Beda Logo Picu Kericuhan Pesilat usai Suran Agung di Madiun
Tim Redaksi
MADIUN, KOMPAS.com
– Kericuhan antar pesilat terjadi usai kegiatan
Suran Agung
di ruas Jalan Raya
Madiun
-Surabaya, tepatnya di kawasan wisata
Waduk Saradan
, Kecamatan Saradan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Minggu (6/7/2025).
Diduga, kericuhan dipicu oleh kehadiran seorang pemuda yang mengenakan pakaian berlogo berbeda dalam satu rombongan.
Video berdurasi 19 detik yang merekam insiden tersebut menjadi viral di media sosial.
Dalam video itu, terlihat sejumlah pesilat turun dari sepeda motor dan mengejar seorang pria di pinggir waduk.
Polisi yang mengawal rombongan pesilat segera bergerak untuk menggiring massa agar melanjutkan perjalanan.
Namun, aksi ricuh tersebut menyebabkan ketidaknyamanan bagi warga sekitar lokasi.
Muriyah, salah seorang pedagang di kawasan wisata tersebut, mengungkapkan bahwa kericuhan bermula ketika seorang pemuda dengan pakaian berbeda tiba-tiba dikejar oleh sejumlah orang dari rombongan pesilat yang menumpang sepeda motor dari arah Madiun.
Dalam upaya menyelamatkan diri, pemuda tersebut nekat melompat ke kapal wisata dan menuju tengah Waduk Widas.
“Tadi ada satu orang itu pakai kaus berbeda dengan mereka. Pemuda itu langsung dikeroyok. Namun pemuda itu berhasil kabur naik kapal wisata ke tengah waduk,” kata Muriyah.
Kapolsek Saradan, AKP Koco Widodo, yang dikonfirmasi terpisah, membenarkan adanya gesekan saat pengawalan konvoi pesilat berlangsung.
Meskipun demikian, ia menyatakan bahwa belum ada laporan mengenai kerusakan material akibat insiden tersebut.
“Saat melakukan pengawalan memang sempat terjadi gesekan. Tapi kami belum mengetahui secara pasti penyebabnya dan dari kelompok mana. Gesekan juga tidak berlangsung lama,” ujar Koco.
Saat ini, kondisi di lokasi kejadian sudah aman dan kondusif.
Koco menambahkan bahwa pengamanan kegiatan di bulan Suro ditingkatkan mengingat adanya potensi mobilisasi massa antarperguruan.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
kab/kota: Surabaya
-
/data/photo/2025/07/06/686a7d4461d08.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Beda Logo Picu Kericuhan Pesilat usai Suran Agung di Madiun Surabaya 6 Juli 2025
-
/data/photo/2025/07/05/6868dc34ceba8.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Jenazah Diduga Korban KMP Tunu Jaya Kembali Ditemukan di Tapak Guo Surabaya 6 Juli 2025
Jenazah Diduga Korban KMP Tunu Jaya Kembali Ditemukan di Tapak Guo
Tim Redaksi
BANYUWANGI, KOMPAS.com
– Satu jenazah yang diduga merupakan korban tenggelamnya
KMP Tunu Pratama Jaya
di
Selat Bali
ditemukan pada Minggu sore, 6 Juli 2025.
Penemuan ini menyusul sebelumnya pada Rabu, 2 Juli 2025, di mana penyisiran bawah laut oleh TNI AL juga menemukan jenazah lainnya.
“Mayat ditemukan nelayan dengan kapal selendang sutro sekitar pukul 16.00 WIB,” ungkap Kapolresta Banyuwangi Kombes Pol Rama Samtama Putra.
Jenazah berjenis kelamin laki-laki itu ditemukan dalam posisi tertelungkup di perairan Tapak Guo, Muncar, sebelum akhirnya dievakuasi ke darat.
Namun, hingga saat ini, pihak kepolisian belum dapat memastikan apakah jenazah tersebut merupakan salah satu korban KMP Tunu Pratama Jaya.
Jenazah tersebut akan dibawa ke RSUD Blambangan untuk proses identifikasi lebih lanjut.
“Mayat masih dalam proses perjalanan menuju RSUD Blambangan untuk dilakukan identifikasi dan penanganan lebih lanjut,” tuturnya.
