kab/kota: Tanah Abang

  • 9
                    
                        Usai Ditangkap, Gerombolan Jukir Liar Pasar Tanah Abang Minta Maaf Patok Tarif Rp 60.000
                        Megapolitan

    9 Usai Ditangkap, Gerombolan Jukir Liar Pasar Tanah Abang Minta Maaf Patok Tarif Rp 60.000 Megapolitan

    Usai Ditangkap, Gerombolan Jukir Liar Pasar Tanah Abang Minta Maaf Patok Tarif Rp 60.000
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com – 
    Gerombolan juru parkir (jukir) liar di Pasar Tanah Abang, Kebon Kacang, Tanah Abang, Jakarta Pusat, yang mematok tarif Rp 60.000 untuk satu mobil meminta maaf usai ditangkap Sat Reskrim Polsek Tanah Abang.
    Dalam sebuah rekaman video yang diterima
    Kompas.com
    , permintaan maaf ini disampaikan oleh salah satu pelaku yang mewakili empat rekannya yang lain.
    “Dengan ini saya menyatakan mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada mbak yang memarkir mobil di tempat saya dengan harga Rp 60.000,” kata salah satu pelaku dalam video.
    Bukan hanya itu, para pelaku juga meminta maaf kepada pihak kepolisian atas aksinya tersebut.
    “Saya mohon maaf sebesar-besarnya, tolong dimaafkan saya, kami, kita semua. Saya mohon maaf kepada jajaran Polsek Tanah Abang, kanit, mohon maaf yang sebesar-besarnya,” ucap dia.
    Adapun Polsek Tanah Abang menangkap gerombolan jukir liar tersebut pada Selasa (15/4/2025). Hanya saja, polisi menyerahkan mereka ke Suku Dinas Sosial Jakarta Pusat.
    “Kami sudah kasih ke dinas sosial, sudah kami limpahkan ke dinas sosial kemarin ya,” ujar Kanit Reskrim Polsek Tanah Abang Kompol Martua Malau saat dikonfirmasi, Rabu (16/4/2025).
    Alasan Polsek Tanah Abang menyerahkan mereka ke dinas sosial karena dinilai tidak memenuhi unsur pidana.
    Terlebih, polisi bersifat membantu setelah pengakuan warga Jakarta Utara bernama Tata Julia Permana (26) tentang
    parkir liar di Pasar Tanah Abang
    viral di media sosial.
    “Enggak, dia kan bukan perbuatan pidana, itu kan yang menangani dinas perhubunganlah ya, perparkiran,” ujar dia.
    “Karena kemarin itu ada viral di Instagram, kami cari dan telusuri orangnya, ada,” tambah dia.
    Setelah penangkapan, polisi sempat mengundang korban ke Polsek Tanah Abang. Hanya saja, yang bersangkutan disebut tidak hadir.
    “Kami undang korbannya, enggak (ada). Ya sudah, kami data orang tersebut. Tapi, untuk tindak lanjutnya, kami telusuri, enggak ada tindak pidana yang dilakukan, karena korban juga enggak melapor,” ungkapnya.
    Dengan begitu, Polsek Tanah Abang menyerahkan pelaku ke Suku Dinas Sosial Jakarta Pusat.
    Diberitakan sebelumnya, pengalaman tak mengenakan dialami oleh warga bernama Tata Julia Permana (26).
    Pengalaman Tata yang baru pertama kali datang ke Pasar Tanah Abang pada Sabtu (12/4/2025) justru menjadi cerita hidup tak terlupakan.
    Bukan tanpa sebab, Tata malah kena getok parkir liar sebesar Rp 60.000 untuk mobilnya.
    “Benar, Rp 60.000, tapi enggak apa-apa, bukan rezeki saya. Berarti Tuhan menitipkan saja buat abangnya,” kata Tata, Selasa (15/4/2025).
    Ketika itu, Tata mengunjungi Pasar Tanah Abang bersama temannya. Dengan mengendarai mobil, keduanya mengikuti arahan di Google Maps.
    Karena baru pertama kali ke Pasar Tanah Abang, Tata belum mengetahui lokasi parkir resminya. Ia pun mengikuti arahan seorang pria yang ternyata adalah juru parkir (jukir) liar.
    “Di situ ada abang-abang langsung mengarahkan masuk parkir. Karena ketidaktahuan saya, saya langsung ikuti arahan abangnya. Di situ parkir juga di pinggir jalan trotoar banyak,” kata Tata.
    “Karena dari pertama kali belok (ke arah Pasar Tanah Abang), tukang parkir sudah mengarahkan untuk masuk dan itu ada dua orang. Satu stay di tengah jalan, yang satu di trotoarnya,” tambah dia.
    Tata tidak mengingat di blok mana ia memarkirkan kendaraannya di Pasar Tanah Abang. Namun, ia kaget saat mengetahui tarif parkir untuk mobilnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • KAI Commuter temukan pelaku pelecehan seksual di Stasiun Tanah Abang

