kab/kota: Sumenep

  • PT Sumekar Belum Lunasi Gaji Karyawan, DPRD Sumenep Usul Jual Kapal Mangkrak

    PT Sumekar Belum Lunasi Gaji Karyawan, DPRD Sumenep Usul Jual Kapal Mangkrak

    Sumenep (beritajatim.com) – PT Sumekar, Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) milik Pemkab Sumenep, tercatat menunggak pembayaran gaji karyawan selama 22 bulan dengan total nilai lebih dari Rp3 miliar. Kondisi ini memicu keprihatinan DPRD Sumenep, yang mendesak agar solusi konkret segera diambil, termasuk opsi penjualan aset kapal yang sudah tak beroperasi.

    Wakil Ketua Komisi II DPRD Sumenep, Irwan Hayat, mengungkapkan bahwa pihaknya telah memanggil jajaran Direksi PT Sumekar serta perwakilan dari Pemkab Sumenep. Fokus pertemuan tersebut adalah mencari jalan keluar atas krisis keuangan yang dihadapi perusahaan, khususnya terkait pembayaran tunggakan gaji karyawan.

    “Kalau saya mengusulkan supaya Kapal Dharma Bahari Sumekar (DBS) I dan DBS II dijual saja. Toh dua kapal itu sudah tidak difungsikan. Hasil penjualannya nanti digunakan untuk melunasi tunggakan gaji karyawan,” ujarnya.

    Irwan menegaskan pentingnya audit menyeluruh terhadap keuangan dan aset PT Sumekar. Ia mempertanyakan bagaimana perusahaan bisa menunggak gaji hingga hampir dua tahun, padahal Kapal DBS III tetap beroperasi dalam periode tersebut.

    “Salah satu caranya ya harus diaudit, baik keuangannya maupun kepemilikan asetnya. Kok bisa nggak dibayar sampai bertahun-tahun gitu? Padahal kan kapal DBS III tetap beroperasi?” tambahnya.

    PT Sumekar merupakan operator pelayaran rute Pelabuhan Kalianget – Pulau Kangean melalui kapal DBS I, II, dan III. Namun DBS II sudah lama tidak digunakan karena rusak, disusul DBS I yang kemudian juga berhenti beroperasi karena kerusakan. Saat ini, hanya Kapal DBS III yang melayani rute tersebut, tetapi pengoperasiannya sempat terganggu akibat perbaikan dan masalah keuangan.

    Menjelang Lebaran 2025, DBS III sempat kembali beroperasi untuk program mudik gratis. Namun kini, kapal tersebut kembali berhenti berlayar karena aksi mogok anak buah kapal (ABK) yang belum menerima gaji selama berbulan-bulan.

    Pemerintah Kabupaten Sumenep melalui bagian hukum dan keuangan tengah melakukan kajian dan analisa terhadap total tunggakan dan aset yang dimiliki PT Sumekar, sebagai dasar pengambilan kebijakan penyelamatan BUMD tersebut. [tem/beq]

  • Kemarau Basah, BMKG Kalianget Prediksi Potensi Banjir Sumenep

    Kemarau Basah, BMKG Kalianget Prediksi Potensi Banjir Sumenep

    Sumenep (beritajatim.com) – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jawa Timur telah merilis waspada cuaca ekstrem selama satu pekan ini akibat perubahan atmosfer.

    Di Kabupaten Sumenep, meski tidak masuk dalam daerah waspada bencana seperti prakiraan BMKG Jawa Timur, ternyata juga mengalami musibah banjir yang cukup meluas.

    Menanggapi itu, Kepala BMKG Kalianget Sumenep, Ari Widjajanto menjelaskan, banjir di kawasan Kota Sumenep Selasa lalu juga dipicu kondisi air laut pasang.

    “Karena saat itu bertepatan dengan kondisi air laut pasang, otomatis ketinggian air juga bertambah. Kemudian intensitas curah hujan juga cukup tinggi. Itu beberapa faktor cuaca yang mempengaruhi musibah banjir kemarin,” katanya, Sabtu (17/05/2025).

    Ia memaparkan, dalam beberapa hari ke depan, BMKG memprediksi masih akan terjadi hujan di kawasan Sumenep, meski intensitasnya tidak terlalu tinggi.

