kab/kota: Tanjung Barat

  • Bulog gandeng Dinsos, TNI-Polri kawal distribusi bantuan beras di DKI

    Bulog gandeng Dinsos, TNI-Polri kawal distribusi bantuan beras di DKI

    dari TNI-Polri pun ada, terutama dari TNI ada Babinsa yang pada saat penyaluran stand by untuk memonitor kami menjalankan penyaluran

    Jakarta (ANTARA) – Perum Bulog Kanwil DKI Jakarta-Banten menggandeng Dinas Sosial hingga TNI-Polri dalam mengawal distribusi bantuan pangan beras kepada masyarakat yang membutuhkan di wilayah DKI Jakarta.

    Wakil Pimpinan Wilayah Perum Bulog Kanwil DKI Jakarta dan Banten Rizky Puspitasari mengatakan pengawasan distribusi dilakukan melalui monitoring dan evaluasi yang berlangsung saat penyaluran maupun setelah proses distribusi selesai, dengan melibatkan berbagai instansi pemerintah dan aparat keamanan terkait.

    “Untuk pengawasan ada dinas sosial yang berkolaborasi dengan kami. Kemudian dari TNI-Polri pun ada, terutama dari TNI ada Babinsa yang pada saat penyaluran stand by untuk memonitor kami menjalankan penyaluran,” kata Rizky ditemui di sela distribusi bantuan pangan beras ke rumah warga di wilayah Tanjung Barat, Jakarta, Kamis.

    Rizky menyebutkan pihaknya menyalurkan bantuan pangan beras 20 kilogram kepada setiap penerima bantuan pangan (PBP) dengan alokasi dua bulan Juni dan Juli, di mana untuk wilayah Kelurahan Tanjung Barat, Jakarta Selatan, pihaknya akan menyalurkan bantuan tersebut kepada 855 PBP.

    Sementara, secara keseluruhan untuk wilayah DKI Jakarta, Rizky menyebut akan menyalurkan bantuan beras sebanyak 2.189.210 kilogram (kg) menyasar 218.921 PBP yang ditargetkan dapat selesai di akhir Juli.

    Wakil Pimpinan Wilayah Perum Bulog Kanwil DKI Jakarta dan Banten Rizky Puspitasari (kanan) didampingi lurah dan Babinsa melakukan distribusi bantuan pangan beras di rumah warga di wilayah Tanjung Barat, Jakarta, Kamis (17/7/2025). ANTARA/Harianto

    Lebih lanjut, dia merinci untuk wilayah Jakarta Barat, Bulog akan menyalurkan 545.450 kg menyasar 54.545 PBP; Jakarta Pusat 332.400 kg menyasar 33.240 PBP; Jakarta Selatan 365.900 kg menyasar 36.590 PBP; Jakarta Timur 442.830 kg menyasar 44.283 PBP; Jakarta Utara 484.150 kg menyasar 47.415 PBP; dan Kepulauan Seribu 18.480 kg menyasar 1.848 PBP.

    “Untuk penyalurannya sekarang di handle full oleh Perum Bulog, namun demikian kami bekerjasama dengan transporter PT JPL (Jasa Prima Logistik) yang akan menjadi pihak distributor untuk mengantarkan beras ke titik-titik bagi,” jelasnya.

    Lebih lanjut, penyaluran bantuan pangan tersebut akan dilakukan di titik-titik yang telah ditentukan seperti Kantor Kelurahan dan tempat yang mudah dijangkau masyarakat.

    “Karena harus verifikasi KTP, kartu keluarga dan lain sebagainya, butuh proses sehingga ruangan yang dipakai itu tentunya diperlukan. Jadi kami rata-rata menggunakan kelurahan-kelurahan, namun ada sebagian yang di balai desa,” katanya.

    Mulyanah (51) warga Kelurahan Tanjung Barat penerima bantuan pangan beras di Jakarta, Kamis (17/7/2025). ANTARA/Harianto

    Di tempat yang sama, Lurah Tanjung Barat Rizki Wijaya memastikan warga yang menerima bantuan pangan beras di wilayah merupakan orang yang benar-benar berhak karena sebelumnya diusulkan melalui musyawarah tingkat kelurahan.

    “Kita kan usulan dari bawah, RT, RW. Lalu dimusyawarahkan di tingkat kelurahan untuk diusulkan melalui sistem DTKS (Data Terpadu Kesejahteraan Sosial), sekarang berubah menjadi DTSN (Data Tunggal Sosial dan Ekonomi Nasional),” kata Rizki Wijaya.

    Sementara itu, Mulyanah (51) warga Kelurahan Tanjung Barat mengaku sangat bahagia bisa menerima bantuan pangan beras yang telah lama dinantikan.

    “Harapan saya, bukan hanya Juni-Juli saja, tapi kalau bisa lanjut terus bantuannya,” kata Mulyanah.

