kab/kota: Tambora

  • 44 Puskesmas di Jakarta Targetkan Miliki Layanan Psikolog untuk Warga pada 2025 Ini – Page 3

    44 Puskesmas di Jakarta Targetkan Miliki Layanan Psikolog untuk Warga pada 2025 Ini – Page 3

    Tercatat per 20 Juni 2025, layanan psikologi telah tersedia di 38 puskesmas di DKI Jakarta, mencakup wilayah Jakarta Pusat, Utara, Barat, Selatan, Timur, hingga Kepulauan Seribu.

    Tahun ini, Dinkes Jakarta menargetkan seluruh 44 puskesmas kecamatan di Jakarta memiliki tenaga psikolog.

    “Kami menargetkan akhir tahun ini seluruh puskesmas kecamatan sudah memiliki psikolog. Jadi, layanan ini akan semakin dekat dengan masyarakat,” tutur Ani.

    Berikut puskesmas yang sudah dilengkapi tenaga psikolog di DKI Jakarta:

    – Jakarta Pusat: PKM Gambir, Menteng, Sawah Besar, Senen, Tanah Abang, Johar Baru, Kemayoran, Cempaka Putih

    – Jakarta Utara: PKM Cilincing, Kelapa Gading, Koja, Penjaringan, Pademangan

    – Jakarta Barat: PKM Taman Sari, Tambora, Cengkareng, Kembangan, Kebon Jeruk, Kalideres

    – Jakarta Selatan: PKM Tebet, Setiabudi, Mampang Prapatan, Kebayoran Lama, Kebayoran Baru, Cilandak, Pancoran, Pasar Minggu, Pesanggrahan

    – Jakarta Timur: PKM Matraman, Jatinegara, Kramat Jati, Pasar Rebo, Duren Sawit, Ciracas, Pulogadung, Cakung

    – Kepulauan Seribu: PKM Seribu Selatan, PKM Seribu Utara

     

  • Cerita Masjid Apung di Kali Cengkareng, Menyulap Hasil Pilah untuk Ibadah
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        9 Agustus 2025

    Cerita Masjid Apung di Kali Cengkareng, Menyulap Hasil Pilah untuk Ibadah Megapolitan 9 Agustus 2025

