kab/kota: Sumenep

  • Pilkada 2024: Kapolres Sumenep Ingatkan Warga Pulau Sepudi Tak Ladeni ‘Black Campaign’

    Pilkada 2024: Kapolres Sumenep Ingatkan Warga Pulau Sepudi Tak Ladeni ‘Black Campaign’

    Sumenep (beritajatim.com) – Kapolres Sumenep, AKBP Henri Noveri Santoso mengingatkan warga Pulau Sepudi untuk menolak ajakan ‘black campaign’ atau kampanye hitam menjelang pelaksanaan pemilihan kepala daerah (Pilkada) setempat 2024.

    “Bulan November kita akan menghadapi Pilkada serentak. Saya mohon partisipasi dan kerja samanya, untuk bersinergi dan berkoordinasi yang baik. Jaga kerukunan meski berbeda pilihan. Jangan mau dengan ajakan ‘black campaign’. Juga jangan mudah terprovokasi berita hoax,” kata Kapolres.

    Pada Jumat (31/05/2024), Kapolres dan jajarannya melakukan kunjungan kerja ke wilayah Pulau Sepudi. Dalam kunjungan tersebut, Kapolres menyempatkan diri bertemu dengan Forkopimca setempat, kemudian tokoh masyarakat dan tokoh agama.

    Saat tiba di Kecamatan Gayam, Pulau Sepudi, Kapolres mendapat pengalungan sorban dari tokoh agama setempat, KH. Akhmad Ali Murtadho. Pemberian sorban tersebut sebagai tanda rasa bangga dan sambutan hangat terhadap kehadiran Kapolres.

    Kunjungan ke Pulau Sepudi tersebut merupakan rangkaian kunjungan Kapolres ke wilayah kepulauan, setelah sebelumnya mengunjungi Pulau Raas dan berdialog bersama masyarakat Raas.

    “Saya mengucapkan terima kasih atas partisipasi masyarakat yang ikut membantu terciptanya situasi aman dan kondusif saat Pemilu dan Idul Fitri. Semoga di momen berikutnya yakni Idul Adha dan Pilkada, situasi pun tetap kondusif,” ujarnya.

    Selain itu, Kapolres juga ‘mewanti-wanti’ agar keributan saat final turnamen sepak bola ‘Sapudi Cup’ 2024 beberapa waktu lalu di Pulau Sepudi tidak terulang lagi. “Kalau terpaksa, maka nanti pertandingan akan diselenggarakan tanpa penonton demi menghindari terjadinya keributan,” ungkapnya.

    Kapolres meminta agar masyarakat bisa meningkatkan keamanan dan ketertiban minimal di lingkungan keluarganya. “Jadilah polisi diri sendiri. Artinya, jaga diri dan keluarga. Jaga keamanan di lingkup rumah tangga,” tukasnya.

    Kapolres melakukan kunjungan kerja ke wilayah kepulauan didampingi Wakapolres Kompol Trie Sis Biantoro, Kabag Ren Kompol Khoirul Anwar, Kabag SDM Kompol Jaiman, Kasat Reskrim AKP Irwan Nugraha, Kasat Narkoba AKP Anwar Subagyo, Kasat Intelkam AKP Joko Setiono, Kasat Lantas AKP Alimuddin Nasution, Kasat Polairud AKP Sahrawi, dan Kasi Propam AKP Muhajirin. (tem/kun)

  • Petani Tembakau Sumenep Ditemukan Meninggal di Embung

    Petani Tembakau Sumenep Ditemukan Meninggal di Embung

    Sumenep (beritajatim.com) – Mahmudi (44), petani warga Desa Lenteng Barat, Kecamatan Lenteng, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur ditemukan meninggal dunia di embung atau penampungan air untuk menyiram tembakau.

    “Korban ditemukan meninggal tercebur tempat penampungan air di Desa Pandian, Kecamatan Kota,” kata Kasi Humas Polres Sumenep, AKP Widiarti, Senin (27/05/2024).

    Musibah itu berawal ketika Minggu (26/05/2024), Mahmudi (korban: red) bersama Wafi, pemilik tegalan, menanam tembakau. Sekitar jam 12, Wafi pamit pulang, sedangkan Mahmudi memilih bertahan di tegalan karena akan kembali bekerja menyiram tembakau pada malam hari.