    Pewarta: Muhammad Harianto
    Editor: Indra Arief Pribadi
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Dibawa ke Kontrakan, Gadis Depok Nyaris Dipaksa Bersetubuh oleh Oknum Brimob: Ayolah Pasrah Aja

    Dibawa ke Kontrakan, Gadis Depok Nyaris Dipaksa Bersetubuh oleh Oknum Brimob: Ayolah Pasrah Aja

    GELORA.CO – Seorang gadis belia menjalani pemeriksaan di unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Mapolres Metro Depok lantaran menjadi korban dugaan percobaan persetubuhan yang dilakukan seorang anggota Kepolisian Brimob, di rumah kontrakan Gang H Fatimah, Jalan H Saman, Kelurahan Tugu, Cimanggis, Kota Depok, Minggu (13/7/2025).

    Menurut keterangan rekan gadis berinisial GBA itu, kejadian bermula saat rekan GBA, MF menerima panggilan telepon dari GBA agar membantu menjemputnya di sebuah kontrakan yang diduga untuk melakukan perbuatan persetubuhan tersebut.

    MF yang merupakan rekan gadis itu mengatakan, tak membutuhkan waktu lama kemudian dirinya meminta bantuan kepada saudaranya, RT dan Binmaspol setempat untuk langsung mendatangi GBA di lokasi rumah kontrakan tersebut. Namun kata dia, sesampainya di lokasi kondisi pintu rumah kontrakan terkunci sehingga rekan GBA membuka paksa pintu rumah kontrakan. Alhasil HF dan rekannya menemukan GBA dengan teman pria berada di dalam rumah kontrakan tersebut. 

    Dia jugamenjelaskan, dirinya tak menyangka kepada teman yang baru saja dikenalnya melalui akun media sosial instagram. Padahal, sebelumnya dia mengajak bertemu hanya untuk sekadar jalan-jalan dan makan bareng di sekitaran  Blok M, Jakarta Selatan.

    “Jadi awalnya itu saya (GBA) berkenalan dengan dia melalui medsos instagram baru tiga hari lalu. Terus kita jalan berdua, janjian pukul 01.00 (12/7/2026) dini hari. Ini baru pertama kalinya ketemu, terus kita jalan ke Blok M janjian juga dengan temannya di Mall Aeon, Tanjung Barat, terus kita ke Blok M, berempat di sana,“ ujar GBA disela menjalani pemeriksaan unit PPA Polres Metro Depok pada wartawan, Minggu (13/7/2025).

    Dia juga menceritakan, usai berjalan-jalan bersama kedua rekannya tersebut hingga pukul 03.00 dini hari. Kemudian teman pria yang mengaku seorang anggota Kepolisian Brimob itu mengajaknya pulang namun bukannya pulang, GBA malah diajaknya ke sebuah rumah kontrakan.

    “Tadinya saya tak mau diajak pulang karena masih gelap dan masih takut sama orang-orang kalau masih gelap gitu ya. Terus tiba-tiba malah diajak pulangnya ke sebuah kontrakan, jadi ya kita berdua pasangan-pasangan sampai pagi bahkan siang hari karena takut akhirnya saya melapor ke teman,“ ungkap GBA.

    Dia juga mengungkapkan, selama berada di dalam rumah kontrakan, gelagat temannya itu terus mengajaknya untuk berhubungan intim. Namun dirinya selalu menolak ajakan itu karena merasa tidak pantas bagi teman yang baru saja dikenal.

    “Jadinya saya dorong dia, terus akhirnya dia tidur mendiamkan saya sampai pagi. Saya mencoba membangunkan berkali-kali tetapi tak bangun juga kemudian dia sempat meraba-raba ke bagian tubuh namun saya mendorong dia hingga terus berusaha merayu untuk mengajak begitu,“ ucapnya.

    Dia mengatakan, sebelumnya dirinya tidak pernah menaruh curiga terhadap pria yang baru saja dikenalnya itu karena sebelumnya mengaku sebagai anggota Polisi dari Kesatuan di Mako Brimob.

    “Dia bilang ngakunya tugas di Kesatuan Mako Brimob. Namun hingga kejadian seperti ini akhirnya saya menelpon teman untuk minta dijemput, minta tolong ke semua teman karena kondisi pintu rumah kontrakan itu terkunci semua, saya bingung mau pulang bagaimana,“ ujarnya.

    Dirinya mengaku merasa trauma atas kejadian itu, kata dia, ini menjadi sebuah pelajaran hidup agar selalu berhati-hati dalam pertemanan terlebih bagi orang yang baru saja dikenal. Dengan kejadian ini pihaknya belum mengetahui apakah akan membawa kasus tersebut ke proses ranah hukum yang lebih tinggi lagi.

    Sementara, hingga berita ini diturunkan terkait kelanjutan kasus tersebut belum ada keterangan resmi dari pihak Mako Brimob maupun Polres Metro Depok. 

