kab/kota: Sumenep

  • Pasangan Australia Terdampar di Pulau Gili Ilyang Masih Menanti Waktu Pulang

    Pasangan Australia Terdampar di Pulau Gili Ilyang Masih Menanti Waktu Pulang

    Baca laporannya dalam bahasa Inggris

    Pasangan Australia yang terdampar di Pulau Gili Iyang, Kabupaten Sumenep, Madura akan pindah ke hotel di Surabaya setelah hampir seminggu menetap di rumah nelayan setempat.

    Catherine Delves dan Peter Watt tadinya bermaksud berlayar ke Kalimantan untuk melihat orangutan.

    Namun “semuanya menjadi kacau” saat kapal pesiar mereka yang berbobot 26 ton tersebut kandas di lepas pantai Gili Iyang di Laut Bali pekan lalu.

    “Sepertinya kami akan tinggal di sini lebih lama,” kata Catherine yang diwawancara di rumah nelayan setempat.

    “Kami melewatkan arus pasang waktu mencoba mengangkat kapal kami dari bebatuan, dari terumbu karang … jadi mungkin kami harus tetap di sini sebulan lagi.”

    Mereka meninggalkan perahu tersebut pada Rabu (29/01) sore, setelah sinyal yang mereka kirim dalam bentuk panggilan darurat di radio dan suar tidak dijawab.

    Kasi Humas Polres Sumenep, AKP Widiarti mengatakan pihaknya langsung berkoordinasi dengan petugas setempat ketika mendengar sinyal tersebut.

    “Akhirnya kedua orang tersebut dievakuasi oleh para nelayan di wilayah Pulau Gili Ilyang tersebut,” kata Widiarti kepada Natasya Salim dari ABC Indonesia.

    “Kemudian kita juga sudah berkoordinasi dengan pihak imigrasi, orang ini visanya masih lama kemudian beliau ini mau dievakuasi ke daratan.”

    Widiarti memperkirakan pasangan tersebut harus menunggu hingga bulan April untuk bisa berlayar kembali.

    “Kami juga menunggu air itu pasang, perkiraan air pasang nanti di bulan depan, informasi dari warga sana,” ujarnya.

    “Karena itu sudah di bibir pantai, enggak bisa ke tengah, untuk dorong itu perlu alat yang canggih untuk dorong kapal, sedangkan ini masih karam, enggak bisa.”

    Widiarti mengatakan pasangan tersebut kini dalam kondisi sehat.

    Ia juga menambahkan warga di Pulau Gili Ilyang saat ini sedang membantu memperbaiki perahu mereka yang rusak.

    Sempat kesulitan menolong

    Awalnya, Kepala Desa Banraas H Fathor mengatakan warga tidak menyadari adanya sinyal minta tolong dari pasangan tersebut.

    “Ada tembakan itu sampai lima kali, cuma orang pulau itu enggak ngerti itu apa,” kata Fathor.

    “Kadang-kadang kan [warga berpikir] ‘Wah, itu kembang api’.”

    Ia mengatakan warga juga sempat tidak berani untuk menolong karena khawatir melihat gelombangnya yang besar.

    Tetapi saat surut, Fathor mengatakan lima hingga enam warga langsung bergerak untuk menolong pasangan itu.

    Fathor mengatakan warga setempat langsung merawat dan memberikan pasangan tersebut makanan serta pakaian bersih.

    “[Kita kasih] makan, kasih minuman, kasih kopi,” ujarnya.

    “Kami … ke rumah [warga] yang ngerti bahasa Inggris … orang pulau itu banyak yang merantau ke Pulau Bali dan sebagian ngerti-lah sedikit-sedikit bahasa Inggrisnya.”

    Peter yang ketika itu terpaksa melompat dari kapal mengatakan peristiwa tersebut merupakan “hal paling menakutkan” yang pernah dilakukannya.

    “Beberapa penduduk setempat berenang untuk membantu kami juga. Mereka melakukan lebih dari yang diharapkan, mereka sangat membantu,” katanya.

    Catherine mengatakan retakan kecil di dasar perahunya perlu dilas hingga tertutup jika memungkinkan.

    “Banyak yang membantu tetapi perkembangannya tidak cepat,” katanya.

    Ia mengunggah rekaman kapal mereka yang kandas di tengah ombak besar dengan judul: “Perahu kami karam!”

    Terdampar di ‘pulau oksigen’

    Pasangan itu mulai berlayar pada tahun 2021, menyusuri pantai timur Australia menuju Darwin.

    Mesin kapal layar mereka sebelumnya pernah bermasalah sehingga mereka harus bermukim di Darwin selama sekitar tiga tahun sebelum mereka bisa berangkat lagi ke utara.

    “Kami hanya berlayar di sekitar Indonesia, kami mendapat visa yang mengizinkan kami memasuki Indonesia berulang kali, untuk pergi dan menjelajah sendiri,” ujar Catherine.

