kab/kota: Sydney

  • Penembak di Pantai Bondi Pernah Diselidiki karena Diduga Terkait ISIS

    Penembak di Pantai Bondi Pernah Diselidiki karena Diduga Terkait ISIS

    Sydney

    Otoritas intelijen Australia ternyata pernah menyelidiki salah satu pelaku penembakan massal di Pantai Bondi, Sydney, sekitar enam tahun lalu karena dugaan keterkaitannya dengan kelompok radikal Islamic State (ISIS).

    Penembakan massal yang menewaskan sedikitnya 15 orang dan melukai puluhan orang pada Minggu (14/12) itu, didalangi oleh seorang ayah berusia 50 tahun dan anak laki-lakinya yang berusia 24 tahun. Si ayah diidentifikasi bernama Sajid Akram, sedangkan anaknya bernama Naveed Akram.

    Sajid tewas ditembak polisi di lokasi kejadian. Sementara Naveed mengalami luka kritis dan kini berada di bawah penjagaan kepolisian di rumah sakit setempat. Otoritas Australia menyebut Sajid memiliki enam senjata api secara legal.

    Penembakan terjadi saat perayaan Hanukkah digelar umat Yahudi setempat, dan dihadiri lebih dari 1.000 orang, di pantai terkenal di Sydney itu. Kepolisian Australia menetapkan penembakan massal itu sebagai “insiden teroris”.

    Informasi terbaru yang dilaporkan televisi terkemuka Australia, ABC News, seperti dilansir AFP, Senin (15/12/2025), menyebutkan bahwa Organisasi Intelijen Keamanan Australia (ASIO) pernah menyelidiki Naveed pada tahun 2019 lalu.

    Laporan ABC News itu mengutip keterangan seorang pejabat senior yang tidak disebut namanya, namun merupakan bagian dari operasi kontra-terorisme gabungan Australia yang sedang menyelidiki penembakan massal di Pantai Bondi.

    Pejabat senior itu mengatakan bahwa Naveed diyakini memiliki hubungan dekat dengan seorang anggota ISIS yang ditangkap pada Juli 2019 dan dihukum karena mempersiapkan aksi teroris di Australia.

    Menurut laporan ABC News, para detektif kontra-terorisme Australia meyakini kedua pelaku penembakan telah menyatakan kesetiaan kepada ISIS.

    Para pejabat senior mengatakan kepada ABC News, bahwa dua bendera ISIS ditemukan di dalam mobil yang digunakan pelaku saat melakukan penembakan di Pantai Bondi.

    Direktur Jenderal ASIO, Mike Burgess, mengatakan kepada wartawan pada Minggu (14/12), bahwa salah satu pelaku “dikenal oleh kami, tetapi tidak dapat perspektif ancaman langsung”.

    “Jadi, sangat jelas kami perlu menyelidiki apa yang terjadi di sini,” ucapnya.

    Perdana Menteri (PM) Australia Anthony Albanese, seperti dilansir Sydney Morning Herald, mengatakan bahwa Naveed, seorang warga negara Australia kelahiran tahun 2001, menarik perhatian ASIO pada Oktober 2019. Dia diperiksa lebih lanjut dan hasil penilaian menyatakan “tidak ada indikasi ancaman berkelanjutan atau ancaman dirinya terlibat dalam kekerasan”.

    Sementara itu, Menteri Dalam Negeri Australia Tony Burke mengungkapkan bahwa Sajid, ayah Naveed, tiba di Australia dengan visa mahasiswa tahun 1998 silam, yang kemudian diubah menjadi visa pasangan pada tahun 2001, dan sejak itu dia memiliki visa penduduk tetap.

    Burke tidak mengonfirmasi dari mana asal Akram, meskipun laporan media menyebut dia datang dari Pakistan.

    Lihat Video ‘Detik-detik 2 Pelaku Penembakan di Australia Dilumpuhkan’:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Orangtua Ahmed Al Ahmed Sebut Putranya Pahlawan dalam Serangan di Sydney

    Orangtua Ahmed Al Ahmed Sebut Putranya Pahlawan dalam Serangan di Sydney

    Jakarta

    Orangtua dari pemilik toko buah yang berhasil melumpuhkan dan melucuti senjata salah satu penyerang di Pantai Bondi menyebut putra mereka sebagai pahlawan.

    Rekaman video menunjukkan Ahmed Al Ahmed, 43 tahun, berlari ke arah salah satu penembak dari belakang sebelum merebut senjata senapan dari penembak.

    Rekaman ini sudah disiarkan oleh media di seluruh dunia dan telah dilihat lebih dari 22 juta kali di media sosial.

    Kemudian terlihat ada orang kedua berlari ke arah penembak yang sudah tidak bersenjata dan melemparkan sebuah benda ke arahnya. Saat penembak mulai pergi, keduanya tetap bersembunyi di balik pohon.

    Orangtua Ahmed mengatakan kepada ABC jika putranya ditembak empat hingga lima kali di bahunya, dengan beberapa peluru masih bersarang di dalam tubuhnya.

    Mohamed Fateh Al Ahmed dan Malakeh Hasan Al Ahmed mengatakan mereka baru tiba di Sydney dari Suriah beberapa bulan yang lalu dan telah terpisah dari putra mereka sejak ia datang ke Australia pada tahun 2006.

    ‘Dia melihat orang-orang sekarat’

    Ibu dari Ahmed mengatakan dirinya “memukul-mukul badannya sendiri dan menangis” ketika menerima telepon kalau putranya telah ditembak dalam “kecelakaan.”

    “Kami berdoa agar Allah menyelamatkannya.”

    Ahmed Al Ahmed sedang minum kopi dengan seorang teman di Bondi ketika mendengar suara tembakan, menurut orang tuanya.

    Dia melihat salah satu penembak berjongkok di balik pohon, dan ketika amunisinya habis, Ahmed Al Ahmed mendekatinya dari belakang, berhasil merebut senapan dari tangannya.

    “Pada saat yang sama, teman pria bersenjata yang lain berada di jembatan… sepertinya dia membawa senapan panjang atau entahlah, dia mencoba membunuh [Ahmed] dan mengenai bahunya,” kata ayahnya.