    KAI Commuter temukan pelaku pelecehan seksual di Stasiun Tanah Abang

    Dengan langkah ini, pelaku tak bisa lagi menggunakan Commuter Line dan mencegah terulangnya kejadian serupa ke depan

    Jakarta (ANTARA) – KAI Commuter berhasil menemukan pelaku pelecehan seksual di eskalator Stasiun Tanah Abang yang beraksi pada layanan Commuter Line di Stasiun Tanah Abang pada Rabu (2/4).

    “Dalam kasus terkini di Stasiun Tanah Abang, kami menindaklanjuti lewat penanganan dan pengungkapan pelaku, juga menemukan dan menyerahkan pelaku kepada kepolisian,” kata VP Corporate Secretary KAI Commuter, Joni Martinus dalam keterangannya, Rabu.

    Joni menjelaskan pengungkapan kasus ini tidak lepas dari sistem CCTV Analytic yang sudah terpasang di semua Stasiun Commuter Line dan kesigapan petugas KAI Commuter, sekaligus membuktikan keberpihakan kepada korban.

    “Penangkapan bermula dari rekaman tersangka pelaku yang sudah dimasukkan ke dalam database sistem CCTV Analytic, yang terdeteksi saat masuk ke area stasiun dan hal tersebut langsung ditindaklanjuti oleh petugas terkait,” katanya.

    Kemudian petugas pengamanan mengamankan tersangka di dalam Commuter Line No.1759 relasi Rangkasbitung – Tanah Abang, Senin, (14/4) sekitar pukul 17.05 WIB.

    Joni menambahkan selanjutnya tersangka dibawa ke Pos Keamanan Stasiun Tanah Abang untuk dilakukan pemeriksaan awal dan dimintakan keterangannya.

    “Tersangka mengakui perbuatannya, dan kami serahkan ke pihak Kepolisian Polres Metro Jakarta Pusat untuk ditindaklanjuti sesuai prosedur hukum,” katanya.

    Di samping itu, Joni menegaskan KAI Commuter akan memasukkan pelaku pelecehan tersebut ke dalam daftar hitam (blacklist).

    “Dengan langkah ini, pelaku tak bisa lagi menggunakan Commuter Line untuk mencegah terulang kejadian serupa ke depannya,” katanya.

    Tak hanya itu, KAI Commuter juga telah melakukan pendampingan kepada pihak korban baik secara psikologis maupun proses hukumnya.

    Sebelumnya video viral di media sosial Instagram yang diunggah oleh akun @indra_papsky pada Rabu (2/4), akun tersebut menjelaskan ada seorang wanita yang menceritakan pelecehan seksual yang dialaminya.

    Pewarta: Ilham Kausar
    Editor: Ganet Dirgantara
    Copyright © ANTARA 2025

  • Mantan Artis Angling Dharma Sumbang Uang Palsu Rp10 Juta ke Kotak Amal Masjid Istiqlal

    Mantan Artis Angling Dharma Sumbang Uang Palsu Rp10 Juta ke Kotak Amal Masjid Istiqlal

    GELORA.CO – Mantan artis drama kolosal, Sekar Arum Widara, 41, memakai uang palsu sebanyak Rp10 juta untuk beramal di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat dalam rangka menyambut Lebaran.

