kab/kota: Sumenep

  • Legislator DPR RI dari Jember Ini Soroti Kekalahan Rakyat dalam Sejumlah Konflik Agraria

    Legislator DPR RI dari Jember Ini Soroti Kekalahan Rakyat dalam Sejumlah Konflik Agraria

    Jember (beritajatim.com) –  Muhammad Khozin, legislator DPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan bangsa Daerah Pemilihan Jember dan Lumajang, menyoroti kekalahan rakyat dalam sejumlah konflik agraria.

    “Ketika rakyat berhadapan dengan negara, sudah bisa ditebak siapa yang kalah, pasti rakyat,” kata Gus Khozin, sapaan akrab Khozin, dalam siaran persnya, usai rapat kerja Komisi II DPR bersama Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, Kamis (30/1/2025) siang.

    Khozin lantas mencontohkan konflik antara PT Kereta Api Indonesia dengan masyarakat di Kabupaten Jember, Jawa Timur. Ratusan keluarga yang telah puluhan tahun tinggal di area tersebut dan membayar pajak rutin harus digusur PT KAI yang berbekal grondkaart era pemerintah kolonial Belanda sebagai dasar pemberian sertifikat oleh BPN.

    Persoalan lainnya di Kampung Tapak Kerbau, Desa Gersik Putih, Kabupaten Sumenep. BPN memberikan 19 sertifikat hak milik (SHM) yang diklaim sebelumnya daratan dan belakangan mengalami abrasi. BPN merespons persoalan ini normatif sehingga berpotensi memunculkan letupan-letupan sosial.

    Dengan banyaknya persoalan tanah yang berujung pada kekalahan rakyat di hadapan negara, Khozin menagih peta jalan penyelesaian konflik agraria kepada Menteri ATR/BPN Nusron Wahid. Ia juga mendorong dilakukannya penyelesaian jalan tengah dalam banyak persoalan pertanahan, khususnya di Pulau Jawa.

    “Saya mendorong perlu upaya win-win solution, misalnya warga diberi SHGB (Sertifikat Hak Guna Bangunan) hingga beberapa waktu yang disepakati sembari dilakukan pendekatan persuasif agar tidak terjadi gesekan di masyarakat,” kata alumnus Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia ini.

    Pemerintah juga diminta tak sekadar mencabut SHM yang dianggap bermasalah, seperti dalam perkara pagar laut Tangerang. “Setelah dicabut SHM nya tentu harus ada langkah penindakan baik pidana maupun administratif khususnya di internal ATR/BPN,” kata Khozin bersemangat. [wir]

  • Menteri Kebudayaan Fadli Zon Resmikan Monumen Keris di Sumenep

    Menteri Kebudayaan Fadli Zon Resmikan Monumen Keris di Sumenep

    Sumenep (beritajatim.com) – Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon meresmikan monumen keris di Desa Sendang, Kecamatan Pragaan, Kabupaten Sumenep, Madura pada Kamis (30/01/2025). Peresmian tersebut ditandai dengan pemukulan gong dan penandatanganan prasati peresmian.

    Monumen keris setinggi 17 meter itu berada di daerah perbatasan Sumenep – Pamekasan. Dibangun setinggi 17 meter sebagai simbol untuk mengingatkan tanggal kemerdekaan Indonesia. Kemudian bunga-bunga yang ada di sekitar keris berjumlah 45, menandakan tahun kemerdekaan Indonesia.

    “Selamat untuk Kabupaten Sumenep yang sudah membuat monumen keris. Ini tanda menggeliatnya kebudayaan di sini. Semoga monumen keris ini bisa menjadi kantong budaya,” kata Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon.

    Kabupaten Sumenep memiliki jumlah empu keris terbanyak di dunia. Hal itu telah mendapat pengakuan dari UNESCO. Ada sekitar 500 mpu keris di Sumenep.

    “Keahlian membuat keris para mpu Sumenep ini tidak perlu diragukan. Dari sisi kualitas dan kuantitas luar biasa. Sumenep memang layak jadi kota keris. Bahkan sudah layak mendunia,” tandas Fadli Zon.

    Ia mengungkapkan, untuk Madura khususnya Sumenep, ekosistem keris sudah terbentuk. Bahkan sudah menjadi industri budaya. “Salah satu buktinya, keris dari Sumenep telah di ekspor ke negara-negara lain. Karena memang ini punya potensi besar,” ujarnya. (tem/but)

  • Kapal Australia Dihantam Badai dan Karam di Pulau Giliyang Sumenep

    Kapal Australia Dihantam Badai dan Karam di Pulau Giliyang Sumenep

    Sumenep (beritajatim.com) – Kapal Yacht ‘Australian’ asal Australia, terdampar di Perairan Pulau Giliyang Kecamatan Dungkek Kabupaten Sumenep Madura, sekitar 100 meter dari pantai.