    Mereka mengatakan Ahmed, seorang ayah dari dua anak perempuan yang berusia tiga dan enam tahun, akan melakukan apa saja untuk melindungi siapa pun, tanpa memandang latar belakang atau keyakinan mereka.

    “Ketika dia melakukan apa yang dia lakukan, dia tidak memikirkan latar belakang orang-orang yang dia selamatkan, orang-orang yang sekarat di jalan,” kata Mohamed.

    “Dia tidak membeda-bedakan antara satu kewarganegaraan dengan yang lain. Terutama di sini di Australia, tidak ada perbedaan antara satu warga negara dengan yang lain.”

    Anak berusia 10 tahun ikut tewas

    Setidaknya 15 orang tewas ketika Naveed Akram, 24 tahun, dan ayahnya Sajid Akram, 50 tahun, melepaskan tembakan ke arah pengunjung Yahudi yang menghadiri festival Hanukkah pada hari Minggu.

    Usia para korban berkisar dari 10 tahun hingga 87 tahun.

    Sebanyak 42 orang lainnya dibawa ke rumah sakit dengan kondisi mulai dari stabil hingga kritis.

    Naveed dirawat di rumah sakit di bawah pengawasan polisi setelah baku tembak dengan polisi, yang menewaskan ayahnya.

    Dalam konferensi pers pada hari Senin ini (15/12), Komisaris Polisi Mal Lanyon mengatakan Naveed “kemungkinan” akan menghadapi tuntutan pidana.

    Komisaris Mal mengatakan banyak nyawa diselamatkan karena tindakan para saksi mata.

    “Saya pikir kita telah melihat dengan sangat jelas dalam rekaman, keberanian para petugas dan warga yang mengambil tindakan dengan sangat cepat,” katanya.

    “Peristiwa tersebut sangat kacau dan menakutkan bahkan bagi petugas yang terlatih dengan baik sekali pun.”

    Orangtua Ahmed masih menunggu para ahli bedah untuk mengeluarkan peluru yang bersarang di bahu putra mereka, beberapa di antaranya diduga menembus jauh ke dalam tulang.

    Keluarga minta bantuan pemerintah

    Orangtua dari Ahmed mengatakan khawatirannya karena usia mereka, mereka tidak akan mampu membantu putra mereka dalam pemulihannya.

    Oleh karena itu, mereka meminta pemerintah Australia untuk membantu kedua saudara laki-lakinya, satu dari Jerman dan yang lainnya dari Rusia, untuk melakukan perjalanan ke Australia untuk membantu mereka.

    “Dia membutuhkan bantuan sekarang karena dia sekarang menjadi penyandang disabilitas,” kata Malakeh, ibu dari Ahmed.

    “Kami membutuhkan anak-anak kami yang lain untuk datang ke sini untuk membantu.”

    Penggalangan dana yang dibuat atas nama Ahmed Al Ahmed sejauh ini telah mengumpulkan A$550.000 dalam 12 jam.

    Bill Ackman, seorang bankir investasi Yahudi yang bernilai lebih dari A$9,5 miliar, juga sudah mempromosikan penggalangan dana tersebut di media sosialnya.

    Lihat Video ‘Momen Heroik Ahmed Rebut Senjata Pelaku Penembakan di Australia’:

    (ita/ita)

  • Penembakan Pantai Bondi Tewaskan 15 Orang, Apa yang Diketahui Sejauh Ini?

    Penembakan Pantai Bondi Tewaskan 15 Orang, Apa yang Diketahui Sejauh Ini?

    Jakarta

    Kepolisian New South Wales, Australia, mengatakan 15 orang, termasuk seorang gadis berusia 10 tahun, tewas dalam penembakan di Pantai Bondi pada Minggu (14/12). Siapa pria penjual buah yang berhasil menyergap salah-seorang pelaku penembakan?

    Serangan itu terjadi saat acara sedang berlangsung untuk menandai dimulainya Hanukkah.

    Polisi mengatakan mereka memperlakukan kasus penembakan ini sebagai insiden teror.

    Kedua pelaku penembakan adalah ayah dan anaknya, ungkap polisi.

    Pria terduga pelaku berusia 50 tahun meninggal di tempat kejadian.

    Adapun anaknya yang berusia 24 tahun masih dirawat di rumah sakit dalam kondisi kritis.

    Perdana Menteri (PM) Australia, Anthony Albanese menyebut serangan itu sebagai “tindakan kejahatan murni” yang “dengan sengaja menargetkan” komunitas Yahudi.

    Rabbi Eli Schlanger, kelahiran Inggris, termasuk di antara mereka yang tewas dalam serangan itu, kata keluarganya kepada BBC.

    Siapa pelaku penembakan di Pantai Bondi?

    Para pelaku penembakan yang menargetkan komunitas Yahudi di acara Hanukkah di Pantai Bondi adalah ayah dan anaknya, kata para pejabat Australia.

    Lima belas orang termasuk seorang gadis berusia 10 tahun, tewas dalam serangan itu, yang oleh Perdana Menteri (PM) Australia, Anthony Albanese disebut sebagai “tindakan antisemitisme… [dan] terorisme di pantai kita”.

    Pelaku penembakan yang lebih tua, 50 tahun, meninggal setelah ditembak mati oleh polisi.

    Adapun anaknya, pria yang berusia 24 tahun, dalam kondisi kritis.

    Penembakan massal di Australia sangat jarang terjadi, dan serangan di Bondi adalah insiden paling mematikan di negara itu sejak pembantaian Port Arthur pada 1996.

    Ketika itu 35 orang tewas oleh seorang penembak tunggal.

    Polisi telah menyatakan insiden tersebut sebagai serangan teroris.

    BBCLokasi penembakan di Bondi Beach, Australia.

    Pihak berwenang Australia belum mengungkap lebih jauh soal identitas dan motif kedua pelaku, selain menyatakan bahwa mereka adalah ayah dan anak.

    Sang anak lahir dan besar di Australia, sementara ayahnya tiba di Australia pada 1998 dengan visa pelajar, kata Menteri Dalam Negeri Tony Burke.

    Burke menyebut, visa sang ayah kemudian dialihkan menjadi visa pasangan pada 2001, dan selanjutnya mendapatkan izin tetap permanen.