    Pada malam harinya setelah Isya, Wafi ke tegalan untuk mengirimkan makanan ke Mahmudi. Ternyata saat itu Mahmudi tidak ada di tegalan. Wafi pun pulang ke rumahnya.

    “Ternyata hari ini tadi, saat Wafi kembali ke tegalan, ia melihat Mahmudi sudah dalam kondisi tercebur kolam penampungan air, dengan posisi kepala di bawah, masuk ke air,” ungkap Widiarti.

    Wafi pun langsung mencari pertolongan dan melaporkan ke aparat setempat. Korban dievakuasi bersama-sama warga, keluar dari tempat penampungan air.

    “Saat kepala korban diangkat keluar dari air, korban didapati sudah tidak bernyawa. Diduga kematian korban akibat penyakit epilepsi yang dideritanya tiba-tiba kambuh,” terang Widiarti.

    Jenazah korban pun dibawa pulang dan diserahkan ke keluarganya untuk dimakamkan. Pihak keluarga menolak dilakukan otopsi dan mengikhlaskan kematian korban sebagai takdir dari Allah.

    “Dari hasil pemeriksaan luar, tidak ada unsur kesengajaan yang menyebabkan kematian korban. Pihak keluarga juga telah menerima kematian korban karena sakit yang dideritanya,” pungkas Widiarti. [tem/beq]

  • 100 KK Miskin Tak Dapat Bansos, BEM Sumenep Demo Pemkab

    100 KK Miskin Tak Dapat Bansos, BEM Sumenep Demo Pemkab

    Sumenep (beritajatim.com) – Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam badan eksekutif mahasiswa (BEM) Sumenep, berunjukrasa ke kantor Pemkab setempat pada Senin (27/05/2024). Aksi jilid II ini masih menyuarakan tema yang sama dengan aksi jilid I pekan lalu, yakni tentang kemiskinan di Sumenep.

    “Berdasarkan hasil temuan kami, sedikitnya ada 100 KK yang hidup sangat miskin. Mereka tinggal di tempat seadanya. Mereka tidak tahu, apa yang bisa dimakan besok karena mereka tidak punya penghasilan dan sudah lanjut usia. Anehnya, mereka ini tidak pernah mendapat bantuan dari pemerintah. Mengapa pemerintah tutup mata?” kata Korlap Aksi, Tolak Amir.

    Padahal menurutnya, pemerintah harus hadir di tengah masyarakat miskin untuk membantu meringankan beban mereka dengan memberikan bantuan sosial (bansos). Namun ternyata bansos yang selama ini disalurkan, diduga tidak tepat sasaran.

    “Ada yang tidak pantas menerima bansos karena berstatus sebagai ASN aktif, ternyata malah dapat. Rp 600.000. Sementara yang benar-benar tidak mampu, justru tidak mendapat bansos,” ujarnya.

    Karena itu, ia meminta agar Bupati Sumenep, Ach. Fauzi Wongsojudo melakukan evaluasi terkait penerima bansos, apakah benar-benar telah tepat sasaran atau tidak. “Evaluasi juga pendamping PKH dan TKSK, agar tahu bagaimana proses pendataan di bawah. Karena cukup banyak masyarakat tidak mampu yang justru tidak pernah tersentuh bantuan,” tukasnya.

    Namun hingga aksi berarkhir, belum ada satupun perwakilan dari Pemkab Sumenep yang menemui para pengunjukrasa. Sementara para pengunjukrasa mengaku hanya ingin bertemu dengan Bupati, dan tidak diwakili oleh pejabat yang lain. “Kami tetap akan konsisten mengawal kasus kemiskinan di Sumenep ini. Kami akan kembali lagi dalam aksi jilid III dengan massa yang lebih banyak,” ujarnya seraya membubarkan diri. (tem/kun)

  • Siswi SD Sumenep Korban Asusila Guru Diperiksa Psikolog

    Siswi SD Sumenep Korban Asusila Guru Diperiksa Psikolog

     

    Sumenep (beritajatim.com) – Sejumlah siswa salah satu SD Negeri di Sumenep yang menjadi korban tinda asusila gurunya segera dibawa ke Polda Jawa Timur untuk menjalani pemeriksaan psikologis. Mereka tidak diperiksa di Polres Sumenep.