    “Kapal itu sekarang kandas di pinggir pantai. Ada dua awak kapal, semuanya warga Australia,” kata Kasi Humas Polres Sumenep, AKP Widiarti S, Kamis (30/1/2025).

    Dua awak kapal tersebut masing-masing bernama Watt Peter John (64) dan Delves Catherine Winifred (62). Keduanya dalam keadaan selamat, hanya masih trauma.

    Musibah laut itu pertama kali diketahui oleh masyarakat yang sedang menyebrang menuju Pulau Giliyang. Mereka melihat tembakan sejenis suar sebanyak 5 kali dari kapal yang tidak diketahui identitasnya.

    Jarak tembakan suar tersebut cukup jauh dari penglihatan, sekitar 5 mill dari arah timur perairan Lapa Timur Kecamatan Dungkek. Warga langsung melaporkan ke Satpol Air dan Polsek Dungkek terkait tembakan suar tersebut.

    Setelah dilakukan pengecekan, ternyata memang ada kapal sejenis kapal Yacht yang terombang ambing diduga akibat mesin mati. Masyarakat pun berusaha mencari solusi untuk menyelamatkan kapal tersebut.

    “Saat kejadian itu, cuaca memang buruk. Ombak tinggi dan angin kencang. Jadi tidak ada kapal kecil yang berani ke tengah,” terang Widiarti.

    Para perangkat Desa Banraas Pulau Giliyang berusaha membantu mengevakuasi menggunakan kapal Taxi KM Sriwijaya. Namun ketika hampir mendekat ke kapal Yacht, KM Sriwijaya tidak sanggup lagi karena ombak semakin tinggi. KM Sriwijaya akhirnya kembali menuju dermaga barat. Sedangkan kapal Yacht tersebut terseret arus semakin mendekati karang dangkal dan hampir kandas .

    “Akhirnya masyarakat berusaha membantu mengevakuasi 2 awak kapal Yacht dengan cara menggunakan jeriken dan pelampung untuk dibawa ke pantai,” ungkap Widiarti.

    Dua warga Australia itu pun selamat dan saat ini berada di rumah warga Giliyang yang bisa berkomunikasi dalam bahasa Inggris yakni Harianto Hari, di Desa Bancamara.

    Menurut pengakuan dua warga Australia itu, kapal Yacht milik mereka itu berangkat dari Australia akan ke Kupang NTT, kemudian dilanjutkan ke Bali, dan ke Kalimantan. Namun di tengah perjalanan, kapal mereka dihantam badai hingga mesin mati dan terdampar di Sumenep.

    “Akibat musibah itu, Kapal Australia ini mengalami kerusakan yang cukup parah. Kerugian materialnya diperkirakan mencapai Rp 8 miliar,” terang Widiarti. (tem/but)

  • Wajah Patung Dewi Kwan Im di Klenteng Pao Sian Lin Kong Sumenep Dipercaya Bisa Berubah Sesuai Hati Pengunjung

    Wajah Patung Dewi Kwan Im di Klenteng Pao Sian Lin Kong Sumenep Dipercaya Bisa Berubah Sesuai Hati Pengunjung

    Sumenep (beritajatim.com) – Klenteng Pao Sian Lin Kong , di Jl. Slamet Riyadi, Desa Pabian, Kecamatan Kota Sumenep, tidak seperti klenteng lain yang khusus sebagai tempat ibadah warga konghucu.

    Klenteng di Sumenep ini merupakan satu-satunya Klenteng di Madura yang beraliran ‘Tri Darma’. Artinya ada tiga agama yang bisa melakukan ‘sembahyang’ disini, yakni umat Konghucu, Budha, dan Tao.

    Klenteng ini diperkirakan sudah berumur 190 tahun dan masuk dalam cagar budaya Sumenep. Halaman klenteng ini cukup besar, karena dibangun di atas lahan seluas 2.685 meter persegi.

    Tiba di Klenteng Pao Sian Lin Kong, pengunjung akan melewati ‘men lou wu’ atau pintu gerbang untuk masuk ke dalam bangunan utama. Di bagian depan, ada sebuah hiolo (tempat dupa besar), yang di kanan kirinya terdapat ‘cok say’ (patung singa) yang menghadap ke hiolo. Sedangkan di atas pintu utama terdapat kaligrafi dalam aksara Tionghoa yang memiliki makna ‘keramatnya mendunia’ serta ‘negara dan lautan tenang’.

    Di ruang utama klenteng ini, ada tiga altar pemujaan. Masing-masing untuk Kongco Hok Tek Tjeng Sien (Dewa Bumi), kemudian Makco Thian Siang Sing Bo (Dewi pelindung bagi pelaut asal Fujian), dan Kong Tik Cung Ong. ‘Makco’ yang berada di tengah atau altar nomer dua ini kerap disebut sebagai tuan rumah.