    Perdana Menteri Anthony Albanese menyebut sang anak yang berusia 24 tahun, sempat “diperiksa berdasarkan dugaan keterkaitannya dengan pihak lain.”

    Albanese tak memerinci “pihak lain” tersebut, seraya menambahkan bahwa pemeriksaan itu berlangsung pada Oktober 2019.

    “Hasil penilaian menyimpulkan tidak ada indikasi ancaman berkelanjutan atau risiko keterlibatannya dalam tindakan kekerasan.”

    Kedua pelaku disebut tinggal di Bonnyrigg, sebuah wilayah di barat daya Sydney yang berjarak sekitar satu jam perjalanan darat dari Pantai Bondi.

    Mereka tinggal di sebuah rumah bata satu lantai dengan pagar berwarna krem di bagian depan halaman.

    Alamat tersebut tercatat sebagai tempat tinggal ayah dan anak itu, tapi kedua pelaku kemudian berpindah ke sebuah properti sewaan jangka pendek di Campsie.

    Polisi meyakini di lokasi itulah serangan tersebut dipersiapkan.

    Di Bonnyrigg, para tetangga mengaku terkejut.

    “Anak perempuan saya berteriak, ‘Bu, lihat ke luar,’ lalu saya melihat banyak polisi, banyak mobil, sirene, dan pengeras suara yang memanggil mereka untuk keluar,” kata Lemanatua Fatu, yang tinggal di seberang rumah pelaku.

    “Lalu saya melihat beritanya saya pikir, ya, ampun, tidak mungkin itu mereka,” ujar Fatu.

    Ia pun mengaku sering melihat pelaku yang lebih muda membuang sampah.

    “Kami tinggal di sini seperti orang-orang biasa, ini lingkungan yang baik,” pungkas Fatu.

    Apa yang diketahui sejauh ini?

    Sekitar pukul 18:47 waktu setempat, Kepolisian New South Wales, Australia, menerima laporan bahwa terjadi penembakan di Archer Park, Pantai Bondi.

    Tak lama kemudian, polisi mengeluarkan pernyataan, yang isinya mendesak siapa pun yang berada di tempat kejadian agar berlindung.

    Warga juga diminta menghindari daerah tersebut.

    Video yang telah diverifikasi merekam ratusan orang meninggalkan pantai tersebut.

    Mereka berteriak dan terlihat berlari saat terdengar rentetan tembakan.

    Rekaman yang diverifikasi oleh BBC memperlihatkan dua penembak melepaskan tembakan dari sebuah jembatan kecil yang melintasi dari tempat parkir di Campbell Parade menuju Pantai Bondi.

    Video terpisah yang diverifikasi oleh BBC menunjukkan seorang saksi mata menangkap salah satu pelaku bersenjata, sebelum merebut senjatanya dan mengarahkannya kepada pelaku.

    Pelaku bersenjata itu kemudian mundur ke arah jembatan, dari mana penyerang lain menembak.

    Saksi mata tersebut kemudian diidentifikasi sebagai Ahmed al Ahmed, pemilik toko buah dan ayah dari dua anak.

    Keluarganya mengatakan kepada 7News Australia bahwa ia masih dirawat di rumah sakit setelah menjalani operasi akibat luka tembak di lengan dan tangannya.

    Ia digambarkan oleh Perdana Menteri New South Wales, Chris Minns, sebagai “pahlawan sejati”.

    “Saya tidak ragu bahwa banyak sekali orang yang selamat malam ini berkat keberaniannya,” kata Minns dalam konferensi pers.

    Dalam rekaman yang sama, seorang pria lain yang tampaknya terluka terlihat melarikan diri dari tempat kejadian, saat polisi tiba dan mulai menembak ke arah para pelaku bersenjata.

    Video terverifikasi lainnya menunjukkan beberapa petugas polisi di jembatan yang sama.

    Salah satu petugas tampak memberikan upaya pertolongan pertama kepada seorang pria yang tergeletak, sementara seseorang berteriak “dia mati, dia mati”.

    Siapa Ahmed al Ahmed?

    Ahmed adalah seorang pemilik toko buah dan ayah dari dua anak.

    Dia dilaporkan masih dirawat di rumah sakit karena luka-luka.

    Ia telah menjalani operasi akibat luka tembak di lengan dan tangannya, kata keluarganya kepada 7News Australia.

    Sepupu Ahmed, Mustafa, mengatakan kepada 7News Australia pada Minggu malam: “Dia pahlawan, 100% dia pahlawan. Dia terkena dua tembakan, satu di lengannya dan satu di tangannya.”

    Dalam perkembangan terbaru pada Senin (15/12) dini hari, Mustafa berkata: “Saya berharap dia akan baik-baik saja.”

    “Saya menjenguknya tadi malam. Dia dalam kondisi cukup baik, tapi kami masih menunggu keterangan dari dokter.”

    Apa yang dilakukan Ahmed al Ahmed?

    Dalam video yang beredar, Ahmed terlihat bersembunyi di balik sebuah mobil yang diparkir, lalu melompat keluar ke arah penyerang dan menjatuhkannya.

    Ia berhasil merebut senjata api dari tangan penyerang, mendorongnya ke tanah, lalu mengarahkan senjata tersebut ke pelaku.

    Penyerang kemudian mulai mundur kembali ke arah jembatan.

    Ahmed lalu menurunkan senjata itu dan mengangkat satu tangan ke udara, seolah menunjukkan kepada polisi bahwa ia bukan salah satu pelaku penembakan.

    Penyerang yang sama kemudian terlihat kembali berada di jembatan, mengambil senjata lain dan kembali melepaskan tembakan.

    Seorang pria bersenjata lainnya juga terus menembak dari arah jembatan.

    Belum jelas siapa atau apa yang menjadi sasaran tembakan mereka.

    Paling banyak dibaca:

    Seorang perempuan dibawa petugas kesehatan, sementara dua polisi berjaga di lokasi penembakan. (AFP via Getty Images)

    Berapa banyak orang yang tewas dan terluka?

    Seorang gadis berusia 10 tahun termasuk di antara lima belas orang yang tewas dalam penembakan tersebut, menurut Kepolisian New South Wales.

    Usia para korban berkisar antara 10 hingga 87 tahun. Tidak ada detail lebih lanjut yang diberikan.