    “Saat ini angin timuran yang menjadi pertanda masuk musim kemarau belum efektif. Ada sirkulasi lokal yang membuat angin menjadi lemah, sehingga muncul awan-awan yang berpotensi menyebabkan hujan,” ujarnya.

    Lebih lanjut ia menerangkan, sebenarnya dari sisi waktu, saat ini sudah masuk ke masa pancaroba atau perubahan musim dari penghujan ke kemarau. Namun ada faktor ‘pengganggu’ yang menyebabkan musim berubah.

    “Lazimnya di akhir musim penghujan, di sisi selatan Australia akan terbentuk badai. Nah, badai itu akan menyerap energi yang tersisa menjadi angin timuran yang kering menuju Indonesia dan masuklah ke musim kemarau. Tapi sekarang ini badai tidak terbentuk. Hanya bibit-bibit saja. Karena hanya bibit, maka tidak terjadi angin timuran,” ungkapnya.

    Kondisi tersebut menyebabkan masih terjadi hujan meski sudah masuk musim kemarau. “Itu yang dinamakan kemarau basah. Karakternya mirip dengan musim penghujan meski tidak sama persis,” jelasnya.

    Ia menambahkan, saat terjadi kemarau basah, ada beberapa potensi bencana yang harus diwaspadai, yakni banjir dan tanah longsor. Sedangkan untuk petir dan angin puting beliung, berdasarkan prakiraan BMKG, Sumenep relatif aman. (tem/but)

  • Banjir Landa Sumenep, Dinas PU Bina Marga Sebut Drainase Buruk

    Banjir Landa Sumenep, Dinas PU Bina Marga Sebut Drainase Buruk

    Sumenep (beritajatim.com) – Banjir di beberapa lokasi di Sumenep pada Selasa (13/05/2025) dinilai akibat buruknya drainase di beberapa titik, terutama di wilayah Kota Sumenep.

    Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Bina Marga Sumenep, Eri Susanto mengakui bahwa perlu ada perbaikan dan pelebaran drainase di beberapa titik, terutama di kawasan Kota Sumenep.

    “Drainase di Patean ini memang perlu diperlebar. Kemudian di Jl. Trunojoyo, drainasenya perlu perbaikan. Lalu saluran ke selatan memang harus segera dituntaskan,” katanya, Jumat (16/05/2025).

    Ia mengungkapkan, pada 2018 pihaknya sudah melakukan survei untuk mengatasi banjir di kawasan kota. Dari hasil survei, ternyata saluran di jl lingkar timur, di bawah jembatan daerah Perumahan Satelit tercatat minus 30 dari laut.

    “Artinya apa? Ketika air pasang, maka air tidak bisa masuk ke laut dan meluap. Ini yang menyebabkan di kawasan itu sering terjadi banjir,” terangnya.

    Menurut Eri, sekarang ini sudah saatnya di kawasan Kota Sumenep dibangun ‘bozem’ (tempat penampungan air), atau waduk lapangan (bendali: bendungan pengendali banjir).

    “Ini merupakan upaya mengatasi banjir di kawasan perkotaan. Harus ada tempat penampungan air,” ujarnya.

    Namun ia menyadari bahwa untuk mewujudkan rencana itu memerlukan dukungan anggaran yang tidak kecil. Karena itu, sementara untuk solusi jangka pendek dalam mengatasi banjir di kawasan perkotaan selain perbaikan tanggul Sungai Kebunagung adalah pembersihan dan perbaikan drainase.

    “Untuk solusi jangka panjang memang harus dibangun bozem. Di kawasan kota, kemudian juga di Sendir Lenteng. Itu perlu bozem yang besar. Nantilah sambil kita cari anggaran ke pusat,” tuturnya.

    Pada Selasa (13/05/2025), sejumlah wilayah di Sumenep terendam banjir akibat jebolnya tanggul Sungai Kebunagung. Air pun meluap hingga ke Desa Patean Kecamatan Batuan, dan Desa Muangan Kecamatan Saronggi.

