Berita Pekan Ini: Banyak Koperasi Merah Putih di Daerah Belum Beroperasi Usai Diresmikan, Masalah Modal Jadi Faktor Utama
Editor
SURABAYA, KOMPAS.com
– Presiden Prabowo Subianto meluncurkan secara resmi sebanyak 80.000
Koperasi Merah Putih
pada Senin (21/7/2025).
Sejumlah pejabat tinggi menghadiri acara ini, sebut saja Menko Bidang Pangan Zulhifli Hasan, Menteri Desa Yandri Susanto, Menteri Koperasi Budi Arie, dan Mendagri Tito Karnavian.
Usai diresmikan, ternyata banyak Koperasi Merah Putih yang belum beroperasi.
Umumnya, masalah utama yang menjadi kendala Koperasi Merah Putih berasal dari ketiadaan modal.
Misalnya, di Sikka, Nusa Tenggara Timur, sebanyak 194
Koperasi Desa Merah Putih
belum beroperasi karena masih menunggu modal.
194 Koperasi Desa Merah Putih di Sikka Belum Beroperasi, Pemkab: Masih Tunggu Modal
Juga ada sebanyak 281 Koperasi Merah Putih di Bangkalan, Jawa Timur belum berjalan karena sejumlah kendala.
Selain legalitas yang belum siap untuk meminjam modal ke bank, serta pendamping dari kementerian yang belum datang juga menjadi kendala.
281 Koperasi Merah Putih di Bangkalan Belum Berjalan, Diskop Ungkap Sejumlah Kendala
Masih di Jawa Timur, pendanaan Koperasi Merah Putih di Sumenep juga belum ada.
Karena anggarannya masih tertahan di Anggaran Pendapatan dan Belanda Daerah (APBD) Perubahan 2025 Pemkab Sumenep.
Pendanaan Koperasi Merah Putih di Sumenep Tertahan di APBD Perubahan
Cerita lucu juga datang dari Ketua Koperasi Merah Putih di Sumenep.
Mereka belum memiliki modal, namun sudah ada yang berencana mengajukan pinjaman sebesar Rp 100 juta ke mereka.
Cerita Ketua Koperasi Merah Putih di Sumenep: Belum Ada Modal, Sudah Ada yang Minta Pinjam Rp 100 Juta
Di Jawa Tengah, Koperasi Merah Putih di Purworejo juga tidak bisa beroperasi karena masalah modal yang belum ada.
Koperasi Merah Putih di Purworejo Mandek, Ketua Kopdes: Bagaimana Mau Jalan Kalau Modal Belum Ada?
Selain modal, masalah legalitas yang belum siap juga menjadi kendala dalam pengoperasian Koperasi Merah Putih.
Di Lhokseumawe, Aceh, belum ada Koperasi Merah Putih yang beroperasi.
Karena koperasi tersebut masih melengkapi dokumen-dokumen usahanya.
Dua Hari Diresmikan Presiden, Belum Ada Koperasi Merah Putih di Lhokseumawe Aceh yang Beroperasi
Sebanyak 205 Koperasi Merah Putih di Lumajang, Jawa Timur juga belum mulai beroperasi karena masih dalam proses pengurusan legalitas.
205 Koperasi Merah Putih di Lumajang Belum Beroperasi (masih pengurusan legalitas
Masalah legalitas ini juga, yang kemudian membuat sejumlah pengurus di Koperasi Merah Putih di Bondowoso, Jawa Timur mengundurkan diri.
Mereka yang mengundurkan diri karena takut berurusan dengan proses hukum karena ketidakjelasan legalitas koperasi tersebut.
Baru Diresmikan, Sejumlah Pengurus Koperasi Merah Putih di Bondowoso Justru Mendadak Mundur
Selain itu, keberadaan pendampingan, baik dari Pemerintah Provinsi maupun pusat juga sangat penting dalam keberlanjutan pengoperasian Koperasi Merah Putih, seperti di Kalimantan Tengah.
Baru Diluncurkan, Koperasi Merah Putih di Kalteng Butuh Pendampingan Pemprov
Masalah modal, manajemen dan pendampingan ini, telah dilakukan pihak swasta seperti PT Perekonomian Pondok Pesantren Sunan Drajat.
Seperti yang dilakukan terhadap Koperasi Desa Merah Putih Pucangan, Tuban, Jawa Timur.