    Cerita Masjid Apung di Kali Cengkareng, Menyulap Hasil Pilah untuk Ibadah
    Editor
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Enam pria nampak sibuk membangun sebuah struktur terapung di tepi aliran Kali Cengkareng Drain, Cengkareng, Jakarta Barat, Kamis (7/8/2025) sore.
    Pemandangan yang jarang terlihat, lantaran biasanya orang-orang itu hanya bekerja membersihkan aliran kali dari sampah.
    Selebihnya, di hari-hari biasa, hanya akan terlihat para pemancing yang tak bosan mengamati aliran sungai.
    Enam orang itu merangkai botol-botol bekas buangan warga ibu kota.
    Satu orang sibuk di sisi kanan struktur bangunan seperti sebuah perahu, satu di sisi kiri, satu di depan, satu di belakang, dan dua fokus ke bagian atap.
    Dari pakaian mereka, jelas terlihat pekerjaan membersihkan kali sudah mereka rampungkan terlebih dahulu.
    Tak lelah usai merampungkan pekerjaan utamanya, mereka bahu-membahu merangkai sebuah struktur mengapung yang cukup untuk menampung hingga 20 orang.
    Botol-botol bekas itu diikatkan satu dengan yang lain, ditempel di sana-sini, dirangkai menjadi sebuah struktur lalu dibubuhi warna-warni, hijau dan kuning, warna keteduhan.
    Perahu itu sebagian besar terbuat dari botol-botol bekas yang dikumpulkan dari aliran sungai hingga dari pemilahan sampah di wilayah Cengkareng.
    Dari kejauhan, struktur itu terlihat tak lebih dari perahu warna-warni. Namun, dari dekat, perahu itu bukan perahu biasa, melainkan perahu masjid.
    Perahu yang diberi bentuk masjid dengan tiga kubah.
    Meskipun belum selesai dibuat, bentuk masjid dari perahu itu tak bisa tertutupi lagi, sudah kelihatan jelas.
    Lebih dekat lagi, ke dalam hati orang-orang yang membuatnya, masjid apung itu adalah rupa dari puisi cinta lingkungan dan cinta Tuhan yang tak mereka ucapkan dalam kata-kata, tetapi dalam aksi nyata.
    Sebuah upaya artistik untuk mengingatkan diri mereka dan umat akan pentingnya ibadah dan menjaga lingkungan.
    Proposisi itu bisa dimaknai dalam konteks hubungan antara aliran kali dan Jakarta yang kerap berwujud banjir.
    Aliran kali, Jakarta dan banjir memang hampir tak terpisahkan, entah sampai kapan.
    Kali ini, enam orang dari daratan Jakarta itu mendatangi kali dan memberinya hadiah indah, yakni perahu masjid yang terbuat dari sampah-sampah botol yang dikumpulkan dari alirannya.
    Secara bersamaan, mereka membersihkan kali, mendaur ulang sampahnya dan memuliakan Yang Maha Kuasa. Perahu itu semacam bukti warna-warni tentang betapa ibadah bisa teringat dari barang-barang buangan sekali pun, botol bekas.
    Perahu itu juga simbol bahwa mencintai Yang Maha Kuasa adalah mencintai lingkungan, begitu juga sebaliknya.
    Romantisasi inilah yang mesti dipahami dan direnungkan oleh setiap warga ibu kota, tanpa terkecuali.
    Sebagaimana dikutip dari
    Antara,
    enam orang itu adalah Petugas Unit Penganan Sampah (UPS) Badan Air Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat.
    Sehari-hari mereka bekerja membersihkan sungai. Kali ini, mereka diberi ruang untuk membuat karya perahu unik.
    Perahu dengan ide kreatif itu rencananya akan diikutkan dalam Festival Cinta Lingkungan 2025 yang bakal digelar pada 28 September mendatang di aliran Kanal Banjir Barat, Tambora, Jakarta Barat.
    Festival itu akan diikuti oleh 42 kecamatan se-Jakarta, tentu dengan ide unik karya perahunya masing-masing.
    Pengawas UPS Badan Air Kecamatan Cengkareng, Donal Aldiansyah (43) mengaku, ide perahu masjid didapatkan timnya melalui tukar pikiran yang cukup panjang.
    Kebetulan, tak jauh dari lokasi perahu itu dibuat, di dekat pintu air Kali Cengkareng Drain, ada sebuah masjid.
    Masjid itulah yang kemudian menginspirasi mereka membuat perahu masjid atau masjid apung.
    Masjid apung ala UPS Badan Air Kecamatan Cengkareng itu berukuran 6×4 meter. Masjid apung itu berdiri di atas 3.558 botol bekas, yang terdiri dari botol mineral 1 liter hingga galon air.
    Botol-botol itu diperoleh dari program sampah pilah, hasil pengerukan saluran air, hingga sumbangan warga.
    Tak berlebihan jika dikatakan bahwa dengan digunakannya botol-botol hasil pengerukan kali, masjid apung itu bisa menjadi pengingat masih banyak oknum, pendosa ekologis, yang kerap membuang sampah ke badan kali.
    Selain itu, dengan digunakannya botol-botol sumbangan warga, masjid apung itu juga menjadi penanda niat baik sistem sosial dalam mendukung pengurangan sampah di ibu kota melalui pemilahan atau penggunaan kembali.
    Menurut Donal, usai Festival Cinta Lingkungan rampung digelar, masjid apung itu akan dipasangi mesin agar bisa berlayar di aliran Kanal Banjir Barat layaknya kapal motor.
    Selain itu, Donal dan kawan-kawan juga berniat untuk menggunakan masjid apung dari ribuan botol bekas itu sebagai tempat ibadah saat bekerja di area bantaran kali.
    Pembangunan perahu masjid itu memakan waktu hampir empat bulan, yang dimulai sejak bulan Maret 2025 dengan target rampung awal September 2025, tepat H-14 sebelum Festival Cinta Lingkungan (Cilung) dimulai.
    Kendati demikian, ia memastikan pengerjaan masjid apung dilakukan setelah para petugas menyelesaikan tugas utamanya yakni membersihkan aliran kali dari sampah.
    Donal dan kawan-kawan paham betul, bagian mereka adalah membersihkan aliran kali dari sampah.
    Masjid apung yang mereka bangun hanyalah warna-warni, hasil tukar pikiran selama mereka bekerja seharian penuh.
    Barang kali upaya itu bisa mengetuk hati orang-orang untuk kembali mencintai lingkungan sebagaimana mencintai Yang Maha Kuasa.
    Tak ubahnya memutus romansa beracun antara aliran kali dengan warga Jakarta, mencegah lahirnya buah hati yang tak pernah diinginkan namun selalu datang, banjir pun penyakit.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Masjid apung, seni mengingat ibadah dari botol bekas