    Ketua pengurus tempat ibadah Tri Darma/Klenteng Pao Sian Lin Kong, Sugiarto Irwan Darsono menceritakan, bagi para pengunjung, yang paling menarik perhatian di Klenteng Pao Sian Lin Kong ini adalah keberadaan patung Dewi Kwan Im atau Dewi Welas Asih.

    Patung berukuran besar ini berada di sebuah bangunan ber-cat merah, di belakang ruang utama. Patung Dewi Kwan Im ini banyak diperbincangkan karena konon, patung ini bisa berubah wajah sesuai dengan kondisi jemaat yang datang berdoa.

    “Kalau yang datang kesini orangnya berdoa tulus ikhlas, maka wajah Dewi Kwan Im yang aslinya putih tulang bisa berubah menjadi kemerah-merahan di pipi. Kemudian mata sang dewi yang semula sipit berubah lebar. Sang Dewi seperti terlihat gembira,” ujarnya.

    Sebaliknya, wajah Dewi Kwan Im akan murung kalau jemaat yang berdoa itu punya niat yang kurang baik. Atau bisa juga sebagai pertanda akan mendapat hal-hal yang tidak mulus dalam usaha.

    ‘Karena itu pula, Klenteng Pao Sian Lin Kong ini juga dikenal sebagai tempat berdoa supaya rejeki lancar, dagangan laris,” tuturnya.

    Namun yang membuatnya sedih, dari tahun ke tahun, jumlah pengunjung klenteng semakin berkurang. Terutama setelah pandemi, nyaris tidak ada pengunjung, kecuali jemaat yang akan beribadah. Itupun dengan jumlah yang semakin sedikit.

    “Saat ini jemaat yang tersisa hanya sekitar 20 orang. Sebagian besar lebih suka merayakan imlek di Surabaya atau kota-kota besar lainnya,” ujarnya.

    Namun ia juga memaklumi, karena momen Imlek ini juga menjadi momen bagi warga tionghoa untuk mudik, seperti halnya umat muslim saat lebaran. “Jadi para jemaat Klenteng ini saat Imlek akan pulang ke rumah orang tuanya yang rata-rata tidak tinggal di Sumenep. Sekaligus mudik lah. Apalagi tahun ini kan bertepatan dengan long weekend,” paparnya.

    Ia berharap Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili atau tahun ular kayu ini menjadi tahun penuh rejeki bagi semua umat manusia. (tem/ian)

  • Kapolres Sumenep Cek Klenteng Pao Sian Lin Kong Jelang Perayaan Imlek

    Kapolres Sumenep Cek Klenteng Pao Sian Lin Kong Jelang Perayaan Imlek

    Sumenep (beritajatim.com) – Kapolres Sumenep, AKBP Henri Noveri Santoso, didampingi Wakapolres Kompol Masyhur Ade serta sejumlah Pejabat Utama (PJU) Polres Sumenep, melakukan pengecekan dan sterilisasi di Klenteng Pao Sian Lin Kong, Desa Pabian, Kecamatan Kota Sumenep, Kabupaten Sumenep, menjelang perayaan Tahun Baru Imlek.

    “Kami ingin memastikan situasi dan kondisi di sekitar lokasi perayaan Imlek aman dan kondusif,” kata Kapolres, Rabu (29/1/2025).

    Kapolres Sumenep menekankan pentingnya pengamanan yang optimal guna memberikan rasa aman kepada umat yang akan melaksanakan peribadatan dan perayaan di Klenteng Pao Sian Lin Kong.

    “Perayaan Imlek merupakan momen penting bagi saudara-saudara kita yang merayakan. Karena itu, kami ingin memastikan bahwa semua kegiatan berjalan lancar tanpa hambatan, sehingga masyarakat dapat merayakan Imlek dengan aman dan nyaman,” ujarnya.

    Sterilisasi dilakukan dengan menyisir seluruh area di sekitar klenteng, termasuk ruang utama peribadatan, halaman, hingga akses masuk dan keluar lokasi.

    Petugas menggunakan alat deteksi logam dan inspeksi manual untuk memastikan tidak ada benda mencurigakan yang dapat membahayakan keamanan kegiatan.

    “Anggota kami juga disiagakan di beberapa titik strategis di sekitar lokasi untuk mengantisipasi potensi gangguan keamanan. Kami sudah memetakan area-area yang memerlukan pengawasan khusus dan menempatkan personel di lokasi-lokasi tersebut,” terangnya.

    Ia menambahkan, Polres Sumenep berkomitmen penuh dalam mendukung keberlangsungan kegiatan keagamaan di wilayah hukumnya. Ia pun mengapresiasi kerja sama semua pihak, termasuk pengurus klenteng dan masyarakat, dalam menciptakan suasana aman selama perayaan Imlek.

    “Kami berharap masyarakat tetap menjaga ketertiban, melaporkan jika ada hal-hal mencurigakan, dan mematuhi arahan dari petugas di lapangan. Kami dari Polres Sumenep siap memberikan pelayanan terbaik demi terciptanya situasi yang aman dan kondusif,” tandasnya.