    “Katanya (menggunakan uang palsu) sebelum Lebaran. Jadi sehari sebelum Lebaran. Katanya buat masukin ke kotak amal,” kata Kanit Ranmor Satreskrim Polres Metro Jakarta Selatan Iptu Teddy Rohendi kepada wartawan di Jakarta, Rabu (16/4/2025), dilansir Antara.

    Teddy mengatakan hal itu terkait mantan artis drama kolosal, Sekar Arum Widara yang ditangkap lantaran menggunakan uang palsu di mal kawasan Kemang, Jakarta Selatan pada Rabu (2/4/2025) sekitar pukul 21.00 WIB.

    Hingga kini, pihak Kepolisian masih mendalami pengakuan Sekar Arum tersebut.

    Dikatakan Sekar Arum menyadari uang yang digunakan untuk beramal tersebut terbilang palsu. Dia mengaku mendapatkan uang palsu tersebut dari temannya.

    “Baru omongan dia, katanya dimasukin ke kotak amal Rp10 juta. Masjid Istiqlal,” ujarnya.

    Sebelumnya, polisi mengaku bakal menelusuri jaringan uang palsu yang diedarkan Sekar Arum.

    “Jadi, kalau menurut keterangan dia, dia dapat dari temannya.Temannya ini yang harus kita cari, apakah dia mendapatkan itu ataukah dia mencetak, dan lain-lain. Harus kita dalami dan kembangkan,” kata Kasi Humas Polres Metro Jakarta Selatan, Kompol Nurma Dewi, Senin (14/4/2025).

    Nurma menyebut pihaknya saat ini masih memburu orang yang merupakan satu jaringan dari peredaran uang palsu tersebut.

    Selain itu, pihaknya juga akan mendalami apakah jaringan ini juga serupa dengan kasus di Jakarta Pusat yang diungkap Polsek Tanah Abang pada Kamis (10/4/2025) lalu.

    “[Apakah satu jaringan di Jakpus], kita melakukan pengembangan tentunya ya. Jadi, jaringan-jaringan ini jelas kita pertanyakan juga ya,” ucapnya.

    Polres Jaksel juga akan memeriksa suami siri Sekar, AD yang turut diamankan di tempat kejadian perkara (TKP) apakah terlibat dalam peredaran uang palsu tersebut.

    Transaksi uang tunai belanja Sekar sempat ditolak dua kali untuk mengelabui petugas kasir saat melakukan pembayaran tunai.

    Atas perbuatannya, pelaku disangkakan pasal 26 ayat 2 dan 3 Jo. 36 ayat 2 dan 3 UU RI No. 7 tahun 2011 tentang Mata Uang dan atau pasal 244 KUHP dan atau 245 KUHP dengan ancaman pidana 15 tahun penjara.

  • Warga Dimintai Rp60 Ribu Saat Parkir di Tanah Abang, Begini Respons Dishub – Page 3

    Warga Dimintai Rp60 Ribu Saat Parkir di Tanah Abang, Begini Respons Dishub – Page 3

    Seorang warga Jakarta Utara bernama Tata Julia Permana (26) terkejut setelah kena getok tarif parkir liar sebesar Rp60 ribu di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Padahal, kendaraan miliknya hanya diparkir di trotoar.

    Peristiwa ini dialami Tata pada Sabtu, 12 April 2025 sekitar pukul 14.40 WIB. Tata, mengaku baru pertama kali menyambangi Tanah Abang, sehingga ia harus mengikuti petunjuk Google Maps.

    “Pas masuk Tanah Abang nya dari atas yang turun lalu belok ke kanan, depannya persis di situ ada abang-abang langsung mengarahkan masuk parkir,” kata dia kepada wartawan, Selasa (15/4/2025).

    Tata mengungkapkan, ia sama sekali tak tahu. Saat itu, dia langsung diarahkan oleh dua orang pria itu untuk parkir di pinggir jalan alias trotoar. Namun betapa kagetnya Tata saat tahu kocek yang perlu dirogoh untuk membayar parkir di trotoar selama kurang lebih satu jam itu.