    Masjid apung, seni mengingat ibadah dari botol bekas

    Sejumlah petugas Unit Penanganan Sampah (UPS) Badan Air Kecamatan Cengkareng membuat masjid apung di tepi Kali Cengkareng Drain, Jakarta Barat, Kamis (7/8/2025). ANTARA/Risky Syukur

    Masjid apung, seni mengingat ibadah dari botol bekas
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Sabtu, 09 Agustus 2025 – 10:45 WIB

    Elshinta.com – Enam orang pria nampak sibuk membangun sebuah struktur terapung di tepi aliran Kali Cengkareng Drain, Cengkareng, Jakarta Barat, sore itu.

    Pemandangan yang jarang terlihat, lantaran biasanya orang-orang itu hanya bekerja membersihkan aliran kali dari sampah. Selebihnya, di hari-hari biasa, hanya akan terlihat para pemancing yang tak bosan mengamati aliran sungai.

    Enam orang itu merangkai botol-botol bekas buangan warga ibu kota. Satu orang sibuk di sisi kanan struktur bangunan seperti sebuah perahu, satu di sisi kiri, satu di depan, satu di belakang, dan dua fokus ke bagian atap.

    Dari pakaian mereka, jelas terlihat pekerjaan membersihkan kali sudah mereka rampungkan terlebih dahulu.

    Tak lelah usai merampungkan pekerjaan utamanya, mereka bahu-membahu merangkai sebuah struktur mengapung yang cukup untuk menampung hingga 20 orang.

    Botol-botol bekas itu diikatkan satu dengan yang lain, ditempel di sana-sini, dirangkai menjadi sebuah struktur lalu dibubuhi warna-warni, hijau dan kuning, warna keteduhan.

    Perahu itu sebagian besar terbuat dari botol-botol bekas yang dikumpulkan dari aliran sungai hingga dari pemilahan sampah di wilayah Cengkareng.

    Dari kejauhan, struktur itu terlihat tak lebih dari perahu warna-warni. Namun dari dekat, perahu itu bukan perahu biasa, melainkan perahu masjid. Perahu yang diberi bentuk masjid dengan tiga kubah.

    Meskipun belum selesai dibuat, bentuk masjid dari perahu itu tak bisa tertutupi lagi, sudah kelihatan jelas.

    Lebih dekat lagi, ke dalam hati orang-orang yang membuatnya, masjid apung itu adalah rupa dari puisi cinta lingkungan dan cinta Tuhan yang tak mereka ucapkan dalam kata-kata, namun dalam aksi nyata. Sebuah upaya artistik untuk mengingatkan diri mereka dan umat akan pentingnya ibadah dan menjaga lingkungan.

    Proposisi itu bisa dimaknai dalam konteks hubungan antara aliran kali dan Jakarta yang kerap berwujud banjir. Aliran kali, Jakarta dan banjir memang hampir tak terpisahkan, entah sampai kapan.

    Kali ini, enam orang dari daratan Jakarta itu mendatangi kali dan memberinya hadiah indah, yakni perahu masjid yang terbuat dari sampah-sampah botol yang dikumpulkan dari alirannya. 

    Secara bersamaan, mereka membersihkan kali, mendaur ulang sampahnya dan memuliakan Yang Maha Kuasa. Perahu itu semacam bukti warna-warni tentang betapa ibadah bisa teringat dari barang-barang buangan sekali pun, botol bekas.

    Lebih jauh, perahu itu juga simbol bahwa mencintai Yang Maha Kuasa adalah mencintai lingkungan, begitu juga sebaliknya. Romantisasi inilah yang mesti dipahami dan direnungkan oleh setiap warga ibu kota, tanpa terkecuali.

    Enam orang itu adalah Petugas Unit Penganan Sampah (UPS) Badan Air Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat. Sehari-hari mereka bekerja membersihkan sungai. Kali ini, mereka diberi ruang untuk membuat karya perahu unik.

    Perahu dengan ide kreatif itu rencananya akan diikutkan dalam Festival Cinta Lingkungan 2025 yang bakal digelar pada 28 September mendatang di aliran Kanal Banjir Barat, Tambora, Jakarta Barat.

    Festival itu akan diikuti oleh 42 kecamatan se-Jakarta, tentu dengan ide unik karya perahunya masing-masing.