    Di bagian akhir, Kapolres mengucapkan selamat merayakan Imlek kepada umat yang merayakan.

    “Gong Xi Fat Cai! Semoga Tahun Baru Imlek ini membawa keberkahan, kedamaian, dan kebahagiaan bagi kita semua,” ucapnya. [tem/beq]

  • Bantuan untuk Guru Sumenep yang Diteror: Pak Nurdin Menerima Motor Baru

    Bantuan untuk Guru Sumenep yang Diteror: Pak Nurdin Menerima Motor Baru

    Bantuan untuk Guru Sumenep yang Diteror: Pak Nurdin Menerima Motor Baru
    Tim Redaksi
    KOMPAS.com –
    Ahmad Nurdin (50), seorang guru di SMA Putra Banga, Desa Pajanangger, Pulau Kangean, Sumenep, Jawa Timur, menerima
    bantuan sepeda motor
    baru. 
    Pak Nurdin
    , sapaan akrabnya, menerima bantuan setelah mengalami ancaman dengan pedang dan pembakaran motornya pada hari Senin (13/1/2025) lalu.
    Penyerahan sepeda motor tersebut dilakukan oleh Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, MH. Said Abdullah, di Desa Pajagalan, Kecamatan Kota, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur.
    Dalam wawancaranya dengan Kompas.com, Nurdin, yang berasal dari Desa Pajanangger, Kecamatan Arjasa, Pulau Kangean, mengaku merasa gemetar saat menerima bantuan motor tersebut.
    “Trauma saya belum sembuh, Mas,” ungkap Nurdin dalam perbincangan di sela-sela penyerahan bantuan pada Selasa (28/1/2025) malam.
    Sejak insiden tersebut, Pak Nurdin belum kembali mengajar di sekolah.
    Selain tidak memiliki kendaraan, dia juga mengaku masih mengalami trauma akibat peristiwa itu.
    Nurdin mengungkapkan bahwa bantuan sepeda motor yang diterimanya merupakan amanah yang harus dijaga dan dimanfaatkan dengan baik di masa depan.
    “Bagi saya, bantuan ini adalah amanah, yang harus dijaga dan dimanfaatkan dengan baik ke depannya,” jelasnya.
    MH. Said Abdullah menekankan bahwa pemberian sepeda motor tersebut merupakan bentuk kepedulian terhadap sesama, terutama kepada Pak Nurdin yang telah mengabdikan diri sebagai guru selama tiga puluh tahun.
    “Saya juga prihatin, selama tiga puluh tahun Pak Nurdin masih honorer,” terangnya.
    Said menambahkan bahwa bantuan untuk Pak Nurdin sangat diperlukan. Namun yang lebih penting adalah memastikan agar Pak Nurdin bisa kembali memiliki harapan dan merasa tenang dalam menjalani tugasnya sebagai tenaga pendidik.
    “Maka saya mengimbau kepada Pemkab Sumenep, atau masyarakat yang punya kepedulian yang sama, carikan jalan keluar, supaya Pak Nurdin ke depannya memiliki harapan,” pungkasnya.
    Sebelumnya, Ahmad Nurdin (50), guru SMA Putra Bangsa, Desa Pajanangger, Kecamatan Arjasa, Pulau Kangean, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, diancam dengan pedang dan motornya dibakar setelah pulang dari sekolah.
    Pelaku, Ahmad Qurtubi (19), seorang tamatan SMA di luar kota yang merupakan pemuda setempat, melakukan tindakan kekerasan tersebut karena tersinggung dengan ucapan Pak Nurdin saat menjadi pembina upacara di sekolah.
    Dalam sambutannya saat menjadi pembina upacara, Nurdin mengingatkan siswa agar tidak berlaku kasar atau mengancam orang tua mereka. 
    “Pelaku sakit hati karena ucapan guru itu disangka ditujukan kepada dirinya, meskipun korban tidak menyebutkan nama siapa pun,” jelas Kasi Humas Polres Sumenep AKP Widiarti.
    Pelaku diduga mendapatkan informasi tentang isi sambutan tersebut dari teman-temannya yang bersekolah di SMA Putra Banga. 
    Lalu diduga merasa tersinggung, Qurtubi nekat mendatangi rumah Nurdin, membawa pedang sepanjang 73 sentimeter, dan merusak motor milik Nurdin sebelum akhirnya membakarnya.
    Pelaku dijerat dengan Pasal 2 Ayat 1 Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951 tentang larangan membawa senjata tajam, serta Pasal 06 Ayat 1 dan Pasal 335 Ayat 1 KUHP mengenai perbuatan tidak menyenangkan. Jika terbukti bersalah, pelaku terancam hukuman maksimal 10 tahun penjara.
     