    Keluarga Rabbi Eli Schlanger, 41 tahun, kelahiran Inggris, telah memberi tahu BBC bahwa ia termasuk di antara yang tewas.

    Sepupu Schlanger, Rabbi Zalman Lewis, mengatakan bahwa ia “ceria, energik, penuh semangat, dan orang yang sangat ramah dan suka membantu orang lain”.

    Media Israel mengutip Kementerian Luar Negeri Israel melaporkan bahwa seorang warga negara Israel juga tewas.

    Warga negara Prancis, Dan Elkayam, juga telah diidentifikasi sebagai korban serangan tersebut.

    Seorang perempuan membawa bayinya di kawasan Bondi Beach usai penembakan terjadi, dengan garis polisi yang sudah dibentangkan di lokasi kejadian. (AFP via Getty Images)

    Dalam sebuah penghormatan yang dibagikan kepada X, Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Nol Barrot mengatakan bahwa ia berduka bersama keluarga dan orang-orang terkasih Elkayam, komunitas Yahudi, dan warga Australia yang berduka.

    Menteri Kesehatan New South Wales, Ryan Park, mengatakan kepada ABC News pada Senin (15/12) bahwa beberapa orang “mengalami luka kritis, beberapa luka serius”.

    Park juga mengatakan empat anak dipindahkan ke Rumah Sakit Anak Sydney. Tidak jelas apakah anak yang meninggal termasuk dalam jumlah ini.

    Dua petugas polisi ditembak dan terluka selama insiden tersebut, menurut polisi.

    Mereka dilaporkan pada Minggu (14/12) dalam kondisi “mendekati kritis”.

    Salah satu pelaku kantongi izin senjata untuk berburu

    Polisi mengatakan para pelaku penembakan adalah ayah dan anak berusia 50 dan 24 tahun, kata Komisaris Polisi New South Wales, Mal Lanyon, dalam konferensi pers pada Senin pagi.

    Pria berusia 50 tahun itu adalah pemegang izin senjata api.

    Dia dikaitkan dengan enam senjata api, yang semuanya diyakini telah digunakan dalam serangan di Pantai Bondi, kata Lanyon.

    Mal Lanyon, menambahkan bahwa pelaku penembakan di Pantai Bondi yang berusia 50 tahun mengantongi “lisensi kategori AB” sehingga “memberikan hak kepadanya untuk memiliki senjata laras panjang yang ia bawa.”

    “Terkait izin kepemilikan senjata api, registri senjata api melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap seluruh permohonan untuk memastikan seseorang layak dan patut memegang izin senjata api,” ujar Lanyon.

    Merujuk situs Servis NSW, kelayakan senjata untuk berburu di negara bagian itu bergantung pada lahan tempat berburu, jenis hewan yang akan diburu, dan alasan berburu.

    Salah satu alasan berburu yang diakui adalah untuk ‘rekreasi atau konsumsi pribadi’, demikian pernyataan Service NSW.

    Bagaimana perkembangan terbaru?

    Polisi telah menyatakan penembakan pada Minggu (14/12) sebagai serangan teror.

    Sejak Minggu malam hingga Senin, zona larangan masuk didirikan di sekitar lokasi kejadian.

    Polisi menggunakan peralatan khusus untuk memeriksa alat peledak improvisasi (IED) yang ditemukan di dalam mobil yang terkait dengan salah satu pelaku penembakan.

    Polisi juga meminta masyarakat untuk menghindari area tersebut.

    Dalam pidato yang disiarkan televisi, Perdana Menteri (PM) Australia Anthony Albanese menyebut penembakan itu sebagai “tindakan antisemitisme yang jahat”.

    Presiden Israel, Isaac Herzog menyebut penembakan itu sebagai “serangan yang sangat kejam terhadap orang Yahudi”.

    Adapun Raja Charlesyang merupakan kepala negara di negara Persemakmuran mengatakan dia “terkejut dan sedih atas serangan teroris antisemitisme yang paling mengerikan”.

    Pemerintah Australia akan perketat aturan senjata api

    Perdana Menteri Anthony Albanese mengatakan bahwa “perlunya undang-undang senjata api yang lebih ketat,” selepas insiden di Pantai Bondi.

    Pembahasa itu, disebut Albanese akan masuk dalam agenda rapat kabinet nasional yang dijadwalkan berlangsung pukul 16.00 waktu setempat.

    “Sore ini, pukul empat, saya akan mengajukan agenda kepada kabinet nasional mengenai pengetatan undang-undang senjata api, termasuk pembatasan jumlah senjata yang dapat digunakan atau dilisensikan untuk individu, serta peninjauan ulang izin dalam jangka waktu tertentu,” kata Albanese kepada media.

    “Keadaan seseorang bisa berubah. Seseorang juga bisa mengalami radikalisasi seiring waktu. Izin tidak seharusnya berlaku seumur hidup,” ujarnya.

    Getty Images

    Australia selama ini kerap mengklaim sebagai negara yang aman, dengan salah satu undang-undang senjata api paling ketat di dunia.

    Setelah pembantaian Port Arthur pada 1996, ketika 35 orang tewas di negara bagian Tasmania, pemerintah segera melakukan perubahan besar dan krusial terkait kepemilikan senjata api oleh warga sipil, khususnya senjata otomatis.

    Berdasarkan Firearms Act 1996, seseorang “tidak boleh memiliki atau menggunakan senjata api, senjata api terlarang, atau pistol kecuali jika orang tersebut diberi kewenangan melalui izin atau lisensi.”

    Seluruh pemilik senjata api yang memegang izin atau lisensi wajib terdaftar, demikian pernyataan Kepolisian dan Pemerintah New South Wales (NSW) di situs resmi mereka mengenai perolehan senjata api dan amunisi.

    Seorang lelaki komunitas Yahudi memegang kepala, dengan latar dua orang anggota polisi. (AFP via Getty Images)

    Apa itu Hanukkah?

    Hanukkah, atau Chanukah dalam bahasa Ibrani, sering disebut sebagai festival cahaya Yahudi.

    Tanggal Hanukkah berubah setiap tahun, tetapi selalu jatuh pada November atau Desember dan berlangsung selama delapan hari.

    Sebuah acara untuk menandai hari pertama perayaan tersebut sedang berlangsung di Pantai Bondi pada saat penembakan terjadi.