    Pengawas UPS Badan Air Kecamatan Cengkareng, Donal Aldiansyah (43) mengaku, ide perahu masjid didapatkan timnya melalui tukar pikiran yang cukup panjang.

    Kebetulan, tak jauh dari lokasi perahu itu dibuat, di dekat pintu air Kali Cengkareng Drain, ada sebuah masjid. Masjid itulah yang kemudian menginspirasi mereka membuat perahu masjid atau masjid apung.

    Masjid apung ala UPS Badan Air Kecamatan Cengkareng itu berukuran 6×4 meter. Masjid apung itu berdiri di atas 3.558 botol bekas, yang terdiri dari botol mineral 1 liter hingga galon air.

    Botol-botol itu diperoleh dari program sampah pilah, hasil pengerukan saluran air, hingga sumbangan warga.

    Tak berlebihan jika dikatakan bahwa dengan digunakannya botol-botol hasil pengerukan kali, masjid apung itu bisa menjadi pengingat masih banyak oknum, pendosa ekologis, yang kerap membuang sampah ke badan kali.

    Selain itu, dengan digunakannya botol-botol sumbangan warga, masjid apung itu juga menjadi penanda niat baik sistem sosial dalam mendukung pengurangan sampah di ibu kota melalui pemilahan atau penggunaan kembali.

    Menurut Donal, usai Festival Cinta Lingkungan rampung digelar, masjid apung itu akan dipasangi mesin agar bisa berlayar di aliran Kanal Banjir Barat layaknya kapal motor.

    Selain itu, Donal dan kawan-kawan juga berniat untuk menggunakan masjid apung dari ribuan botol bekas itu sebagai tempat ibadah saat bekerja di area bantaran kali.

    Pembangunan perahu masjid itu memakan waktu hampir empat bulan, yang dimulai sejak bulan Maret 2025 dengan target rampung awal September 2025, tepat H-14 sebelum Festival Cinta Lingkungan (Cilung) dimulai.

    Kendati demikian, ia memastikan pengerjaan masjid apung dilakukan setelah para petugas menyelesaikan tugas utamanya yakni membersihkan aliran kali dari sampah.

    Donal dan kawan-kawan paham betul, bagian mereka adalah membersihkan aliran kali dari sampah. Masjid apung yang mereka bangun hanyalah warna-warni, hasil tukar pikiran selama mereka bekerja seharian penuh.

    Barang kali upaya itu bisa mengetuk hati orang-orang untuk kembali mencintai lingkungan sebagaimana mencintai Yang Maha Kuasa. Dengan ikhtiar ini diharapkan  akan memutus romansa aliran kali dengan warga Jakarta, yakni mencegah  yang tak pernah diinginkan,  di antaranya banjir yang dapat memicu penyakit dan penderitaan.

    Sumber : Antara

  • Masjid apung,  seni mengingat ibadah dari botol bekas

    Masjid apung, seni mengingat ibadah dari botol bekas

    Jakarta (ANTARA) – Enam orang pria nampak sibuk membangun sebuah struktur terapung di tepi aliran Kali Cengkareng Drain, Cengkareng, Jakarta Barat, sore itu.

    Pemandangan yang jarang terlihat, lantaran biasanya orang-orang itu hanya bekerja membersihkan aliran kali dari sampah. Selebihnya, di hari-hari biasa, hanya akan terlihat para pemancing yang tak bosan mengamati aliran sungai.

    Enam orang itu merangkai botol-botol bekas buangan warga ibu kota. Satu orang sibuk di sisi kanan struktur bangunan seperti sebuah perahu, satu di sisi kiri, satu di depan, satu di belakang, dan dua fokus ke bagian atap.

    Dari pakaian mereka, jelas terlihat pekerjaan membersihkan kali sudah mereka rampungkan terlebih dahulu.

    Tak lelah usai merampungkan pekerjaan utamanya, mereka bahu-membahu merangkai sebuah struktur mengapung yang cukup untuk menampung hingga 20 orang.

    Botol-botol bekas itu diikatkan satu dengan yang lain, ditempel di sana-sini, dirangkai menjadi sebuah struktur lalu dibubuhi warna-warni, hijau dan kuning, warna keteduhan.

    Perahu itu sebagian besar terbuat dari botol-botol bekas yang dikumpulkan dari aliran sungai hingga dari pemilahan sampah di wilayah Cengkareng.