    Departemen Luar Negeri dan Perdagangan mengonfirmasi mereka memberikan dukungan konsuler kepada pasangan Peter dan Catherine.

    Gili Iyang terkadang disebut di Indonesia sebagai “pulau oksigen” karena dikenal memiliki kadar oksigen tertinggi di dunia.

    Catherine mengatakan warga di sana “sangat luar biasa… sangat ramah, sangat bersahabat.”

    “Mereka berusaha sekuat tenaga, tetapi kami butuh 30 orang untuk benar-benar … mendorong [kapal pesiar] itu.”

  • Korupsi Hibah Pemprov Jatim, KPK Periksa 12 Ketua Pokmas

    Korupsi Hibah Pemprov Jatim, KPK Periksa 12 Ketua Pokmas

    Jakarta (beritajatim.com) – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kembali memeriksa saksi terkait penyidikan perkara pengurusan dana hibah untuk kelompok masyarakat (Pokmas) dari APBD Provinsi Jawa Timur tahun Anggaran 2019 – 2022. Hari ini, KPK memeriksa 12 saksi yang merupakan Ketua Kelompok Masyarakat.

    “Hari ini Senin (3/2/2025), KPK menjadwalkan pemeriksaan saksi dugaan TPK terkait Pengurusan Dana Hibah untuk Kelompok Masyarakat (Pokmas) dari APBD Prov Jatim TA 2021 – 2022,” ujar Juru Bicara KPK Tessa Mahardika Sugiarto, Senin (3/2/2025).

    Dia menjelaskan, saksi yang diperiksa yang merupakan Kelompok Masyarakat. Mereka adalah Ketua Kelompok Masyarakat Antang berinisial MA, Ketua Kelompok Masyarakat Maju S, Ketua Kelompok Masyarakat Abadi Jaya AJ, Ketua Kelompok Masyarakat Jaya Abadi MR, Ketua Kelompok Masyarakat Sinar Jaya AF, Ketua Kelompok Masyarakat Angkasa berinisial T, dan Ketua Kelompok Masyarakat Santana berinisial B.

    Kemudian, Ketua Kelompok Masyarakat Halilintar MI, Ketua Kelompok Masyarakat Sentosa AS, Ketua Kelompok Masyarakat Damai berinisial N, Ketua Kelompok Masyarakat Permata MA, dan Ketua Kelompok Masyarakat Rukun Abadi ZA.

    Tessa tidak menjelaskan materi pemeriksaan para saksi. Termasuk kaitan para saksi dalam perkara ini. “Pemeriksaan dilakukan di, Polres Sumenep,” kata Tessa singkat.

    Sebelumnya, pada tanggal 8 Januari 2025, KPK melakukan serangkaian tindakan penyidikan berupa penyitaan 3 (tiga) unit tanah dan bangunan yang berlokasi di Surabaya dan 1 (satu) unit apartemen yang berlokasi di Malang yang secara keseluruhan bernilai Rp8.1 miliar.

    Kemudian, pada tanggal 30 September 2024 sampai 3 Oktober 2024, KPK melakukan serangkaian tindakan penyidikan berupa penggeledahan pada 10 (sepuluh) rumah atau bangunan. Namun KPK tidak menjelaskan, milik siapa rumah atau bangunan yang dilakukan penggeledahan. KPK hanya menyebut lokasi penggeledahan berlokasi di Kota Surabya, Kab. Bangkalan. Kab. Pamekasan, Kab. Sampang dan Kab. Sumenep.

    Dari hasil penggeledahan tersebut, KPK telah melakukan penyitaan di antaranya
    berupa tujuh unit kendaraan terdiri dari 1 Toyota Alphard, 1 Mitsubisi Pajero, 1 Honda CRV, 1 Toyota Innova, 1 Toyota Hillux double cabin, 1 Toyota Avanza, dan 1 unit merk Isuzu. Terdapat juga jam tangan Rolex (1 buah) dan Cincin Berlian (2 buah).

    KPK juga menyita uang Tunai dalam mata uang asing dan juga rupiah yang bila ditotal dan dirupiahkan senilai kurang lebih sebesar Rp1 miliar. Kemudian, barang bukti elektronik berupa Handphone, Harddisc dan Laptop. Turut disita dokumen-dokumen diantaranya Buku Tabungan. Buku Tanah, Catatan-Catatan, Kuitansi pembelian barang , BPKB dan STNK Kendaraan dan lain sebagainya.

    KPK juga telah melakukan penggeledahan di rumah dinas Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar pada Jum’at tanggal 6 September 2024 lalu. Dari penggeledahan tersebut, penyidik melakukan penyitaan berupa uang tunai dan barang bukti elektronik. KPK juga telah memeriksa Abdul Halim Iskandar dalam kasus tersebut pada Kamis, 12 Agustus 2024 lalu.