Sebelumnya, juga ditemukan jenazah berjenis kelamin laki-laki di Selat Bali yang diduga merupakan korban dari insiden tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya.
Jenazah tersebut telah dievakuasi ke RSUD Blambangan untuk penanganan oleh tim DVI Polri.
Tim DVI Polri mengimbau masyarakat untuk bersabar menunggu hasil pemeriksaan.
Mereka menegaskan bahwa pihaknya mengutamakan ketepatan dalam identifikasi, bukan kecepatan.
Untuk diketahui, KMP Tunu Pratama Jaya tenggelam di Selat Bali dengan membawa 65 orang penumpang.
Dari jumlah tersebut, 30 orang berhasil dievakuasi dalam keadaan selamat, enam lainnya dilaporkan meninggal dunia, sementara sisanya masih dalam pencarian.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5271264/original/089473300_1751474302-WhatsApp_Image_2025-07-02_at_17.35.06.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Kembangkan Sistem Senjata Kapal Selam, PTDI Gandeng Naval Group
Dilansir kanal Ekonomi, Liputan6, Indonesia patut berbangga diri karena menjadi negara pertama di ASEAN yang bisa merakit kapal selam sendiri, bernama Alugoro.
Kapal Selam Alugoro adalah kapal selam ke-3 dari batch pertama kerjasama pembangunan kapal selam antara PT PAL Indonesia (Persero) dengan Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME). Kapal selam tersebut sepenuhnya dibangun di Fasilitas Kapal Selam PT PAL Indonesia (Persero).
Produksi kapal selam ini juga mendapat perhatian khusus mulai dari pemberian nama Alugoro hingga keseriusan pemerintah melanjutkan proyek dengan menyuntikkan PMN ke PT PAL Indonesia. Bahkan, Presiden Joko Widodo sendiri meninjau proyek ini langsung ke Surabaya.
Berikut fakta-fakta tentang Alugoro, kapal selam pertama Indonesia yang bikin takjub ASEAN, sebagaimana dirangkum Liputan6.com, Senin (7/9/2020).
1. Asal Usul Nama Alugoro
Nama kapal selam Alugoro diambil dari nama sebuah senjata pemukul yang dimiliki oleh tokoh pewayangan Prabu Baladewa. Senjata tersebut berupa Gada yang digunakan oleh para ksalria atau bangsawan lainnya.
Kekuatan senjata ini adalah dengan sekali pukul dapat menghancurkan kepala orang yang dipukulnya. Senjata ini dianggap sakti karena pemberian dari dewa yaitu Batara Guru, sebagai hadiah pada waktu menikah dengan Dewi Erawati.
2. Dibangun di Indonesia
Sebelum Alugoro, Indonesia juga membuat KRI Nagapasa-403 dan KRI Ardadedali-404. Dua kapal selam pertama dibangun di Korea Selatan dan saat ini telah dioperasikan.
Sedangkan, Alugoro-405 dibangun di PT PAL Indonesia. Hal tersebut merupakan kontribusi positif bagi kemajuan industri pertahanan terutama PT PAL dalam rangka proses alih teknologi menuju kemandirian produksi dalam negeri di bidang teknologi pengembangan alutsista TNI.
3. Bisa Menyelam Hingga 310 Meter
Kapal Selam Alugoro sendiri harus menjalani beberapa tahapan tes lain seperti Sea Acceptance Test (SAT) atau tes berlayar di perairan terbuka hingga tahapan Final Completion, sebelum akhirnya dapat beroperasi penuh (Comissioning).
Dalam menjalani tahap demi tahap, kemampuan menyelamnya semakin meningkat.
Pada awalnya, Alugoro berhasil melaksanakan tahapan First Trimming Test pada 24 Oktober 2019 di dermaga kapal selam PT PAL Indonesia (Persero).Tes ini membutuhkan kondisi perairan yang tenang dan memiliki kedalaman antara 15 hingga 18 meter.
