibat tembakan di Tepi Barat”. Disebutkan bahwa detail insiden itu dan situasi yang melingkupinya masih dalam peninjauan.

    Kantor Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu juga belum berkomentar atas insiden penembakan itu.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Serangan Udara Israel Hantam Suriah, 7 Orang Tewas

    Serangan Udara Israel Hantam Suriah, 7 Orang Tewas

    Damaskus

    Serangan udara Israel menghantam wilayah Suriah bagian tengah pada Minggu (8/9) tengah malam waktu setempat. Sedikitnya tujuh orang tewas akibat serangan udara Tel Aviv tersebut, termasuk tiga orang di antaranya adalah warga sipil.

    Sejak awal perang sipil berkecamuk di Suriah tahun 2011 lalu, Israel telah melancarkan ratusan serangan udara terhadap target-target di negara tersebut, terutama menargetkan kelompok-kelompok pro-Iran.

    “Jumlah korban tewas dalam serangan Israel di wilayah Masyaf berjumlah tujuh orang, yang terdiri atas tiga warga sipil, seorang pria dan anak laki-lakinya yang ada di dalam mobil, dan empat tentara yang tidak teridentifikasi,” demikian pernyataan kelompok pemantau konflik Suriah, Syrian Observatory for Human Rights, Seperti dilansir AFP, Senin (9/9/2024).

    Syrian Observatory diketahui memiliki jaringan sumber yang luas di dalam wilayah Suriah.

    Dilaporkan juga bahwa serangan udara Israel juga melukai sekitar 15 orang lainnya dan menghancurkan beberapa fasilitas militer di Suriah.

    “Sebanyak 13 ledakan dahsyat terjadi di zona yang menampung pusat penelitian ilmiah di Masyaf, di mana terdapat kelompok-kelompok pro-Iran dan para pakar pengembangan senjata,” sebut Syrian Observatory for Human Rights dalam pernyataannya.

    Kantor berita Suriah, Sana News Agency, melaporkan serangan udara Israel menargetkan sejumlah situs militer di area tengah Suria pada Minggu (8/9) malam.

    “Pertahanan udara kami menembak jatuh beberapa rudal,” sebut kantor berita tersebut.

    Rentetan serangan udara Israel semakin intensif sejak perang berkecamuk di Jalur Gaza pada Oktober tahun lalu.

    Tel Aviv jarang mengomentar serangan yang dilancarkan militernya terhadap target di Suriah, namun berulang kali menegaskan mereka tidak akan membiarkan Iran, musuh abadinya, untuk memperluas keberadaan di negara tersebut.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Hamas Tuduh Netanyahu Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

    Hamas Tuduh Netanyahu Gagalkan Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

    Gaza City

    Kelompok Hamas menuduh Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu berusaha “menggagalkan” kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza. Tuduhan ini disampaikan Hamas setelah Netanyahu menyebut kelompok yang menguasai Jalur Gaza itu “menolak semuanya” dalam perundingan.

    Aksi saling tuding ini terjadi ketika Netanyahu menghadapi tekanan untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata yang juga mengatur soal pembebasan sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza, setelah pemerintah Tel Aviv mengumumkan kematian enam sandera yang jenazahnya ditemukan di terowongan bawah tanah.

    Demikian seperti dilansir AFP dan Reuters, Kamis (5/9/2024).

    Netanyahu menegaskan bahwa Israel harus mempertahankan kendali atas Koridor Philadelphi di sepanjang perbatasan Gaza-Mesir untuk mencegah penyelundupan senjata ke Hamas.

    Namun Hamas menuntut penarikan sepenuhnya pasukan Israel dari seluruh wilayah Jalur Gaza, terutama area Koridor Philadelphi. Dalam pernyataan terbaru pada Kamis (5/9), Hamas menilai sikap Netanyahu yang bersikeras mengenai zona perbatasan itu “bertujuan untuk menggagalkan tercapainya kesepakatan”.

    Kelompok militan yang berperang melawan Israel selama 11 bulan terakhir ini, menegaskan proposal baru untuk gencatan senjata Gaza tidak diperlukan, karena beberapa bulan lalu mereka telah menyetujui proposal yang diuraikan ke publik oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada Juli lalu.

    “Kami tidak memerlukan proposal baru,” tegas kelompok Hamas dalam pernyataan via Telegram.

    “Kami memperingatkan agar tidak terjatuh ke dalam perangkap Netanyahu dan tipu muslihatnya, yang menggunakan negosiasi untuk memperpanjang agresi terhadap rakyat kami,” cetus Hamas.

    Dalam konferensi pers pada Rabu (4/9) waktu setempat, Netanyahu menyebut Hamas telah menolak semua elemen proposal gencatan senjata di Jalur Gaza, yang akan memfasilitasi pembebasan para sandera.

    “Hamas telah menolak semuanya… Saya berharap ada perubahan karena saya ingin para sandera itu dibebaskan,” ucap Netanyahu.

    “Kami berusaha mencari beberapa ruang untuk memulai perundingan,” tuturnya.

    “Mereka (Hamas-red) menolak untuk melakukan itu… Mereka mengatakan tidak ada yang perlu dibicarakan,” imbuh Netanyahu dalam konferensi pers.