    Dalam kasus ini, KPK juga menetapkan 21 tersangka baru yang merupakan Pengembangan dari kegiatan Tangkap Tangan yang dilakukan terhadap Wakil Ketua DPRD Provinsi Jawa Timur Sahat Tua Simanjuntak.

    Ke-21 tersangka terdiri dari 4 tersangka sebagai penerima sua dan 17 tersangka lainnya sebagai Tersangka Pemberi. Dari empat tersangka penerima tiga orang diantaranya merupakan penyelenggara negara sementara 1 lainnya merupakan staf dari Penyelenggara Negara. Sementara untuk 17 tersangka pemberi, 15 diantaranya adalah pihak swasta dan 2 lainnya dari Penyelenggara Negara. [hen/beq]

  • Relawan Makan Bergizi Gratis di Jatim Mundur karena Gaji Tak Jelas, Begini Respons Pj Gubernur Adhy

    Relawan Makan Bergizi Gratis di Jatim Mundur karena Gaji Tak Jelas, Begini Respons Pj Gubernur Adhy

    Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Fatimatuz Zahroh

    TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA – Pj Gubernur Jawa Timur, Adhy Karyono, angkat bicara terkait banyaknya relawan program makan bergizi gratis (MBG) memutuskan berhenti dan mundur karena pembayaran dan gaji tidak jelas. 

    Dikatakan Adhy, untuk saat ini pembiayaan program MBG seluruhnya dari pemerintah pusat.

    Sedangkan Pemprov Jatim meski sudah memberikan alokasi untuk program MBG, anggaran tersebut masih belum bisa digunakan.

    Termasuk untuk mengcover pembiayaan relawan MBG yang saat ini belum terbayar. 

    “Saya belum memantau sampai sejauh itu. Itu urusan kontrak antara Badan Gizi Nasional (BGN) dengan para mitra program, itu urusan internal di sana ya,” kata Adhy, saat diwawancara Tribun Jatim Network di Gedung Negara Grahadi di Surabaya, Sabtu (1/2/2025).

    Ditegaskan Adhy, Mendagri memang telah memberikan arahan agar daerah mengalokasikan anggaran untuk program MBG.

    Dari total Rp 5 triliun, Pemprov Jatim sejatinya sudah mengalokasikan sebesar Rp 400 miliar dari APBD Pemprov Jatim untuk mendukung kesuksesan program MBG.

    Akan tetapi, saat ini anggaran tersebut belum dikucurkan, karena terkendala aturan dan juknis dari pemerintah pusat.

    “Sementara konsentrasi kami tidak digunakan untuk menambah target ataupun bantuan makannya. Tapi digunakan untuk supporting untuk dapurnya atau distribusinya. Dan kami menunggu untuk pedoman berikutnya,” pungkas Adhy.

    Di sisi lain, sebagaimana diberitakan di Tribun Jatim, salah seorang pasutri relawan MBG memutuskan untuk berhenti bekerja karena mengaku gajinya tidak jelas.

    Padahal saat bekerja sebagai relawan MBG, mereka bekerja sejak pukul 01.00 WIB.

    Pasutri tersebut adalah Moh Farid (56) dan Asia Wulandari (48), warga Desa Pandian, Sumenep, Madura, Jawa Timur, yang sehari-hari menjalankan usaha warung nasi.

    Farid awalnya bertugas di bagian pemorsian, sementara istrinya, yang akrab disapa Wulan, ditugaskan di bagian sayur.

    Farid menjelaskan, relawan di bagian sayur bekerja sejak pukul 01.00 WIB hingga selesai, memasak sayur bersama relawan lain yang bertugas memasak nasi.

    Sementara itu, relawan di bagian pemorsian mulai bekerja sejak pukul 04.00 WIB hingga semua menu selesai dimasak.

    Keduanya memutuskan untuk mengundurkan diri setelah dipindahtugaskan ke bagian lain.

    Farid ditugaskan sebagai sekuriti dapur, sedangkan Wulan dipindah ke bagian pemorsian.

    Farid mengungkapkan, istrinya memilih mundur karena jam kerja di dapur makan bergizi gratis bersamaan dengan jadwal buka warung nasi mereka yang telah dirintis selama 13 tahun.

    Farid juga merasa tidak nyaman karena harus bekerja sendirian sebagai sekuriti.

    Alasan lain di balik pengunduran diri mereka adalah tidak adanya kepastian mengenai gaji yang akan diterima selama bekerja di dapur makan bergizi gratis.

    Farid mengungkapkan, sejak mengikuti pelatihan di Kodim 0827 Sumenep pada September 2024, tidak ada dokumen yang ditandatangani terkait besaran gaji.

    “Tidak ada sama sekali hitam di atas putih,” kata Farid saat ditemui di rumahnya.

    Farid juga sempat menanyakan kepada Kepala Satuan Pemenuhan Gizi Gratis (SPPG), Mohammad Kholilur Rahman, mengenai kepastian gaji saat berkunjung ke rumahnya pada 11 Januari 2025.