Namun, karena koperasi tersebut meniadakan kontribusi mereka, Ponpes Sunan Drajat sempat kecewa dan menarik seluruh barang dari koperasi ini pada Selasa (22/7/2025).
Koperasi Merah Putih di Tuban Ditutup 1 Hari Usai Diresmikan, Perusahaan Mitra Tarik Semua Barang
Meski kemudian, Koperasi Desa Merah Putih Pucangan ini kembali buka karena sudah meminta maaf dan Ponpes Sunan Drajat memaafkan dan membuka kembali kontrak kerja sama.
Kepala Desa Pucangan Menyesal: Pihak Pondok Pesantren Sunan Drajat Berperan Besar untuk Koperasi Desa Merah Putih
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
kab/kota: Sumenep
-
/data/photo/2025/07/22/687f51a5771ea.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Berita Pekan Ini: Banyak Koperasi Merah Putih di Daerah Belum Beroperasi Usai Diresmikan, Masalah Modal Jadi Faktor Utama Regional 26 Juli 2025
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3338165/original/061812500_1609473780-cassava-5578528_640.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Apen Singkong, Lezatnya Tradisi Rakyat Sumenep dalam Sekepal Rasa yang Autentik
Keunikan Apen juga tercermin dari peran sosialnya dalam masyarakat Sumenep. Ia tidak hanya diperlakukan sebagai kudapan biasa, melainkan sebagai simbol kebersamaan, terutama dalam acara-acara seperti pengajian, syukuran, atau ritual adat lokal seperti toronan dan ruwatan.
Apen disajikan bersama teh tubruk hangat atau kopi pahit khas Madura sebagai pelengkap, menciptakan suasana keakraban yang mendalam. Bahkan dalam beberapa komunitas di pelosok desa, pembuatan Apen menjadi momen musyawarah antaribu-ibu atau ajang berbagi cerita antar generasi.
Dengan demikian, Apen bukan hanya makanan, tapi juga media penyambung silaturahmi dan pelestari tradisi. Keberadaannya mencerminkan bagaimana kuliner bisa menjadi jembatan antara generasi tua dan muda, sekaligus pengingat akan nilai-nilai lokal yang tidak tergantikan oleh modernitas. Saat dunia semakin tergoda dengan makanan instan dan rasa artifisial, Apen justru menawarkan kejujuran rasa dari alam dan tangan-tangan masyarakat desa yang bekerja dengan cinta.
Ia menjadi bukti bahwa singkong, bahan pangan yang sering dianggap kelas dua, bisa menjelma menjadi sajian istimewa dengan identitas kuat. Apen tidak hanya memanjakan lidah, tetapi juga membangkitkan kenangan dan rasa memiliki terhadap budaya lokal. Setiap gigitannya adalah sepotong sejarah yang hidup, mengajak siapa pun yang mencicipinya untuk menghargai proses, menghormati tradisi, dan mencintai kekayaan kuliner daerah.
Maka tak heran jika Apen, yang mungkin tidak sefamiliar makanan-makanan viral di media sosial, justru memiliki tempat tersendiri di hati masyarakat Sumenep sebagai simbol rasa, budaya, dan kehangatan yang tak lekang oleh waktu.
Penulis: Belvana Fasya Saad
-
/data/photo/2025/07/12/6871e034b5112.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Pulau Raas, Rumah dan Mitos Sang Kucing Busok yang Terancam Punah Surabaya 12 Juli 2025
Pulau Raas, Rumah dan Mitos Sang Kucing Busok yang Terancam Punah
Tim Redaksi
SUMENEP, KOMPAS.com
–
Kucing busok
adalah
kucing endemik
yang berasal dari Kecamatan
Pulau Raas
, Kabupaten
Sumenep
, Jawa Timur.
Warga percaya, kucing ini bukan sekadar hewan biasa, tetapi bagian dari identitas dan sejarah panjang Pulau Raas.
Zainul Mujib, tokoh masyarakat dan aktivis pelestari
kucing busok
mengatakan, kucing busok mempunyai ciri fisik yang berbeda dari kucing pada umumnya.
Di antaranya, kaki depan kucing busok yang sedikit lebih pendek dari kaki belakang, sehingga posturnya tampak menanjak saat berjalan.
“Bentuk wajahnya segitiga, bukan bulat atau oval seperti kucing biasa, sorot matanya tajam,” kata Zainul Mujib di Sumenep kepada
Kompas.com
, Sabtu (12/7/2025).