    Jalur utama Sumenep – Pamekasan di Nambakor Saronggi pun sempat ditutup dan dialihkan ke Kecamatan Lenteng, mengingat ketinggian air mencapai pinggang orang dewasa. Kondisi itu diperparah dengan pasangnya air laut, sehingga menambah ketinggian banjir di Sumenep. (tem/ian)

  • Tanggul Sungai Kebunagung Jebol Lagi, Banjir Rendam Rumah Warga Sumenep

    Tanggul Sungai Kebunagung Jebol Lagi, Banjir Rendam Rumah Warga Sumenep

    Sumenep (beritajatim.com) – Tanggul di Kali Anjuk atau Sungai Kebunagung kembali jebol untuk kedua kalinya dan menyebabkan banjir besar yang merendam rumah-rumah warga di sekitar aliran sungai. Ketinggian air bahkan mencapai dada orang dewasa di sejumlah titik.

    “Ini kedua kalinya tanggul itu jebol. Pertama jebol di bulan Januari. Yang kedua kemarin ini. Penyebabnya ya intensitas hujan yang terlalu tinggi,” ujar Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Bina Marga Sumenep, Eri Susanto, Kamis (15/5/2025).

    Menurut Eri, hujan deras di wilayah utara seperti Kecamatan Ambunten, Guluk-Guluk, dan Dasuk menyebabkan debit air Sungai Kebunagung meningkat drastis. Hal itu membuat tanggul tak mampu menahan luapan air.

    “Jadi tidak hanya hujan di kota yang membuat Sungai Kebunagung meluap. Seperti kemarin, hujan yang intensitasnya tinggi bukan di kota. Di kota kemarin intensitasnya 90 mm. Tapi di daerah utara intensitasnya mencapai 150 mm. Jangankan 150, 120 mm saja sudah meluap dan menyebabkan banjir,” jelasnya.

    Di atas dam Sungai Kebunagung telah terpasang alat pengukur ketinggian air. Eri menjelaskan, jika ketinggian air mencapai angka 90, kawasan selatan seperti Patean sudah masuk tahap waspada. Namun kali ini, air melampaui batas.

    “Kemarin itu jebol di posisi ketinggian air 105. Jadi air melewati batas kemudian meluap hingga ke jalan raya dan menggenangi rumah-rumah warga dari Kebunagung hingga di Patean,” imbuhnya.

    Sebagai langkah cepat, Dinas PU Bina Marga Sumenep telah berkoordinasi dengan Dinas PU Provinsi Jawa Timur untuk segera memperbaiki tanggul yang jebol.

    “Kami harus berkoordinasi dengan Provinsi, karena sungai itu kewenangannya Provinsi. Hari ini informasinya akan mendatangkan alat berat dan besok perbaikan tanggul mulai dikerjakan,” paparnya.

    Eri juga menyoroti kebiasaan sebagian petani yang melubangi tanggul untuk mengalirkan air ke sawah, yang turut melemahkan struktur tanggul.

    “Selama ini yang sering terjadi, petani melubangi tanggul untuk pipa yang akan digunakan mengalirkan air ke sawah miliknya. Nah kalau tanggul sering dilubangi untuk pipa, lama kelamaan tentu berdampak terhadap kekuatan tanggul,” ungkapnya.

    Sebagai informasi, banjir akibat jebolnya tanggul Sungai Kebunagung pada Selasa (13/05/2025) melanda Desa Patean di Kecamatan Batuan dan Desa Muangan di Kecamatan Saronggi. Jalur utama Sumenep – Pamekasan di Nambakor, Saronggi, sempat ditutup karena ketinggian air mencapai pinggang orang dewasa dan dialihkan ke jalur Kecamatan Lenteng. [tem/beq]

  • Tunggakan Gaji Karyawan BUMD Capai Rp3 Milyar, DPRD Sumenep Desak Inspektorat Turun Tangan

    Tunggakan Gaji Karyawan BUMD Capai Rp3 Milyar, DPRD Sumenep Desak Inspektorat Turun Tangan

    Sumenep (beritajatim.com) – Komisi II DPRD Sumenep mendesak Inspektorat turun tangan mengatasi masalah keuangan PT Sumekar, salah satu Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) setempat yang menunggak gaji karyawan selama 2 tahun.

    “Tunggakan gaji karyawan itu nominalnya Rp 3 milyar lebih. Masak BUMD kok seperti itu kondisinya? Kami minta inspektorat turun tangan. Audit harus segera dilakukan, supaya jelas kemana aliran dana perusahaan ini,” kata anggota komisi II DPRD Sumenep Rasyidi, Kamis (15/05/2025).