    Sebuah pamflet digital untuk acara tersebut, yang bernama Chanuka by the Sea 2025, menunjukkan bahwa acara tersebut dijadwalkan berlangsung di dekat taman bermain anak-anak di pantai mulai pukul 17:00 waktu setempat (06:00 GMT) pada Minggu.

    Diselenggarakan oleh pusat Yahudi Chabad of Bondi, acara tersebut direncanakan akan menampilkan hiburan langsung dan kegiatan “untuk semua usia”.

    Sekitar 1.000 orang dilaporkan hadir di acara tersebut.

    Berita ini akan diperbarui secara berkala.

    (ita/ita)

  • Penembakan di Bondi, Netanyahu Salahkan PM Australia Akui Palestina

    Penembakan di Bondi, Netanyahu Salahkan PM Australia Akui Palestina

    Tel Aviv

    Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menyalahkan Perdana Menteri (PM) Australia Anthony Albanese atas penembakan massal di Pantai Bondi, Sydney, yang menewaskan sedikitnya 15 orang. Netanyahu menuduh Albanese semakin “mengobarkan api antisemitisme” dengan mengakui negara Palestina.

    Ini bukan pertama kalinya Netanyahu mengkritik Albanese. Sang PM Israel sebelumnya menyebut Albanese sebagai pemimpin yang lemah, setelah Australia memberikan pengakuan resmi untuk negara Palestina pada September lalu.

    Dalam pidato yang berapi-api, seperti dilansir ABC News dan Sydney Morning Herald, Senin (15/12/2025), Netanyahu mengatakan bahwa “antisemitisme adalah kanker” dan bahwa itu “menyebar ketika para pemimpin tetap diam”. Penembakan di Pantai Bondi itu terjadi saat festival tahunan Yahudi digelar.

    “Saya menyerukan kepada Anda untuk mengganti kelemahan dengan tindakan, sikap lunak dengan tekad. Sebaliknya, Perdana Menteri, Anda mengganti kelemahan dengan kelemahan dan sikap lunak dengan lebih banyak sikap lunak,” kata Netanyahu dalam pidatonya pada Minggu (14/12) waktu setempat.

    “Pemerintah Anda tidak melakukan apa pun untuk menghentikan penyebaran antisemitisme di Australia. Anda tidak melakukan apa pun untuk mengekang sel-sel kanker yang tumbuh di dalam negara Anda,” ucapnya.

    “Anda tidak mengambil tindakan apa pun. Anda membiarkan penyakit itu menyebar dan hasilnya adalah serangan mengerikan terhadap orang-orang Yahudi yang kita lihat hari ini,” kritik Netanyahu dalam pidato yang disampaikan saat rapat pemerintah Israel tersebut

    Australia telah mengakui negara Palestina dalam rangkaian Sidang Umum PBB pada September lalu, setelah Albanese mengumumkan rencana pengakuan itu pada 11 Agustus lalu. Netanyahu, dalam pidatonya, menyinggung surat yang dikirimkannya kepada Albanese pada saat itu.

    “Saya menulis: ‘Seruan Anda untuk negara Palestina justru menyulut api antisemitisme. Itu memberikan hadiah kepada teroris Hamas. Itu memberikan keberanian kepada mereka yang mengancam orang Yahudi Australia dan mendorong kebencian terhadap Yahudi yang kini berkeliaran di jalanan Anda’,” ujar Netanyahu.

    Netanyahu, selama perang Gaza berkecamuk, telah berulang kali mengaitkan seruan luas untuk negara Palestina dan kritikan terhadap serangan militer Israel di Jalur Gaza dengan semakin meningkatnya insiden-insiden antisemitisme di seluruh dunia.

    Albanese tidak menanggapi secara langsung kritikan Netanyahu. Saat berbicara kepada wartawan di Sydney pada Senin (15/12), Albanese mengatakan bahwa sekarang adalah “momen untuk persatuan nasional”.

    “Ini adalah momen untuk persatuan nasional. Ini adalah momen bagi warga Australia untuk bersatu. Itulah tepatnya yang akan kita lakukan,” ucapnya.

    “Apa yang kita lihat kemarin adalah tindak kejahatan murni, tindakan antisemitisme, tindakan terorisme di wilayah kita di lokasi ikonik Australia,” ujar Albanese.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Horor Penembakan di Bondi, PM Australia Akan Perketat UU Senjata Api

    Horor Penembakan di Bondi, PM Australia Akan Perketat UU Senjata Api

    Jakarta

    Perdana Menteri (PM) Australia Anthony Albanese mengusulkan undang-undang senjata api yang lebih ketat di negara tersebut. Hal ini disampaikannya pada hari Senin (15/12) setelah 15 orang tewas dalam penembakan massal yang menargetkan festival Yahudi di Pantai Bondi, Sydney.

    Para pelaku penembakan yang merupakan ayah dan anak, menembak ke arah kerumunan orang yang memadati Pantai Bondi untuk memulai perayaan Hanukkah pada Minggu (14/12) malam waktu setempat.

    Polisi mengkonfirmasi bahwa ayah berusia 50 tahun itu memiliki izin untuk memiliki enam senjata api, yang mereka yakini digunakan dalam penembakan tersebut.

    PM Albanese mengatakan undang-undang senjata api yang lebih ketat diperlukan, termasuk pembatasan jumlah senjata api yang dapat dimiliki oleh satu orang.

    “Pemerintah siap mengambil tindakan apa pun yang diperlukan. Termasuk di dalamnya adalah kebutuhan akan undang-undang senjata api yang lebih ketat,” katanya kepada wartawan, dilansir kantor berita AFP, Senin (15/12/2025).

    Albanese mengatakan dia akan membawa reformasi tersebut ke pertemuan Kabinet Nasional dengan para perdana menteri negara bagian pada Senin sore waktu setempat.

    “Orang dapat diradikalisasi dalam jangka waktu tertentu. Izin tidak boleh berlaku selamanya,” katanya.

    Penembakan massal jarang terjadi di Australia sejak seorang penembak tunggal menewaskan 35 orang di kota wisata Port Arthur pada tahun 1996.