Kemudian, pada 20 Januari 2020, kapal selam Alugoro menjalani tahapan Nominal Diving Depth (NDD) di Perairan Utara Pulau Bali. NDD merupakan bagian dari 53 item SAT Kapal Selam Alugoro. Tahapan NDD dinyatakan berhasil, Alugoro mampu menyelam hingga kedalaman 250 meter.
Lalu pada 4 Maret 2020, Alugoro telah berhasil menjalani tahapan uji Tactical Diving Depth (TDD) hingga kedalaman 310,8 meter di Perairan Utara Pulau Bali. Artinya, kemampuan menyelamnya sudah tembus 310,8 meter.
4. Di ASEAN, Hanya Indonesia yang Bisa Membuat
Dalam catatan Liputan6.com, tidak semua negara bisa membuat kapal selam. Untuk di kawasan ASEAN saja, hanya Indonesia yang mampu membuat. Hal ini disampaikan oleh Menteri Pertahanan Periode Kabinet Kerja Ryamizard Ryacudu.
“Tidak semua punya kapal selam, tidak semua negara punya kapal selam. Kita sudah bisa membuat. Different effect-nya sudah jelas,” kata Ryamizard pada April 2019 silam, mengutip pemberitaan Liputan6.com.
5. Pengembangan Proyeknya Bakal Lanjut Di 2021
Proyek kapal Selam Alugoro dilanjutkan tahun depan. Hal ini dibuktikan dengan rencana penyuntikan modal berupa Penyertaan Modal Negara (PMN) ke PT PAL Indonesia untuk pengembangan kapal selam. Nilainya mencapai Rp 1,3 triliun.
Adapun, rencana tersebut sudah tercantum dalam dokumen Buku II Nota Keuangan Beserta RAPBN Tahun Anggaran 2021.
-
/data/photo/2018/03/31/3327635903.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Ketika Pejabat Tidak Punya Rasa Malu (Lagi)
Ketika Pejabat Tidak Punya Rasa Malu (Lagi)
Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.
“
Keberangkatan istri saya ke luar negeri adalah mendampingi anak saya yang masih kelas I SMP mengikuti pertandingan misi budaya, acara rutin yang dilakukan sekolah. Saya sampaikan satu rupiah pun tidak ada uang dari uang negara, satu rupiah pun tidak ada uang dari pihak lainnya. Saya tunjukkan dan saya sampaikan dokumen-dokumen pembayaran tiket langsung dari rekening pribadi istri saya
.” – Menteri UMKM, Maman Abdurrahman.
LAKSANA
“raja” yang terluka dan ingin menunjukkan lukanya bukan karena kesalahannya, Menteri Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mendatangi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Gedung Merah Putih, Jakarta, Jumat (4/7/2025).
Tentu saja inisiatif kedatangan sang menteri terkait viralnya surat berkop Kementerian UMKM mengenai permintaan dukungan fasilitas negara bagi perjalanan istri menteri UMKM, Agustina Hastarini ke sejumlah negara. Kunjungan mencakup enam negara di Eropa plus Turkiye.
Surat berisi permohonan pendampingan dari masing-masing kedutaan besar yang dituju rombongan istri pak menteri ditandatangani secara elektronik oleh Sekretaris Kementerian UMKM, Arif Rahman Hakim.
Insiatif kedatangan Menteri Maman ke KPK untuk proaktif menyampaikan bukti tidak adanya penggunaan uang negara dalam keberangkatan istrinya, di satu sisi harus disambut positif.
Langkah tersebut memang bisa meredam “bola liar” dari pemberitaan yang berkembang. Namun, publik tetap mempertanyakan logika yang dibangun sang menteri.
Menteri Maman merasa tidak pernah memerintahkan bawahannya atau memberi arahan. Ia mengaku tidak tahu menahu mengenai dokumen tersebut.
Pertanyaannya kemudian, apakah ada pihak yang terlalu kreatif membuat surat tersebut? Apakah nama sekretaris Kementerian kemudian dicatut oleh pihak-pihak lain?
Kalau pun memang benar surat tersebut diketahui oleh sekretaris Kementerian, siapa atasan kementerian yang menitahkan surat itu dibuat?
Sebelum menjabat menteri, Maman Abdurrahman adalah angota DPR, bahkan menjabat Wakil Komisi VII. Saya meyakini biaya perjalanan istri dan anaknya sanggup dibiayai dari kocek pribadi.