    Namun, dia tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan. 

    Farid hanya mengetahui bahwa nominal gaji relawan yang bertugas di malam dan siang hari berbeda.

    Hingga pengunduran diri mereka, Farid tetap tidak tahu berapa gaji yang akan diterima.

  • Tersangka Gadaikan Motor Teman Akrab Warga Sumenep Ternyata Oknum Polisi Pamekasan

    Tersangka Gadaikan Motor Teman Akrab Warga Sumenep Ternyata Oknum Polisi Pamekasan

    Sumenep (beritajatim.com) – SU (40), warga Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan, tersangka penggelapan sepeda motor milik OAP (27), warga Desa Kolor, Kecamatan Kota Sumenep, ternyata seorang polisi.

    Informasi di lapangan, tersangka awalnya berdinas di Polsek Sapeken, kemudian mutasi ke Pamekasan. Perkenalan tersangka dengan korban dan keluarganya terjadi di Sapeken.

    Orang tua korban lama tinggal di Sapeken, sehingga terjalinlah keakraban diantara mereka. Bahkan hingga korban dan orang tuanya pindah dari Sapeken dan menetap di Desa Kolor, Sumenep, hubungan dengan tersangka tetap terjalin baik. Tersangka sering datang ke rumah korban, menemui orang tua korban.

    Plt Kasi Humas Polres Sumenep, AKP Widiarti S membenarkan jika tersangka SU masih tercatat sebagai anggota Polri yang berdinas di Polres Pamekasan. Namun tersangka SU kerap tidak masuk dinas tanpa alasan.

    “Yang bersangkutan memang pernah dinas di Polsek Sapeken kemudian pindah ke Pamekasan. Tapi sudah lama di-desersi. Sekarang dalam proses pemecatan darinanggota Polri,” ungkapnya.

    Penggelapan sepeda motor itu berawal ketika tersangka dari Pamekasan bersama temannya naik mobil pribadi. Kemudian tersangka turun di pertigaan Saronggi. Dari pertigaan Saronggi, tersangka naik bus dan turun di pertigaan Terminal Arya Wiraraja Sumenep, kemudian tersangka berjalan kaki ke rumah korban, yakni OAP (27).

    Ketika sampai di rumah korban, karena mereka memang teman akrab, maka korban pun langsung mempersilahkan tersangka masuk ke ruang tamu. Mereka kemudian berbincang-bincang. Setelah itu, tersangka meminjam sepeda motor ke korban.

    Alasannya akan ke rumah temannya, sehingga pinjam mau sebentar. Korban pun memberikan pinjaman sepeda motor tanpa curiga. Namun setelah ditunggu-tunggu, tersangka tidak kunjung datang untuk mengembalikan sepeda motor. Korban pun mulai curiga. Apalagi tersangka sudah tidak dapat dihubungi. Akhirnya korban melaporkan kasus itu ke Polres Sumenep.

    Dari hasil penyelidikan, terungkap bahwa sepeda motor korban dibawa ke Pamekasan, dan digadaikan tanpa sepengetahuan pemiliknya. Digadaikan sebesar Rp 2.200.000. Uang hasil gadai sepeda motor itu telah habis digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. (tem/ted)

  • Cuaca Buruk Ancam Perairan Sumenep, Syahbandar Keluarkan Peringatan

    Cuaca Buruk Ancam Perairan Sumenep, Syahbandar Keluarkan Peringatan

    Sumenep (beritajatim.com) – Cuaca buruk dengan angin kencang dan ombak besar di Perairan Sumenep diprediksi terjadi hingga Minggu (02/02/2025). Kondisi ini membuat pelayaran di wilayah tersebut dinilai tidak aman.

    Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Kelas IV Kalianget, Azwar Anas, menyampaikan bahwa berdasarkan prakiraan cuaca Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Maritim Perak Surabaya, cuaca ekstrem di perairan Sumenep akan berlangsung hingga 2 Februari 2025.

    “Kami sudah mengeluarkan surat edaran tentang peringatan cuaca buruk di Perairan Kalianget dan sekitarnya. Ada potensi kenaikan tinggi gelombang dan kecepatan angin, sehingga tidak aman untuk pelayaran,” katanya, Sabtu (01/01/2025).

    Dengan kondisi ini, Azwar meminta seluruh operator kapal yang melayani rute ke wilayah kepulauan agar selalu memantau perkembangan cuaca serta berkoordinasi dengan Syahbandar sebelum melakukan pelayaran.

    “Kalau badai mereda, silahkan berlayar. Tetapi sebaiknya tetap memantau kondisi laut cuaca dua jam sebelum keberangkatan. Apabila ada peningkatan kondisi cuaca saat melakukan pelayaran, tolong segera menginformasikan pada kami,” ujarnya.