    “Pas diawal dia bilang Rp60 ribu itu saya kasih dulu uang Rp10 ribu, karena kata dia Rp60 ribu maka saya minta Kembali, saya bilang yaudah nanti saja kalau gitu kita masuk dulu, tapi mereka bilang yaudah kak enggak apa Rp10 ribu dulu aja Rp50 ribu pulangnya. Akhirnya saya tinggal dan saya kasih Rp650 ribunya itu setelah keluar dari pasar, ya saya di dalam pasar enggak sampao 2 jam, 1 jam-an juga keluar karena hanya sekedar mau tahu tanah abang dan ada survei saja,” ujar dia.

     

  • Polisi Tangkap Juru Parkir Liar yang Getok Tarif Rp 60 Ribu – Page 3

    Polisi Tangkap Juru Parkir Liar yang Getok Tarif Rp 60 Ribu – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Empat juru parkir liar ditangkap buntut meminta uang Rp 60 ribu ke pengguna jalan saat parkir di trotoar kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat.

    Penangkapan pelaku dibenarkan oleh Kapolsek Tanah Abang Kompol Haris Akhmat Basuki. Dia merespon video viral di media sosial terkait dengan juru parkir liar yang menarik biaya parkir sebesar Rp 60 ribu.

    “Sudah diamankan,” kata dia saat dihubungi, Rabu (16/4/2025).

    Haris mengatakan, total ada empat pelaku jukir yang diamankan. Kepada polisi, mereka pun telah mengakui perbuatannya.

    “Total sekitar 4 orang, pelaku mengakui perbuatannya,” ucap dia.

    Dari video yang diterima, jukir yang diduga sebagai pelaku pemalakan menyampaikan permohonan maaf kepada korban. Dia akui perbuatan itu salah.

    “Saya menyatakan mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada mbak yang memarkir mobil di tempat saya dengan harga Rp 60 ribu sampe viral di instagram, di media sosial. Saya mohon maaf sebesar-besarnya tolong dimaafkan saya, kami kita semua,” ujar seorang pria yang mengenakan kaos pink sambil membawa topi, dikutip dari video yang dikirimkan oleh Kepala Dishub DKI Jakarta, Syafrin Liputo, Rabu (16/4/2025).

    “Saya mohon maaf kepada jajaran Polsek Tanah Abang, kanit mohon maaf yang sebesar-besarnya,” dia menandaskan.

     

     

  • Polisi Ringkus Jukir Tanah Abang yang Getok Tarif Parkir Mobil Rp60.000

    Polisi Ringkus Jukir Tanah Abang yang Getok Tarif Parkir Mobil Rp60.000

    Bisnis.com, JAKARTA — Polisi telah mengamankan juru parkir liar berinisial AF (36) yang menggetok harga Rp60.000 untuk parkir mobil di Tanah Abang, Jakarta Pusat.

    Kanit Reskrim Polsek Tanah Abang, Kompol Martua Malau mengatakan bahwa pihaknya telah melimpahkan AF ke Dinas Sosial Jakarta.

    “Iya [sudah ditangkap]. Kita udah kasih ke dinas sosial, udah kita limpahkan ke dinas sosial kemarin ya,” ujarnya kepada wartawan, Rabu (16/4/2025).

    Dia menegaskan bahwa perbuatan AF itu bukan perbuatan pidana. Sebab, terkait dengan harga parkir itu merupakan ranahnya dinas perhubungan.

    Di samping itu, Martua juga menyatakan bahwa saat ini pihaknya tengah mencari korban yang telah dikenakan tarif parkir Rp60.000 tersebut. 

    Hanya saja, untuk saat ini kepolisian masih belum menemukan korban tersebut. Meskipun begitu, persoalan itu dianggap sudah selesai dan ditangani oleh dinas sosial.

    “Tapi untuk tindak lanjutnya kita telusuri gak ada tindak pidana yang dilakukan karena korban juga gak melapor. Semuanya kita serahkan ke dinas sosial kemarin,” pungkasnya.

