kab/kota: Sumenep

  • Capaian Imunisasi Campak Sumenep Tembus 95,7 Persen, Lampaui Target Nasional

    Capaian Imunisasi Campak Sumenep Tembus 95,7 Persen, Lampaui Target Nasional

    Sumenep (beritajatim.com) – Pelaksanaan Outbreak Response Immunization (ORI) di Kabupaten Sumenep selama hampir 1 bulan, cukup menggembirakan. Total capaian imunisasi campak se- Kabupaten Sumenep hingga 26 September 2025 sebesar 95,7 persen.

    “Alhamdulillh, berkat kerja keras semua pihak, pelaksanan imunisasi campak di Kabupaten Sumenep telah melampaui target yang ditetapkan yakni 95 persen. Dari total sasaran sebanyak 73.969, yang sudah diimunisasi tercatat 70.822 atau 95,7 persen,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes P2KB Sumenep, Achmad Syamsuri, Sabtu (27/09/2025).

    Capaian imunisasi tertinggi tercatat di Puskesmas Giligenting yakni 99,1 persen, kemudian Puskesmas Pandian 97,9 persen, Puskesmas Bluto dan Puskesmas Sapeken sama-sama 97,8 persen.

    Namun demikian, Syamsuri mengakui masih ada beberapa Puskesmas yang capaian vaksinasinya belum memenuhi target 95 persen, yakni Puskesmas Dungkek 80 persen, Puskesmas Lenteng 93,4 persen, dan Puskesmas Rubaru 94,5 persen.

    “Kami akan terus mendorong peningkatan capaian imunisasi campak di Puskesmas-puskesmas yang belum mencapai target, melalui tenaga kesehatan setempat maupun kader-kader Posyandu,” terangnya.

    Dengan imunisasi campak ini, lanjutnya, ia berharap akan terbentuk ‘herd immunity’ atau kekebalan kelompok. “Apabila herd immunity’ sudah terbentuk, kalaupun ada yang sakit, maka tidak sampai parah. Ini bisa menekan angka penderita campak yang meninggal,” ujarnya. (tem/kun)

  • Mensos Ajak Kepala Daerah Se-Madura Jadikan DTSEN Pedoman Program

    Mensos Ajak Kepala Daerah Se-Madura Jadikan DTSEN Pedoman Program

    Jakarta

    Menteri Sosial Saifullah Yusuf (Gus Ipul) menyampaikan pentingnya berpedoman pada Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN) dalam penyelenggaraan program. Dia pun mengajak para Kepala Daerah Se-Madura untuk menyukseskan program Sekolah Rakyat.

    Hal itu diungkapkan olehnya saat menghadiri kegiatan Koordinasi Penyelenggaraan Sekolah Rakyat dan Kesejahteraan Sosial di Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur, hari ini. Acara ini turut dihadiri oleh Anggota Komisi VIII DPR RI Dapil Jatim XI Madura Ansari, Bupati Bangkalan Lukman Hakim, Wakil Bupati Bangkalan Fauzan Jafar, serta Sekretaris Daerah, Kepala Dinas Sosial dan pilar-pilar sosial dari Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sumenep, Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Sampang.

    “Jadi dengan data tunggal yang sama ini, kita ingin mempertajam sasaran, lalu setelah itu kita intervensi secara bersama-sama, keroyokan. Kita ingin peningkatan kesejahteraan sosial pulau Madura, khususnya Kabupaten Bangkalan, penurunan kemiskinannya lebih signifikan,” kata Gus Ipul dalam keterangan tertulis, Sabtu (27/9/2025).

    Dalam paparannya, Gus Ipul menjelaskan tiga mandat Presiden Prabowo. Hal itu bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan.

    “Bapak-Ibu sekalian yang saya hormati, ada tiga prioritas yang dipesankan oleh Bapak Presiden Prabowo, kaitannya dalam mengentaskan kemiskinan,” ujarnya.

    “Kita harus sama-sama punya ini, pemahaman yang sama terhadap DTSEN ini dulu,” tuturnya.

    Dia mengatakan DTSEN bersifat dinamis, pemutakhiran penting dilakukan untuk menjaga keakuratan data.

    Gus Ipul mengajak para Kepala Daerah dan pilar-pilar sosial yang hadir untuk membantu melakukan pemutakhiran data. Pemutakhiran data dilakukan melalui dua jalur yaitu jalur formal dan partisipatif.

    “Maka itu sekarang kita sama-sama ayo memutakhirkan data, saya ingin ngajak kita bantu BPS, BPS tidak bisa sendirian, BPS perlu tangan-tangan sambungan, untuk supaya kita memperoleh data yang lebih valid,” ujarnya.

    Jalur pemutakhiran formal dilakukan melalui musyawarah di Desa lalu dilanjutkan ke Dinas Sosial. Sedangkan, jalur partisipatif dibuka supaya masyarakat bisa ikut berpartisipasi dalam proses pemutakhiran melalui aplikasi-aplikasi yang telah disediakan seperti Cek Bansos.