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 20 Tahun Sudarmo Pekerja Serabutan Rutin Bikin Apen Mulai dari Jam 11 Malam, Kini Bisa Ibadah Umrah

    20 Tahun Sudarmo Pekerja Serabutan Rutin Bikin Apen Mulai dari Jam 11 Malam, Kini Bisa Ibadah Umrah

    TRIBUNJATIM.COM – Kurang lebih 20 tahun lamanya Sudarmo seorang pekerja serabutan bersabar dan tekun dalam usaha.

    Sudarmo akhirnya bisa melakukab ibadah umrah dengan istrinya setelah berjualan Apen.

    Setiap malam pukul 23.00 WIB, Juma’atun (44) dan suaminya Sudarmo (55) memulai rutinitas mereka menyalakan api di dalam tungku tanah liat.

    Wajan kecil yang juga terbuat dari tanah liat dipanaskan, dan adonan apen dituangkan sesuai takaran.

    Setelah matang, apen didinginkan dan dikemas dengan mika untuk dijual.

    Pasangan suami istri yang tinggal di Desa Karanganyar, Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur ini telah menekuni usaha berjualan apen selama dua puluh tahun.

    Mereka berasal dari lingkungan desa yang mayoritas warganya bekerja sebagai kuli tambak garam, yang tentunya berbeda jauh dari usaha apen yang mereka jalani.

    Perjalanan mereka untuk menjadi penjual apen tidaklah mudah.

    Sebelumnya, Sudarmo hanyalah pekerja serabutan, sementara Juma’atun adalah ibu rumah tangga biasa.

    “Kalau dulu, apapun saya kerjakan Mas,” ungkap Sudarmo kepada Kompas.com, Selasa (28/1/2025), seperti dikutip TribunJatim.com, Selasa.

    Ia tidak pernah memilih pekerjaan yang ditawarkan, selama pekerjaan tersebut halal, ia melakukannya dengan penuh ketabahan.

    Dari menjadi kuli di tambak garam hingga bekerja memasang terop saat hajatan, Sudarmo telah melakoni berbagai pekerjaan.

    Namun, penghasilan yang diperolehnya tidak menentu, dan sering kali tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. “Namanya kerja serabutan Mas. Hasilnya tidak pasti,” kenangnya.

    Selama tujuh tahun menjalani pekerjaan serabutan setelah menikah dan dikaruniai dua orang anak laki-laki, Sudarmo mendapatkan ide untuk berjualan apen dari sang istri.

    Pengusaha Apen yang akhirnya berhasil umrah (Kompas.com)

    Juma’atun yang gemar membuat apen mulai menjualnya dari pintu ke pintu dengan berjalan kaki.

    Seiring berjalannya waktu, apen yang dijualnya mulai memiliki pembeli tetap, baik yang menunggu di rumah maupun yang datang langsung ke rumah mereka.

    Kini, Juma’atun dan Sudarmo tidak perlu lagi menjajakan apen secara langsung, karena mereka telah memiliki pembeli tetap yang membeli apen mereka untuk dijual kembali.

    “Ada sekitar dua puluh lima pembeli tetap yang beli apen buatan kami,” kata Juma’atun.

    Pembeli apen mereka berasal dari berbagai kecamatan seperti Lenteng, Manding, dan Gapura, bahkan hingga Kabupaten Pamekasan.

    Apen buatan Juma’atun telah menjadi incaran pembeli sejak dini hari, yang ingin mendapatkan jumlah sesuai permintaan.

    Tungku api untuk membuat Apen (Kompas.com)

    Meskipun Juma’atun tidak memiliki resep khusus untuk membuat apen, ia percaya bahwa kualitas gula dan tekstur apen yang lebih lembut menjadi daya tarik tersendiri.

    “Katanya gulanya enak dan apennya lembut,” terangnya.

    Dari usaha berjualan apen selama dua dekade, Juma’atun dan suaminya berhasil menunaikan ibadah umrah.

    Selain itu, hasil dari penjualan apen juga mulai mereka kembangkan ke usaha lain, seperti menyewa tambak garam untuk produksi.

    Juma’atun bersyukur atas usaha yang memberikannya penghasilan tetap, tetapi ia tidak akan pernah melupakan perjalanan hidupnya yang pernah dilalui dalam keadaan kekurangan.

    “Kuncinya tekun dan sabar Mas,” tutup Juma’atun.

    Sementara itu, usaha juga dilakukan oleh pria Lumajang dan malah menembus pasar internasional.

    Berkat tangan kreatifnya, Nur Hasan (40) warga Desa Gucialit, Kecamatan Gucialit, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur memproduksi briket hingga diminati pasar benua Eropa.

    Hasan menerangkan produk briket bikinannya menjadi pemasok rutin seorang pengusaha di negara Turki.

    Pria ramah ini mengaku awal mula produk briketnya bisa menembus pasar mancanegara bermula ketika dirinya memasarkan produk kerajinannya di media sosial Facebook pada tahun 2023 silam.