    Sebelumnya, video viral penangkapan melalui akun Instagram @warungjurnalis. Dalam video itu terlihat pria yang mengenakan baju hijau tengah dicokok petugas.

    Pada saat penangkapan, pria itu sempat melawan. Namun, tak lama kemudian, pria tersebut akhirnya pasrah digelandang petugas.

  • Eskalator Stasiun Manggarai Sempat Mati, Penumpang Harap KCI Rutin Lakukan Pemeriksaan
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        16 April 2025

    Eskalator Stasiun Manggarai Sempat Mati, Penumpang Harap KCI Rutin Lakukan Pemeriksaan Megapolitan 16 April 2025

    Eskalator Stasiun Manggarai Sempat Mati, Penumpang Harap KCI Rutin Lakukan Pemeriksaan
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
     Sejumlah penumpang kereta rel listrik (KRL) Commuter Line berharap PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) rutin melakukan pemeriksaan eskalator yang ada di setiap stasiun KRL Commuter Line.
    Hal ini mereka sampaikan usai eskalator di peron 1 dan 2
    Stasiun Manggarai
    sempat mati selama beberapa hari sebelum kembali berfungsi pada Rabu (16/4/2025) pagi.
    “Harapannya sih mungkin lebih dicek secara berkala aja. Kalau sudah waktunya
    maintenance
    , segera di-
    maintenance
    saja. Jadi diperiksa rutin,” ujar Saiful kepada Kompas.com di Stasiun Manggarai, Rabu.
    Saiful berujar, matinya eskalator cukup menghambat perjalanan penumpang, terutama pada jam sibuk.
    Meski begitu, ia sudah terbiasa menghadapi eskalator yang mati di beberapa stasiun.
    “Ya, sudah terbiasa ya, sering mati juga. Enggak hanya di peron ini (1 dan 2 Stasiun Manggarai), peron lain juga,” sambungnya.
    Senada dengan Saiful, penumpang KRL lainnya, Risa (26), juga merasa perjalanannya untuk menuju ke tempat kerjanya di Sudirman sedikit terhambat saat
    eskalator peron 1 dan 2 Stasiun Manggarai
    mati.
    “Kalau dibilang sulit, ya sulit. Karena saya tiap kerja pasti lewat situ (eskalator). Kemarin jadinya lewat tangga. Kalau enggak cepat-cepat ya ketinggalan kereta. Kita juga kejar-kejaran sama penumpang lain,” tutur Risa di Stasiun Manggarai, Rabu.
    Risa berharap agar pihak KAI lebih sigap dalam menangani segala kerusakan fasilitas di stasiun, khususnya eskalator.
    “Berharapnya sih kalau rusak cepat diperbaiki, karena kan kita selalu beraktivitas ya. Terutama jam padat kerja, pasti kesusahan banget dan terhambat juga. Jangan nunggu lama gitu,” tutup Risa.
    Sebelumnya, eskalator di Stasiun Manggarai peron 1 dan 2, yang melayani rute menuju Sudirman, Tanah Abang, Duri, dan Kampung Bandan, akhirnya kembali berfungsi pada Rabu (16/4/2025) pagi.
    Pantauan
    Kompas.com
    di lokasi, eskalator yang sempat tidak menyala selama beberapa hari itu sudah digunakan kembali oleh penumpang.
    “Eskalator peron 1 dan 2 tidak berfungsi kurang lebih sudah satu minggu, namun dari pagi ini eskalator sudah dapat digunakan kembali,” ujar seorang petugas keamanan (Satpam) Yudha, kepada Kompas.com di lokasi, Rabu.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Baru Ditangkap, Jukir Liar yang Patok Tarif Rp60 Ribu ke Pengunjung Tak Ditahan Polisi,Ini Alasannya

    Baru Ditangkap, Jukir Liar yang Patok Tarif Rp60 Ribu ke Pengunjung Tak Ditahan Polisi,Ini Alasannya

    TRIBUNJAKARTA.COM – Nasib beruntung dirasakan juru parkir (jukir) liar yang sempat bikin resah pengunjung Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, kini ia bisa terbebas dari penahanan polisi.