Zainul Mujib menambahkan, tubuh kucing busok ramping dan berotot, dengan gerakan yang lincah dan bentuk tubuh yang mirip leopard.
“Tapi tak semua kucing berbulu abu-abu disebut kucing busok, kucing busok mempunyai karakteristik fisik yang khas,” tambah dia.
Hampir semua desa di Pulau Raas memiliki kucing busok, namun populasinya paling banyak ditemukan di Desa Ketupat.
Ada banyak mitos tentang kucing busok, salah satunya tentang kucing bertanduk di Desa Ketupat.
Warga percaya kucing itu pernah terlihat di dekat sumur tua yang masih ada sampai sekarang.
“Katanya, di situ terdengar suara gamelan setiap malam Jumat, meski tak ada satu pun orang yang memainkannya,” ungkap dia.
Mitos lain menyebutkan, perjaka atau orang yang belum menikah dilarang membawa kucing busok keluar pulau karena kapal bisa tenggelam.
“Meski belum terbukti secara ilmiah, cerita ini terus hidup dari mulut ke mulut di Pulau Raas,” jelas dia.
Pada masa lalu, terang Zainul Mujib, kucing busok kerap dijadikan hadiah untuk para pejabat yang berkunjung ke Pulau Raas.
Hadiah itu sebagai simbol penghormatan dari warga.
Sementara itu, Camat Raas, Subiyakto menyebut, hingga kini belum ada penangkaran khusus untuk kucing busok, sehingga mereka hidup secara liar.
Karena belum ada perlindungan resmi, populasi kucing busok terus menurun dan saat ini hanya tersisa sekitar 200-500 ekor ras murni, dan terancam punah.
“Kalau penangkaran belum ada, ancaman kepunahan tentu saja ada jika tidak dilindungi dengan baik dan berkesinambungan,” tutur dia.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/07/09/686daf797b432.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Waris Merasa Dikriminalisasi Polres Sumenep, Jadi Tersangka Setelah Kecelakaan Pamannya Surabaya 9 Juli 2025
Waris Merasa Dikriminalisasi Polres Sumenep, Jadi Tersangka Setelah Kecelakaan Bibinya
Tim Redaksi
SUMENEP, KOMPAS.com
– Sekitar 40 warga Desa Sergang, Kecamatan Batu Putih, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur menandatangani petisi yang mendesak
Polres Sumenep
untuk menghentikan upaya
kriminalisasi
terhadap seorang warga bernama Moh. Waris.
Dalam petisi itu, warga menuntut pencabutan status tersangka Waris, penghentian proses pidana, serta pemulihan nama baik yang mereka anggap telah menjadi korban kriminalisasi.
Kuasa hukum Waris, Sulaisi Abdurrazaq menyampaikan bahwa upaya kriminalisasi oleh polisi berawal saat terjadi
kecelakaan lalu lintas
(laka lantas) di akses jalan Desa Sergang.
Sulaisi menceritakan, peristiwa bermula pada hari Senin, 21 April 2025, sekitar pukul 06.30 WIB.
Saat itu, sepeda motor yang dikendarai Matwani bertabrakan dengan sepeda angin yang dikayuh Hindun, bibi Waris.
Akibat kecelakaan itu, Matwani mengalami luka serius dan akhirnya meninggal dunia pada 28 April 2025 lalu.
Sementara itu, Hindun mengalami luka ringan dan sempat dirawat di Puskesmas Manding.
“Saat kejadian, klien saya memang berada di lokasi,” kata Sulaisi di Sumenep, Selasa (8/7/2025).
Menurut dia, saat itu Waris berada di lokasi karena mendengar kabar kecelakaan tersebut.
“Selama Hindun dirawat di Puskesmas Manding, tidak pernah diperiksa di Reskrim Polres Sumenep,” ujarnya.
Sulaisi menyampaikan, awalnya laporan polisi menyebut Matwani diduga tidak mengutamakan pengguna jalan lain yang sudah berbelok lebih dulu, sehingga menabrak sepeda angin Hindun.
Namun, dalam perkembangan kasus, Polres Sumenep justru menetapkan Moh Waris sebagai tersangka dengan tuduhan penganiayaan terhadap Matwani.