  • JPO TB Simatupang Gelap dan Rusak, Warga Sampai Gunakan Senter Handphone
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        11 Juli 2025

    JPO TB Simatupang Gelap dan Rusak, Warga Sampai Gunakan Senter Handphone Megapolitan 11 Juli 2025

    JPO TB Simatupang Gelap dan Rusak, Warga Sampai Gunakan Senter Handphone
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Tangga jembatan penyeberangan orang (
    JPO
    ) di Jalan TB Simatupang, Cilandak,
    Jakarta Selatan
    tidak memiliki lampu penerangan. Tepatnya di jalan ke arah Fatmawati, di atas Halte Jaha.
    Pantauan
    Kompas.com
    pada Jumat (11/7/2025) malam, beberapa orang yang menggunakan JPO langsung bersiap menyalakan senter dari ponselnya.
    Selain gelap, ditemukan beberapa anak tangga yang bolong. Di pinggir juga terdapat beberapa sampah. Di sepanjang pagar jembatan, terlihat coretan dengan cat semprot berbagai warna.
    Begitu mencapai jembatan, jalanan lebih terang. Lampu penerangan yang dipasang masih berfungsi normal.
    Namun, permukaan jembatan tidak lebih baik dari tangga. Banyak bekas pecahan permukaan yang membuat jalan tak rata lagi.
    Di ujung jembatan, terdapat dua lubang berbentuk kotak. Dari lubang itu, pengguna jalan bisa melihat sekelebat kendaraan yang melintasi jalan tol. Jika tidak berhati-hati, kaki pengguna jalan bisa saja masuk ke dalam lubang itu.
    Sementara itu, tangga di sisi jalan menuju Tanjung Barat masih memiliki satu lampu yang menyinarinya. Anak tangganya pun masih lebih baik dibandingkan jembatan maupun tangga sisi sebelumnya.
    Menurut warga yang melintas, jembatan itu cukup rawan pencopetan, terlebih di tangga yang gelap.
    “Di sini memang rawan, suka ada copet,” kata salah satu warga, Abi (19).
    Dalam pantauan
    Kompas.com
    pun, tidak banyak warga yang melintasi jembatan itu di malam hari.
    Di sisi jembatan dengan penerangan yang baik, terdapat sejumlah bocah yang menanti bus pariwisata melintas untuk meminta dibunyikan klakson basuri atau
    telolet
    .
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Bagaimana Rasanya Hidup "Berkawan" dengan Banjir…
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        8 Juli 2025

    Bagaimana Rasanya Hidup "Berkawan" dengan Banjir… Megapolitan 8 Juli 2025

    Bagaimana Rasanya Tinggal di Kawasan Banjir Jakarta?
    Penulis

    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Setiap hujan lebat turun, sebagian
    warga