    “Semua ikut mengawasi dan berpartisipasi, kita buka jalur partisipasi, jalur partisipasi lewat aplikasi namanya Cek Bansos, masukkan, usul, atau sanggah,” urainya.

    Pemutakhiran diharapkan bisa membuat DTSEN lebih valid sehingga program atau bantuan yang disalurkan bisa tepat sasaran.

    “Ini terus terang dalam rangka penguatan reformasi penyaluran Bansos. Kenapa, karena selama ini, ditengarai banyak Bansos yang tidak tepat sasaran,” katanya.

    Selain mempertajam sasaran, Gus Ipul menekankan pentingnya perubahan paradigma dari pemberian bantuan sosial ke pemberdayaan, mengurangi ketergantungan pada bansos. “Maka di era Presiden Prabowo ingin memperkuat pemberdayaannya ini,” ujar Gus Ipul.

    Pada pertemuan ini, Gus Ipul juga mengajak para Kepala Daerah untuk menyukseskan program Sekolah Rakyat. Di Bangkalan, pada 30 September mendatang akan diresmikan Sekolah Rakyat Terpadu (SRT) 51 Bangkalan yang mengampu siswa jenjang SD dan SMP.

    “Mungkin sekarang orang masih ragu, mungkin orang sekarang masih was-was. Tapi setelah Sekolah Rakyat ini operasional, dengan dukungan penuh dari Presiden, pada masa-masa yang akan datang, Insyaallah akan orang mulai berebut untuk Sekolah Rakyat,” tuturnya.

    Sekolah Rakyat adalah sekolah gratis berasrama bagi anak-anak dari keluarga miskin yang masuk pada desil 1 dan 2 DTSEN. Gus Ipul menekankan tidak boleh ada titipan dalam rekrutmen siswa Sekolah Rakyat.

    “Tapi untuk itu saya ngajak waspada, bahwa yang bisa sekolah disini tetap adalah mereka-mereka yang di desil satu yang miskin ekstrim dan miskin. Kita harus konsisten disitu. Jangan ada sogok menyogok, jangan ada suap-menyuap, jangan ada titipan-titipan,” jelasnya.

    Di Sekolah Rakyat tidak hanya diajarkan pelajaran akademik, namun juga ada pelatihan keterampilan dan pendidikan karakter termasuk nilai-nilai keagamaan. Gus Ipul memastikan Sekolah Rakyat khususnya di wilayah Madura akan bekerja sama dengan ulama-ulama dan pengasuh pesantren.

    “Kita semua undang untuk ikut mengawal juga pendidikan agamanya,” pungkasnya.

    (anl/ega)

  • Kasus Pencurian dan Pelecehan di Lenteng Sumenep Berakhir Damai

    Kasus Pencurian dan Pelecehan di Lenteng Sumenep Berakhir Damai

    Sumenep (beritajatim.com) – Pria berinisial MS (32), warga Desa Beneresep Timur, Kecamatan Lenteng, Kabupaten Sumenep, nyaris dihakimi massa karena diduga telah melakukan pencurian dan pelecehan di Desa Ellak Daya dengan korban berinisial AN (27) dan RS (19).

    Awalnya kasus tersebut ramai di perbincangan WhatsApp, hingga akhirnya warga mengamankan MS. Beruntung aparat desa langsung membawa MS ke Polsek Lenteng untuk menghindari amuk massa.

    Pasca penyerahan MS ke Polsek, Unit Reskrim Polsek Lenteng pun segera memanggil pihak-pihak yang diduga menjadi korban, untuk memastikan kebenaran dugaan tindak pidana.

    Ternyata korban mengakui bahwa MS memang orang yang pernah melakukan pencurian serta dugaan pelecehan. Pihak kepolisian pun mengarahkan para korban agar membuat laporan resmi, baik di Polsek Lenteng maupun di Unit PPA Polres Sumenep. Namun, para korban tidak berkenan melanjutkan proses hukum dan hanya meminta ganti kerugian dari pelaku.

    Menyikapi hal tersebut, Polsek Lenteng menegaskan bahwa penyidik tidak dapat memaksa korban untuk membuat laporan polisi karena hal itu merupakan hak korban.

    Sebagai langkah mitigasi, kepolisian kemudian memfasilitasi musyawarah antara korban, keluarga, aparat desa, dan tokoh masyarakat di Balai Desa Ellak Daya. Dalam musyawarah itu disepakati penyelesaian secara kekeluargaan.

    Kasi Humas Polres Sumenep AKP Widiarti S mengatakan bahwa pihak kepolisian tetap mengedepankan upaya persuasif dan pencegahan agar tidak terjadi tindakan main hakim sendiri.

    “Polres Sumenep mengimbau masyarakat apabila menjadi korban tindak pidana agar segera melaporkan secara resmi ke pihak kepolisian. Hal ini penting agar penanganan perkara bisa berjalan sesuai hukum yang berlaku, dan tidak menimbulkan kerugian lebih besar di kemudian hari,” ungkapnya. (tem/ian)

  • Sidak, Komisi III DPRD Sumenep Temukan Kejanggalan di Dua Proyek Penanganan Banjir

    Sidak, Komisi III DPRD Sumenep Temukan Kejanggalan di Dua Proyek Penanganan Banjir

    Sumenep (beritajatim.com) – Komisi III DPRD Sumenep melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke dua proyek penanganan banjir di dua lokasi di Sumenep, Jumat (26/9/2025).