    Menurut politisi PKB ini, audit keuangan sangat penting untuk memastikan tidak ada penyalahgunaan dana yang menyebabkan hak karyawan diabaikan selama bertahun-tahun.

    PT Sumekar merupakan BUMD yang bergerak di sektor transportasi laut di Sumenep. PT Sumekar menjadi operator kapal Dharma Bahari Sumekar (DBS) yang melayani rute Pelabuhan Kalianget – Pulau Kangean.

    “Harusnya PT Sumekar itu profesional, karena ini menyangkut kepercayaan publik. Kalau dibiarkan seperti ini kondisinya, bisa mencoreng nama baik pemerintah daerah dan menciptakan preseden buruk bagi BUMD lain,” tandas Rasyidi.

    Ia juga memastikan, dalam waktu dekat akan kembali memanggil jajaran Direksi PT Sumekar untuk dimintai klarifikasi.

    “Perusahaan ini bertahun-tahun tidak bisa membayar karyawannya karena memang betul-betul merugi, atau jangan-jangan ada penyelewengan?” tukasnya.

    Sebelumnya, sejumlah karyawan PT Sumekar mengadu ke DPRD Sumenep karena gajinya tidak dibayar. Informasinya, sedikitnya ada 54 karyawan yang tidak dibayar. Ada yang tidak digaji selama 22 bulan, dan ada yang 20 bulan. Selain itu, BPJS kesehatan karyawan PT Sumekar juga sudah 9 bulan ini menunggak.

    Total tunggakan gaji karyawan sekitar Rp 3 milyar. Angka tersebut merupakan akumulasi sejak 2021 – April 2025. Selama kurun waktu itu, para karyawan digaji tiga bulan atau empat bulan sekali. (tem/ian)

  • Enam Hektare Sawah di Sumenep Terendam Banjir, Petani Terancam Gagal Panen

    Enam Hektare Sawah di Sumenep Terendam Banjir, Petani Terancam Gagal Panen

    Sumenep (beritajatim.com) – Sedikitnya 6 hektare lahan pertanian di beberapa daerah di wilayah Sumenep terendam banjir. Akibatnya, petani terancam gagal panen.

    “Enam hektare lahan itu masih laporan sementara. Petugas kami masih melakukan pendataan di lapangan, untuk mengetahui berapa banyak lahan pertanian yang terdampak banjir,” kata Kepala DKPP Sumenep, Chainur Rasyid, Rabu (14/05/2025).

    Ia menjelaskan, berdasarkan laporan sementara, dari 6 hektare tersebut, 1 hektare diantaranya tanaman padinya sudah berusia satu minggu. Sedangkan sisanya masih dalam tahap penyemaian. Pendataan lanjutan akan dilakukan di wilayah Kecamatan Batuan, Saronggi, dan Lenteng.

    “Sawah yang tergenang luapan air itu ada yang cepat surut, tapi ada juga yang tergenang sampai dua hari, seperti pengalaman tahun lalu,” ujarnya.

    Menurut Inong, sapaan akrab Chainur Rasyid, Dinasnya fokus pada pemantauan lahan yang sudah memasuki masa panen maupun yang baru saja tanam, agar dapat diketahui tingkat kerusakan dan potensi kerugian yang mungkin ditimbulkan.

    “Tetapi kami berharap dampaknya tidak parah. Mudah-mudahan tanaman para petani masih bisa diselamatkan dan tidak sampai gagal panen,” ucapnya.

    Inong meminta para petani untuk berkoordinasi dengan penyuluh pertanian setempat untuk meminimalisir kerugian yang terjadi akibat banjir.

    Pada Selasa (13/05/2025), sejumlah wilayah di Sumenep terendam banjir akibat jebolnya tanggul Sungai Patean dan luapan air dari arah Kebonagung menuju Desa Muangan, Kecamatan Saronggi. Jalur utama Sumenep – Pamekasan di Nambakor Saronggi pun sempat ditutup dan dialihkan ke Kecamatan Lenteng, mengingat ketinggian air mencapai pinggang orang dewasa. (tem/but)

  • Warga Desa Patean Sumenep Tak Bisa Memasak, Rumahnya Terendam Banjir

    Warga Desa Patean Sumenep Tak Bisa Memasak, Rumahnya Terendam Banjir

    Sumenep (beritajatim.com) – Puluhan rumah di Desa Patean, Kecamatan Batuan, Kabupaten Sumenep Madura masih terendam banjir. Hingga Rabu (14/05/2025), ketinggian air masih selutut orang dewasa.