    Jakarta
    tidak hanya mengantisipasi air dari langit, tapi juga bersiap kehilangan tempat tinggal sementara, tidur di atas tikar tipis, dan merelakan rumah yang kembali tergenang.
    Di sebuah ruang kelas SD Negeri Kampung Melayu 01, tumpukan tikar, bantal lusuh, dan suara anak-anak yang menangis menjadi pemandangan yang biasa tiap kali air meluap dari Kali Ciliwung.
    Gedung sekolah ini bukan lagi tempat belajar, tapi tempat bertahan hidup bagi 179 warga Kebon Pala, Jakarta Timur, yang terpaksa mengungsi akibat
    banjir
    sejak Minggu (6/7/2025) dini hari.
    “Semalam ada dua balita yang demam. Mungkin karena dingin dan lantai basah,” ujar Eliya (42), penanggung jawab pengungsian.
    Ia sibuk mengatur bantuan, memeriksa stok biskuit, dan memastikan kebutuhan anak-anak terpenuhi sebisa mungkin. Tapi stok vitamin anak dan obat-obatan untuk balita belum juga datang.
    “Yang ada baru buat orang dewasa saja,” tambahnya lirih.
    Sanusi, Ketua RT 13 RW 05, tahu betul rasanya kehilangan rumah berkali-kali. Di wilayahnya, banjir setinggi dua meter bukan kejutan lagi.
    “Kalau air naik, enggak bisa ditahan. Rumah-rumah di sini langsung tergenang,” ujarnya.
    Ia mengingat bagaimana pompa air sempat dipasang, tapi gagal berfungsi. Kini, satu-satunya harapan hanyalah menunggu air surut, seperti biasa.
    Setelah surut, datang pekerjaan berat berikutnya, yakni membersihkan lumpur.
    “Kalau damkar sempat bantu, ya kami disemprot. Sisanya ya pakai tangan sendiri,” kata Sanusi.
    Warga
    bekerja sama menyekop sisa banjir, menggantung pakaian, dan berusaha kembali hidup normal, setidaknya sampai hujan berikutnya.
    Janji normalisasi Kali Ciliwung dari pemerintah seakan menggantung di udara begitu saja.
    “Kami enggak minta macam-macam. Cuma minta ditepati aja janjinya. Supaya banjir enggak datang tiap bulan begini,” ucap Sanusi.
    Di Jati Padang, Jakarta Selatan, Fatimah (52) tak pernah benar-benar tidur nyenyak saat hujan mengguyur malam hari.
    Rumahnya hanya berjarak 10 sentimeter dari batas banjir terakhir. “Bukan khawatir lagi, sudah waspada. Itu banjirnya sudah di depan mata,” ujarnya.
    Fatimah bahkan harus mengevakuasi barang ke lantai atas dan memantau warganya yang mengungsi ke Masjid Al Ridwan.
    Namun, banjir dari berbagai arah membuatnya terisolasi. Ia tidak bisa mencapai masjid.
    Di saat yang sama, tembok Mushala Sabili di dekat Kali Pulo jebol, membuat air dan sampah masuk hingga ke dalam tempat ibadah.
    “Untungnya lagi enggak ada orang di dalam,” ujar Ketua RT, Taburan, saat meninjau lokasi dengan lumpur setinggi mata kaki dan dua batang pohon yang terseret banjir.
    Banjir
    juga datang tiba-tiba ke kawasan Tanjung Barat, Jakarta Selatan, wilayah yang sebelumnya jarang terdampak.
    “Saya juga enggak nyangka malah banjir besar, padahal sudah ada gorong-gorong besar,” ujar Rusli (31), warga yang sempat membantu mendorong mobil mogok saat air setinggi lutut menutup jalan.
    Maryudin (40), pedagang gorengan, juga heran. “Biasanya walaupun hujan deras, enggak sampai segitunya. Tapi kemarin airnya naik tinggi,” tuturnya.
    Babe (52), penjual minuman di sekitar Halte Tanjung Mas Raya, hanya bisa menggelengkan kepala melihat video kiosnya terendam air.
    Padahal, sejak saluran air digali lebih dalam, ia pikir banjir parah tak akan kembali.
    Data BPBD Jakarta menunjukkan lebih dari 100 RT masih terendam dan ratusan warga mengungsi.
    Di balik angka-angka itu, ada kelelahan yang tak kasatmata, yakni orang-orang yang kehilangan tidur, anak-anak yang demam, mushala yang hancur, dan harapan-harapan kecil yang perlahan memudar.
    Bagi warga seperti Eliya, Sanusi, Fatimah, hingga Rusli dan Babe, hidup di kawasan yang selalu banjir bukan sekadar soal bencana, tapi soal bertahan.
    Dengan harapan bahwa suatu hari, mereka bisa menyambut musim hujan tanpa harus berkemas untuk mengungsi.
    (Reporter: Lidia Pratama Febrian, Hanifah Salsabila,| Editor: Larissa Huda, Akhdi Martin Pratama)
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • BMKG Proyeksi Cuaca Ekstrem Terjadi Sepekan Ke Depan, Pemda Diminta Siaga

    BMKG Proyeksi Cuaca Ekstrem Terjadi Sepekan Ke Depan, Pemda Diminta Siaga

    Bisnis.com, JAKARTA – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) meminta pemerintah daerah untuk bersiaga dalam sepekan ke depan terkait dengan adanya potensi cuaca ekstrem. Dia menyebut fenomena tersebut bisa bergeser hingga ke Indonesia Tengah dan Timur. 

    Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut fenomena cuaca ekstrem yang kini tengah terjadi di Pulau Jawa, khususnya Jakarta dan Jawa Barat, berpeluang terjadi juga di Indonesia Tengah dan Timur. Dia memperkirakan hal itu bisa terjadi setelah 8 Juli 2025. 

    “Oleh karena itu mohon pemerintah daerah itu tetap berjaga-jaga, bersiaga gitu ya. Bukan hanya sekadar waspada, bersiaga caranya bagaimana, terus memonitor perkembangan informasi cuaca dari BMKG,” terangnya kepada wartawan saat ditemui di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (7/7/2025). 

    Dwikorita menyebut lembaganya selalu berjejaring dengan pemerintah maupun aparat di setiap daerah. Bahkan, komunikasi antar lembaga dan instansi langsung dilakukan melalui WhatsApp Group. 

    Pada jejaring itu, BMKG akan selalu memberikan peringatan dini terhadap beberapa fenomena cuaca yang diperkirakan terjadi. Peringatan akan diberikan sepekan sebelum perkiraan waktu terjadinya fenomena tertentu. 

    Peringatan itu akan disampaikan juga kepada pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Balai Wilayah Sungai (BWS) serta Basarnas. 

    “Katakan peringatan dini untuk cuaca ekstrem kemarin mulai keluar tanggal 28 Juni. Diulang lagi 3 Juli, tapi berlaku mulai 4 Juli sampai 11 Juli. Jadi diulang lagi, nah kemudian setiap 3 hari diulang lagi,” tutur Dwikorita. 

    Berdasarkan pemberitaan sebelumnya, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sempat melaporkan bahwa terdapat 50 titik di Jakarta tergenang banjir, Minggu (6/7/2025). Ratusan orang akhirnya mengungsi akibat situasi tersebut. 

    Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi BNPB Abdul Muhari menyebut, curah hujan yang tinggi sejak Sabtu telah memicu kenaikan tinggi muka air di sejumlah pintu air. Terdapat pula pengaruh fenomena pasang air laut di pesisir utara Jakarta. 