    Proyek pertama adalah normalisasi dan rehabilitasi tebing Sungai Anjuk dengan anggaran Rp550 juta. Proyek penanganan banjir yang kedua adalah normalisasi dan Rehabilitasi saluran pembuangan di Desa Gunggung senilai Rp455 juta. Pengerjaan kedua proyek itu rata-rata baru mencapai 60 persen.

    Saat sidak tersebut, Komisi yang membidangi infrastruktur ini menemukan sejumlah kejanggalan. Salah satunya adalah tidak adanya papan nama proyek di salah satu lokasi. Padahal, keberadaan papan nama merupakan kewajiban sebagai bentuk transparansi informasi publik.

    Selain itu, Komisi III juga menyoroti penggunaan kawat bronjong di kedua proyek. Dalam dokumen lelang, kawat bronjong dengan standar SNI tertentu menjadi salah satu persyaratan utama. Tapi saat pengecekan di lapangan, kawat bronjong yang dipasang justru tidak terlihat berlabel SNI. Bahkan jumlah pekerjaan bronjong yang ada relatif minim.

    “Kami melihat di lapangan justru lebih banyak pekerjaan normalisasi. Sementara pekerjaan bronjong sangat sedikit. Ini menimbulkan pertanyaan, kenapa saat lelang persyaratan kawat bronjong dengan kode SNI dijadikan kuncian, tetapi realisasi di lapangan justru tidak sesuai,” kata Sekretaris Komisi III, Wiwid Harjo Yudanto.

    Sementara anggota komisi III lainnya, Abdurrahman, menyoroti sikap Bidang SDA Dinas PUTR. Saat sidak pihaknya sudah berusaha meminta RAB kedua proyek.

    “Kami sudah minta RAB kedua proyek itu. Tapi terkesan sengaja tidak diberikan. Ini kan aneh. Ada apa sebenarnya? Kami jadi curiga,” ungkapnya.

    Temuan-temuan tersebut akan ditindaklanjuti dengan memanggil para kontraktor pelaksana, karena ada beberapa informasi lain yang perlu dikroscek lebih jauh agar persoalan tidak berhenti pada sidak.

    “Kami memastikan akan mengawal persoalan ini hingga tuntas, demi memastikan kualitas proyek yang menyangkut keselamatan masyarakat dari ancaman banjir benar-benar terjamin,” tandasnya.

    Sidak komisi III tersebut dilakukan setelah rapat kerja Komisi III dengan Dinas PUTR Sumenep. Hadir langsung dalam rapat tersebut, Kepala Dinas PUTR, Eri Susanto, beserta sejumlah kepala bidang. [tem/suf]

  • Persaudaraan Kepala Desa di Sumenep Siap Aktifkan Kembali Siskamling

    Persaudaraan Kepala Desa di Sumenep Siap Aktifkan Kembali Siskamling

    Sumenep (beritajatim.com) – Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Persaudaraan Kepala Desa Indonesia (PKDI) Sumenep, Abd. Hayat mengaku siap mendukung pengaktifan kembali sistem keamanan lingkungan (Siskamling).

    “Kami tentu saja sangat mendukung dan menyambut baik pengaktifan Siskamling. Kami yakin ini membawa manfaat dan menjalin kebersamaan di masyarakat,” katanya, Kamis(25/09/2025).

    Menurutnya, dengan diaktifkannya kembali Siskamling, akan membuat rasa aman dan nyaman di masyarakat. “Soal keamanan ini sebenarnya masyarakat juga punya tanggung jawab. Tidak bisa hanya bergantung pada polisi atau tentara,” ujarnya.

    Ia mengungkapkan, instruksi secara umum untuk menghidupkan kembali Siskamling langsung diteruskan ke kepala-kepala desa yang tergabung dalam PKDI. “Untuk instruksi secara khusus, kami masih menunggu rapat teknis pelaksanaan siskamling,” terangnya.

    Namun menurutnya, untuk tahap awal, pihaknya akan menghidupkan kembali Siskamling hingga ke dusun-dusun, dengan pelaporan induk Siskamling desa.

    “Jadi gimana hasil Siskamlingnya, pantauan keamanan lingkungannya, akan disampaikan ke pos induk di tingkat desa. Kemudian laporan itu akan diteruskan ke Polsek setempat,” ungkapnya.

    Kementerian Dalam Negeri telah mengeluarkan surat edaran nomor 300.1.4/e.1/BAK tanggal 3 September 2025 tentang peningkatan peran Satlinmas terkait penyelenggaraan ketenteraman, ketertiban umum, dan perlindungan masyarakat (trantibumlinmas) yang kondusif di daerah.