    Dari kejauhan, struktur itu terlihat tak lebih dari perahu warna-warni. Namun dari dekat, perahu itu bukan perahu biasa, melainkan perahu masjid. Perahu yang diberi bentuk masjid dengan tiga kubah.

    Meskipun belum selesai dibuat, bentuk masjid dari perahu itu tak bisa tertutupi lagi, sudah kelihatan jelas.

    Lebih dekat lagi, ke dalam hati orang-orang yang membuatnya, masjid apung itu adalah rupa dari puisi cinta lingkungan dan cinta Tuhan yang tak mereka ucapkan dalam kata-kata, namun dalam aksi nyata. Sebuah upaya artistik untuk mengingatkan diri mereka dan umat akan pentingnya ibadah dan menjaga lingkungan.

    Proposisi itu bisa dimaknai dalam konteks hubungan antara aliran kali dan Jakarta yang kerap berwujud banjir. Aliran kali, Jakarta dan banjir memang hampir tak terpisahkan, entah sampai kapan.

    Kali ini, enam orang dari daratan Jakarta itu mendatangi kali dan memberinya hadiah indah, yakni perahu masjid yang terbuat dari sampah-sampah botol yang dikumpulkan dari alirannya.

    Secara bersamaan, mereka membersihkan kali, mendaur ulang sampahnya dan memuliakan Yang Maha Kuasa. Perahu itu semacam bukti warna-warni tentang betapa ibadah bisa teringat dari barang-barang buangan sekali pun, botol bekas.

    Lebih jauh, perahu itu juga simbol bahwa mencintai Yang Maha Kuasa adalah mencintai lingkungan, begitu juga sebaliknya. Romantisasi inilah yang mesti dipahami dan direnungkan oleh setiap warga ibu kota, tanpa terkecuali.

    Enam orang itu adalah Petugas Unit Penganan Sampah (UPS) Badan Air Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat. Sehari-hari mereka bekerja membersihkan sungai. Kali ini, mereka diberi ruang untuk membuat karya perahu unik.

    Perahu dengan ide kreatif itu rencananya akan diikutkan dalam Festival Cinta Lingkungan 2025 yang bakal digelar pada 28 September mendatang di aliran Kanal Banjir Barat, Tambora, Jakarta Barat.

    Festival itu akan diikuti oleh 42 kecamatan se-Jakarta, tentu dengan ide unik karya perahunya masing-masing.

    Pengawas UPS Badan Air Kecamatan Cengkareng, Donal Aldiansyah (43) mengaku, ide perahu masjid didapatkan timnya melalui tukar pikiran yang cukup panjang.

    Kebetulan, tak jauh dari lokasi perahu itu dibuat, di dekat pintu air Kali Cengkareng Drain, ada sebuah masjid. Masjid itulah yang kemudian menginspirasi mereka membuat perahu masjid atau masjid apung.

    Masjid apung ala UPS Badan Air Kecamatan Cengkareng itu berukuran 6×4 meter. Masjid apung itu berdiri di atas 3.558 botol bekas, yang terdiri dari botol mineral 1 liter hingga galon air.

    Botol-botol itu diperoleh dari program sampah pilah, hasil pengerukan saluran air, hingga sumbangan warga.

    Tak berlebihan jika dikatakan bahwa dengan digunakannya botol-botol hasil pengerukan kali, masjid apung itu bisa menjadi pengingat masih banyak oknum, pendosa ekologis, yang kerap membuang sampah ke badan kali.

    Selain itu, dengan digunakannya botol-botol sumbangan warga, masjid apung itu juga menjadi penanda niat baik sistem sosial dalam mendukung pengurangan sampah di ibu kota melalui pemilahan atau penggunaan kembali.

    Menurut Donal, usai Festival Cinta Lingkungan rampung digelar, masjid apung itu akan dipasangi mesin agar bisa berlayar di aliran Kanal Banjir Barat layaknya kapal motor.

    Selain itu, Donal dan kawan-kawan juga berniat untuk menggunakan masjid apung dari ribuan botol bekas itu sebagai tempat ibadah saat bekerja di area bantaran kali.

    Pembangunan perahu masjid itu memakan waktu hampir empat bulan, yang dimulai sejak bulan Maret 2025 dengan target rampung awal September 2025, tepat H-14 sebelum Festival Cinta Lingkungan (Cilung) dimulai.

    Kendati demikian, ia memastikan pengerjaan masjid apung dilakukan setelah para petugas menyelesaikan tugas utamanya yakni membersihkan aliran kali dari sampah.