    “Pemeriksaan kondisi psikologis korban rencananya memang tidak di sini, tapi di Polda Jatim,” kata Kasi Humas Polres Sumenep, AKP Widiarti, Senin (27/5/2024).

    Terungkapnya kasus yang mencoreng dunia pendidikan itu berawal ketika salah satu siswi yang menjadi korban tindakan tak pantas tersebut mengadu pada orangtuanya. Anak ini mengaku bagian dadanya telah digerayangi oleh oknum guru tersebut.

    Spontan orang tua siswi ini tak terima dan melaporkan ke kepala sekolah. Oleh kepala sekolah, oknum guru tersebut kemudian dipanggil dan dimediasi dengan wali murid.

    Namun mediasi itu tidak membawa hasil yang memuaskan, sehingga orang tua siswi ini pun memilih untuk melaporkan kasus tersebut ke unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Sumenep.

    Ternyata di Polres, juga ada beberapa orang tua siswi yang melaporkan kasus yang sama. Bahkan ada anak yang mengaku telah dipegang organ intimnya oleh guru tersebut. Korban ternyata tidak hanya siswi yang masih bersekolah di SD tersebut, tetapi juga ada yang alumni dan sekarang sudah duduk di bangku SMP.

    “Awalnya ada empat korban yang melaporkan kasus dugaan pelecehan seksual. Tapi sekarang yang satu laporannya dicabut, sehingga tinggal tiga korban yang melaporkan,” ungkap Widiarti tanpa menjelaskan alasan pencabutan laporan.

    Ia mengatakan, untuk kasus dugaan pelecehan seksual oleh oknum guru terhadap siswanya itu telah dilakukan gelar perkara. Saat ini kasus tersebut tengah dalam penyidikan.

    “Hari ini kami melakukan pemanggilan terhadap sejumlah saksi. Diantaranya saksi korban, kemudian kepala sekolah di SD tersebut,” terang Widiarti.

    Ia meminta semua pihak untuk bersabar menunggu hasil penyidikan. “Kasus ini pasti terus kami proses. Ditunggu saja perkembangannya,” ujarnya singkat. [tem/beq]

  • Festival Tan Pangantanan Dhe’ Nong Dhe’ Ne’ Nang, Ini Filosofinya

    Festival Tan Pangantanan Dhe’ Nong Dhe’ Ne’ Nang, Ini Filosofinya

    Sumenep (beritajatim.com) – Festival ‘Tan Pangantanan’ yang diikuti siswa TK dan SD di Sumenep ini ternyata bukan sekedar karnaval baju pengantin. Namun ada filosofi mendalam yang ingin disampaikan dalam acara unik ini.

    Wakil Bupati Sumenep, Dewi Khalifah mengatakan, Festival Tan Pangantanan ini sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Apalagi di Sumenep memang ada keraton. Hanya saja, dulu festival ini dikenal sebagai “Dhe’ Nong Dhe’ Ne’ Nang”.

    “Dhe’ Nong Dhe’ Ne’ Nang ini dulu merupakan permainan anak-anak, yang berbentuk lagu. Jadi sambil diiringi lagu Dhe’ Nong Dhe’ Ne’ Nang, anak-anak bermain seolah jadi pengantin,” katanya, Sabtu (25/05/2024).

    Ia menjelaskan, kalimat dalam Bahasa Madura: dhe’ nong dhe’ artinya merunduk. Ini filosofinya adalah mengajarkan kepada anak-anak agar menjadi pribadi yang tawadhu’ dan menghormati kepada orang yang lebih tua.

    “Yang ibu-ibunya ini pasti tahu ya dengan lagu itu. Kemudian syair terusannya: mon ta’ nong dhe’ jaga jaggur. Itu artinya, kalau tidak merunduk, tidak tawadu’, maka akan disisihkan oleh masyarakat,” ujarnya.

    Karena itulah, lanjut Dewi Khalifah, dengan Festival Tan Pangantanan ini, Pemkab Sumenep ingin mengajarkan tentang pendidikan kepada anak-anak, mengajarkan tentang kerukunan, dan juga ketauladanan.

    “Jadi festival ini memang filosofinya kuat. Bukan seperti karnaval biasa. Ini ada ajaran leluhur yang harus diperhatikan,” ucapnya.