    SE tersebut memuat beberapa poin. Salah satunya adalah peningkatan kewaspadaan dini RT/RW dengan diaktifkannya Siskamling dan pos ronda. [tem/aje]

  • BMKG Prediksi Musim Hujan 2025/2026 di Jawa Timur Datang Lebih Awal Mulai Oktober

    BMKG Prediksi Musim Hujan 2025/2026 di Jawa Timur Datang Lebih Awal Mulai Oktober

    Surabaya (beritajatim.com) – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi awal musim hujan 2025/2026 di Jawa Timur akan datang lebih awal pada Oktober 2025. Fenomena ini mencakup 49 zona musim (ZOM) dari total 74 ZOM yang tersebar di 38 kabupaten/kota se-Jatim.

    “Musim hujan tahun 2025/2026 di Jawa Timur diprediksi datang lebih awal atau maju dibandingkan normalnya meliputi 70 ZOM. Dengan awal musim hujan di bulan Oktober sebanyak 49 ZOM,” ujar Kepala Stasiun Klimatologi Jawa Timur, Anung Suprayitno, Kamis (25/9/2025).

    Menurut Anung, sifat hujan pada periode ini sebagian besar diperkirakan normal, meliputi 54 ZOM atau sekitar 73 persen wilayah. Curah hujan musim hujan diprediksi berkisar antara 1001–1500 mm di 21 ZOM dan 1501–2000 mm di 25 ZOM. Adapun puncak musim hujan diperkirakan terjadi pada Januari 2026 dengan cakupan 40 ZOM atau 54 persen wilayah Jawa Timur.

    BMKG mengingatkan pemerintah daerah, kota, hingga institusi terkait agar menyesuaikan program sektor pertanian dengan jadwal musim hujan yang lebih maju. Selain itu, langkah antisipasi terhadap potensi cuaca ekstrem di masa peralihan hingga bencana hidrometeorologi juga perlu disiapkan.

    “Antisipasi menghadapi bencana hidrometeorologi akibat dari cuaca ekstrem selama memasuki peralihan musim atau sepanjang musim hujan 2025/2026,” tegas Anung.

    Berikut rincian awal musim hujan tahun 2025/2026 di Jawa Timur dari total 74 ZOM:

    September – 8 ZOM (10,9%) Dasarian I–III

    Banyuwangi: Genteng, Glenmore, Kalibaru, Sempu
    Blitar: Binangun, Gandusari, Kesamben, Selopuro, Wates
    Kediri: Mojo, Semen
    Kota Batu: Batu, Bumiaji, Junrejo
    Lumajang: Candipuro, Pasirian, Pasrujambe, Senduro
    Malang: Bantur, Dampit, Donomulyo, Gedangan, Kalipare, Karangploso, Ngantang, Pagak, Pujon, Sumbermanjing, Tirtoyudo
    Ponorogo: Pudak, Pulung, Sooko
    Sumenep: Masalembu
    Trenggalek: Bendungan
    Tulungagung: Pagerwojo, Sendang

