kab/kota: Sumba

  • Pembanguan Sekolah Terdampak Gempa Garut 5.0 Gunakan Bata Plastik Daur Ulang

    Pembanguan Sekolah Terdampak Gempa Garut 5.0 Gunakan Bata Plastik Daur Ulang

    Liputan6.com, Garut – Yayasan Bakti Barito mengawali pembangunan sekolah SDN 3 Barusari, Kecamatan Pasirwangi, Garut, Jawa Barat, yang menjadi salah satu fasilitas pendidikan terdampak gempa Garut-Bandung megnitudo 5.0 beberapa waktu lalu, menggunakan bahan materian bata plastik daur ulang.

    Direktur Yayasan Bakti Barito, Dian Purbasari, mengatakan, penggunaan material bata plastik daur ulang dinilai lebih teruji di daerah gempa seperti Garut, sama halnya apa yang pernah diterapkan di Sumba dan Lombok.

    “Bahan ini lebih tahan gempa karena dia ringan, dan kemudian tidak menggunakan paku, tidak menggunakan bahan-bahan yang berat, sehingga mudah-mudahan ini bisa lebih tahan gempa,” ujar dia, Jumat (22/11/2024).

    Dalam prakteknya, pembangunan ini melibatkan Yayasan Kita Bisa dan Happy Hearth Indonesia. Dian menargetkan proses pembangunan sekolah ini selesai di bulan Desember sehingga dapat digunakan di tahun ajaran baru.

    “Sebagai daerah yang berada di dekat patahan, dan cukup rawan gempa, maka bangunan seperti ini bisa lebih mengakomodasi situasi kondisi di Garut,” ujar dia.

    Kepala Bidang Sekolah Dasar Dinas Pendidikan Kabupaten Garut, Suryana, menyatakan gempa Garut-Bandung magnitudo 5.0 September lalu, menyebabkan 28 bangunan sekolah terdampak.

    “Namun baru dua sekolah, yaitu SDN 3 Barusari dan SDN 4 Barusari, yang mendapat bantuan pembangunan,” kata dia.

    Menurutnya, material yang digunakan dalam pembangunan ini berasal dari sampah plastik daur ulang, sehingga lebih ramah lingkungan. Selain menjadi solusi pasca bencana, penggunaan bata daur ulang plastik, mengingatkan pemanfaatan sampah daur ulang plastik menjadi barang bermanfaat.

    “Dari segi material sangat ringan sekali. Tapi ada beberapa yang perlu diperhatikan ketika kan ini terbuat dari bahan plastik, mungkin plastik bakal mudah terbakar juga itu perlu diperhatikan,” kata dia.

    Kepala SDN 3 Barusari, Nenden, mengaku lega dengan pembangunan gedung baru ini, sehingga memberikan rasa nyaman bagi seluruh siswa dan seluruh pengajar dalam proses belajar mengajar.

    “Kami juga guru melaksanakan proses belajar mengajarnya lebih tenang, lebih aman. Digunakan di awal Februari mas, kita nunggu peresmian ya,” tandasnya.

    Bangunan baru ini mencakup empat ruang kelas, satu gedung yang direnovasi, serta dua toilet. Harapannya, langkah ini dapat mendorong semangat belajar siswa dan menjadi awal pemulihan pendidikan di wilayah terdampak bencana.

     

    Kisah Nelangsa Anak-Anak Pinggir Hutan Banyumas Bayar Sekolah dengan Ketela dan Pisang

  • Mantap! Tas Berbahan Tenun NTT Tembus Pasar Luar Negeri

    Mantap! Tas Berbahan Tenun NTT Tembus Pasar Luar Negeri

    Foto Bisnis

    ANTARA FOTO/Zaky Fahreziansyah – detikFinance

    Jumat, 22 Nov 2024 23:00 WIB

    Pamulang – Industri rumahan di Pamulang, Tangsel, membuat tas tenun kain khas Sumba. Tas berbahan tenun asal Nusa Tenggara Timur tersebut dipasarkan hingga luar negeri.

  • Menilik Daya Tarik Air Terjun Matayangu di Sumba Tengah NTT

    Menilik Daya Tarik Air Terjun Matayangu di Sumba Tengah NTT

    Liputan6.com, Jakarta Air Terjun Matayangu adalah salah satu destinasi alam yang mempesona yang berada di Desa Manurara Katikutana Selatan, Kabupaten Sumba Tengah Nusa Tenggara Timur (NTT). Air terjun ini menyuguhkan keindahan alam yang luar biasa.