    Donal dan kawan-kawan paham betul, bagian mereka adalah membersihkan aliran kali dari sampah. Masjid apung yang mereka bangun hanyalah warna-warni, hasil tukar pikiran selama mereka bekerja seharian penuh.

    Editor: Slamet Hadi Purnomo
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Pencuri Mobil Pick Up di Tambora Dibekuk saat Sedang Main Game Online di Warnet

    Pencuri Mobil Pick Up di Tambora Dibekuk saat Sedang Main Game Online di Warnet

    JAKARTA – Seorang pria berinisial AS (27) di Tambora, Jakarta Barat yang membobol pintu mobil pick up dan mengambil barang berharga di dalamnya, terancam penjara tujuh tahun.

    Pelaku disangkakan dengan Pasal 363 KUHP tentang pencurian dengan pemberatan, di mana ia tidak hanya mencuri barang milik korban, tetapi juga merusak pintu mobil.

    “Kerugian yang dialami korban berupa (kerusakan) pintu mobil pick up carry senilai Rp3.700.000 dan kartu E-toll Rp285.000,” kata Kanit Reskrim Polsek Tambora Iptu Sudrajat Djumantara saat dikonfirmasi di Jakarta, Minggu.

    Kejadian itu pun terjadi belum lama ini, di mana pelaku AS beraksi melakukan pencurian dengan cara merusak pintu mobil menggunakan gunting.

    “Lalu mengambil barang-barang berharga di dalam mobil,” kata Sudrajat.

    Pada Jumat, 1 Agustus, pihak kepolisian mendapat laporan bahwa korban tengah berada di wilayah Gedong Panjang, Pekojan, Tambora.

    “Saat tim dalam patroli kewilayahan, ada informasi pelaku sedang bermain di warnet game online di wilayah Gedong Panjang, Pekojan, Tambora, Jakarta Barat,” kata Sudrajat.

    Penangkapan pun segera dilakukan usai petugas mendapat laporan tersebut. Kini pelaku masih diamankan di Polsek Tambora untuk penyelidikan lebih lanjut.

  • Pembobol mobil pick up di Tambora Jakbar terancam penjara 7 tahun

    Pembobol mobil pick up di Tambora Jakbar terancam penjara 7 tahun

    Petugas Polsek Tambora membekuk seorang pria berinisial AS (27) yang membobol pintu mobil pick up milik warga Tambora, Jakarta Barat, Jumat (1/8/2025). ANTARA/HO-Polres Jakbar

    Pembobol mobil pick up di Tambora Jakbar terancam penjara 7 tahun
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Senin, 04 Agustus 2025 – 06:00 WIB

    Elshinta.com – Seorang pria berinisial AS (27) di Tambora, Jakarta Barat yang membobol pintu mobil pick up dan mengambil barang berharga di dalamnya, terancam penjara tujuh tahun.

    Pelaku disangkakan dengan Pasal 363 KUHP tentang pencurian dengan pemberatan, di mana ia tidak hanya mencuri barang milik korban, tetapi juga merusak pintu mobil.

    “Kerugian yang dialami korban berupa (kerusakan) pintu mobil pick up carry senilai Rp3.700.000 dan kartu E-toll Rp285.000,” kata Kanit Reskrim Polsek Tambora Iptu Sudrajat Djumantara saat dikonfirmasi di Jakarta, Minggu.

    Kejadian itu pun terjadi belum lama ini, di mana pelaku AS beraksi melakukan pencurian dengan cara merusak pintu mobil menggunakan gunting.

    “Lalu mengambil barang-barang berharga di dalam mobil,” kata Sudrajat.

    Pada Jumat (1/8), pihak kepolisian mendapat laporan bahwa korban tengah berada di wilayah Gedong Panjang, Pekojan, Tambora.

    “Saat tim dalam patroli kewilayahan, ada informasi pelaku sedang bermain di warnet game online di wilayah Gedong Panjang, Pekojan, Tambora, Jakarta Barat,” kata Sudrajat.

    Penangkapan pun segera dilakukan usai petugas mendapat laporan tersebut. Kini pelaku masih diamankan di Polsek Tambora untuk penyelidikan lebih lanjut.

    Sumber : Antara

  • 2 Pria Curi Tas Penumpang KRL Berisi Laptop di Stasiun Angke Ditangkap

    2 Pria Curi Tas Penumpang KRL Berisi Laptop di Stasiun Angke Ditangkap

    Jakarta

    Polisi menangkap dua pria berinsial J (26) dan D (28) di wilayah Tambora, Jakarta Barat (Jakbar). Keduanya ditangkap usai mencuri tas penumpang KRL yang di dalamnya berisi laptop.