    Juru parkir liar itu sempat ditangkap polisi di sekitar kawasan Pasar Tanah Abang, pada Selasa (15/4/2025).

    Kini jukir lair itu bisa bernafas lega tak jadi ditahan polisi karena sudah diserahkan kepada Suku Dinas Sosial Jakarta Pusat.

    Kanit Reskrim Polsek Tanah Abang, Kompol Martua Malau mengatakan, pihaknya tak jadi menahan karena tindakan tersebut tidak memenuhi unsur pidana.

    Hal itu membuat pihak kepolisian menyerahkan juru parkir liar ini kepada Suku Dinas Sosial Jakarta Pusat. 

    “Kami sudah kasih ke Dinas Sosial, sudah kami limpahkan ke Dinas Sosial kemarin ya,” ujar Martua Malau dikutip dari Kompas.com, Rabu (16/4/2025).

    Martua menjelaskan, pihak kepolisian tak mempunyai dasar untuk menahan juru parkir liar tersebut.

    Sebab, tak ada perbuatan pidana yang dilakukan juru parkir liar tersebut.

    Dishub DKI mengaku kecolongan terkait adanya parkir liar di kawasan Tanah Abang. Pengunjung digetok harga tinggi oleh juru parkir liar Rp60 ribu.

    Hal lainnya yakni pengunjung yang menjadi korban pun tak membuat laporan atas kasus tersebut.

    “Enggak, dia kan bukan perbuatan pidana, itu kan yang menangani Dinas Perhubungan lah ya. Perparkiran,” tegas Martua Malau. 

    Setelah penangkapan, polisi sempat mengundang Tata sebagai korban ke Polsek Tanah Abang. Namun, ia tidak hadir. 

    “Ya sudah, kami data orang tersebut. Tapi, untuk tindak lanjutnya, kami telusuri. Enggak ada tindak pidana yang dilakukan karena korban juga enggak melapor,” ujar Martua.

    Parkir liar memenuhi jalanan di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat sehingga membuat kemacetan panjang, Minggu (9/4/2023). (Elga Hikari Putra/TribunJakarta.com)

    Diberitakan sebelumnya, pengalaman tak mengenakan dialami oleh warga bernama Tata Julia Permana (26). 

    Dalam video yang beredar, wanita ini mengaku datang bersama temannya menggunakan kendaraan.

    Begitu tiba di kawasan Pasar Tanah Abang, wanita itu mengaku diarahkan seorang juru parkir untuk parkir di pinggir jalan.

    Setelah wanita itu memarkirkan kendaraannya, sang juru parkir kemudian datang menghampiri dan meminta bayaran di muka.

    “Dengernya cuma Rp10 ribu, pas ngasih uang Rp5.000 dua lembar, ternyata dia minta Rp60 ribu. Hahh! Kata dia parkir di pinggir jalan semuanya Rp60 ribu,” ucap wanita itu dalam video tersebut dikutip Selasa (15/4/2025).

    Meski mengaku syok namun wanita itu akhirnya hanya pasrah dan memberikan uang Rp60 ribu yang diminta juru parkir liat tersebut.

    “Tahu gitu gua parkir di gedung parkir, daripada parkir di pinggir jalan bayar Rp60 ribu,” kata dia.

    Menanggapi video viral tersebut, Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta Syafrin Liputo mengaku kecolongan.

    Syafrin berdalih, jajarannya sudah berupaya maksimal untuk mengantisipasi parkir liar dengan melakukan operasi penertiban.

    “Tapi kembali bahwa pada saat petugas tidak ada di lokasi setelah ditertibkan, petugas kembali ke pos, itu terjadi yang namanya timbul 1-2 orang untuk melakukan pengaturan,” kata Syafrin.

    Anak buah Gubernur Pramono Anung ini pun mengaku sudah berkali-kali memberi imbauan kepada masyarakat untuk tidak memarkirkan kendaraannya di parkir liar.

    Kadishub Jakarta, Syafrin Liputo saat meninjau Transjakarta koridor 1 bersama Anggota DPRD Jakarta dan jajaran Transjakarta, Rabu (15/1/2025). (Elga Hikari Putra/TribunJakarta.com)

    Namun, imbauan itu kerap tak diindahkan oleh masyarakat yang lebih memilih parkir liar lantaran lebih mudah keluar-masuk dengan posisi di pinggir jalan.