    Oktober – 49 ZOM (66,2%) Dasarian I–III

    Bangkalan: Bangkalan, Blega, Burneh, Galis, Kamal, Konang, Kwanyar, Labang, Modung, Socah, Tanah Merah, Tragah
    Banyuwangi: Bangorejo, Banyuwangi, Blimbingsari, Cluring, Gambiran, Giri, Glagah, Kabat, Muncar, Pesanggaran, Purwoharjo, Rogojampi, Siliragung, Singojuruh, Srono, Tegaldimo, Tegalsari
    Blitar: Bakung, Doko, Garum, Kademangan, Kanigoro, Kesamben, Nglegok, Panggungrejo, Ponggok, Sanankulon, Selorejo, Srengat, Sutojayan, Talun, Udanawu, Wlingi, Wonodadi, Wonotirto
    Bojonegoro: Balen, Baureno, Bojonegoro, Bubulan, Dander, Gayam, Gondang, Kalitidu, Kanor, Kapas, Kasiman, Kedewan, Kedungadem, Kepohbaru, Malo, Margomulyo, Ngambon, Ngasem, Ngraho, Padangan, Purwosari, Sekar, Sugihwaras, Sukosewu, Sumberrejo, Tambakrejo, Temayang, Trucuk
    Bondowoso: Binakal, Bondowoso, Botolinggo, Cerme, Curahdami, Grujugan, Jambesari, Klabang, Maesan, Pakem, Prajekan, Pujer, Sukosari, Sumberwringin, Taman Krocok, Tamanan, Tapen, Tegalampel, Tenggarang, Tlogosari, Wonosari, Wringin
    Gresik: Bungah, Duduksampeyan, Dukun, Gresik, Manyar, Panceng, Sangkapura, Sidayu, Tambak, Ujungpangkah
    Jember: Ajung, Ambulu, Arjasa, Balung, Bangsalsari, Gumukmas, Jelbuk, Jenggawah, Jombang, Kalisat, Kaliwates, Kencong, Ledokombo, Mayang, Mumbulsari, Pakusari, Panti, Patrang, Puger, Rambipuji, Semboro, Silo, Sukorambi, Sukowono, Sumberbaru, Sumberjambe, Sumbersari, Tanggul, Tempurejo, Umbulsari, Wuluhan
    Jombang: Bandarkedungmulyo, Bareng, Diwek, Gudo, Jogoroto, Jombang, Kabuh, Kesamben, Kudu, Megaluh, Mojoagung, Mojowarno, Tembelang, Wonosalam, Ngoro, Ngusikan, Perak, Peterongan, Plandaan, Ploso, Sumobito
    Kediri: Badas, Banyakan, Gampengrejo, Grogol, Gurah, Kandangan, Kandat, Kayen, Kepung, Kras, Kunjang, Ngadiluwih, Ngancar, Ngasem, Pagu, Papar, Pare, Plemahan, Plosoklaten, Puncu, Purwoasri, Ringinrejo, Tarokan, Wates
    Kota Blitar: Kepanjenkidul, Sananwetan, Sukorejo
    Kota Kediri: Kota, Mojoroto, Pesantren
    Kota Madiun: Kartoharjo, Manguharjo, Taman
    Kota Malang: Blimbing, Kedungkandang, Klojen, Lowokwaru, Sukun
    Kota Mojokerto: Prajuritkulon
    Lamongan: Babat, Bluluk, Brondong, Deket, Glagah, Kalitengah, Karangbinangun, Karanggeneng, Kedungpring, Kembangbahu, Lamongan, Laren, Maduran, Mantup, Modo, Ngimbang, Paciran, Pucuk, Sambeng, Sarirejo, Sekaran, Solokuro, Sugio, Sukodadi, Sukorame, Tikung, Turi
    Lumajang: Gucialit, Jatiroto, Kedungjajang, Klakah, Kunir, Lumajang, Padang, Randuagung, Ranuyoso, Rowokangkung, Sukodono, Sumbersuko, Tekung, Tempeh, Yosowilangun
    Madiun: Balerejo, Kebonsari, Madiun, Mejayan, Pilangkenceng, Saradan, Sawahan, Wonoasri, Wungu, Dagangan, Dolopo, Geger, Gemarang, Jiwan, Kare
    Magetan: Barat, Bendo, Karangrejo, Karas, Kartoharjo, Kawedanan, Lembeyan, Magetan, Maospati, Ngariboyo, Nguntoronadi, Panekan, Parang, Plaosan, Poncol, Sidorejo, Sukomoro, Takeran
    Malang: Bululawang, Dau, Gondanglegi, Jabung, Kasembon, Kepanjen, Kromengan, Lawang, Ngajum, Pagelaran, Poncokusumo, Pakis, Pakisaji, Singosari, Sumberpucung, Tajinan, Tumpang, Turen, Wagir, Wajak, Wonosari
    Mojokerto: Gedeg, Gondang, Jatirejo, Kemlagi, Pacet, Sooko, Trawas, Trowulan
    Nganjuk: Bagor, Baron, Berbek, Gondang, Jatikalen, Kertosono, Lengkong, Loceret, Nganjuk, Ngetos, Ngluyu, Ngronggot, Pace, Patianrowo, Prambon, Rejoso, Sawahan, Sukomoro, Tanjunganom, Wilangan
    Ngawi: Bringin, Geneng, Gerih, Jogorogo, Karanganyar, Karangjati, Kasreman, Kedunggalar, Kendal, Kwadungan, Mantingan, Ngawi, Ngrambe, Padas, Pangkur, Paron, Pitu, Sine, Widodaren
    Pacitan: Arjosari, Bandar, Donorojo, Kebonagung, Nawangan, Ngadirojo, Pacitan, Pringkuku, Punung, Sudimoro, Tegalombo, Tulakan
    Pamekasan: Batumarmar, Galis, Kadur, Larangan, Pademawu, Pakong, Palenggaan, Pamekasan, Pasean, Pegantenan, Proppo, Tlanakan, Waru
    Pasuruan: Gempol, Kejayan, Lumbang, Pasrepan, Prigen, Purodadi, Purwosari, Puspo, Tosari, Tutur
    Ponorogo: Babadan, Badegan, Balong, Bungkal, Jambon, Jenangan, Jetis, Kauman, Mlarak, Ngebel, Ngrayun, Ponorogo, Sambit, Sampung, Sawoo, Siman, Slahung, Sukorejo
    Probolinggo: Bantaran, Banyuanyar, Gading, Krucil, Kuripan, Leces, Lumbang, Maron, Sukapura, Sumber, Tegalsiwalan, Tiris, Wonomerto
    Sampang: Cemplong, Jrengik, Karangpenang, Kedungdung, Omben, Pangarengan, Robatal, Sampang, Sokobanah, Sreseh, Tambelangan, Torjun
    Situbondo: Arjasa, Sumbermalang
    Sumenep: Ambunten, Batuputih, Bluto, Dasuk, Ganding, Guluk-Guluk, Lenteng, Pasongsongan, Pragaan, Rubar
    Trenggalek: Dongko, Durenan, Gandusari, Kampak, Karangan, Munjungan, Panggul, Pogalan, Pule, Suruh, Trenggalek, Tugu, Watulimo
    Tuban: Bancar, Bangilan, Grabagan, Jatirogo, Jenu, Kenduruan, Kerek, Merakurak, Montong, Palang, Parengan, Plumpang, Rengel, Semanding, Senori, Singgahan, Soko, Tambakboyo, Tuban, Widang
    Tulungagung: Pucanglaban, Rejotangan, Sumbergempol, Tanggunggunung, Bandung, Besuki, Boyolangu, Campurdarat, Gondang, Kalidawir, Karangrejo, Kauman, Kedungwaru, Ngantru, Ngunut, Pakel