    “Awalnya saya produksi kerajinan dari batok kelapa kemudian dan laku ke Turki. Lalu pemesan juga menanyakan apakah juga membuat briket, lalu saya menerima pesanan tersebut,” ujar Hasan di tempat produksi briket miliknya, Senin (20/1/2024).

    Hasan pun membuat briket dengan otodidak. Ia mengaku mencari tahu cara membuat briket dari YouTube. Ia pun menginprovisasi proses pembuatan briket dan akhirnya bisa membuat briket dengan kualitas mumpuni.

    “Bahannya sangat mudah didapat dari limbah batok kelapa. Di Lumajang kan banyak kelapa. Tapi kalau lagi butuh banyak saya ngambil juga di Bondowoso dan Situbondo,” paparnya.

    Menurut Hasan, proses pembuatan briket terbilang gampang-gampang susah. Produksi briket dimulai dari membakar batok kelapa yang sudah berbentuk cacahan atau kepingan kecil.

    Lalu batok kelapa tersebut dibakar hingga menjadi arang. Proses dilanjutkan dengan menggiling arang batok kelapa menjadi serbuk.

    Serbuk tersebut kemudian dicampur dengan bahan tambahan. Diantaranya tepung tapioka dan sodium. Bahan tambahan tersebut dicampur denga arang kelapa hingga menjadi adonan.

    Adonan yang sudah kejadi kemudian dicetak menggunakan mesin dan ditata di papan untuk kemudian dioven atau dijemur jika cuaca sedang bagus.

    Setiap 6 bulan, Hasan mengirim sebanyak 18 ton kepada pemesannya yang berasal dari Turki.

    “Orang Turkinya sudah ke tempat saya dan melihat langsung briket ini. Per 1 kilogram briket produksi saya ini harganya Rp 15 ribu. Di Turki sana briket saya buat alatnya Shisha (rokok ala Arab),” katanya.

    Setiap kali produksi untuk pengiriman ke Turki, Hasan mengaku bisa meraup keuntungan bersih hingga Rp 50 juta.

    “Modalnya Rp 30 jutaan untuk tiap kali produksi briket ini untuk besaran produksi 18 ton,” katanya.

    Hasan memperkerjakan 13 orang pegawai yang merupaka warga sekitar untuk menunjang produksi briket miliknya.

    Ia juga dibantu oleh sang istri Dayang Andriana dalam mengelola bisnis produksi briket tersebut.

    “Keunggulannya briket ini gak ada asap. Panas lebih stabil daripada arang biasa,” ungkapnya.

    Kendati diminati pasar luar negeri, Hasan mengaku produk miliknya justru tak terlalu diminati pasar lokal.

    “Kalau lokalan saja pesan itu hanya kiloan gak sampai ber ton-ton kayak di Turki,” papar pria asal Gucialit tersebut.

    Selama membangun usaha, Hasan mengingat dirinya bersama sang istri bahu-membahu merintis usaha briket. 

    Ia merasakan bantuan atau dukungan dari pemerintah dalam mendukung usahanya sangat jarang. 

    “Ya dilakukan sendiri, kalau dari pemerintah ngajuin umkm susah,” keluhnya. 

    Berita viral lainnya

    Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

  • Kapolres Sumenep Berikan Jaminan Keamanan Pada Guru yang Sepeda Motornya Dibakar

    Kapolres Sumenep Berikan Jaminan Keamanan Pada Guru yang Sepeda Motornya Dibakar

    Sumenep (beritajatim.com) – Kapolres Sumenep, AKBP Henri Noveri Santoso menyampaikan komitmennya untuk membantu dan melindungi Noeruddin (50), guru di SMA Putra Bangsa, Desa Pajanangger, Kecamatan Arjasa Pulau Kangean, Kabupaten Sumenep, Madura, yang menjadi korban pengancaman hingga pembakaran sepeda motornya.

    “Ini merupakan komitmen kami untuk menegakkan keadilan dan memberikan perlindungan kepada guru yang menjadi korban kekerasan. Sebagai aparat kepolisian, kami wajib melindungi hak dan keamanan guru,” tandasnya, Selasa (28/01/2025).

    Hal itu disampaikan Kapolres Sumenep saat berbincang langsung dengan Noeruddin di Polres Sumenep. Selain menyampaikan komitmen untuk memberikan perlindungan, Kapolres sekaligus juga menyerahkan bantuan pada Noeruddin.

    Selain memberikan bantuan, Kapolres juga memberikan dukungan semangat kepada Noeruddin untuk tetap menjalankan tugas sebagai seorang guru yang penuh dengan tantangan.

    “Pertemuan ini saya harap tidak hanya simbolis, tetapi juga sebagai langkah konkret dalam memberikan apresiasi dan dukungan semangat kepada pak Noeruddin,” ujar Kapolres.