Hanya saja, munculnya surat katabelece kembali mengingatkan kita semakin memudarnya “rasa
malu
”. Bukan hanya kelompok atas, hilangnya rasa malu juga melanda masyarakat menengah bawah.
Di Kabinet Merah Putih, kita masih ingat dengan Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal Yandri Susanto yang ikut “cawe-cawe” memenangkan istrinya di Pilkada Serang, Banten.
Surat berlogo Kementerian dipakai untuk mengkonsolidasi seluruh perangkat desa hingga ketua RW dan ketua RT se-Kabupaten Serang hanya untuk haul keluarga (
Kompas.id
, 09 Januari 2025).
Lebih tidak malu lagi, Menteri Kebudayaan Fadli Zon yang mengklaim peristiwa pemerkosaan massal di Tragedi Mei 1998, tidak ada buktinya dan hanya sekadar rumor.
Saya meyakini pak menteri yang satu ini tengah mengalami “kepikunan” sejarah. Padahal, terjadinya kasus pemerkosaan massal diakui oleh negara. Presiden RI ke-3 Prof. B.J. Habibie mengakuinya dengan gundah gulana dan mengutuk keras.
Komitmen Presiden Habibie itu mendasari terbentuknya Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) pada 23 Juli 1998 dan Komnas Perempuan pada 9 Oktober 1998.
Temuan TGPF menunjukkan korban pemerkosaan massal bukanlah isapan jempol seperti yang dilontarkan Fadli Zon.
Penderitaan fisik dan mental seumur hidup yang dialami ratusan korban dan saksi selalu menjadi pegangan TGPF.
Kawasan Jakarta Barat, Jakarta Utara, dan beberapa kawasan lain yang selama ini dikenal sebagai konsentrasi tempat hunian dan tempat berniaga etnis tertentu, menjadi
locus delicti
pemerkosaan massal terjadi.
Laporan TGPF menyebut hingga 3 Juli 1998, ada 168 orang korban pemerkosaan massal; di antaranya 152 orang dari Jakarta dan sekitarnya; 16 orang dari Solo, Medan, Palembang dan Surabaya.
Boleh jadi, korban pemerkosaan massal angka faktualnya di atas angka tersebut mengingat korban berada dalam kondisi fisik dan psikologis yang sangat berat sehingga trauma, takut, dan malu jika melapor.
Sikap tidak merasa bersalah alih-alih mengedepankan rasa malu, juga menjadi hal yang lumrah di masyarakat kita.
Mulai dari kebiasaan sehari-hari, sikap antre di fasilitas umum, sikap berlalu lintas dengan menerobos lampu merah, bahkan membongkar separator di jalur
busway
adalah wajah tanpa tahu malu dari masyarakat kita.
Jika Anda kerap berkeliling ke daerah-daerah di Jawa Timur, ada fenomena “seenaknya sendiri”, bahkan dibiarkan oleh aparat, yakni pemakaian
sound horeg
atau penggunaaan pengeras suara yang volumenya keras tanpa batasan.
Entah berapa banyak gapura desa dan jembatan yang harus dirusak hanya karena truk pengangkut
sound horeg
kesulitan melintas.
Rumah-rumah penduduk rusak, entah genteng dan kaca pecah atau tembok retak karena getaran suara yang menggelegar dari
sound horeg
.
Untuk aspek kesehatan pendengaran dan jantung, sudah dipastikan sangat terganggu karena kerasnya suara
sound horeg
yang memekakkan pendengaran.
Tidak hanya masarakat sipil, aparat pun juga kebas dengan rasa malu. Tentu kita masih ingat kelakuan Polrestabes Medan, Sumatatera Utara, Aiptu RH yang memalak pelanggar lalu lintas di Jalan Palang Merah, Medan dengan kompensasi uang Rp 100.000, beberapa waktu lalu.
Dengan alasan ingin membeli minuman, sang polisi tega mengambil uang berwarna merah dari dompet pelanggar lalu lintas.
Saat saya tengah menikmati pameran fotografi dan videografi Butet Kartaredjasa di LAV Gallery Yogyakarta di penghujung Juni 2025 ini, para pengunjung serasa diajak untuk tidak melupakan dari mana kita berasal dan akan kembali ke mana?