“Padahal menurut saksi mata yang berada di lokasi, Matwani tidak mengalami pemukulan, melainkan terluka karena benturan akibat kecelakaan, dan Moh Waris tidak terlibat dalam tindakan kekerasan,” ujar Sulaisi.
“Petisi itu bentuk solidaritas masyarakat terhadap sesama warga desa, sekaligus kritik terhadap proses hukum yang dianggap tidak adil dan mencederai kepercayaan publik,” kata Sulaisi.
Selain ke Polres Sumenep, petisi itu juga ditujukan kepada Kapolri, Kapolda Jatim, Komnas HAM, LPSK, hingga Presiden RI.
Sementara itu, Polres Sumenep belum merespons petisi itu dan masih mempelajari isinya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/07/08/686cbe1ef06cb.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Mobil Layanan Transaksi Keuangan Dibobol Maling, Rp 110 Juta Raib Surabaya 8 Juli 2025
Mobil Layanan Transaksi Keuangan Dibobol Maling, Rp 110 Juta Raib
Tim Redaksi
SUMENEP, KOMPAS.com
– Sebuah video yang merekam mobil layanan transaksi keuangan dibobol maling dengan modus pecah kaca, viral di media sosial.
Peristiwa itu terjadi di Desa Duko, Kecamatan Arjasa, Pulau Kangean, Kabupaten
Sumenep
, Jawa Timur, pada Minggu, 6 Juli 2025, sekitar pukul 12.30 WIB.
Dalam video berdurasi 36 detik itu, kaca sisi kanan mobil tampak pecah, dan serpihan kaca berserakan di dalam kabin. Garis polisi juga terlihat terpasang di lokasi kejadian.
Pelaku diduga memanfaatkan momen saat mobil ditinggal shalat oleh petugas. Akibatnya, uang tunai senilai Rp 110 juta hilang.
Nur Izzatul Naini (20), karyawan yang bertugas saat itu, mengungkapkan bahwa mobil diparkir di sisi luar pagar Pengadilan Agama Arjasa dan semua pintu telah dikunci sebelum ia menunaikan shalat dzuhur.
“Saya tinggal shalat, pintu semua sudah dikunci, terakhir transaksi sekitar pukul 12.15 WIB,” kata Nur di Sumenep kepada
Kompas.com
, Selasa (8/7/2025).
Nur mengaku baru mengetahui kaca mobil pecah usai shalat dan langsung menghubungi pemilik mobil untuk memberitahukan kejadian pencurian itu.
Sementara itu, Zaini (44), ayah kandung Nur Izzatul Naini, ikut melapor ke Polsek Arjasa setelah melihat anaknya dibonceng pemilik mobil layanan keuangan menuju kantor polisi.
Setelah membuat laporan, Zaini dan anaknya kembali ke lokasi pencurian dan menyaksikan polisi memasang garis polisi serta membawa mobil yang dibobol maling ke Polsek.
Setahu Zaini, ada dua kamera CCTV di sekitar lokasi, salah satunya milik Pengadilan Agama, namun pandangannya terhalang pos satpam dan tanaman.
“Satu lagi CCTV ada di pom bensin seberang jalan, tapi pas kejadian listrik padam, jadi enggak terekam,” tutur Zaini.
Hingga berita ini ditulis,
Kompas.com
telah mencoba menghubungi Humas Polres Sumenep, namun belum ada keterangan resmi dari pihak kepolisian.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

BPS Jatim catat harga cabai hingga mobil dorong inflasi 0,43 persen
Inflasi bulan ke bulan Jawa Timur pada Juni 2025 sebesar 0,43 persen
Surabaya, Jawa Timur (ANTARA) – Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat inflasi sebesar 0,43 persen (month-to-month/mtm) pada Juni 2025 karena naiknya harga komoditas mulai dari cabai rawit, beras, bawang merah, tomat, emas perhiasan, telur ayam ras, kacang panjang, cabai merah, daging ayam ras, terong, mobil dan jagung manis.
“Inflasi bulan ke bulan Jawa Timur pada Juni 2025 sebesar 0,43 persen,” kata Kepala BPS Jawa Timur Zulkipli dalam konferensi pers di Surabaya, Jawa Timur, Selasa.
Secara rinci untuk cabai rawit mengalami inflasi sebesar 0,10 persen, beras sebesar 0,06 persen, bawang merah dan tomat masing-masing sebesar 0,04 persen dan telur ayam ras sebesar 0,03 persen.