    November – 14 ZOM (18,8%) Dasarian I–III

    Bangkalan: Arosbaya, Geger, Klampis, Kokop, Sepulu, Tanjung
    Banyuwangi: Kalipuro, Wongsorejo
    Gresik: Balongpanggang, Benjeng, Cerme, Driyorejo, Kebomas, Kedamean, Menganti, Wringinanom
    Kota Mojokerto: Kranggan, Magersari
    Kota Pasuruan: Bugul Kidul, Gadingrejo, Panggungrejo, Purworejo
    Kota Probolinggo: Kademangan, Kanigaran, Kedopok, Mayangan, Wonoasih
    Kota Surabaya: Asem Rowo, Benowo, Bubutan, Bulak, Dukuh Pakis, Gayungan, Genteng, Gubeng, Gunung Anyar, Jambangan, Karangpilang, Kenjeran, Krembangan, Lakarsantri, Mulyorejo, Pabean, Pakal, Rungkut, Sambikerep, Sawahan, Semampir, Simokerto, Sukolilo, Tegalsari, Tenggilis, Wiyung, Wonocolo, Wonokromo, Sukomanunggal, Tambaksari, Tandes
    Mojokerto: Bangsal, Dawarblandong, Dlanggu, Jetis, Kutorejo, Mojoanyar, Mojosari, Ngoro, Pungging, Puri
    Pasuruan: Bangil, Beji, Gempol, Gondangwetan, Grati, Kraton, Lekok, Nguling, Pandaan, Pohjentrek, Rejoso, Rembang, Sukorejo, Winongan, Wonorejo
    Probolinggo: Besuk, Dringu, Gending, Kotaanyar, Kraksaan, Krejengan, Paiton, Pajarakan, Pakuniran, Sumberasih, Tongas
    Sampang: Banyuates, Ketapang
    Situbondo: Asembagus, Banyuglugur, Banyuputih, Besuki, Jangkar, Jatibanteng, Mlandingan, Subon
    Sidoarjo: Balongbendo, Buduran, Candi, Gedangan, Jabon, Krembung, Krian, Porong, Prambon, Sedati, Sidoarjo, Sukodono, Taman, Tanggulangin, Tarik, Tulangan, Waru, Wonoayu
    Sumenep: Kalianget, Kangayan, Kota Sumenep, Manding, Nonggunon, Ra’as, Sapeken, Saronggi, Talango, Arjasa, Batang, Batuan, Dungkek, Gapura, Gayam, Giliginting

    Desember – 1 ZOM (1,4%) Dasarian I

    Situbondo: Bungatan, Kapongan, Kendit, Mangaran, Panarukan, Panji, Situbondo
    Musim Hujan Sepanjang 2025 – 2 ZOM (2,7%)
    Banyuwangi: Licin, Songgon
    Bondowoso: Sempol
    Lumajang: Pronojiwo, Tempursari
    Malang: Ampelgading

    [rma/beq]

  • Lomba Tarik Tambang di Sumenep Berakhir Tragis, Peserta Tiba-tiba Meninggal Dunia

    Lomba Tarik Tambang di Sumenep Berakhir Tragis, Peserta Tiba-tiba Meninggal Dunia

    Sumenep (beritajatim.com) – Para peserta lomba tarik tambang di Desa Batubelah Timur, Kecamatan Dasuk, Kabupaten Sumenep, Madura, dihebohkan dengan peristiwa tragis yang menimpa salah satu peserta.

    M (40), warga Desa Gunung Kembar, Kecamatan Manding, tiba-tiba meninggal dunia saat tengah mengikuti pertandingan. Kejadian ini pada saat M berada di posisi paling belakang dalam timnya. Setelah sekitar 15 menit berlalu, M mendadak duduk lemas dan melepaskan pegangan dari tali tambang.

    Rekan satu tim yang melihat kejadian itu segera berlari menghampiri, namun korban sudah tidak sadarkan diri. M kemudian dibawa ke Puskesmas Dasuk untuk mendapatkan pertolongan medis.

    Sayangnya, setelah diperiksa, tenaga medis menyatakan bahwa M telah meninggal dunia. Jenazahnya langsung dibawa pulang ke rumah duka di Dusun Gunung Kembar, Desa Gunung Kembar, Kecamatan Manding untuk dimakamkan.