“Eling sangkan paraning dumadi” adalah konsep filosofi Jawa yang menekankan kesadaran manusia akan asal usul dan tujuan akhir kehidupannya, yaitu berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada-Nya.
Konsep ini mendorong manusia untuk merenungkan makna hidup dan menjalani kehidupan dengan kesadaran diri serta tanggung jawab.
Secara harfiah, “sangkan” berarti asal, “paran” berarti tujuan, dan “dumadi” berarti kejadian atau keberadaan. Jadi, konsep ini mengajarkan manusia untuk selalu ingat dari mana ia berasal (dari Tuhan) dan ke mana ia akan kembali (kepada Tuhan).
Pesan-pesan leluhur yang berakar pada kebudayaan Jawa tetap relevan sampai saat ini. Ketamakan atau ambisi-ambisi yang kebablasan terhadap kekayaan dan kekuasaan cenderung membuat elite atau kawula lupa, bahkan musnah rasa malunya.
Orang akan celaka dan tersungkur nasibnya ketika ia memaksakan diri hadir bukan sebagai dirinya. Merasa sok berkuasa dan lupa pada “sangkan paraning dumadi”.
“Wedi Wirang Wani Mati”. Pepatah Jawa ini secara harfiah berarti takut memperoleh malu atau aib serta berani mati. Pepatah ini ingin mengajarkan bahwa orang harus punya rasa takut mendapatkan malu atau aib. Bahkan lebih baik mati daripada mendapatkan malu atau aib.
Di zaman dulu, hal seperti ini banyak dijalani oleh masyarakat Jawa. Sekalipun kondisi masyarakatnya masih serba sederhana atau kekurangan, tapi angka kejahatannya relatif sedikit.
Jika semua orang termasuk para elite dan aparat memiliki rasa takut yang kuat terhadap aib, bahkan berani mati untuk tidak berbuat aib, maka masyarakatnya akan tenteram, aman, dan nyaman. Semoga!
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Mobil Jip Bromo Bawa Wisatawan China Masuk Jurang Sedalam 60 Meter
Jakarta –
Kecelakaan melibatkan 2 mobil jip wisata terjadi di jalur menuju Gunung Bromo, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Probolinggo, Jawa Timur, pada Sabtu siang kemarin. Akibatnya, sebuah jip terjun ke jurang sedalam 60 meter.
Dilansir detikJatim, Minggu (6/7/2025), mobil jip masuk jurang ini dikemudikan Dian Puji Laksono (32), warga Desa Sapi Kerep, Kecamatan Sukapura. Dia tengah membawa 2 orang wisatawan asal Tiongkok bernama Chen Fangfang dan Liu Yuran, serta seorang pemandu wisata bernama Prastawa Adni (55).
Peristiwa bermula saat jip yang ditumpangi korban perjalanan turun dari Bromo ke Surabaya. Saat melintas di sekitar Curah Tengking, tiba-tiba kendaraan mereka diseruduk dari belakang oleh jip lain yang dikemudikan oleh Sutarji.
Benturan keras itu menyebabkan jip yang dikemudikan Dian Puji kehilangan kendali hingga akhirnya terjun ke jurang. Beruntung bagian atap jip terbuka saat terjatuh, sehingga keempat orang di dalamnya terlempar keluar dan tidak ikut terbawa hingga ke dasar jurang.
“Saat turunan, saya fokus ke depan. Tiba-tiba dari belakang ada jip menabrak, langsung oleng dan masuk jurang. Untungnya kap atas mobil kebuka, jadi kami semua terlempar keluar,” ucap Dian Puji saat ditemui di Puskesmas Sukapura.
Kanit Gakkum Satlantas Polres Probolinggo Ipda Aditya Wikrama menyebut penyebab kecelakaan diduga karena kelalaian pengemudi jip di belakang yang kehilangan konsentrasi saat berkendara posisi jalan menurun.
Simak selengkapnya di sini.
(fas/fas)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4875109/original/009535000_1719377740-shutterstock_2362497929.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2025/07/06/6869e8cfb1c3f.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)