    Ketinggian Air Terjun Matayangu bervariasi, dengan salah satu bagian mencapai sekitar 75 meter dan bagian lainnya setinggi 130 meter. Menciptakan pemandangan yang menakjubkan dan suasana yang sejuk serta menyegarkan.

    Keunikan dari air terjun ini terletak pada lokasinya yang masih relatif tersembunyi, jauh dari keramaian kota, sehingga memberikan pengalaman wisata yang lebih tenang dan alami bagi para pengunjung.

    Untuk masuk ke Air Terjun Matayangu, pengunjung hanya perlu mengeluarkan uang biaya retribusi sebesar Rp 5.000 di hari biasa dan Rp 7.500 di akhir pekan. Untuk mencapai Air Terjun Matanyagu, pengunjung harus melewati perjalanan yang cukup menantang, dengan jalur yang mengarah ke lokasi melalui jalan setapak yang terjal dan berbatu.

    Meskipun demikian, perjalanan menuju air terjun ini menawarkan pemandangan alam yang mempesona, dengan hutan tropis yang rimbun serta suara alam yang menenangkan.

    Setelah menempuh perjalanan sekitar 2-3 jam, pengunjung akan disambut dengan pemandangan air terjun yang mengalir deras, menciptakan kabut air yang menyegarkan di sekitarnya.

    Air Terjun Matayangu juga dikelilingi oleh kolam alami yang mempesona, dengan air berwarna hijau kebiruan yang dikelilingi oleh bebatuan. Meskipun belum banyak dikembangkan, kondisi alam yang masih terjaga dengan baik menjadikan Air Terjun Matanyagu sebagai salah satu surga tersembunyi yang patut dikunjungi

  • Mengikis politik identitas dalam Pilkada NTT

    Mengikis politik identitas dalam Pilkada NTT

    Kupang (ANTARA) – Pemungutan suara pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2024 kini tinggal menghitung hari. Masa kampanye pun tinggal tersisa hingga 23 November.

    Tak ketinggalan, masyarakat di Nusa Tengara Timur (NTT) juga akan memilih Gubernur dan Wakil Gubernur untuk memimpin provinsi berbasis kepulauan itu untuk 5 tahun ke depan (2024–2029).

    Saat ini ada tiga pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur NTT bersama timnya masing-masing tengah berjuang untuk merebut hati 3.988.372 pemilih yang akan menyalurkan hak suaranya di 9.866 tempat pemungutan suara (TPS) yang tersebar di 3.442 desa dan kelurahan, 315 kecamatan, dan 22 kabupaten/kota pada 27 November 2024.

    Ketiga pasangan calon itu adalah Melkiades Laka Lena-Johni Asadoma. Pasangan ini diusung gabungan 11 partai politik. Inilah koalisi terbesar yang hampir ekuivalen dengan Koalisi Indonesia Maju yang menghantar Prabowo Subianto menjadi presiden pada Pilpres 2024.

    Koalisi itu terdiri dari Golkar, Gerindra, PAN, Demokrat, PSI, Perindo, PPP, Gelora, PKN, Garuda, dan Prima. Keberadaan partai berbasis massa Islam, seperti PAN, PPP, dan Gelora, menjadi salah satu kekuatan untuk mendongkrak suara.

    Lalu duet calon Simon Petrus Kamlasi-Adrianus Geru. Pasangan ini didukung Partai Nasdem, PKB, dan PKS. Koalisi ini sama persis dengan bangunan koalisi di level nasional yang menjadi kendaraan bagi calon presiden Anies Rasyid Baswedan dalam Pilpres 2024.

    Kemudian pasangan calon Yohanis Ansy Lema-Jane Natalia Suryanto yang didukung tiga partai politik yakni PDI-Perjuangan, Hanura, dan Partai Bulan Bintang (PBB).

    Melihat konfigurasi dari ketiga pasangan calon yakni Ansy Lema-Jane Natalia Suryanto, Melki Laka Lena-Jhoni Asadoma dan Simon Petrus Kamlasi-Ande Garu tergambar bahwa Pilkada 2024 ini merupakan pertarungan sesama politikus.

    Jika kita menggunakan parameter geopolitik untuk menjelaskan basis dukungan dari tiga pasangan calon ini, maka dua calon gubernur dari Pulau Flores dan satu calon gubernur dari Pulau Timor.

    Aspek geopolitik

    Di NTT terdapat tiga pulau besar, yakni Pulau Flores dan Lembata serta Pulau Timor dan Pulau Sumba atau lazim disebut Flobamora.