    Apa yang disebut “pembantaian Port Arthur” itu menyebabkan reformasi besar-besaran yang sejak lama dianggap sebagai standar emas di seluruh dunia.

    Reformasi tersebut termasuk skema pembelian kembali senjata api, registrasi senjata api nasional, dan penindakan terhadap kepemilikan senjata semi-otomatis.

    Albanese mengatakan sudah saatnya mempertimbangkan apakah undang-undang senjata api negara itu perlu diperketat lagi.

    “Saya tentu saja siap untuk itu,” tandasnya.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • 1
                    
                        Ida Budhiati soal Riwayat Pendidikan Gibran: Vonis PTUN Harus Diterima
                        Nasional

    1 Ida Budhiati soal Riwayat Pendidikan Gibran: Vonis PTUN Harus Diterima Nasional

    Ida Budhiati soal Riwayat Pendidikan Gibran: Vonis PTUN Harus Diterima
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Ahli Hukum Tata Negara dari Universitas Bhayangkara, Ida Budhiati, menilai bahwa jika Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) sudah menjatuhkan vonis untuk sebuah sengketa, objek permasalahannya seharusnya tidak digugat lagi ke pengadilan negeri.
    Hal ini disampaikan Ida ketika dihadirkan sebagai ahli dari kubu Wakil Presiden
    Gibran Rakabuming Raka
    dan
    KPU RI
    dalam sidang lanjutan gugatan perdata terhadap riwayat pendidikan SMA Gibran.
    “Suka tidak suka, kemudian puas atau tidak puas, maka putusan
    Pengadilan Tata Usaha Negara
    itu harus diterima. Dan tidak memberikan beban kepada peradilan lain di bawah tadi ya (pembinaan) Mahkamah Agung,” ujar Ida dalam sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Senin (15/12/2025).
    Ida mengatakan, sengketa terkait dengan lembaga penyelenggara negara, termasuk KPU, menjadi objek wewenang PTUN untuk memeriksa dan mengadili.
    “Menurut saya, sesuai dengan konstruksi hukum yang berlaku di Indonesia, ya sarananya, kanalnya untuk meminta akuntabilitas dari KPU sebagai pejabat administrasi negara itu melalui Peradilan Tata Usaha Negara,” imbuh Ida, mantan komisioner KPU ini.
    Ida menilai, meski Gibran digugat dalam kapabilitas sebagai warga negara, gugatan perdata ini tetap menjadi kewenangan PTUN untuk mengadili karena tidak terlepas dari penyelenggaraan Pemilu yang menjadi obyek PTUN.
    Sejak didaftarkan pada 29 Agustus 2025, perkara nomor 583/Pdt.G/2025/PN Jkt.Pst ini mencantumkan beberapa tuntutan terhadap Gibran dan KPU RI.
    Pertama, kedua tergugat, Gibran dan KPU, dinilai telah melakukan perbuatan melawan hukum karena ada beberapa syarat pendaftaran calon wakil presiden (Cawapres) yang dahulu tidak terpenuhi.
    Berdasarkan data KPU RI, Gibran sempat sekolah di Orchid Park Secondary School Singapore, tahun 2002-2004.
    Lalu, di UTS Insearch Sydney, tahun 2004-2007. Keduanya merupakan sekolah setingkat SMA.
    Namun, Subhan menilai, dua institusi ini tidak sesuai dengan persyaratan yang ada di undang-undang dan dianggap tidak sah sebagai pendidik setingkat SLTA.
    Atas hal ini, Subhan selaku penggugat meminta agar majelis hakim yang mengadili perkara ini menyatakan bahwa Gibran dan KPU telah melakukan perbuatan melawan hukum.
    Subhan juga meminta agar majelis hakim menyatakan status Gibran saat ini sebagai Wapres tidak sah.
    Gibran dan KPU juga dituntut untuk membayar uang ganti rugi senilai Rp 125 triliun kepada negara.
    “Menghukum Para Tergugat secara tanggung renteng membayar kerugian materiil dan immateriil kepada Penggugat dan seluruh Warga Negara Indonesia sebesar Rp 125 triliun dan Rp 10 juta dan disetorkan ke kas negara,” bunyi petitum.
    Seusai persidangan,
    Kompas.com
    bertanya ke
    Ida Budhiati
    perihal perkara di PTUN yang dia maksud saat dia berbicara di persidangan.
    Ida Budhiati menjelaskan, perkara di PTUN yang dia maksud adalah perkara gugatan Subhan Palal terhadap KPU pada 12 Agustus 2025, dengan nomor
    264/G/2025/PTUN.JKT
    .
    Keterangan:
    Judul berita ini telah mengalami perubahan pada Minggu (15/12/2025) pukul 23.27 WIB, setelah Kompas.com meminta dan mendapatkan penjelasan lebih lanjut dari narasumber di berita ini, Ida Budhiati. 
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Duh, Kembang Api Natal Dikira Perayaan Atas Penembakan di Pantai Bondi

    Duh, Kembang Api Natal Dikira Perayaan Atas Penembakan di Pantai Bondi

    Sydney

    Video yang beredar di media sosial, menunjukkan percikan kembang api di langit Australia, sempat keliru dikira sebagai perayaan “Islamis” atas penembakan massal di Pantai Bondi, Sydney. Para pejabat setempat mengklarifikasi kembang api itu untuk perayaan Natal, yang direncanakan beberapa bulan sebelumnya.

    Rekaman video itu, seperti dilansir AFP, Senin (15/12/2025), termasuk di antara beberapa informasi keliru atau hoaks yang beredar secara online setelah penembakan mengguncang Pantai Bondi di Sydney pada Minggu (14/12), yang sejauh ini menewaskan sedikitnya 15 orang dan melukai puluhan orang lainnya.

    Otoritas Australia menyebut penembakan massal itu sebagai serangan teroris anti-Semitisme yang terjadi saat festival Yahudi tahunan digelar di area Pantai Bondi.

    Sebuah video yang beredar secara online menunjukkan percikan kembang api di langit malam Australia, menuai berbagai spekulasi di media sosial. Video itu bahkan telah menyebar ke India, Inggris, dan Amerika Serikat (AS) pada Senin (15/12) pagi.