    Peserta festival tan pangantanan Sumenep

    Di sisi lain, ia juga berharap agar Festival Tan Pangantanan yang menjadi bagian dari ‘Calender of Event Sumenep ini mampu menggerakkan roda perekonomian Sumenep dengan menghidupkan UMKM.

    Pada Sabtu (25/05/2024), Dinas Pendidikan Sumenep bekerja sama dengan Komunitas Peduli Pendidikan menggelar Festival ‘Tan Pangantanan’. Festival bertema ‘Ngopene Enmaenan Kona’ (merawat permainan tradisional: red) tersebut diikuti perwakilan siswa dari 20 sekolah di kecamatan daratan Sumenep. Ada 43 kontingen, terdiri dari siswa TK 25 kontingen dan SD 18 kontingen.

    Para peserta festival ini ada yang berdandan seperti pengantin. Kemudian juga ada yang berdandan sebagai orang tua pengantin, juga para dayang-dayang atau pengiring, persis seperti rombongan pengantin pada umumnya. Mereka berdandan a la pengantin tradisional Sumenep. (tem/ted)

  • Niat Cari Kerja, Pasutri Asal Cianjur Terlantar di Pamekasan

    Niat Cari Kerja, Pasutri Asal Cianjur Terlantar di Pamekasan

    Pamekasan (beritajatim.com) – Pasangan suami istri (pasutri) asal Cianjur, Jawa Barat, terlantar di Pamekasan. Awalnya, mereka berniat untuk mencari kerja namun kehabisan uang.

    Bahkan mereka juga berharap belas asih masyarakat dan dukungan dana dengan meletakkan kardus bertuliskan ‘Permisi, mohon bantuannya buat ongkos pulang ke Cianjur; seikhlasnya bapak/ibu. Terima kasih atas kebaikan bapak/ibu, semoga kebaikannya dibalas oleh Allah SWT’.

    Hal tersebut sempat viral di berbagai media sosial (media sosial), sehingga membuat Kapolres Pamekasan, AKBP Jazuli Dani Iriawan merasa iba dengan kondisi yang dialami pasangan pasutri tersebut.

    “Awalnya kami mendengar informasi jika ada pasutri yang terlantar dan mencari dana untuk pulang, selanjutnya kami perintahkan anggota untuk membawa pasutri ke rumah dinas (Jalan Stadion),” kata Jazuli, Kamis (23/5/2024).

    Pasutri tersebut disambut langsung oleh petinggi Polres Pamekasan. “Kami cek ada KTP dan terdapat buku nikah milik pasangan pasutri, lalu kami bantu dengan menyediakan pakaian baru, karena pengakuan mereka belum sempat ganti baju sejak awal perjalanan,” ungkapnya.

    “Pasutri ini berniat mencari pekerjaan di Madura, sebelumnya mereka dua bulan berada di Bali namun belum menemukan pekerjaan yang sesuai. Akhirnya mereka melanjutkan perjalanan ke Sumenep, guna mencari saudaranya,” imbuhnya.

    Pasutri asal Cianjur, diantarkan ke terminal Ronggosukowati Pamekasan, setelah biaya perjalanan pulang ditanggung Kapolres Pamekasan, AKBP Jazuli Dani Iriawan.

    Sayang saat di Sumenep, mereka gagal menemukan keluarganya. Mereka kembali ke barat dengan menumpang truk menuju Pamekasan.

    “Setibanya di Pamekasan, mereka diturunkan di area lampu merah dan menggalang donasi,” jelasnya.

    “Dalam kesempatan itu, kami juga memerintahkan anggota untuk mengantar pasutri ke terminal bus (Ronggosukowati), selanjutnya dari Surabaya bisa naik kereta api menuju Cianjur,” pungkasnya.

    Berdasar informasi yang dihimpun beritajatim.com, Kapolres AKBP Jazuli Dani Iriawan juga menanggung biaya perjalanan pasutri tersebut. Termasuk memberikan pekerjaan bagi mereka melalui temannya yang ada di Jawa Barat. [pin/beq]

  • Imbau Pengemudi, Satlantas Polres Sumenep: Nenek Moyang Kita Pelaut, Bukan Pembalap

    Imbau Pengemudi, Satlantas Polres Sumenep: Nenek Moyang Kita Pelaut, Bukan Pembalap

    Sumenep (beritajatim.com) – Salah satu cara yang dilakukan satuan lalu lintas (Satlantas) Polres Sumenep untuk menekan angka kecelakaan lalu lintas terutama di jalur tengkorak adalah memasang papan himbauan.