    Menanggapi sikap Hamas dan Israel tersebut, juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller mengatakan kepada wartawan bahwa Washington berpendapat “ada cara untuk mengatasi” kebuntuan tersebut. AS diperkirakan akan mengajukan proposal baru untuk memecah kebuntuan yang terjadi.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Netanyahu Sebut Hamas Tolak Perundingan Gencatan Senjata Gaza

    Netanyahu Sebut Hamas Tolak Perundingan Gencatan Senjata Gaza

    Tel Aviv

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menyebut kelompok Hamas telah menolak semua elemen proposal gencatan senjata di Jalur Gaza, yang akan memfasilitasi pembebasan para sandera. Netanyahu menuduh Hamas enggan memulai perundingan baru membahas gencatan senjata tersebut.

    “Hamas telah menolak semuanya… Saya berharap ada perubahan karena saya ingin para sandera itu dibebaskan,” ucap Netanyahu dalam konferensi pers pada Rabu (4/9), yang memicu keraguan untuk potensi kesepakatan gencatan senjata, seperti dilansir Kamis (5/9/2024).

    Pernyataan Netanyahu disampaikan sehari setelah Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mengatakan sudah “saatnya melakukan finalisasi kesepakatan itu”.

    “Kami berusaha mencari beberapa ruang untuk memulai perundingan,” tuturnya.

    “Mereka (Hamas-red) menolak untuk melakukan itu… Mereka mengatakan tidak ada yang perlu dibicarakan,” imbuh Netanyahu.

    Netanyahu mendapat tekanan tambahan dari dalam negeri dan luar negeri untuk mencapai kesepakatan yang mengatur pembebasan para sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza, setelah otoritas Israel mengumumkan kematian enam sandera yang jenazahnya ditemukan di terowongan bawah tanah.

    Pada Senin (2/9) waktu setempat, Netanyahu menegaskan pasukan Tel Aviv akan mempertahankan kendali atas Koridor Philadelphi yang ada di sepanjang perbatasan Gaza-Mesir. Dia juga bersumpah “tidak akan menyerah pada tekanan” atas masalah tersebut.

    Hamas, yang serangannya terhadap Israel pada 7 Oktober tahun lalu memicu perang di Jalur Gaza, menuntut penarikan penuh pasukan Israel dari daerah kantong Palestina tersebut sebagai bagian dari perundingan gencatan senjata yang terhenti, yang dimediasi oleh Qatar, Mesir dan AS.

    Namun Netanyahu, dalam konferensi pers pada Rabu (4/9) waktu setempat, menegaskan posisinya soal Koridor Philadelphi, dengan mengatakan bahwa penyerahan kendali atas koridor itu akan memungkinkan Hamas menyelundupkan senjata dan sandera serta “para teroris” keluar dari Jalur Gaza.

    “Anda perlu sesuatu untuk menekan mereka, mencegah mereka, menekan mereka agar melepaskan sandera yang tersisa. Jadi jika Anda ingin membebaskan para sandera, Anda harus mengendalikan Koridor Philadelphi,” tegasnya.

    Ditambahkan juga oleh Netanyahu bahwa perdebatan soal Koridor Philadelphi bukanlah satu-satunya hal yang mencuat.

    Dia menyebut masih banyak hal yang belum terjawab, termasuk pertanyaan soal berapa banyak tahanan Palestina yang akan dibebaskan sebagai imbalan pembebasan sandera, apakah Israel bisa memveto pembebasan tahanan tertentu dan ke mana tahanan yang dibebaskan itu harus dibawa.

    “Semuanya belum terselesaikan,” ucapnya.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Serangan Drone Israel Hantam Tepi Barat, 5 Warga Palestina Tewas

    Pasukan Israel Lanjutkan Penyerbuan di Tepi Barat, 5 Orang Tewas

    Tepi Barat

    Otoritas medis Palestina melaporkan sedikitnya lima orang tewas dalam serangan yang menargetkan sebuah mobil di wilayah Tubas, Tepi Barat. Penyerangan ini terjadi saat operasi penyerbuan oleh militer Israel terhadap Tepi Barat terus berlanjut.

    “Lima orang tewas dan satu lainnya luka parah dalam serangan terhadap sebuah mobil di Tubas,” sebut Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina dalam sebuah pernyataan, seperti dilansir AFP, Kamis (5/9/2024).

    Militer Israel, secara terpisah, mengatakan pasukannya melakukan operasi dengan melibatkan pesawat tempur di wilayah Tepi Barat yang diduduki.

    “Melakukan tiga serangan yang ditargetkan terhadap teroris-teroris bersenjata (di Tubas)” demikian pernyataan militer Israel.

    Beberapa saksi mata menuturkan kepada AFP bahwa sejumlah besar tentara Israel menyerbu kamp pengungsi Faraa di Provinsi Tubas, di mana rentetan ledakan terdengar.

    Militer Israel melancarkan serangan besar-besaran terhadap wilayah Tepi Barat bagian utara sejak 28 Agustus lalu, yang disebut bertujuan untuk memerangi militan Palestina yang didukung Iran. Operasi penyerbuan Tel Aviv itu memicu kehancuran yang luas di Tepi Barat.

    Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, lebih dari 30 warga Palestina tewas dalam penyerbuan militer Israel. Terdapat anak-anak di antara korban tewas.

    Namun sebagian besar korban tewas diklaim sebagai anggota Hamas atau Jihad Islam yang bermarkas di Jalur Gaza.

    Satu tentara Israel dilaporkan terbunuh dalam operasi militer di Jenin, yang menjadi lokasi sebagian besar warga Palestina tewas saat penyerbuan berlangsung.

    Israel telah menduduki Tepi Barat sejak tahun 1967 silam, dan militer Tel Aviv telah meningkatkan serangan mematikan di wilayah tersebut sejak perang berkecamuk melawan Hamas di Jalur Gaza selama 11 bulan terakhir.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)