    “(Orang-orang) Yang telah kita izinkan masuk ke negara kita sekarang menyalakan kembang api di Bankstown, merayakan Pembantaian Bondi terhadap warga Yahudi kita,” tulis salah satu pengguna media sosial yang berbasis di Australia, yang tidak disebut nama profilnya, merujuk pada pinggiran kota Sydney barat daya.

    Menggunakan bahasa yang merendahkan martabat manusia dalam postingan media sosial X yang telah di-repost lebih dari 750 kali, pengguna media sosial itu juga melontarkan pertanyaan berbunyi: “Mengapa polisi tidak menangkap mereka?”

    Sejumlah pengguna media sosial lainnya di Facebook mengklaim video tersebut menunjukkan “para Islamis menyalakan kembang api di Sydney untuk merayakan serangan teroris terhadap perayaan Hanukkah di Pantai Bondi”.

    Berbagai spekulasi dan informasi keliru atau hoaks itu dibantah oleh otoritas lokal di Australia. Meskipun memang ada pertunjukan kembang api pada Minggu (14/12) malam di sekitar Canterbury Bankstown, organisasi komunitas lokal menjelaskan bahwa pertunjukan kembang api itu untuk perayaan Natal.

    “Kembang api itu adalah bagian dari acara tahunan Christmas Carol, acara ini dan pertunjukan kembang api telah direncanakan beberapa bulan sebelumnya,” kata Rotary Club of Padstow dalam pernyataannya.

    “Itu sama sekali tidak berkaitan dengan serangan teroris di Bondi,” tegas pernyataan tersebut, sembari menambahkan bahwa pertunjukan kembang api digelar setiap tahun.

    Di sisi lain, sejumlah postingan media sosial yang membagikan rekaman video itu dengan spekulasi liar juga menuai kritikan dari warga Australia, terutama yang tinggal di area Bankstown, yang dikenal dengan keragaman budaya terbesar di Sydney dan dihuni penduduk dari lebih 120 negara.

    “Secara sengaja menyebarkan informasi keliru untuk memicu kebencian adalah tindakan menjijikkan. Anda seharusnya malu pada diri Anda sendiri,” tulis seorang pengguna media sosial X dai area permukiman Belmore, pinggiran Sydney.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Trump Puji Ahmed yang Rebut Senjata Penembak di Pantai Bondi Australia

    Trump Puji Ahmed yang Rebut Senjata Penembak di Pantai Bondi Australia

    Washington DC

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melontarkan pujian untuk Ahmed al Ahmed, seorang warga sipil Australia yang dengan tangan kosong merebut senjata api dari tangan pelaku penembakan massal di Pantai Bondi, Sydney, pada Minggu (14/12), Trump memuji Ahmed sebagai “orang yang sangat berani”.

    Aksi heroik Ahmed merebut senjata pelaku dengan tangan kosong itu terekam kamera dan viral di media sosial.

    Trump, seperti dilansir Sydney Morning Herald, Senin (15/12/2025), mengomentari penembakan massal di Pantai Bondi, yang disebutnya sebagai situasi yang mengerikan. Dalam pernyataannya, Trump juga memuji keberanian Ahmed, yang viral di media sosial dengan aksinya yang heroik.

    “Ada seseorang yang sangat, sangat berani, yang bergerak dan menyergap langsung salah satu penembak dan menyelamatkan banyak nyawa,” ucap Trump dalam pernyataannya.

    “Orang yang sangat berani ini sekarang berada di rumah sakit, terluka cukup serius. Jadi, rasa hormat yang besar kepada orang yang melakukan hal itu,” katanya.

    Penembakan massal di area Pantai Bondi pada Minggu (14/12) waktu setempat, menewaskan sedikitnya 16 orang tewas dan melukai puluhan orang lainnya.

    Ahmed terkena dua tembakan di bagian atas bahu kiri saat seorang diri merebut senjata api dari tangan pelaku penembakan massal tersebut. Dia telah menjalani operasi dan dilaporkan kini dalam kondisi stabil di rumah sakit setempat.

    Momen heroik Ahmed merebut senjata pelaku penembakan massal di Pantai Bondi, Sydney, Australia Foto: Tangkapan Layar Video Viral

    Trump secara singkat membahas penembakan massal itu ketika berpidato saat acara Natal di Gedung Putih. Dia menyebutnya sebagai “serangan mengerikan… serangan anti-Semitisme, sangat jelas”. Sementara otoritas AS, melalui Menteri Luar Negeri Marco Rubio, “mengutuk keras serangan teroris” di Sydney tersebut.

    Kepolisian Australia mengidentifikasi dua pelaku penembakan itu sebagai seorang ayah yang bernama Sajid Akram (50) dan anak laki-lakinya, Naveed Akram (24). Kepolisian meyakini tidak ada pelaku lainnya dalam penembakan massal itu.

    Sajid tewas ditembak polisi di lokasi kejadian, sedangkan Naveed mengalami luka kritis dan kini berada di bawah penjagaan kepolisian di sebuah rumah sakit setempat. Otoritas Australia menyebut Sajid memiliki enam senjata api secara legal.

    Motif pasti di balik penembakan massal itu masih diselidiki. Namun diketahui bahwa penembakan itu terjadi selama acara tahunan “Hanukkah by the Sea” yang digelar oleh umat Yahudi di Pantai Bondi. Kepolisian setempat menyebut acara itu dihadiri lebih dari 1.000 orang.

    Kepolisian Australia telah menetapkan penembakan massal itu sebagai “insiden teroris” dan mengungkapkan bahwa pihaknya telah menemukan dugaan “peledak rakitan” di dalam sebuah kendaraan terkait pelaku yang ditemukan terparkir di dekat area pantai.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • 1
                    
                        Ida Budhiati soal Riwayat Pendidikan Gibran: Vonis PTUN Harus Diterima
                        Nasional