    Kali ini papan himbauan yang dipasang Satlantas Polres Sumenep bersama LLAJ dan JR bertuliskan kalimat cukup unik: ‘Hati – Hati Saat Mengemudi !!! Nenek Moyang Kita Adalah Pelaut Bukan Pembalap’.

    “Biar mudah diingat himbauannya oleh pengemudi. Harapannya tentu saja para pengemudi bisa lebih berhati-hati dalam berkendara,” kata Kasi Humas Polres Sumenep, AKP Widiarti S, Rabu (22/05/2024).

    Ia menjelaskan, Satlantas Polres Sumenep telah memetakan tiga ruas jalan yang menjadi jalur ‘blackspot’ atau rawan kecelakaan, yaitu Nambakor, Batuan, dan Prenduan. Tiga ruas jalan ini merupakan jalan provinsi dengan volume kendaraan yang melintas cukup tinggi.

    “Bagi pengguna jalan yang belum mengetahui situasi dan kondisi jalan seringkali lalai. Melaju dengan kecepatan tinggi, mengabaikan rambu lalu lintas. Ini bisa menjadi pemicu terjadinya kecelakaan lalu lintas,” ujarnya.

    Karena itulah, lanjut Widiarti, dengan menambah papan peringatan, diharapkan pengguna jalan dapat lebih berhati-hati dan mengurangi laju kendaraan saat volume kendaraan sedang padat.

    “Kecelakaan lalu lintas dapat ditekan dengan meningkatkan kesadaran dan kepatuhan pengguna jalan terhadap aturan berlalu lintas,” tegasnya. (tem/ian)

  • Kejutan, Bupati Sumenep Suapi Abang Becak

    Kejutan, Bupati Sumenep Suapi Abang Becak

    Sumenep (beritajatim.com) – Ada yang berbeda di halaman Kantor Bupati Sumenep pada Selasa (21/05/2024). Terlihat ratusan abang becak dan anak yatim memadati halaman Pemkab, kemudian duduk bersila. Ternyata mereka mendapat undangan spesial dari orang nomor satu di Sumenep ini untuk merayakan ulang tahunnya yang ke-45.

    Salah satu abang becak, Muhri, mengaku baru kali ini bisa bertemu langsung dengan Bupati Sumenep, Ach. Fauzi Wongsojudo. Baginya, undangan ini terasa sangat istimewa.

    “Ini undangan istimewa. Kejutan bagi saya dan teman-teman saya para tukang becak, bisa bertemu langsung dengan pak Bupati. Selamat ulang tahun pak Bupati, semoga panjang umur,” doanya tulus.

    Kejutan tidak hanya berhenti sampai disitu. Tanpa diduga, Bupati Sumenep memberikan potongan kue tarnya pada salah satu abang becak, dan tanpa ragu menyuapkan potongan kue tar itu. Adegan itupun langsung disambut riuh tepuk tangan seluruh hadirin.

    “Seluruh warga Sumenep semoga panjang umur dan termasuk saya,” ujarnya sambil tersenyum bahagia.

    Bupati Sumenep rayakan ultah bersama abang becak.

    Ia mengatakan, tahun ini memang dirinya sengaja merayakan ulang tahun dengan cara berbeda. Biasanya OPD-OPD yang merayakan. Tetapi tahun ini, dirinya ingin berbagi kebahagiaan bersama para abang becak dan anak-anak yatim.

    “Saya ingin makan bersama abang becak dan anak-anak yatim. Biar mereka juga ikut merasakan kebahagiaan bersama-sama,” ucapnya. [tem/but]

  • Diduga Berbuat Tak Senonoh, Guru SD Negeri Dilaporkan ke Polres Sumenep

    Diduga Berbuat Tak Senonoh, Guru SD Negeri Dilaporkan ke Polres Sumenep

    Sumenep (beritajatim.com) – Seorang oknum guru SD Negeri di Sumenep dilaporkan ke Polres setempat karena diduga telah melakukan hal tak senonoh pada siswi-siswinya. Ada empat korban yang melaporkan kasus yang sama.