    Warga setempat mengeluhkan lumpuhnya aktivitas akibat banjir cukup tinggi yang menggenangi mereka. Sebagian besar warga mengaku tidak bisa memasak karena dapur mereka terendam air. Karena itu, warga membutuhkan bantuan makanan.

    Melihat kondisi tersebut, Baznas Sumenep dan MUI Jawa Timur pun langsung bergerak membawa nasi bungkus untuk warga korban banjir yang mengaku lapar karena tidak bisa memasak.

    Wakil Ketua Bidang Penanggulangan Bencana MUI Jatim, Achmad Fauzi Wongsojudo, yang juga menjabat sebagai Bupati Sumenep, menyatakan bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan Baznas untuk segera membantu korban banjir.

    “Saya sudah berkoordinasi dengan Baznas Sumenep untuk turun langsung ke lapangan,” ujarnya.

    Sementara Ketua Baznas Sumenep, Ahmad Rahman mengatakan, pihaknya membawa 125 nasi bungkus untuk warga di Desa Patean yang rumahnya terendam banjir.

    Ia mengaku memilih membagikan nasi bungkus, setelah mendengar warga yang rumahnya terendam air tidak bisa memasak. “Ini bantuan sementara, karena mereka tidak bisa memasak. Karena itu kami mengirimkan nasi bungkus,” terangnya.

    Hingga saat ini, Baznas dan MUI Jatim masih terus berkoordinasi dengan BPBD untuk memperbarui data warga terdampak, mengingat banjir masih menggenangi sejumlah wilayah akibat jebolnya tanggul Sungai Patean dan luapan air dari arah Kebonagung menuju Desa Muangan, Kecamatan Saronggi. (tem/but)

  • Jalur Utama Sumenep–Pamekasan Terendam Banjir, Lalu Lintas Dialihkan Lewat Lenteng

    Jalur Utama Sumenep–Pamekasan Terendam Banjir, Lalu Lintas Dialihkan Lewat Lenteng

    Sumenep (beritajatim.com) – Akses utama Sumenep–Pamekasan terendam banjir akibat hujan deras yang mengguyur selama tiga hari terakhir. Puncak genangan terjadi pada Selasa (13/5/2025) malam, dengan ketinggian air mencapai pinggang orang dewasa. Hingga Rabu siang (14/5/2025), genangan air masih setinggi lutut orang dewasa, sehingga kendaraan, terutama sepeda motor, sangat berisiko mogok jika nekat melintas.

    Plt Kasi Humas Polres Sumenep, AKP Widiarti S, menjelaskan bahwa arus lalu lintas telah dialihkan melalui Kecamatan Lenteng sejak Selasa malam demi menghindari kecelakaan dan kerusakan kendaraan. “Air meluap cukup cepat karena curah hujan sangat tinggi dan drainase tidak mampu menampung. Situasi ini membahayakan pengguna jalan sehingga kami lakukan pengalihan arus lalu lintas sejak tadi malam,” ujarnya.

    Siang ini, kendaraan roda empat sudah diizinkan melintasi jalur Nambakor secara bergantian dan perlahan. Namun, sepeda motor tetap disarankan menggunakan jalur alternatif. Beberapa motor yang nekat menerobos banjir dilaporkan mogok akibat kemasukan air.

    Kapolres Sumenep, AKBP Rivanda, bersama puluhan personel turun langsung ke lokasi membantu pengaturan lalu lintas dan evakuasi kendaraan. “Beberapa sepeda motor mogok karena kemasukan air. Kami bantu evakuasi ke tempat aman, sementara untuk kendaraan yang terjebak dibantu dengan truk derek,” terang Widiarti.

    Antrean kendaraan pun tak terhindarkan di kedua arah, namun petugas tetap siaga mengatur lalu lintas dan memberikan imbauan keselamatan. “Warga kami imbau untuk tidak memaksakan melintas. Keamanan dan keselamatan jauh lebih penting. Gunakan jalur Lenteng sebagai alternatif sementara,” pungkasnya. [tem/beq]

  • Banjir Sumenep Meluas, Anggota DPRD Duga Akibat Maraknya Galian C

    Banjir Sumenep Meluas, Anggota DPRD Duga Akibat Maraknya Galian C

    Sumenep (beritajatim.com) – Banjir yang terjadi di sejumlah daerah di wilayah Sumenep pada Selasa (13/05/2025) dinilai perlu penanganan serius dari hulu ke hilir.