    “Polsek Tambora melaporkan telah mengamankan dua orang laki-laki diduga telah melakukan pencurian satu buah tas ransel warna hitam,” kata Kapolsek Tambora Kompol Kukuh Islami, Kamis (31/7/2025).

    Pencurian itu viral di media sosial. Peristiwa itu terjadi pada Rabu (23/7) pagi. Kejadian berawal ketika korban berangkat ke kampus menggunakan KRL dari Stasiun Bekasi menuju Stasiun Depok.

    “Korban menaiki kereta dengan jurusan Stasiun Bekasi dengan tujuan akhir Stasiun Angke. Setelah menaiki kereta tersebut, lalu korban menaruh tas ransel miliknya di bagasi atas kepala,” jelasnya.

    Setibanya di Stasiun Manggarai, korban transit dan berpindah KRL rute Bogor. Saat di Stasiun Cawang, korban baru sadar bahwa tas ranselnya tertinggal di KRL sebelumnya.

    Kemudian korban membuat laporan polisi atas pencurian itu. Usai ditangkap, polisi melakukan pemeriksaan terhadap kedua pelaku.

    “Pelaku mengakui perbuatannya telah mencuri tas ransel milik korban yang tertinggal di stasiun,” imbuhnya.

    (rdh/whn)

  • Polisi ringkus pria yang bawa kabur anak di bawah umur

    Polisi ringkus pria yang bawa kabur anak di bawah umur

    Jakarta (ANTARA) – Polisi berhasil meringkus seorang pria berinisial SB (34) yang telah membawa kabur seorang anak perempuan di bawah umur di wilayah Tambora, Jakarta Barat.

    Kanit Reskrim Polsek Tambora AKP Sudrajat Djumantara menyebut pelaku tidak hanya membawa kabur korban, tetapi juga melakukan hal yang tak pantas dengan melakukan hubungan intim di berbagai lokasi, termasuk hotel dan kontrakan.

    “Pelaku berhasil kami amankan di daerah Karawang,” ujar Sudrajat saat dikonfirmasi di Jakarta, Kamis.

    Sudrajat menjelaskan, penangkapan SB (34) bermula ketika orang tua korban, SL melaporkan anaknya hilang pada 23 Juni 2025.

    “Setelah tim kita cari ke sejumlah lokasi, termasuk Muara Angke dan Karawang, kita akhirnya membekuk SB di sebuah kontrakan di Karawang,” ujar dia.

    Dalam pemeriksaan, SB dan korban mengaku telah berhubungan intim sejak April 2025 di berbagai tempat, termasuk hotel dan rumah keluarga pelaku.

    “Di mana antara pelaku dengan korban sudah berkenalan kurang lebih sekitar 4 bulan dan korban dijanjikan akan dinikahi oleh pelaku,” paparnya.

    Atas perbuatannya, pelaku SB disangkakan dengan Pasal 332 Ayat (1) ke 1e dan atau 2e KUHPidana dan atau Pasal 81 ayat (2) UU No. 23 Tahun 2002 tentang melarikan perempuan yang belum dewasa (di bawah umur) dan atau melakukan hubungan suami istri dengan anak perempuan di bawah umur.

    “Dengan ancaman maksimal 12 tahun penjara,” kata Sudrajat.

    Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
    Editor: Syaiful Hakim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Kriminal kemarin, kematian diplomat Kemlu hingga aksi mesum di TPU

    Kriminal kemarin, kematian diplomat Kemlu hingga aksi mesum di TPU

    Jakarta (ANTARA) – Peristiwa kriminal terjadi di wilayah DKI Jakarta pada Selasa (29/7) mulai dari hasil autopsi dan barang bukti yang diduga milik mendiang diplomat muda sekaligus staf Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Arya Daru Pangayunan (ADP) hingga aksi mesum di TPU Kebon Nanas.

    Selain itu, terdapat berita kriminal lainnya yang menarik untuk disimak pada pagi ini. Berikut rangkumannya:

    1. Polisi tampilkan barang bukti terkait kematian diplomat Kemlu

    Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya menampilkan sejumlah barang bukti yang diduga milik mendiang diplomat muda sekaligus staf Kementerian Luar Negeri (Kemlu), Arya Daru Pangayunan (ADP).