    Sementara Camat Arjasa, Aynizar Sukma menyampaikan terima kasih kepada Kapolres atas kepeduliannya kepada warga Arjasa yang menjadi korban pengancaman hingga sepeda motornya dibakar oleh tersangka AQ.

    “Terima kasih kepada Pak Kapolres atas bantuan yang diberikan Pak Noeruddin, guru yang sepeda motornya dibakar,” katanya.

    Camat berharap semoga kejadian serupa tidak terjadi lagi kepada guru-guru yang lain.

    Saat ini AQ (19 tahun), warga Dusun Bugis, Desa Pajanangger, Kecamatan Arjasa, Kabupaten Sumenep pelaku pengancaman dengan senjata tajam serta pengrusakan atau membakar sepeda guru honorer tersebut ditahan aparat Kepolisian.

    Akibat perbuatannya,.tersangka dijerat pasal 2 ayat (1) Undang-undang Darurat RI nomor 12 tahun 1951 terkait kepemilikan senjata tajam tanpa izin, pasal 406 ayat (1) KUHP tentang pengrusakan barang, serta pasal 335 ayat (1) ke-1 KUHP mengenai perbuatan tidak menyenangkan dengan ancaman hukuman 10 tahun penjara. (tem/ted)

  • Guru Noeruddin: Saya Sama Sekali Tidak Dendam pada Pelaku Pembakaran Motor Saya

    Guru Noeruddin: Saya Sama Sekali Tidak Dendam pada Pelaku Pembakaran Motor Saya

    Sumenep (beritajatim.com) – Ada banyak pelajaran berharga yang bisa diambil dari Noeruddin (50), guru di SMA Putra Bangsa, Desa Pajanangger, Kecamatan Arjasa Pulau Kangean, Kabupaten Sumenep, Madura.

    Pria muallaf asal Ambon yang sudah mengabdikan dirinya di Pulau Kangean sebagai guru honorer 30 tahun lamanya, mengaku sama sekali tidak menaruh dendam pada pelaku pembakaran sepeda motornya.

    “Saya sama sekali tidak dendam pada dia. Saya justru mendoakan, semoga dia disadarkan dan mendapat hidayah dari Allah,” ujarnya, Selasa (28/01/2025).

    Noeruddin berada di Sumenep, menyeberang 12 jam dari Pulau Kangean atas undangan khusus Ketua Banggar DPR RI, MH. Said Abdullah. Politisi asli Sumenep ini menyerahkan bantuan berupa sepeda motor dan uang tunai, bagi pahlawan tanpa tanda jasa, Noeruddin.

    Selain itu, Noeruddin juga sempat bertemu langsung dengan Kapolres Sumenep, AKBP Henri Noveri Santoso di Mapolres Sumenep. Kapolres menyampaikan perhatian dan simpatinya atas insiden yang menimpa Noeruddin.

    Pada Senin (13/01/2025), sepeda motor Noeroddin dibakar hingga hangus. Bahkan sebelum itu, guru honorer ini juga diancam dengan pedang. Pelaku diketahui berinisial AQ (19), pemuda desa setempat, lulusan SMA di luar kota. Noeruddin mengaku tidak tahu persis penyebab pelaku tiba-tiba marah padanya.

    Informasinya, pelaku tersinggung dengan ucapan korban saat menjadi pembina upacara di sekolah. Dalam amanatnya, korban menyampaikan agar seluruh siswa selalu taat pada orang tua dan guru-guru, bertingkah laku baik, dan tidak mabuk-mabukan. Jangan sampai berani kepada orang tua, apalagi sampai mengancam untuk membunuhnya, karena ilmunya tidak akan berkah.

    Mendengar itu, pelaku tersinggung karena merasa ucapan Noeruddin ditujukan pada dirinya. Padahal, Noeruddin mengaku menyampaikan nasehat itu secara global, tidak khusus tertuju pada seseorang.

    Tak berselang lama dari kejadian, AQ, pelaku pembakaran sepeda motor itu ditangkap dan ditahan di Polsek Arjasa.

    “Karena sekarang kasus ini sudah masuk ke ranah hukum, saya serahkan sepenuhnya pada aparat kepolisian. Mungkin ini ujian juga bagi pelaku. Semoga bisa membuatnya sadar,” ucap Noeruddin.

    Insiden kekerasan itu ternyata tidak menyurutkan semangat Noeruddin untuk tetap mengajar di Pulau Kangean. Baginya, mengabdikan diri sebagai guru adalah pilihan hidupnya.

    “Saya akan tetap mengajar di sini. Banyak anak-anak yang membutuhkan bimbingan. Jadi, saya akan terus mengajar di sini,” tegasnya.

    Ia mengaku bersyukur, setelah insiden kekerasan itu, ternyata banyak warga yang peduli padanya. Bahkan siswa-siswa SD pun ikut bersimpati padanya.