    Kabupaten Sumenep memiliki 126 pulau, dengan 48 pulau berpenghuni. Secara administratif, Kabupaten Sumenep terdiri dari 27 kecamatan, di mana sembilan di antaranya merupakan kecamatan kepulauan. [tem/beq]

  • Warga Pamekasan Gadaikan Sepeda Motor Teman Akrabnya di Sumenep

    Warga Pamekasan Gadaikan Sepeda Motor Teman Akrabnya di Sumenep

    Sumenep (beritajatim.com) – Air susu dibalas dengan air tuba. Mungkin pepatah itu cocok disematkan pada SU (40), warga Kecamatan Pademawu Kabupaten Pamekasan. Pria ini tega menggadaikan sepeda motor teman akrabnya sendiri.

    “Korbannya orang Sumenep. Teman akrabnya. Ngomongnya pinjam sepeda motornya sebentar. Ternyata setelah dipinjami, malah digadaikan,” kata Plt Kasi Humas Polres Sumenep, AKP Widiarti S, Jumat (31/01/2025).

    Kejadian itu berawal ketika tersangka dari Pamekasan bersama temannya naik mobil pribadi. Kemudian tersangka turun di pertigaan Saronggi. Dari pertigaan Saronggi, tersangka naik bus dan turun di pertigaan Terminal Arya Wiraraja Sumenep, kemudian tersangka berjalan kaki ke rumah korban, yakni OAP (27).

    Ketika sampai di rumah korban, karena mereka memang teman akrab, maka korban pun langsung mempersilahkan tersangka masuk ke ruang tamu. Mereka kemudian berbincang-bincang. Setelah itu, tersangka meminjam sepeda motor ke korban.

    “Alasannya mau ke rumah temannya. Katanya pinjam sebentar sepeda motornya. Korban langsung memberikan pinjaman sepeda motor, karena mereka memang sudah kenal baik,” ungkap Widiarti.

    Setelah ditunggu-tunggu, tersangka tidak kunjung datang untuk mengembalikan sepeda motor. Korban pun mulai curiga. Apalagi tersangka sudah tidak dapat dihubungi. Akhirnya korban melaporkan kasus itu ke Polres Sumenep.

    “Anggota pun melakukan penyelidikan atas laporan korban. Ternyata sepeda motor korban ini dibawa ke Pamekasan, dan digadaikan tanpa sepengetahuan korban,” papar Widiarti.

    Menurut pengakuan tersangka, sepeda motor korban digadaikan senilai Rp 2.200.000. Uang hasil gadai itu dipergunakan tersangka untuk kebutuhan sehari-hari.

    Tersangka saat ini ditahan di Polres Sumenep guna proses penyidikan lebih lanjut. Barang bukti yang diamankan adalah BPKB. “Akibat perbuatannya, tersangka dijerat pasal 378 KUHP atau pasal 372 KUHP. (tem/ian)

  • Tanpa Kontrak Jelas Besaran Upah, Sejumlah Pekerja Dapur MBG Sumenep Pilih Berhenti

    Tanpa Kontrak Jelas Besaran Upah, Sejumlah Pekerja Dapur MBG Sumenep Pilih Berhenti

    Sumenep (beritajatim.com) – Sebanyak 47 pekerja di dapur program makan bergizi gratis (MBG) hingga saat ini belum menerima kontrak jelas terkait berapa besaran upah yang akan mereka terima. Buntutnya, sejumlah pekerja memilih berhenti dari dapur MBG.

    Salah satu pekerja yang berhenti adalah Moh Farid (56). Ia bekerja di dapur MBG bersama istrinya, Asia Wulandari (48). Namun karena hingga saat ini dirinya belum menerima kejelasan berapa upah yang akan diterima, ia memutuskan untuk berhenti.

    “Sampai saat ini kami belum dapat upah sama sekali. Bahkan kami juga tidak tahu, berapa nantinya upah yang akan kami dapatkan,” katanya, Jumat (31/01/2025).

    Ia mengaku sudah pernah menanyakan perihal upah tersebut ke Kepala Satuan Pemenuhan Gizi Gratis (SPPG) Sumenep, Mohammad Kholilur Rahman, namun tidak ada jawaban yang memuaskan.

    “Sejak pelatihan untuk program MBG, bahkan sampai kami sudah 2 minggu bekerja di dapur MBG, tetap belum ada kepastian. Mangkanya saya dan istri akhirnya pilih berhenti,” ujarnya.

    Tidak hanya Farid yang memilih berhenti dari dapur MBG. Ada beberapa pekerja dapur MBG yang memutuskan hal sama, berhenti dapur MBG dengan berbagai alasan.

    Ada yang beralasan sama seperti Farid yakni tidak ada kejelasan upah, namun ada juga yang memilih berhenti karena tidak kuat dengan jam kerja yang menurut mereka terlalu panjang.

    Sementara Kepala Satuan Pemenuhan Gizi Gratis (SPPG) Sumenep, Mohammad Kholilur Rahman, membenarkan ada beberapa orang yang mundur dari dapur MBG. Ia menyebut sekitar 5 orang.