    “Adapun, wilayah terdampak di Jakarta Selatan mencakup 20 RT yang tersebar di Kelurahan Tanjung Barat, Pengadegan, Rawa Jati, Pejaten Timur, Kebon Baru, dan Manggarai,” katanya dalam keterangan resmi. 

    Lebih lanjut, sebanyak 30 RT lainnya berada di Jakarta Timur, meliputi Kelurahan Bidara Cina, Kampung Melayu, Bale Kambang, Cawang, dan Cililitan. Ketinggian muka air bervariasi antara 40 hingga 270 sentimeter.

  • Warga Jati Padang Jaksel mengungsi di Masjid Al Ridwan

    Warga Jati Padang Jaksel mengungsi di Masjid Al Ridwan

    Petugas BPBD DKI Jakarta saat mengevakuasi warga terdampak banjir di Jakarta, Minggu (6/7/2025). ANTARA/HO-BPBD DKI Jakarta.

    Warga Jati Padang Jaksel mengungsi di Masjid Al Ridwan
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Senin, 07 Juli 2025 – 11:45 WIB

    Elshinta.com – Sejumlah warga Kelurahan Jati Padang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan mengungsi di Masjid Al Ridwan sebagai tempat penampungan sementara karena terdampak banjir di daerah itu .

    “Pengungsian sementara hanya di Jati Padang saja,” kata Kepala Satgas Korwil BPBD Jakarta Selatan Sukendar saat dihubungi di Jakarta, Senin.

    Ia mengatakan saat ini di kawasan Jati Padang tercatat satu RT terdampak banjir dengan ketinggian air mencapai 80 sentimeter (cm). Penyebabnya lantaran curah hujan tinggi dan luapan saluran penghubung (Phb) Sarua.

    “Terdampak banjir sebanyak 23 kepala keluarga (KK) atau 75 jiwa,” tambahnya.

    Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI hingga pukul 08.00 WIB, sebanyak 27 RT di Jakarta Selatan terendam banjir karena curah hujan tinggi dan luapan kali terdekat. Satu RT di Tanjung Barat dengan ketinggian air mencapai 40 cm (luapan Kali Ciliwung).

    Lalu, 13 RT di Pela Mampang dengan ketinggian air mencapai 50-150 cm (luapan Kali Krukut). Dua RT di Pengadegan, ketinggian air mencapai 30 cm, tujuh RT di Rawajati dengan ketinggian air mencapai 80-100 cm (luapan Kali Ciliwung).

    Kemudian, empat RT di Pejaten Timur dengan ketinggian air mencapai 50 cm curah hujan tinggi (luapan Kali Ciliwung).

    Sumber : Antara

  • 58 RT di Jakarta Masih Terdampak Banjir – Page 3

    58 RT di Jakarta Masih Terdampak Banjir – Page 3

    Jakarta Barat:

    Total 7 RT terdampak, meliputi:

    • Kelurahan Rawa Buaya: 5 RT, ketinggian air 30–70 sentimeter. Penyebab: curah hujan tinggi dan luapan Kali Angke.

    • Kelurahan Kembangan Selatan: 1 RT, ketinggian air 30 sentimeter. Penyebab: curah hujan tinggi dan luapan Kali Angke.

    • Kelurahan Kembangan Utara: 1 RT, ketinggian air 30 sentimeter. Penyebab: curah hujan tinggi dan luapan Kali Pesanggrahan.

    Jakarta Pusat:

    Total 17 RT terdampak di Kelurahan Karet Tengsin:

    • Ketinggian air 30–40 sentimeter. Penyebab: curah hujan tinggi dan luapan Kali Krukut.

    Jakarta Selatan:

    Total 8 RT terdampak, meliputi:

    • Kelurahan Tanjung Barat: 1 RT, ketinggian air 40 sentimeter. Penyebab: curah hujan tinggi dan luapan Kali Ciliwung.

    • Kelurahan Pengadegan: 2 RT, ketinggian air 30 sentimeter. Penyebab: curah hujan tinggi dan luapan Kali Ciliwung.

    • Kelurahan Jati Padang: 1 RT, ketinggian air 80 sentimeter. Penyebab: curah hujan tinggi dan luapan PHB Sarua.

    • Kelurahan Pejaten Timur: 4 RT, ketinggian air 30 sentimeter. Penyebab: curah hujan tinggi dan luapan Kali Ciliwung.

     

    Jakarta Timur:

    Total 26 RT terdampak, meliputi:

    • Kelurahan Kampung Melayu: 4 RT, ketinggian air 40 sentimeter. Penyebab: curah hujan tinggi dan luapan Kali Ciliwung.

    • Kelurahan Cawang: 7 RT, ketinggian air 80 sentimeter. Penyebab: curah hujan tinggi dan luapan Kali Ciliwung.

    • Kelurahan Cipinang Melayu: 15 RT, ketinggian air 70–100 sentimeter. Penyebab: curah hujan tinggi dan luapan Kali Sunter Hulu.