Kemudian, kacang panjang dan cabai merah masing-masing mengalami inflasi sebesar 0,02 persen serta daging ayam ras, terong dan jagung manis masing-masing sebesar 0,01 persen.
Zulkipli menjelaskan harga beras naik lantaran telah berakhirnya masa panen raya padi sedangkan untuk cabai rawit dan cabai merah besar pada Juni kembali ke harga normal setelah turun selama satu hingga dua bulan.
Untuk harga tomat yang naik diakibatkan oleh curah hujan yang tinggi di sebagian wilayah sehingga memberikan dampak terhadap pertumbuhan tanaman tomat menjadi rentan terhadap serangan penyakit.
Selain itu, Zulkipli mengatakan aksi demonstrasi menolak aturan Over Dimension Over Loading (ODOL) di Jatim pada akhir Juni telah menyebabkan terganggunya distribusi beberapa bahan pangan sehingga terdapat keterbatasan stok bahan pangan yang tentunya telah memicu kenaikan harga.
Dengan terjadinya inflasi pada Juni itu maka inflasi tahun kalender Juni 2025 terhadap Desember 2024 sebesar 1,32 persen (year-to-date/ytd) dan inflasi tahun ke tahun (yoy) Juni 2025 terhadap Juni 2024 sebesar 2,02 persen.
Sementara dari dari 11 kabupaten/kota keseluruhannya mengalami inflasi dengan yang tertinggi terjadi di Banyuwangi yakni mencapai 0,63 persen sedangkan lainnya seperti Sumenep 0,62 persen, Bojonegoro 0,57 persen, Gresik 0,48 persen.
Berikutnya Jember 0,48 persen, Kota Kediri 0,46 persen, Kota Malang 0,38 persen, Probolinggo 0,37 persen, Surabaya 0,36 persen, Kota Madiun 0,33 persen, dan Tulungagung 0,3 persen.
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
-
/data/photo/2025/02/07/67a622dac12eb.png?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Cegah Korupsi di Dunia Pendidikan, KPK Edukasi Guru dan Kepala Sekolah di Sumenep Regional 27 Juni 2025
Cegah Korupsi di Dunia Pendidikan, KPK Edukasi Guru dan Kepala Sekolah di Sumenep
Tim Redaksi
SUMENEP, KOMPAS.com –
Untuk mencegah praktik korupsi di lingkungan pendidikan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab)
Sumenep
, Jawa Timur, menjalin kerja sama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (
KPK
).
Kerja sama tersebut berupa program sosialisasi dan advokasi pendidikan antikorupsi yang melibatkan pengawas sekolah, kepala sekolah, dan
guru
tingkat Sekolah Dasar (SD).
“Kerja samanya berupa sosialisasi dan advokasi pendidikan antikorupsi,” kata Badrul, Penyuluh Antikorupsi Utama Asesor Kompetensi Lembaga Sertifikasi Profesi KPK RI, Jumat (27/6/2025).
Kegiatan ini, menurut Badrul, menjadi langkah awal untuk membekali para pelaku pendidikan dalam memahami potensi risiko korupsi dan cara menghindarinya.
Badrul menambahkan, pemberantasan korupsi di lembaga pendidikan harus dilakukan melalui pendekatan menyeluruh.
Di antaranya dengan membangun nilai melalui pendidikan, pencegahan lewat perbaikan sistem, penindakan hukum, serta melibatkan partisipasi masyarakat.
“Kolaborasi ini diharapkan mampu menghasilkan output yang nyata KPK dengan insan pendidikan dalam pemberantasan korupsi,” tambahnya.
Badrul meyakini, kasus korupsi di sektor pendidikan terjadi karena kurangnya pemahaman hukum oleh pelakunya.
Sehingga dirasa penting pemahaman regulasi antikorupsi, seperti Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 junto Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2021.
“Dari pengalaman sebelumnya, tindakan oknum yang pada akhirnya terjerat kasus hukum terjadi karena tidak paham. Maka pemahaman kepada mereka menjadi penting,” jelasnya.
Bupati Sumenep, Achmad Fauzi Wongsojudo, menyebut bahwa kerja sama dengan KPK merupakan bentuk pencegahan korupsi sejak dini.