    “Beberapa kali saya mengimbau kepada masyarakat untuk pertama, jangan parkir di tempat-tempat yang tidak diperbolehkan parkir atau dilarang parkir,” tuturnya.

    “Hanya saja masyarakat kita begitu melihat ada juru parkir liar seolah-olah di sana boleh parkir,” tambahnya menjelaskan.

    (TribunJakarta/Kompas.com)

    Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel https://whatsapp.com/channel/0029VaS7FULG8l5BWvKXDa0f.

    Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

  • Saat Prabowo Dihubungi Pemimpin Dunia Gegara MBG, Kondisi Beda Dapur MBG di Kalibata Berhenti Masak

    Saat Prabowo Dihubungi Pemimpin Dunia Gegara MBG, Kondisi Beda Dapur MBG di Kalibata Berhenti Masak

    TRIBUNJAKARTA.COM – Saat Presiden RI, Prabowo Subianto membanggakan program Makan Bergizi Gratis (MBG), kini kondisi berbanding terbalik ada dapur yang berhenti beroperasi gara-gara tak dibayarkan biaya operasionalnya.

    Prabowo mengaku banyak mendapatkan atensi besar dari pemimpin dunia karena program MBG yang dijalankan.

    Mantan Menteri Pertahanan RI itu menyebut banyak pemimpin dunia yang ingin mencontoh program MBG.

    “Saya kira salah satu program terbesar di dunia dan ini diperhatikan oleh dunia,” ujar Prabowo dikutip dari Tribunnews, Rabu (16/4/2025).

    Ketua Umum Partai Gerindra itu lalu menyinggung banyak pemimpin dunia yang menghubunginya usai melihat program MBG.

    Mereka ingin mencontoh MBG yang sudah bergulir di Indonesia.

    “Banyak pemimpin dunia menghubungi saya ada yang datang ke sini, dan mengatakan ingin mencontoh Indonesia yang berani,” kata Prabowo.

    “Kita berani karena ini adalah sesuatu panggilan sesuatu keharusan, anak-anak kita adalah masa depan kita, anak-anak kita tidak boleh ada yang lapar, anak-anak kita tidak boleh ke sekolah dengan perut  yang kosong,” jelasnya.

    Dishub DKI mengaku kecolongan terkait adanya parkir liar di kawasan Tanah Abang. Pengunjung digetok harga tinggi oleh juru parkir liar Rp60 ribu.

    Disaat bersamaan, kini beredar kabar yang kurang mengenakan dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kalibata, Pancoran, Jakarta Selatan, berhenti beroperasi.

    Dapur MBG di Kalibata, Pancoran itu berhenti beroperasi imbas tidak dibayarnya biaya operasional oleh pihak Yayasan Media Berkat Nusantara (MBN).

    Danna Harly, kuasa hukum Ira Mesra, selaku mitra dari Yayasan MBN dan SPPG, mengatakan, dapur MBG Kalibata terakhir kali beroperasi pada akhir Maret 2025 atau sebelum Idul Fitri 1446 H.

    PENGGELAPAN MBG – Mitra dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kalibata, Pancoran, Jakarta Selatan, Ira Mesra dan kuasa hukumnya, Danna Harly, menggelar konferensi pers pada Selasa (15/4/2025). TribunJakarta.com/Annas Furqon Hakim (Annas Furqon Hakim/TribunJakarta.com)

    “Di tempat ini dulunya adalah bekas dapur Makan Bergizi Gratis, tapi saat ini sudah tidak berjalan lagi karena sempat ada konflik dengan beberapa oknum,” kata Danna Harly di Kalibata, Jakarta Selatan, Selasa (15/4/2025).

    Harly menjelaskan, kliennya telah bekerja sama dengan pihak yayasan dan Satuan Pelayanan dan Pemenuhan Gizi (SPPG) sejak Februari 2025 dan telah memasak 65.025 porsi yang terbagi dalam dua tahap.