    Informasi yang dihimpun oleh ANTARA di lokasi konferensi pers, Aula Satya Haprabu Gedung Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Selasa, menyebutkan, barang bukti itu yaitu pakaian, dua unit laptop, lakban kuning, kartu akses gerbang, kartu akses kamar 105, empat unit diska lepas (flashdisk) dan sejumlah perlengkapan pribadi lainnya.

    2. Ini respon Kepala Pengelola TPU Kebon Nanas soal aksi mesum yang viral

    Pengelola Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kebon Nanas, Jakarta Timur, angkat bicara terkait aksi mesum yang viral dan memicu keresahan warga di sekitar pemakaman tersebut.

    “Untuk kemarin yang melakukan perbuatan mesum sebetulnya bukan satu-dua ya, tetapi sering. Kemudian aksi yang viral terjadi pada Minggu (27/7) kurang lebih sekitar pukul sembilan pagi,” kata Kepala TPU Kebon Nanas Muhaimin di lokasi Cipinang Besar Selatan, Jakarta Timur, Selasa.

    3. Kepolisian usut aksi pencurian bersenjata api di Jakbar

    Kepolisian menyelidiki aksi pencurian sepeda motor menggunakan senjata api yang terjadi di Jalan Hadiah RT 012/RW 03 Jelambar, Jakarta Barat, pada Selasa siang.

    Kepala Unit Reserse Kriminal (Kanit Reskrim) Polsek Grogol Petamburan AKP Aprino Tamara menyebutkan, pihaknya tengah memeriksa tempat kejadian perkara (TKP).

    4. Hasil autopsi jenazah Arya Daru, ditemukan sejumlah luka

    Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) menemukan sejumlah luka pada jenazah diplomat muda Kementerian Luar Negeri Arya Daru Pangayunan (ADP) berdasarkan hasil autopsi.

    “Dari pemeriksaan luar ditemukan luka-luka lecet pada wajah dan leher, luka terbuka pada bibir, memar-memar pada wajah, bibir dan anggota gerak atas kanan serta terdapat tanda-tanda perbendungan,” kata dr.G.Yoga Tohijiwa dari RSCM saat konferensi pers di Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa.

    5. Dua pria pencuri tas penumpang kereta di Tambora ditangkap

    Polisi menangkap dua pencuri tas penumpang kereta Commuter Line kurang dari 24 jam setelah aksi pelaku terekam kamera pengawas (CCTV) dan viral di media sosial.

    Kejadian ini terjadi pada Rabu (23/7), saat kereta berhenti di Stasiun Tambora, Jakarta Barat.

    Pewarta: Siti Nurhaliza
    Editor: Syaiful Hakim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Dua pria pencuri tas penumpang kereta di Tambora ditangkap

    Dua pria pencuri tas penumpang kereta di Tambora ditangkap

    Jakarta (ANTARA) – Polisi menangkap dua pencuri tas penumpang kereta Commuter Line kurang dari 24 jam setelah aksi pelaku terekam kamera pengawas (CCTV) dan viral di media sosial.

    Kejadian ini terjadi pada Rabu (23/7), saat kereta berhenti di Stasiun Tambora, Jakarta Barat.

    “Dua pelaku berinisial DM (29) dan JI (27) berhasil kami amankan di kediaman masing-masing kurang dari 24 jam setelah kejadian,” ungkap Kepala Unit Reserse Kriminal (Kanit Reskrim) Polsek Tambora, AKP Sudrajat Djumantara di Jakarta, Selasa.

    Dalam rekaman video yang beredar, tampak dua pria muda, salah satunya mengenakan jaket merah, masuk ke dalam gerbong dan mengambil tas yang tertinggal di rak atas kursi penumpang.

    Korban bernama Eza menyadari tas ransel miliknya tertinggal setelah berpindah kereta di Stasiun Manggarai menuju Depok.

    “Isi tasnya barang-barang elektronik penting seperti laptop, kamera CCTV dan perangkat lain. Kerugiannya sampai Rp10 juta,” kata Eza.

    Tanpa menunggu lama, Eza melaporkan kejadian ini ke Polsek Tambora.

    Menanggapi laporan tersebut, tim Reskrim langsung bergerak cepat melakukan pelacakan hingga kemudian pelaku berhasil ditangkap.

    Atas perbuatannya, kedua pelaku disangkakan dengan Pasal 362 KUHP tentang pencurian dengan ancaman hukuman pidana penjara paling lama lima tahun.

    Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.