    “Tidak banyak kok yang berhenti. Ya itu hak mereka. Mau lanjut silahkan, berhenti juga silahkan. Mereka semua itu statusnya relawan, bukan karyawan,” terangnya.

    Ia mengakui jika sampai saat ini belum ada MoU atau penandatanganan kesepakatan dengan para relawan, terkait upah yang akan diterima.

    “Yang jelas akan ada upah untuk mereka. Hitungannya harian, tapi dibayarkan bulanan. Untuk besaran pastinya, ia mengaku belum mengetahui pasti. Yang jelas, gaji untuk relawan akan diambilkan dari pagu anggaran diterima oleh SPPG,” ungkapnya.

    Hanya saja, lanjut Kholilur Rahman, upah yang akan diterima di bawah UMK mengingat status mereka adalah relawan. “Mereka itu relawan. Bukan karyawan. Jadi upah yang diterima tentu saja di bawah UMK,” terangnya.

    Program makan bergizi gratis (MBG) di Kabupaten Sumenep telah dimulai pada Senin (13/01/2025). Program tersebut menyasar 2.965 siswa di 18 sekolah yang berada di wilayah Kota Sumenep. (tem/ian)

  • Gaji Tak Jelas, Banyak Petugas Dapur MBG Mundur, Kepala SPPG Sumenep: Itu Relawan, Berhenti Silakan – Halaman all

    Gaji Tak Jelas, Banyak Petugas Dapur MBG Mundur, Kepala SPPG Sumenep: Itu Relawan, Berhenti Silakan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Sejumlah petugas dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) memutuskan mengundurkan diri setelah program MBG di Kabupaten Sumenep, Madura dilaksanakan pada Senin (13/1/2025) lalu.

    Beberapa petugas memilih berhenti karena beban kerja yang dianggap berat.

    Mereka mengaku juga tidak pernah diberi tahu besaran upah yang akan didapatkan bagi petugas dapur MBG.

    “Paling berat itu bagian mencuci kotak makanan, mulai dari pukul 13.30 WIB – 01.00 WIB dini hari. Banyak yang berhenti karena tidak kuat dengan jam kerjaannya,” tutur narasumber yang meminta namanya tidak disebutkan pada Rabu (29/1/2025), dikutip dari TribunMadura.com.

    Ia melanjutkan, setiap petugas dapur MBG memiliki tugas masing-masing.

    Mulai dari memasak, menyiapkan makanan, dan mencuci kotak makanan.

    Sejak hari pertama program MGB berjalan, terhitung empat petugas mengundurkan diri.

    “Tidak mampu dengan beban kerjanya dan saya kira kekurangan orang,” sebutnya.

    Terkait dengan upah yang akan diterima bagi karyawan dapur MBG, lanjutnya, tidak pernah diberi tahu.

    Sebab tidak pernah ada dokumen kontrak gaji pekerjaan apakah harian atau bulanan yang akan diterimanya.

    “Tidak ada, tidak disebutkan berapa gaji yang akan diterima. Cuma menurut mereka para pekerja ini hitungannya adalah relawan saja,” tuturnya.

    Hal senada juga diungkapkan oleh sepasang suami istri, Moh Farid (56) dan Asia Wulandari (48).

    Pasutri warga Desa Pandian, Kecamatan Kota ini berprofesi sebagai pengusaha warung nasi.

    Dalam program MBG Sumenep, Farid awalnya bertugas di bagian pemorsian, dan istrinya Wulan, ditugaskan untuk mengolah sayur. 

    Farid menjelaskan bahwa relawan di bagian sayur bekerja sejak pukul 01.00 WIB hingga selesai. 

    Wulan memasak sayur bersama relawan lain yang bertugas memasak nasi.

    Sementara itu, relawan di bagian pemorsian mulai bekerja sejak pukul 04.00 WIB hingga semua menu selesai dimasak.

    Keduanya memutuskan untuk mengundurkan diri setelah dipindahtugaskan ke bagian lain.

    Farid mengungkapkan bahwa istrinya memilih mundur karena jam kerja di dapur MBG bersamaan dengan jadwal buka warung nasi mereka yang telah dirintis selama 13 tahun.

    Gaji tidak jelas

    Alasan lain di balik pengunduran diri mereka adalah tidak adanya kepastian mengenai gaji yang akan diterima selama bekerja di dapur makan bergizi gratis.

    Farid mengungkapkan bahwa sejak mengikuti pelatihan di Kodim 0827 Sumenep pada September 2024, tidak ada dokumen yang ditandatangani terkait besaran gaji. 

    “Tidak ada sama sekali hitam di atas putih,” kata Farid, Jumat (31/1/2025). 

    Farid juga sempat menanyakan kepada Kepala Satuan Pemenuhan Gizi Gratis (SPPG), Mohammad Kholilurrahman, mengenai kepastian gaji saat berkunjung ke rumahnya pada 11 Januari 2025.