    “Situasi ini sudah masuk kategori darurat banjir, mengingat arus yang cukup deras di beberapa titik dan itu berisiko membahayakan masyarakat,” kata Anggota Komisi III DPRD Sumenep, Akhmadi Yasid.

    Menurutnya, wilayah yang terkena banjir di Sumenep saat ini semakin meluas. Tidak hanya di Jl. Trunojoyo, dan Jl. Dr Cipto, tetapi sudah meluas ke wilayah penyangga seperti Kebonagung, Batuan, Babbalan, hingga Patean.

    “Karena itu, penanganan tidak bisa lagi bersifat parsial dan hanya berfokus pada saluran air tersumbat di wilayah hilir. Masalah utama justru terletak di hulu, yakni pada buruknya tata kelola lingkungan dan maraknya tambang galian C ilegal, terutama di kawasan Batuan yang sebelumnya tidak pernah banjir,” ungkap politisi PKB ini.

    Menurutnya, daerah resapan di Batuan terus menyusut akibat tambang ilegal. Saat ini, air hujan yang seharusnya meresap, langsung berubah menjadi arus deras yang menyebabkan banjir parah di hilir.

    Yasid mendesak Pemerintah Kabupaten Sumenep segera mengambil langkah tegas dan menyeluruh. Penanganan banjir harus mencakup penertiban tambang ilegal dan pemulihan kawasan resapan air di wilayah hulu dan penataan ulang sistem drainase dan saluran air di kawasan perkotaan.

    Selain itu, perlu pendekatan darurat bencana dalam merespons banjir, termasuk koordinasi lintas sektor dan edukasi masyarakat.

    “Tanpa langkah konkret dan terintegrasi dari hulu ke hilir, banjir di Sumenep akan terus berulang dan bisa memakan korban. Ini jangan sampai terjadi,” tandasnya. (tem/ian)

  • Tanggul Jebol, Air Meluap Genangi Puluhan Rumah Warga Kebun Agung Sumenep

    Tanggul Jebol, Air Meluap Genangi Puluhan Rumah Warga Kebun Agung Sumenep

    Sumenep (beritajatim.com) – Hujan deras yang mengguyur Sumenep pada Selasa (13/05/2025) menyebabkan jebolnya tanggul di sisi barat atau di belakang kantor UPT Pengairan. Akibatnya, puluhan rumah di RT 1, 2, 3, 10, dan 11 terendam air. Ketinggian air di sejumlah lokasi ada yang mencapai pinggang orang dewasa.

    Kepala Desa Kebunagung, Bustanul Affa mengatakan, pihaknya sudah menyampaikan pada warga agar siaga banjir, mengingat hujan turun terus menerus setiap hari. Diperparah dengan hari ini, hujan turun sangat deras, sehingga debit air naik dan tanggul tidak kuat menahan.

    “Tanggul ini memang kurang tinggi. Jadi ketika hujan deras terus menerus, debit air sungai naik, dan tanggul jebol. Akibatnya rumah warga di sekitar sungai Kebun Agung ini pun terendam banjir,” katanya.

    Selain rumah warga di Kebun Agung, banjir juga terjadi di wilayah Perumahan Batuan. Air mengalir deras seperti air bah, melewati jalan-jalan di pintu masuk blok I. Di beberapa blok lain, air juga menggenangi jalan setinggi betis orang dewasa. Akibatnya, banyak kendaraan roda dua maupun roda empat mogok dan harus dibantu didorong warga.

    Di kawasan kota Sumenep, banjir juga terjadi di wilayah Kelurahan Pajagalan. Puluhan rumah warga tergenang air setinggi mata kaki orang dewasa.

    “Biasanya tidak pernah sampai masuk rumah seperti ini banjirnya. Paling hanya menggenang di jalan dan garasi. Hari ini lumayan parah, sampai masuk rumah. Semoga segera surut,” ucap salah satu warga setempat, Aprilia. (tem/ian)