“Seperti prinsip di dunia kesehatan, lebih baik mencegah daripada mengobati, saya kira harus diterapkan juga di dunia pendidikan, sehingga pendidikan kita benar-benar bebas dari praktik korupsi,” ujar Fauzi.
Kerja sama ini, rencana Fauzi, tidak akan berhenti di sektor pendidikan saja, melainkan akan diperluas ke lembaga-lembaga lain di lingkungan Pemkab Sumenep.
“Untuk tahap awal memang dengan lembaga pendidikan dulu, baru setelah itu pada lembaga lainnya yang ada di lingkungan Pemkab Sumenep,” jelas dia.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5265622/original/001143800_1750927782-IMG-20250626-WA0007.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
KPK Sita Tanah hingga Apartemen Milik Tersangka Korupsi Dana Hibah Jatim – Page 3
KPK telah menetapkan 21 orang tersangka kasus korupsi dana hibah pokmas Jatim. Empat di antaranya penerima dan 17 lainnya pemberi. Lalu ada juga pihak penyelenggara negara hingga staf.
Juru Bicara (Jubir) KPK Tessa Mahardika Sugiarto menjelaskan penyidik melakukan pencarian bukti seperti menggeledah sejumlah lokasi. Upaya ini dilaksanakan sejak 8 Juli lalu dan menyasar sejumlah tempat.
Rinciannya, beberapa rumah di Surabaya, Pasuruan, Probolinggo, Tulungagung, Gresik, serta di Pulau Madura seperti Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, dan Kabupaten Sumenep yang sudah didatangi penyidik.
Dari penggeledahan ini penyidik menemukan uang sekitar Rp380 juta, dokumen terkait pengurusan dana hibah, kuitansi serta catatan penerimaan uang bernilai miliaran rupiah, bukti setoran uang ke bank, bukti penggunaan uang untuk pembelian rumah, salinan sertifikat rumah dan dokumen lain serta barang elektronik berupa handphone dan media penyimpanan lainnya.
“Diduga memiliki keterkaitan dengan perkara yang sedang disidik dan akan terus didalami oleh penyidik,” kata Tessa.
Reporter: Rahmat Baihaqi
Sumber: Merdeka.com
-
/data/photo/2025/06/23/6858903e5e2b2.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Pagar Roboh Saat Karapan Sapi, 1 Pengunjung Meninggal Surabaya 23 Juni 2025
Pagar Roboh Saat Karapan Sapi, 1 Pengunjung Meninggal
Tim Redaksi
SUMENEP, KOMPAS.com
– Sebuah tembok pembatas di lapangan
karapan sapi
, Desa Pangarangan, Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, roboh saat berlangsung
lomba karapan sapi
se-Madura, Minggu (22/6/2025).
Pelaksana Harian (Plh) Kepala Seksi Humas Polres Sumenep, AKP Widiarti, menyebutkan bahwa insiden tersebut mengakibatkan satu orang meninggal dunia dan tiga lainnya mengalami luka-luka.
Korban meninggal dunia diketahui bernama Sueb (60), warga Desa Aeng Merah, Kecamatan Batuputih.
“Korban sempat dilarikan ke RSUD dr. Moh. Anwar Sumenep dan dirawat secara intensif. Ia dinyatakan meninggal dunia sekitar pukul 19.40 WIB,” kata AKP Widiarti di Sumenep.
Sementara itu, tiga korban luka lainnya adalah Ahmad Baidi (40) yang mengalami patah tulang paha kanan, Sudahnan (55) dengan luka robek di mata kaki kanan, dan Aldi (35) yang mengeluh sakit di bagian punggung.
Dari keterangan saksi di lapangan, kejadian bermula saat penonton membludak dan sebagian di antaranya naik ke atas tembok pembatas sisi timur yang berada di garis finis.
“Panitia sempat mengimbau agar penonton tidak naik ke atas pagar tembok. Namun imbauan tersebut tidak diindahkan,” tambah Widiarti.
Akibat beban yang berlebih, tembok dengan panjang sekitar 25 meter dan tinggi 4 meter itu akhirnya roboh dan menimpa penonton yang berada di bawahnya.
“Para korban awalnya dibawa ke Puskesmas Pamolokan sebelum dirujuk ke RSUD dr. Moh. Anwar,” ungkap dia.
Diketahui, sebelum insiden terjadi, tembok pembatas sisi timur lapangan tersebut sudah dalam kondisi miring karena faktor usia dan minimnya perawatan.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