    Namun, dia tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan. 

    Farid hanya mengetahui bahwa nominal gaji relawan yang bertugas di malam dan siang hari berbeda. 

    Hingga mereka berhenti bekerja, Farid tetap tidak tahu berapa gaji yang akan diterima. 

    Bahkan, setelah pengunduran diri, tidak ada perwakilan dari SPPG Sumenep yang menghubunginya untuk klarifikasi.

    “Bahkan, sampai pengunduran diri pun tidak ada perwakilan dari SPPG Sumenep yang menghubunginya untuk klarifikasi,” terangnya.

    Bersifat relawan

    Terpisah, pihak SPPG Sumenep membenarkan adanya sejumlah petugas yang mengundurkan diri.

    Menurutnya, data terakhir menunjukkan bahwa ada beberapa relawan yang mengundurkan diri dengan berbagai alasan, termasuk jam kerja yang dinilai terlalu lama.

    “Tidak banyak yang berhenti, hanya satu dua orang saja,” tutur Kholil, dikutip TribunMadura.com.

    Pihaknya tidak tahu-menahu saat ditanya alasan dari sebagian karyawan dapur MBG Sumenep ini memilih berhenti.

    “Tidak tahu alasannya kenapa. Ya gimana lagi kalau sudah mau berhenti,” singkatnya.

    Semua yang bertugas menyiapkan segala kebutuhan program SPPG itu lanjutnya, hanya sebagai relawan dan tidak ada kontrak yang mengikat.

    “Tidak ada kontrak, mereka relawan. Mau berhenti silakan, tidak mau berhenti silakan,” katanya.

    Data terakhir yang memundurkan diri sebutnya, ada lima relawan dengan berbagai alasan, termasuk jam kerja yang dinilai terlalu lama.

    “Relawan yang mengundurkan diri terjadi antara dua pekan setelah program MBG dimulai pada tanggal 13 Januari 2025 lalu,” katanya.

    Ditanya terkait tidak adanya kepastian gaji atau upah bagi relawan yang bekerja, pihaknya menyebutkan bahwa semua itu menjadi kewenangan Kodim 0827/Sumenep.

    Bahkan, seluruh proses rekrutmen relawan dapur MBG itu dilaksanakan oleh Kodim 0827 Sumenep.

    “Saya hanya diperkenalkan dengan mereka (relawan). Lalu menjalani program sesuai arahan Badan Gizi Nasional (BGN),” alasannya.

    Sebagian artikel ini telah tayang di TribunMadura.com dengan judul Karyawan Dapur Makan Bergizi Gratis Sumenep Ramai-ramai Mundur: Beban Kerja Terlalu Berat

    (Tribunnews.com/Isti Prasetya, TribunMadura.com/Ali Hafidz Syahbana)

  • 8
                    
                        Pasutri Relawan Dapur Makan Bergizi Gratis di Sumenep Mengundurkan Diri karena Gaji Tidak Jelas
                        Surabaya