    Hasil pemeriksaan luar terhadap jenazah tidak menunjukkan tanda-tanda kekerasan. Berdasarkan dugaan sementara, M meninggal akibat kelelahan saat mengikuti lomba. Pihak keluarga menerima peristiwa ini sebagai takdir dan menolak dilakukan otopsi, dengan membuat surat pernyataan keberatan.

    Kasubag Humas Polres Sumenep, AKP Widiarti S, membenarkan peristiwa ini dan menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban.

    “Kami turut berduka cita atas meninggalnya M saat mengikuti lomba tarik tambang. Kami telah melakukan langkah-langkah sesuai prosedur, termasuk memeriksa saksi dan berkoordinasi dengan pihak medis. Karena pihak keluarga menolak otopsi, maka jenazah langsung diserahkan kepada keluarga untuk dimakamkan,” ujar AKP Widiarti. [tem/suf]

  • Festival Hari Tani Nasional 2025 di Sumenep: Saatnya Petani Berinovasi

    Festival Hari Tani Nasional 2025 di Sumenep: Saatnya Petani Berinovasi

    Sumenep (beritajatim.com) – Wakil Bupati Sumenep, Imam Hasyim menilai bahwa Hari Tani merupakan momentum penting, mengingat petani merupakan pilar bangsa dan penggerak roda kehidupan.

    “Petani itu menjaga ketahanan pangan. Tanpa kerja keras petani, kita tidak bisa menikmati pangan yang cukup, yang sehat, dan berkualitas,” kata Imam Hasyim saat membuka Festival Hari Tani Nasional 2025 di Pendopo Agung Keraton Sumenep, Rabu (24/09/2025).

    Festival bertema ‘Menggerakkan Ekonomi Lokal dengan Meningkatkan Inovasi Produk plPertanian sebagai Kekuatan Ekonomi Daerah yang Berkelanjutan’ tersebut digagas Badan Eksekutif Mahasiswa
    (BEM) Fakultas Pertanian Universitas Wiraraja (Unija) bekerja sama dengan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Sumenep.

    “Menghadapi persaingan global ini, petani tidak bisa hanya mengandalkan cara tradisional. Perlu inovasi. Mulai pemilihan bibit unggul, sistem pertanian, pengolahan, hingga pemasaran. Inovasi itu bisa dilakukan dengan memanfaatkan teknologi digital,” terang Imam Hasyim.

    Ia mengakui potensi pertanian di Sumenep sangat luar biasa. Mulai bawang merah, cabai jamu, hingga kelapa dan kacang mente. “Kalau hasil-hasil pertanian kita itu bisa diolah menjadi produk bernilai tambah, maka ini akan mampu menggerakkan perekonomian lokal,” ungkapnya.

    Imam Hasyim menambahkan, Pemerintah Kabupaten berkomitmen untuk terus mendukung para petani dengan menggelar berbagai pelatihan, kemudian memfasilitasi akses pasar, dan permodalan.

    “Tapi keberhasilan pembangunan pertanian ini tidak cukup hanya menggantungkan pada Pemerintah. Perlu kolaborasi petani, akademisi, pelaku usaha, dan masyarakat luas,” ujarnya.

    Karena itu, ia mengapresiasi BEM Fakuktas Pertanian Unija Sumenep yang telah menggelar Festival Tani Nasional 2025. Festival tersebut diharapkan mampu menciptakan peluang dan kerja sama di bidang pertanian dengan pihak-pihak lain.

    “Festival Hari Tani ini bukan hanya seremonial, tetapi wadah berbagai pengetahuan, memperkenalkan produk lokal, serta menumbuhkan kebanggaan akan hasil bumi kita sendiri,” ucapnya.

    Dalam Festival Tani Nasional 2025 tersebut juga digelar bazar hasil pertanian dan inovasi produk olahannya oleh petani binaan di 20 kecamatan. (tem/ted)

  • Bupati Sumenep Dorong Warga Aktifkan Lagi Siskamling dan Pos Ronda

    Bupati Sumenep Dorong Warga Aktifkan Lagi Siskamling dan Pos Ronda

    Sumenep (beritajatim.com) – Bupati Sumenep, Ach. Fauzi Wongsojudo, mendorong masyarakat agar kembali menghidupkan sistem keamanan lingkungan (Siskamling) dan pos ronda tingkat RT/RW. Dorongan ini menyusul terbitnya Surat Edaran (SE) Menteri Dalam Negeri nomor 300.1.4/e.1/BAK tertanggal 3 September 2025 tentang peningkatan peran Satlinmas dalam menjaga ketenteraman, ketertiban umum, dan perlindungan masyarakat (trantibumlinmas) yang kondusif di daerah.

    “Kami ingin masyarakat bisa kembali berperan aktif melalui Siskamling seperti beberapa tahun lalu. Dengan Siskamling, akan tercipta aspek keamanan yang baik, aspek sosial yang baik, serta kondusifitas di setiap desa akan sangat terjaga,” ujar Bupati, Selasa (23/9/2025).