    Jalan-jalan yang sempat tergenang namun kini sudah surut:

    1. Jalan Adi Karya, Kelurahan Kedoya Selatan, Jakarta Barat.

    2. Gang H. Musanif, Kelurahan Kedaung Kali Angke, Jakarta Barat.

    3. Jalan Cipinang Indah (depan SMK Penabur), Kelurahan Pondok Bambu, Jakarta Timur.

  • 109 RT masih terendam banjir pada Senin pagi

    109 RT masih terendam banjir pada Senin pagi

    Petugas saat mengecek kondisi banjir di Jakarta, Senin (7/7/2025). ANTARA/HO-BPBD DKI

    BPBD DKI: 109 RT masih terendam banjir pada Senin pagi
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Senin, 07 Juli 2025 – 08:53 WIB

    Elshinta.com – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mencatat hingga pukul 06.00 WIB sebanyak 109 rukun tetangga (RT) di Jakarta Barat, Timur, Pusat, dan Selatan masih terendam banjir karena meluapnya sungai dan juga hujan intensitas tinggi.

    “Kami mencatat saat ini banjir terjadi di 109 RT dan tiga ruas jalan,” kata Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta Isnawa Adji saat dikonfirmasi di Jakarta, Senin.

    Banjir Jakarta terjadi sejak Minggu (6/7) dini hari dan hingga Senin pagi sejumlah daerah di Jakarta Timur, Pusat, Barat dan Selatan masih banjir. Isnawa mengatakan bahwa banjir yang merendam sebagian Jakarta itu karena hujan yang melanda wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya.

    Akibatnya kata Isnawa, sejumlah pos pantau pintu air seperti di Bendung Katulampa menjadi siaga tiga atau waspada pada Sabtu (5/7). Lalu, di hari yang sama, Pos Depok siaga tiga atau waspada pada pukul 21.00 WIB, begitu juga pos pantau di Jakarta. Selanjutnya, lanjut dia, dengan meningkatnya intensitas air di sejumlah sungai dan hujan tinggi mengakibatkan air meluap dan menggenangi sejumlah RT di Jakarta.

    Berikut 109 RT dan tiga ruas jalan di Jakarta yang masih terendam banjir;

    Jakarta Pusat terdapat 17 RT terdiri dari:

    – Kelurahan (kel) Karet Tengsin
    * Jumlah: 17 RT
    * Ketinggian: 30 s.d 40 cm
    * Penyebab: Curah hujan tinggi dan luapan Kali Krukut

    Jakarta Barat terdapat 15 RT terdiri dari:

    – Kel. Kedaung Kali Angke
    * Jumlah: 4 RT
    * Ketinggian: 40 cm
    * Penyebab: Curah hujan tinggi dan luapan Kali Angke

    – Kel. Rawa Buaya
    * Jumlah: 5 RT
    * Ketinggian: 70 cm
    * Penyebab: Curah hujan tinggi dan luapan Kali Angke

    – Kel. Kedoya Selatan
    * Jumlah: 4 RT
    * Ketinggian: 30 s.d 60 cm
    * Penyebab: Curah hujan tinggi dan luapan Kali Pesanggrahan

    -Kel. Kembangan Selatan
    * Jumlah: 1 RT
    * Ketinggian: 60 cm
    * Penyebab: Curah hujan tinggi dan luapan Kali Pesanggrahan

    – Kel. Kembangan Utara
    * Jumlah: 1 RT
    * Ketinggian: 30 cm
    * Penyebab: Curah hujan tinggi dan luapan Kali Angke

    Jakarta Selatan terdapat 30 RT terdiri dari:

    – Kel. Tanjung Barat
    * Jumlah: 1 RT
    * Ketinggian: 40 cm
    * Penyebab: Curah hujan tinggi dan luapan Kali Ciliwung

    – Kel. Pela Mampang
    * Jumlah: 13 RT
    * Ketinggian: 30 s.d 150 cm
    * Penyebab: Curah hujan tinggi dan luapan Kali Krukut​

    – Kel. Pengadegan
    * Jumlah: 2 RT
    * Ketinggian: 30 cm
    * Penyebab: Curah hujan tinggi dan luapan Kali Ciliwung

    – Kel. Rawajati
    * Jumlah: 7 RT
    * Ketinggian: 80 s.d 100 cm
    * Penyebab: Curah hujan tinggi dan luapan Kali Ciliwung

    – Kel. Jati padang
    * Jumlah: 1 RT
    * Ketinggian: 80 cm
    * Penyebab: Curah hujan tinggi dan luapan PHB Sarua

    – Kel. Pejaten Timur
    * Jumlah: 4 RT
    * Ketinggian: 50 cm
    * Penyebab: Curah hujan tinggi dan luapan Kali Ciliwung​

    – Kel. Kebon Baru
    * Jumlah: 2 RT
    * Ketinggian: 35 s.d 70 cm
    * Penyebab: Curah hujan tinggi dan luapan Kali Ciliwung