    Ahli Nilai Gugatan terhadap Gibran Terlambat, Pemilu Sudah Selesai

    Ahli Nilai Gugatan terhadap Gibran Terlambat, Pemilu Sudah Selesai
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Ahli Hukum Tata Negara dari Universitas Bhayangkara, Ida Budhiati menilai, seorang warga negara kehilangan kesempatan untuk menggugat dugaan pelanggaran dalam Pemilihan Umum (Pemilu) jika proses Pemilu sudah selesai dilaksanakan.
    Hal ini disampaikan Ida ketika dihadirkan sebagai ahli dari kubu Wakil Presiden
    Gibran Rakabuming Raka
    dan KPU RI dalam sidang lanjutan
    gugatan perdata
    terhadap riwayat pendidikan SMA Gibran.
    “Berkaitan dengan sengketa, bahwa warga negara kemudian mengetahui (ada dugaan pelanggaran) setelah pemilu berakhir, maka menurut kerangka hukum pemilu, kehilangan kesempatan untuk mengajukan komplain mengajukan sengketa,” ujar Ida, dalam sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Senin (15/12/2025).
    Ida mengatakan, masyarakat telah diberi kesempatan untuk mengajukan keberatan ketika menemukan adanya kejanggalan saat proses Pemilu masih berlangsung.
    Hal ini telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2023 tentang Pemilu.
    “Warga negara itu dibuka kesempatan untuk mengajukan keberatan-keberatan atau meminta akuntabilitas dari pelaksanaan tugas pejabat administrasi negara di bidang kepemiluan,” ujar Ida.
    Namun, keberatan ini harus diajukan saat Pemilu masih berlangsung dan pada tahap yang sesuai.
    Misalnya, untuk sengketa pencalonan presiden dan wakil presiden, diajukan sebelum calon ini ditetapkan sebagai pasangan calon.
    Ida mengatakan, batas waktu ini juga harus ditaati oleh warga negara yang hendak mengajukan keberatan.
    “Dan warga negara itu harus mematuhi kapan waktunya yang disediakan UU,” imbuh dia.
    Selain itu, Ida menilai, obyek gugatan perdata ini masuk ke ranah Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).
    Sebab, yang digugat adalah dugaan pelanggaran yang dilaksanakan oleh KPU selaku penyelenggara negara.
    Ida menilai, meski Gibran digugat dalam kapabilitas sebagai warga negara, gugatan perdata ini tetap menjadi kewenangan PTUN untuk mengadili karena tidak terlepas dari penyelenggaraan Pemilu yang menjadi obyek PTUN.
    Sejak didaftarkan pada 29 Agustus 2025, perkara nomor 583/Pdt.G/2025/PN Jkt.Pst. ini mencantumkan beberapa tuntutan terhadap Gibran dan KPU RI.
    Pertama, kedua tergugat, Gibran dan KPU, dinilai telah melakukan perbuatan melawan hukum karena ada beberapa syarat pendaftaran calon wakil presiden (cawapres) yang dahulu tidak terpenuhi.
    Berdasarkan data KPU RI, Gibran sempat sekolah di Orchid Park Secondary School Singapore, tahun 2002-2004, lalu di UTS Insearch Sydney, tahun 2004-2007.
    Keduanya merupakan sekolah setingkat SMA.
    Namun, Subhan menilai, dua institusi ini tidak sesuai dengan persyaratan yang ada di undang-undang dan dianggap tidak sah sebagai pendidik setingkat SLTA.
    Atas hal ini, Subhan selaku penggugat meminta agar majelis hakim yang mengadili perkara ini menyatakan Gibran dan KPU telah melakukan perbuatan melawan hukum.
    Subhan juga meminta agar majelis hakim menyatakan status Gibran saat ini sebagai Wapres tidak sah.
    Gibran dan KPU juga dituntut untuk membayar uang ganti rugi senilai Rp 125 triliun kepada negara.
    “Menghukum Para Tergugat secara tanggung renteng membayar kerugian materiil dan immateriil kepada Penggugat dan seluruh Warga Negara Indonesia sebesar Rp 125 triliun dan Rp 10 juta dan disetorkan ke kas negara,” bunyi petitum.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Arab Saudi Kutuk Penembakan Massal di Pantai Bondi

    Arab Saudi Kutuk Penembakan Massal di Pantai Bondi

    Jakarta

    Pemerintah Arab Saudi mengutuk serangan mematikan di Pantai Bondi, Sydney, dan menyebut insiden tersebut sebagai “serangan teroris.”

    “Kerajaan menegaskan pendiriannya terhadap semua bentuk kekerasan, terorisme, dan ekstremisme,” kata Kementerian Luar Negeri Saudi dalam sebuah pernyataan, dilansir Al Arabiya, Senin (15/12/2025).

    “Belasungkawa tulus kepada keluarga para korban dan kepada pemerintah serta rakyat Australia, dan mendoakan agar para korban luka segera pulih,” imbuh kementerian.

    Setidaknya 16 orang tewas dan puluhan orang lainnya luka-luka dalam penembakan di sebuah acara perayaan festival Yahudi, Hanukkah di Pantai Bondi, Sydney pada hari Minggu (14/12).

    Penembakan massal yang terjadi area Pantai Bondi, yang merupakan salah satu daya tarik wisata terbesar di Sydney tersebut, didalangi oleh dua pria bersenjata. Salah satu pelaku penembakan tewas dan satu pelaku lainnya saat ini kritis di rumah sakit.

    Laporan Otoritas Kesehatan New South Wales, seperti dikutip Sydney Morning Herald, menyebut 27 orang masih menjalani perawatan medis di berbagai rumah sakit di kota Sydney. Sebelumnya dilaporkan bahwa ada sebanyak 42 orang yang dilarikan ke sejumlah rumah sakit usai penembakan.

    Sementara itu, Kepolisian Australia mengidentifikasi kedua pelaku penembakan sebagai seorang ayah yang bernama Sajid Akram (50) dan anak laki-lakinya, Naveed Akram (24). Kepolisian meyakini tidak ada pelaku lainnya dalam penembakan massal itu.

    Sajid tewas ditembak polisi dan tewas seketika di lokasi kejadian. Sedangkan Naveed mengalami luka kritis dan kini berada di bawah penjagaan kepolisian di sebuah rumah sakit setempat.

    Otoritas Australia menyebut Sajid memiliki enam senjata api secara legal. Motif pasti di balik penembakan massal itu masih diselidiki lebih lanjut.

    Kepolisian Australia telah menetapkan penembakan massal itu sebagai “insiden teroris” dan mengungkapkan bahwa pihaknya telah menemukan dugaan “peledak rakitan” di dalam sebuah kendaraan terkait pelaku yang ditemukan terparkir di dekat area pantai.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)