    Terungkapnya kasus yang mencoreng dunia pendidikan itu berawal ketika salah satu siswi yang menjadi korban tindakan tak pantas itu mengadukan pada orang tuanya. Si anak ini menceritakan kalau dirinya telah digerayangi dadanya oleh oknum guru tersebut.

    Spontan orang tua siswi ini pun tak terima dan melaporkan ke kepala sekolah. Oleh kepala sekolah, oknum guru tersebut kemudian dipanggil dan dimediasi dengan wali murid. Namun mediasi itu tidak membawa hasil yang memuaskan, sehingga orang tua siswi ini pun memilih untuk melaporkan kasus tersebut ke unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Sumenep.

    Ternyata di Polres, juga ada beberapa orang tua siswi yang melaporkan kasus yang sama. Bahkan ada anak yang mengaku telah dipegang organ intimnya oleh guru tersebut. Korban ternyata tidak hanya siswi yang masih bersekolah di SD tersebut, tetapi juga ada yang alumni dan sekarang sudah duduk di bangku SMP.

    “Saya berharap guru yang sudah melakukan tindakan tidak senonoh pada anak saya dan korban-korban lainnya bisa dihukum seberat-beratnya. Tindakannya telah menyebabkan anak saya trauma. Saya yakin korbannya cukup banyak,” kata NR, salah satu orang tua siswa.

    Sementara Kasi Humas Polres Sumenep, AKP Widiarti S membenarkan adanya laporan dugaan tindakan tak pantas yang dilakukan oknum guru terhadap siswanya.

    “Ada empat korban yang laporan ke Polres. Kami segera menindaklanjuti laporan tersebut dengan melakukan penyelidikan,” ungkapnya. [tem/but]

  • Festival Jaran Serek Ajarkan Cinta Seni Tradisi Khas Sumenep

    Festival Jaran Serek Ajarkan Cinta Seni Tradisi Khas Sumenep

    Sumenep (beritajatim.com) – Jaran Serek atau kuda menari, merupakan salah satu kesenian tradisional khas Sumenep. Sebagai upaya melestarikan dan menanamkan kecintaan pada kesenian tradisional, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep menggelar ‘Festival Jaran Serek’ di Lapangan Giling pada Minggu (19/05/2024).

    Dalam festival tersebut, para kuda akan diberi hiasan, kemudian menari di hadapan penonton diiringi musik ‘saronen’ atau musik tradisional khas Sumenep. Bersama para penari, kuda-kuda ini mengangkat kaki depannya bergantian, kemudian berjalan melenggak-lenggok sesuai irama musik. Kepala si kuda pun bergerak menoleh ke kiri dan ke kanan seirama dengan lagu.

    “Semoga festival ini bisa memberikan hiburan pada masyarakat, sekaligus sebagai upaya melestarikan kesenian tradisional khas Sumenep,” kata Kepala Dinas Kebudayaan, Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata (Disbudporapar) Sumenep, M. Iksan.

    Ada 60 ‘jaran serek’ yang mengikuti festival ini. Dari Lapangan Giling, kuda-kuda menari ini pun diarak keliling hingga ‘labang mesem’ keraton Sumenep. Jajaran Forkopimda pun terlihat ikut berkeliling menaiki kuda menari ini. Sedangkan Wakil Bupati Sumenep, Dewi Khalifah berada di barisan paling depan menaiki kereta kencana.

    “Terima kasih untuk paguyuban jaran serek yang sudah mensukseskan terselenggaranya festival ini. Kemudian juga musik ul daul dan saronen yang ikut mendukung meriahnya festival jeren serek,” kata Wakil Bupati Sumenep, Dewi Khalifah.

    Menurutnya, festival ini merupakan upaya menanamkan kecintaan terhadap kesenian tradisional, terutama kepada generasi muda. “Kabupaten Sumenep ini sangat kaya dengan aneka budaya. Kami dari pemerintah daerah berupaya mengenalkan dan melestarikan kesenian ini agar tidak tergerus oleh jaman,” ucapnya.

    Festival Jaran Serek ini pun menjadi hiburan tersendiri bagi masyarakat Sumenep. Ribuan warga ‘tumplek bleg’ di sepanjang rute arak-arakan jaran serek.

    “Saya senang melihat festival ini. Takjub melihat kudanya bisa menari, melenggak-lenggok diiringi musik. Hebat pelatih kudanya,” ujar Nabila, siswa SMA yang ikut menonton festival tersebut. (tem)