    Jakarta Timur terdapat 47 RT terdiri dari:

    – Kel. Bidara Cina
    * Jumlah: 14 RT
    * Ketinggian: 180 s.d 210 cm
    * Penyebab: Curah hujan tinggi dan luapan Kali Ciliwung

    – Kel. Cipinang Muara
    * Jumlah: 2 RT
    * Ketinggian: 40 s.d 50 cm
    * Penyebab: Curah hujan tinggi dan luapan Kali Sunter

    – Kel. Kampung Melayu
    * Jumlah: 4 RT
    * Ketinggian: 155 cm
    * Penyebab: Curah hujan tinggi dan luapan Kali Ciliwung

    – Kel. Balekambang
    * Jumlah: 3 RT
    * Ketinggian: 30 cm
    * Penyebab: Curah hujan tinggi dan luapan Kali Ciliwung​

    – Kel. Cawang
    * Jumlah: 7 RT
    * Ketinggian: 100 cm
    * Penyebab: Curah hujan tinggi dan luapan Kali Ciliwung

    – Kel. Cililitan
    * Jumlah: 2 RT
    * Ketinggian: 60 cm
    * Penyebab: Curah hujan tinggi dan luapan Kali Ciliwung

    – Kel. Cipinang Melayu
    * Jumlah: 15 RT
    * Ketinggian: 150 cm
    * Penyebab: Curah hujan tinggi dan luapan Kali Sunter

    Jalan banjir di tiga ruas jalan : 

    1. Jl. Adi Karya, Kel. Kedoya Selatan, Jakarta Barat
    Ketinggian: 15 cm
    2. GG. H Musanif, Kel. Kedaung Kali Angke, Jakarta Barat
    Ketinggian: 45 cm
    3. Jl. Cipinang Indah ( SMK Penabur ) , Kel. Pondok Bambu, Jakarta Timur
    Ketinggian: 15 cm

     

    Sumber : Elshinta.Com

  • Banjir Jakarta, warga Jati Padang mengungsi di Masjid Al Ridwan

    Banjir Jakarta, warga Jati Padang mengungsi di Masjid Al Ridwan

    Jakarta (ANTARA) – Sejumlah warga Kelurahan Jati Padang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan mengungsi di Masjid Al Ridwan sebagai tempat penampungan sementara karena terdampak banjir di daerah itu .

    “Pengungsian sementara hanya di Jati Padang saja,” kata Kepala Satgas Korwil BPBD Jakarta Selatan Sukendar saat dihubungi di Jakarta, Senin.

    Ia mengatakan saat ini di kawasan Jati Padang tercatat satu RT terdampak banjir dengan ketinggian air mencapai 80 sentimeter (cm).

    Penyebabnya lantaran curah hujan tinggi dan luapan saluran penghubung (Phb) Sarua.

    “Terdampak banjir sebanyak 23 kepala keluarga (KK) atau 75 jiwa,” tambahnya.

    Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI hingga pukul 08.00 WIB, sebanyak 27 RT di Jakarta Selatan terendam banjir karena curah hujan tinggi dan luapan kali terdekat.

    Satu RT di Tanjung Barat dengan ketinggian air mencapai 40 cm (luapan Kali Ciliwung).

    Lalu, 13 RT di Pela Mampang dengan ketinggian air mencapai 50-150 cm (luapan Kali Krukut).

    Dua RT di Pengadegan, ketinggian air mencapai 30 cm, tujuh RT di Rawajati dengan ketinggian air mencapai 80-100 cm (luapan Kali Ciliwung).

    Kemudian, empat RT di Pejaten Timur dengan ketinggian air mencapai 50 cm curah hujan tinggi (luapan Kali Ciliwung).

    Pewarta: Luthfia Miranda Putri
    Editor: Edy Sujatmiko
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Banjir Jakarta, 109 RT masih terendam

    Banjir Jakarta, 109 RT masih terendam

    Jakarta (ANTARA) – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mencatat hingga pukul 06.00 WIB sebanyak 109 rukun tetangga (RT) di Jakarta Barat, Timur, Pusat, dan Selatan masih terendam banjir karena meluapnya sungai dan juga hujan intensitas tinggi.

    “Kami mencatat saat ini banjir terjadi di 109 RT dan tiga ruas jalan,” kata Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta Isnawa Adji saat dikonfirmasi di Jakarta, Senin.

    Banjir Jakarta terjadi sejak Minggu (6/7) dini hari dan hingga Senin pagi sejumlah daerah di Jakarta Timur, Pusat, Barat dan Selatan masih banjir.

    Isnawa mengatakan bahwa banjir yang merendam sebagian Jakarta itu karena hujan yang melanda wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya.

    Akibatnya kata Isnawa, sejumlah pos pantau pintu air seperti di Bendung Katulampa menjadi siaga tiga atau waspada pada Sabtu (5/7). Lalu, di hari yang sama, Pos Depok siaga tiga atau waspada pada pukul 21.00 WIB, begitu juga pos pantau di Jakarta.