    SE Mendagri tersebut menekankan pentingnya kewaspadaan dini di tingkat RT/RW dengan diaktifkannya Siskamling dan pos ronda. Ach. Fauzi menyebut bahwa pengaktifan kembali sistem ini juga memerlukan perbaikan dan penyediaan sarana prasarana yang memadai.

    “Karena ini sifatnya mengaktifkan kembali, maka ada beberapa sarana dan prasarana yang harus diperbaiki dan dipersiapkan,” jelasnya.

    Pemkab Sumenep menargetkan, teknis pengaktifan Siskamling dapat segera dibahas bersama pihak terkait agar bisa mulai berjalan sebelum 31 Oktober 2025. “Tanggal 31 Oktober malam diharapkan sudah dilaksanakan kegiatan Siskamling itu. Tahapan mulai sosialisasi dan seterusnya, harus tuntas sebelum tanggal 31,” terangnya.

    Kapolres Sumenep, AKBP Rivanda, menyatakan dukungannya. Menurutnya, sinergi antara masyarakat, TNI, dan Polri sangat penting untuk mengaktifkan kembali ronda malam. “Itu adalah upaya agar di wilayah desa aman. Kalau malam hari ada yang jaga, jadi yang mau berniat jahat ini kan bisa berpikir ulang,” katanya.

    Sementara itu, Dandim 0827 Sumenep, Letkol Arm Bendi Wibisono, menilai Siskamling terbukti efektif menjaga keamanan wilayah. Dengan adanya ronda warga, setiap kejadian di tingkat desa bisa termonitor sejak dini.

    “Jadi apabila ada potensi kejadian negatif, bisa segera diantisipasi lebih awal. Ini memang perlu kerja sama masyarakat, aparat desa, dan Babinsa. Siskamling nanti pelaksananya masyarakat. Kami sifatnya membantu pengamanan,” ungkapnya. [tem/beq]

  • World Cleanup Day di Pantai Ambunten Sumenep, Relawan Kumpulkan 2,7 Ton Sampah

    World Cleanup Day di Pantai Ambunten Sumenep, Relawan Kumpulkan 2,7 Ton Sampah

    Sumenep (beritajatim.com) – Aksi bersih-bersih Pantai Ambunten Sumenep yang dilakukan ratusan relawan dalam World Cleanup Day (WCD) 2025 berhasil mengumpulkan sampah sebanyak 2,7 ton. Sampah tersebut dipungut dari area pesisir pantai dan didominasi plastik sekali pakai, botol minuman, hingga limbah rumah tangga. Seluruh sampah kemudian dikumpulkan dan diangkut ke TPA Sumenep.

    Ketua Tim WCD Kabupaten Sumenep, Fadel Abu Aufa mengatakan aksi tersebut bukan sekadar bersih-bersih, tetapi juga momentum mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan.

    “Jadi World Cleanup Day ini bukan hanya tentang mengumpulkan sampah, tapi bagaimana kita semua sadar bahwa laut dan pantai harus tetap bersih,” katanya, Senin (22/09/2025).

    Ia berharap aksi bersih-bersih sampah tersebut menjadi awal bagi kegiatan lingkungan lainnya di Desa Ambunten. “Semoga kesadaran ini tidak berhenti di hari ini saja. Semoga ada kegiatan-kegiatan lingkungan lainnya yang bisa memberikan edukasi secara berkala ke masyarakat,” ucapnya.

    World Cleanup Day merupakan gerakan aksi bersih sampah serentak di seluruh dunia setiap tahun dengan melibatkan jutaan relawan di berbagai negara. Di Sumenep, sebanyak 220 relawan ikut terlibat dalam aksi bersih-bersih pantai ini.

    Mereka berasal dari berbagai kalangan, mulai dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sumenep, Kecamatan Ambunten, warga Desa Ambunten Timur, Desa Ambunten Tangah, siswa SMAN 1 Ambunten, SMPN 1 Ambunten, Pramuka, Purna Paskibraka 25 Sumenep, TNI, ASA Sociopreneur, Pokmaswas Reng Paseser, OISCA, hingga warga lokal dan komunitas lingkungan lainnya.

    “Aksi ini menjadi bukti nyata bahwa kesadaran menjaga lingkungan semakin tumbuh, khususnya di kalangan generasi muda dan masyarakat pesisir,” ujar Fadel.

    Ia menambahkan kesadaran menjaga kebersihan pantai dan laut tidak hanya berdampak pada lingkungan, tetapi juga pada sektor ekonomi, pariwisata, hingga kesehatan masyarakat pesisir.

    Sementara Kepala Bidang Tata Lingkungan DLH Sumenep, Hasinudin, menyampaikan apresiasi atas partisipasi seluruh relawan. “Sampah 2,7 ton yang berhasil dikumpulkan menjadi bukti nyata bahwa persoalan sampah memang harus ditangani bersama,” ujarnya.

    Ia menegaskan DLH Sumenep berkomitmen mendukung kegiatan bersih-bersih sampah karena sejalan dengan program pemerintah daerah dalam mewujudkan lingkungan bersih dan berkelanjutan. [tem/ian]