Blitar (beritajatim.com) – Wali Kota Blitar, Syauqul Muhibbin menggelar kenduri brokohan untuk memperingati hari lahir Bung Karno. Tradisi Jawa ini digelar di rumah masa kecil sang Proklamator yakni Istana Gebang.
Brokohan merupakan tradisi Jawa yang dilakukan untuk memperingati kelahiran seseorang. Dalam tradisi ini, wali kota dan masyarakat Blitar membawa nasi beserta lauk pauk yang kemudian dipanjatkan doa-doa ditujukan untuk sang Proklamator, Bung Karno.
Melalui tradisi ini, Wali Kota Blitar ingin mengajak semua pihak untuk mengenang kembali kelahiran sosok sang Proklamator yang telah memerdekakan bangsa Indonesia 78 tahun silam.
“Setidaknya setahun sekali kita berkumpul, berdoa bersama untuk Bung Karno. Ini bentuk penghormatan kita terhadap jasa para pahlawan,” ungkap Syauqul Muhibbin, Wali Kota Blitar, Jumat (6/6/2025).
Melalui tradisi ini, Wali Kota Blitar mengajak semua pihak untuk kembali mendoakan sang Proklamator yang telah berpulang. Syauqul Muhibbin ingin pada momen ini, semua pihak bersatu padu untuk mengirimkan doa kepada Bung Karno atas segala jasa dan pengorbanannya untuk negeri ini.
“Insyaallah dengan kita mendoakan dan meneladani pemimpin kita, Indonesia akan tambah makmur,” imbuhnya.
Di Kota Blitar, Kenduri Brokohan sendiri menandai momentum penting dalam Bulan Bung Karno, yang sepanjang bulan Juni ini diisi dengan rangkaian kegiatan kebudayaan, spiritual, hingga edukatif. Mulai dari Grebeg Pancasila, Kenduri Pancasila, hingga ziarah di Makam Bung Karno, semua digelar untuk menghidupkan semangat nasionalisme yang berakar pada ajaran-ajaran Bung Karno.
Syauqul Muhibbin pun menegaskan bahwa Kota Blitar sebagai Bumi Bung Karno memiliki tanggung jawab moral dan historis untuk menjaga warisan tersebut. Nilai-nilai perjuangan Bung Karno pun diharapkan akan tetap hidup di Kota Blitar.
“Kota Blitar ini diberkahi, karena di sini Bung Karno tinggal dan disemayamkan. Itu kebanggaan sekaligus amanah bagi kita semua,” tandasnya.
Soekarno, yang lahir di Surabaya pada 6 Juni 1901 dari pasangan Raden Soekemi dan Ida Ayu Nyoman Rai, tumbuh sebagai pemimpin besar yang memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Dalam diri Bung Karno, terpadu darah Jawa dan Bali, pendidikan modern dan spiritualitas nusantara. Ia bukan hanya seorang tokoh, tapi simbol dari perjuangan dan identitas bangsa.
Momentum peringatan hari lahir Bung Karno bukan sekadar nostalgia sejarah. Di tangan Pemerintah Kota Blitar, peringatan ini dimaknai sebagai ruang konsolidasi nilai-nilai kebangsaan dalam wajah kekinian. Dengan pendekatan kebudayaan, semangat gotong royong dan cinta tanah air terus ditanamkan, terutama kepada generasi muda. (owi/ian)



/data/photo/2025/06/07/6843ed8551af2.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2025/06/07/6843e7d41c9ce.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)