    Selanjutnya, lanjut dia, dengan meningkatnya intensitas air di sejumlah sungai dan hujan tinggi mengakibatkan air meluap dan menggenangi sejumlah RT di Jakarta.

    Berikut 109 RT dan tiga ruas jalan di Jakarta yang masih terendam banjir;

    Jakarta Pusat terdapat 17 RT terdiri dari:

    – Kelurahan (kel) Karet Tengsin
    * Jumlah: 17 RT
    * Ketinggian: 30 s.d 40 cm
    * Penyebab: Curah hujan tinggi dan luapan Kali Krukut

    Jakarta Barat terdapat 15 RT terdiri dari:

    – Kel. Kedaung Kali Angke
    * Jumlah: 4 RT
    * Ketinggian: 40 cm
    * Penyebab: Curah hujan tinggi dan luapan Kali Angke

    – Kel. Rawa Buaya
    * Jumlah: 5 RT
    * Ketinggian: 70 cm
    * Penyebab: Curah hujan tinggi dan luapan Kali Angke

    – Kel. Kedoya Selatan
    * Jumlah: 4 RT
    * Ketinggian: 30 s.d 60 cm
    * Penyebab: Curah hujan tinggi dan luapan Kali Pesanggrahan

    -Kel. Kembangan Selatan
    * Jumlah: 1 RT
    * Ketinggian: 60 cm
    * Penyebab: Curah hujan tinggi dan luapan Kali Pesanggrahan

    – Kel. Kembangan Utara
    * Jumlah: 1 RT
    * Ketinggian: 30 cm
    * Penyebab: Curah hujan tinggi dan luapan Kali Angke

    Jakarta Selatan terdapat 30 RT terdiri dari:

    – Kel. Tanjung Barat
    * Jumlah: 1 RT
    * Ketinggian: 40 cm
    * Penyebab: Curah hujan tinggi dan luapan Kali Ciliwung

    – Kel. Pela Mampang
    * Jumlah: 13 RT
    * Ketinggian: 30 s.d 150 cm
    * Penyebab: Curah hujan tinggi dan luapan Kali Krukut

    – Kel. Pengadegan
    * Jumlah: 2 RT
    * Ketinggian: 30 cm
    * Penyebab: Curah hujan tinggi dan luapan Kali Ciliwung

    – Kel. Rawajati
    * Jumlah: 7 RT
    * Ketinggian: 80 s.d 100 cm
    * Penyebab: Curah hujan tinggi dan luapan Kali Ciliwung

    – Kel. Jati padang
    * Jumlah: 1 RT
    * Ketinggian: 80 cm
    * Penyebab: Curah hujan tinggi dan luapan PHB Sarua

    – Kel. Pejaten Timur
    * Jumlah: 4 RT
    * Ketinggian: 50 cm
    * Penyebab: Curah hujan tinggi dan luapan Kali Ciliwung

    – Kel. Kebon Baru
    * Jumlah: 2 RT
    * Ketinggian: 35 s.d 70 cm
    * Penyebab: Curah hujan tinggi dan luapan Kali Ciliwung

    Jakarta Timur terdapat 47 RT terdiri dari:

    – Kel. Bidara Cina
    * Jumlah: 14 RT
    * Ketinggian: 180 s.d 210 cm
    * Penyebab: Curah hujan tinggi dan luapan Kali Ciliwung

    – Kel. Cipinang Muara
    * Jumlah: 2 RT
    * Ketinggian: 40 s.d 50 cm
    * Penyebab: Curah hujan tinggi dan luapan Kali Sunter

    – Kel. Kampung Melayu
    * Jumlah: 4 RT
    * Ketinggian: 155 cm
    * Penyebab: Curah hujan tinggi dan luapan Kali Ciliwung

    – Kel. Balekambang
    * Jumlah: 3 RT
    * Ketinggian: 30 cm
    * Penyebab: Curah hujan tinggi dan luapan Kali Ciliwung

    – Kel. Cawang
    * Jumlah: 7 RT
    * Ketinggian: 100 cm
    * Penyebab: Curah hujan tinggi dan luapan Kali Ciliwung

    – Kel. Cililitan
    * Jumlah: 2 RT
    * Ketinggian: 60 cm
    * Penyebab: Curah hujan tinggi dan luapan Kali Ciliwung

    – Kel. Cipinang Melayu
    * Jumlah: 15 RT
    * Ketinggian: 150 cm
    * Penyebab: Curah hujan tinggi dan luapan Kali Sunter

    Jalan banjir di tiga ruas jalan :

    1. Jl. Adi Karya, Kel. Kedoya Selatan, Jakarta Barat
    Ketinggian: 15 cm
    2. GG. H Musanif, Kel. Kedaung Kali Angke, Jakarta Barat
    Ketinggian: 45 cm
    3. Jl. Cipinang Indah ( SMK Penabur ) , Kel. Pondok Bambu, Jakarta Timur
    Ketinggian: 15 cm

    Pewarta: Khaerul Izan
    Editor: Edy Sujatmiko
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.