    Namun, ia menyebut Ira Mesra belum menerima bayaran dari yayasan. Seluruh biaya operasional dapur MBG juga ditanggung oleh Ira.

  • Viral Parkir Liar di Pasar Tanah Abang Rp60 Ribu, Pansus DPRD DKI Minta Pemprov Tak Tutup Mata – Halaman all

    Viral Parkir Liar di Pasar Tanah Abang Rp60 Ribu, Pansus DPRD DKI Minta Pemprov Tak Tutup Mata – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Praktik parkir liar kembali jadi sorotan setelah viralnya sebuah video yang menunjukkan seorang warga dikenai tarif parkir sampai Rp60.000 di kawasan Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat. 

    Menanggapi kejadian ini, Ketua Pansus Parkir DPRD DKI Jakarta, Jupiter meminta Pemprov dalam hal ini Dinas Perhubungan (Dishub) DKI segera menindak tegas dan menertibkan praktik ilegal di kawasan Pasar Tanah Abang.

    “Parkir liar ini sudah sangat meresahkan. Kami minta Pemprov DKI Jakarta, khususnya Dinas Perhubungan melalui Unit Pengelola Perparkiran, segera menindaklanjuti keluhan warga ini dan menertibkan praktik-praktik parkir liar,” kata Jupiter kepada wartawan, Rabu (16/4/2025).

    Adapun berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, jalan raya bukan tempat parkir. Pembina jalan raya adalah polisi dan pemerintah daerah.

    Sehingga ia menegaskan tidak ada alasan untuk melakukan pembiaran terhadap praktik parkir liar yang menggunakan badan jalan.

    “Jalan itu bukan untuk parkir. Undang-undangnya jelas, yang membina jalan raya adalah polisi dan pemerintah daerah. Maka dari itu, tidak ada alasan untuk membiarkan jalanan dipakai parkir liar, apalagi sampai mematok harga seenaknya,” ujarnya.

    Jupiter meminta Satpol PP tidak cuma tutup mata dan berdiam diri mengabaikan pelanggaran aturan daerah tersebut. 

    Mengingat Satpol PP memiliki tugas menegakkan Perda dan menjaga ketertiban umum, sebagaimana Peraturan Daerah (Perda) Nomor 6 Tahun 2010.

    Menurutnya jika semua pihak konsisten dalam pemberantasan parkir liar, maka penyakit oknum ini bukan hal yang susah untuk ditertibkan.

    Tapi lanjut Jupiter, fakta di lapangan menunjukkan praktik parkir liar justru melibatkan oknum aparat dan oknum ormas.

    “Kalau semua pihak konsisten dan berkomitmen, sebenarnya penertiban parkir liar ini bukan hal yang sulit. Tapi faktanya, praktik ini justru melibatkan oknum aparat, bahkan ada juga oknum ormas di lapangan,” jelas dia.

    Anggota Komisi B DPRD DKI Jakarta ini mengungkap, parkir liar menjadi salah satu sumber kebocoran Pendapatan Asli Daerah (PAD). 

    Potensi penerimaan negara yang besar dari sektor retribusi parkir menjadi tidak maksimal karena adanya pembiaran praktik parkir liar ini.

    “Jakarta akan bertransformasi menjadi Kota Bisnis berskala global. Tapi kita masih dihadapkan pada persoalan serius seperti kebocoran PAD, salah satunya dari sektor parkir. Target pendapatan jauh dari potensi sebenarnya karena banyaknya kebocoran,” ujarnya.

    Politikus Nasdem ini pun mendesak Pemprov SKI untuk memberi rasa aman dan nyaman kepada masyarakat yang beraktivitas di pusat keramaian seperti Pasar Tanah Abang.

    Pembiaran terhadap parkir liar menurutnya sama artinya dengan membantu merusak wajah kota dan memumpuk rasa ketidakpercayaan masyarakat terhadap aparat.

    “Kalau ini dibiarkan, tidak hanya merugikan warga, tapi juga merusak wajah kota dan menciptakan ketidakpercayaan terhadap aparat,” pungkas Jupiter.