    8 Pasutri Relawan Dapur Makan Bergizi Gratis di Sumenep Mengundurkan Diri karena Gaji Tidak Jelas Surabaya

    Pasutri Relawan Dapur Makan Bergizi Gratis di Sumenep Mengundurkan Diri karena Gaji Tidak Jelas
    Tim Redaksi
    SUMENEP, KOMPAS.com
    – Sepasang suami istri di Kabupaten
    Sumenep
    , Jawa Timur, mengundurkan diri sebagai relawan di
    dapur makan bergizi
    gratis (MBG).
    Pasutri tersebut adalah Moh Farid (56) dan Asia Wulandari (48), warga Desa Pandian, Kecamatan Kota, yang sehari-hari menjalankan usaha warung nasi.
    Farid awalnya bertugas di bagian pemorsian, sementara istrinya, yang akrab disapa Wulan, ditugaskan di bagian penyayuran.
    Farid menjelaskan bahwa relawan di bagian penyayuran bekerja sejak pukul 01.00 WIB hingga selesai, memasak sayur bersama relawan lain yang bertugas memasak nasi.
    Sementara itu, relawan di bagian pemorsian mulai bekerja sejak pukul 04.00 WIB hingga semua menu selesai dimasak.
    Keduanya memutuskan untuk mengundurkan diri setelah dipindahtugaskan ke bagian lain.
    Farid ditugaskan sebagai sekuriti dapur, sedangkan Wulan dipindah ke bagian pemorsian.
    Farid mengungkapkan bahwa istrinya memilih mundur karena jam kerja di dapur makan bergizi gratis bersamaan dengan jadwal buka warung nasi mereka yang telah dirintis selama 13 tahun.
    Farid juga merasa tidak nyaman karena harus bekerja sendirian sebagai sekuriti.
    Alasan lain di balik pengunduran diri mereka adalah tidak adanya kepastian mengenai gaji yang akan diterima selama bekerja di dapur makan bergizi gratis.
    Farid mengungkapkan bahwa sejak mengikuti pelatihan di Kodim 0827 Sumenep pada September 2024, tidak ada dokumen yang ditandatangani terkait besaran gaji.
    “Tidak ada sama sekali hitam di atas putih,
    Mas
    ,” kata Farid kepada Kompas.com saat ditemui di rumahnya, Kamis (30/1/2025).
    Farid juga sempat menanyakan kepada Kepala Satuan Pemenuhan Gizi Gratis (SPPG), Mohammad Kholilur Rahman, mengenai kepastian gaji saat berkunjung ke rumahnya pada 11 Januari 2025.
    Namun, dia tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan. Farid hanya mengetahui bahwa nominal gaji relawan yang bertugas di malam dan siang hari berbeda.
    Hingga pengunduran diri mereka, Farid tetap tidak tahu berapa gaji yang akan diterima.
    Bahkan, setelah pengunduran diri, tidak ada perwakilan dari SPPG Sumenep yang menghubunginya untuk klarifikasi.
    Kepala SPPG Sumenep, Mohammad Kholilur Rahman, membenarkan bahwa ada sejumlah relawan yang mengundurkan diri.
    Menurutnya, data terakhir menunjukkan bahwa ada lima relawan yang mengundurkan diri dengan berbagai alasan, termasuk jam kerja yang dinilai terlalu lama.
    “Relawan yang mengundurkan diri terjadi antara dua pekan setelah program Makan Bergizi Gratis (MBG) dimulai pada tanggal 13 Januari 2025 lalu, tapi sudah ada penggantinya,” ujar Kholilur Rahman kepada Kompas.com, Jumat (31/1/2025).
    Saat ditanya mengenai tidak adanya kepastian gaji bagi relawan, Kholilur Rahman menyatakan bahwa semua kewenangan terkait hal itu berada di tangan Kodim 0827 Sumenep.
    Ia menjelaskan bahwa seluruh proses rekrutmen dilaksanakan oleh Kodim 0827 Sumenep.
    “Saya hanya diperkenalkan dengan mereka (relawan), lalu menjalani program sesuai arahan Badan Gizi Nasional (BGN),” pungkasnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Menteri Kebudayaan Fadli Zon : Monumen Keris Sumenep Bisa Jadi Kantong Budaya

    Menteri Kebudayaan Fadli Zon : Monumen Keris Sumenep Bisa Jadi Kantong Budaya

    Sumenep (beritajatim.com) – Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon menaruh harapan besar setelah Sumenep memiliki monumen keris. Ia berharap monumen keris itu bisa menjadi kantong budaya.

    “Apalagi tadi kata Pak Bupati, di sekitar monumen keris ini akan jadi rest area dengan stand-stand kuliner Madura, handy craft khas Madura, juga beberapa kekhasan yang lain. Ini tentu saja potensi menjanjikan. Semoga bisa menjadi kantong budaya,” katanya.

    Pada Kamis (30/01/2025), Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon berada di Sumenep untuk meresmikan monumen keris Arya Wiraraja di Desa Sendang, Kecamatan Pragaan.

    Monumen keris setinggi 17 meter itu berada di daerah perbatasan Sumenep – Pamekasan. Dibangun setinggi 17 meter sebagai simbol untuk mengingatkan tanggal kemerdekaan Indonesia. Kemudian bunga-bunga yang ada di sekitar keris berjumlah 45, menandakan tahun kemerdekaan Indonesia.

    “Sumenep dikenal sebagai kota keris, mengingat jumlah empu keris di Sumenep ini paling banyak di dunia. Dan itu sudah diakui UNESCO. Produksi keris terbanyak di dunia juga dari Sumenep,” ujar Fadli Zon.

    Lebih lanjut ia mengatakan, memajukan daerah melalui kebudayaan tanggung jawab semua pihak. Hal ini tercantum dalam amanat UUD 1945 pasal 32 ayat (1), bahwa negara wajib memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia, dengan menjamin kebebasan untuk memelihara serta mengembangkan budaya masing-masing.

    Indonesia kaya akan budaya, salah satunya keris, yang memiliki banyak variasi, seperti keris Madura, Jawa, Sumatra, Lampung, Palembang, Minangkabau, Aceh, dan lainnya. UNESCO telah mengakui keris sebagai Cultural Heritage of Humanity. ita “Keris ini dikategorikan ada keris sepuh dan kontemporer. Semoga bisa menjadi bagian dari industri budaya,” harap Fadli.

    Ia mengungkapkan, untuk Madura khususnya Sumenep, ekosistem keris sudah terbentuk. Bahkan sudah menjadi industri budaya. “Salah satu buktinya, keris dari Sumenep telah di ekspor ke negara-negara lain. Jadi ini bisa menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi,” ucapnya. (tem/kun)