    “Anak-anak SD ini secara spontan menghimpun donasi dari teman-temannya, diberikan pada saya. Bukan soal jumlahnya. Tapi ini perhatian luar biasa dari anak-anak disini untuk saya. Kemudian ada ibu-ibu di Desa Pajanangger ini juga memberikan bantuan untuk saya. Saya benar-benar mengucapkan terima kasih ,” ungkapnya.

    Ia melanjutkan, setelah insiden kekerasan yang menimpanya viral, dirinya mengaku telah beberapa kali mendapatkan simpati dari berbagai pihak. Tidak hanya dari warga dan siswa setempat. Bahkan simpati itu pun datang dari luar Madura.

    “Kemarin ada sebuah Yayasan di Solo memberikan bantuan berupa uang tunai ke saya. Kemudian ada dari Pak Kapolres. Sekarang ini dapat bantuan sepeda motor dan uang tunai dari Pak Said Abdullah. Alhamdulillah, mungkin ini hikmah dari Allah buat saya,” tuturnya dengan mata berkaca-kaca. (tem/ian)

  • Prihatin Nasib Guru Honorer Yang Motornya Dibakar: MH Said Abdullah Beri Perhatian Khusus

    Prihatin Nasib Guru Honorer Yang Motornya Dibakar: MH Said Abdullah Beri Perhatian Khusus

    Sumenep (beritajatim.com) – Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, MH Said Abdullah memberikan perhatian khusus kepada M. Noeruddin, guru di Pulau Kangean, Sumenep, yang sepeda motornya dibakar oleh pemuda setempat.

    “Saya tidak pernah membayangkan, guru honorer yang sudah mengabdi 30 tahun, mengalami nasib yang tidak diinginkan. Sepeda motornya dibakar. Padahal itu motor pinjaman. Dibakar oleh anak muda Kangean. Ini benar-benar membuat saya sedih,” ujarnya, Selasa (28/01/2025).

    Karena itu, politisi PDI Perjuangan ini ingin bertemu langsung dengan Noeruddin untuk mendengar cerita tentang kekerasan yang dialaminya.

    Usai mendengar cerita pilu Noeruddin, Said Abdullah meminta semua pihak, terutama politisi PDI Perjuangan untuk ikut memberikan perhatian.

    “Guru lahir dari ladang pengabdian. Kok bisa kita tidak terketuk hatinya. Masak kita tidak bisa berempati? Masak tidak ada rasa simpati terhadap beliau yang sudah 30 tahun mengabdikan diri jadi guru honorer? Terutama orang PDI Perjuangan. Harusnya paling depan membantu. Karena PDI Perjuangan ini partainya wong cilik,” tandasnya.

    Karena itu, lanjut Said yang juga putra asli Sumenep, ia memberikan bantuan sebuah sepeda motor baru untuk Noeruddin, serta uang tunai Rp 15 juta. “Semoga ini bisa membantu mempermudah Pak Noeruddin saat melaksanakan tugasnya mengajar, setelah sepeda motornya sempat dibakar pemuda setempat,” ucapnya.

    Sementara Noeruddin mengaku sangat bersyukur dengan bantuan tersebut. Baginya, bantuan itu merupakan amanat sekaligus tantangan baginya untuk mengabdi sebagai guru di Pulau Kangean.

    “Saya tetap akan mengabdi untuk mengajar di Kangean. Terima kasih untuk Pak Said yang sudah peduli pada saya. Ini akan menjadi pelecut semangat saya untuk meneruskan pengabdian saya disini,” tandasnya.

    Sebelnya, pada Senin (13/01/2025), Noeruddin (50), guru di SMA Putra Bangsa, Desa Pajanangger, Kecamatan Arjasa pulau Kangean, Kabupaten Sumenep, sepeda motornya dibakar hingga hangus. Bahkan sebelum itu, guru honorer ini juga diancam dengan pedang.

    Pelaku diketahui berinisial AQ (19), pemuda desa setempat, lulusan SMA di luar kota. Noeruddin mengaku tidak tahu persis penyebab pelaku tiba-tiba marah padanya.

    Informasinya, pelaku tersinggung dengan ucapan korban saat menjadi pembina upacara di sekolah. Dalam amanatnya, korban menyampaikan agar seluruh siswa selalu taat pada orang tua dan guru-guru, bertingkah laku baik, dan tidak mabuk-mabukan. Jangan sampai berani kepada orang tua, apalagi sampai mengancam untuk membunuhnya, karena ilmunya tidak akan berkah.

    Mendengar itu, pelaku tersinggung karena merasa ucapan Noeruddin ditujukan pada dirinya. Padahal, Noeruddin mengaku menyampaikan nasehat itu secara global, tidak khusus tertuju pada seseorang. Tak berselang lama dari kejadian, AQ, pelaku pembakaran sepeda motor itu ditangkap dan ditahan di Polsek Arjasa. (tem/kun)