    Pulau Flores yang terbentang dari Timur di Kabupaten Flores Timur hingga ujung barat di Kabupaten Manggarai Barat terdiri atas sembilan kabupaten dengan jumlah pemilih terbesar yakni mencapai 1.676.495 pemilih atau sekitar 42,01 persen dari 3.988.372 pemilih.

    Sementara, Pulau Timur yang meliputi Kota Kupang, Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Belu dan Malaka dengan jumlah pemilih 1.395.930 atau 35 persen dari total pemilih berdasarkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur NTT.

    Pulau Sumba, mulai dari Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat, hingga Sumba Barat Daya dengan jumlah pemilih 592.472 atau 14,8 persen dari DPT.

    Editor: Achmad Zaenal M
    Copyright © ANTARA 2024

  • BMKG: Lombok Bebas Debu Vulkanik Gunung Lewotobi karena Abu Bergeser ke Sumba

    BMKG: Lombok Bebas Debu Vulkanik Gunung Lewotobi karena Abu Bergeser ke Sumba

    Mataram, Beritasatu.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan debu vulkanik letusan Gunung Lewotobi Laki-laki di Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), kini sudah menghilang dari langit Pulau Lombok di Nusa Tenggara Barat (NTB).

    “Kondisi pantauan terakhir sebaran abu bergeser ke tenggara (Pulau Sumba) dengan ketinggian sekitar 3.300 meter,” kata Ketua Tim Data dan Analisis Stasiun Klimatologi BMKG NTB Bastian Andriano saat dihubungi di Mataram, Kamis (14/11/2204) dilansir Antara.

    Bastian mengatakan, sejak Rabu (13/11/2024) sore, Bandara Lombok sudah membuka kembali beberapa jadwal penerbangan dari dan menuju Lombok. Adapun untuk hari ini, jadwal penerbangan sudah kembali normal.

    Menurutnya, kondisi sebaran partikel debu vulkanik  letusan Gunung Lewotobi hari ini tidak seluas dan setinggi kemarin. “Berdasarkan pantauan terakhir, tidak ada sebaran abu di atas wilayah NTB,” ucap Bastian.

    Pada Rabu, BMKG mengungkapkan sebaran abu vulkanik Gunung Lewotobi Laki-laki sampai ke Pulau Lombok dan berada pada ketinggian 30.000 kaki atau sekitar 9.144 meter di atas permukaan laut.

    Jarak Lombok dengan Gunung Lewotobi Laki-laki sejauh sekitar 1.000 kilometer. Namun, tiupan angin barat hingga barat daya membuat partikel debu vulkanik  letusan Gunung Lewotobi menyebar ke lokasi yang jauh dari titik erupsi.

    Berdasarkan pemantauan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), aktivitas letusan Gunung Lewotobi Laki-laki saat ini tercatat landai. Tinggi kolom erupsi hanya 1-2 kilometer pada 13 November 2024 dan hari ini sejak pukul 00.00-06.00 Wita hanya setinggi 1-1,5 kilometer.

    Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ada 2.735 keluarga atau 12.200 jiwa mengungsi dan terkena dampak erupsi gunung berapi kembar tersebut.

  • 111 Pekerja Migran Asal NTT Meninggal di Luar Negeri dalam Tahun 2024
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        11 November 2024

    111 Pekerja Migran Asal NTT Meninggal di Luar Negeri dalam Tahun 2024 Regional 11 November 2024

    111 Pekerja Migran Asal NTT Meninggal di Luar Negeri dalam Tahun 2024
    Tim Redaksi
    KOMPAS.com
    – Sebanyak 111
    pekerja migran
    Indonesia asal Nusa Tenggara Timur (NTT) meninggal di luar negeri dalam rentang waktu 11 bulan terakhir.
    Kepala Balai Pelayanan Perlindungan
    Pekerja Migran
    Indonesia (BP3MI) NTT Suratmi Hamida mengatakan, 111 pekerja migran itu tercatat meninggal sejak bulan Januari hingga November 2024.
    “Data yang masuk itu tercatat hingga tanggal 9 November 2024,” kata Suratmi kepada Kompas.com di Kupang, Senin (11/11/2024) pagi.
    Suratmi menyebut, dari 111 pekerja migran yang meninggal, hanya lima orang yang bekerja secara legal. Sedangkan sisanya tak memiliki dokumen alias ilegal.
    Paling banyak yang meninggal berasal dari Kabupaten Malaka yakni 23 orang. Disusul Kabupaten Belu 14, Kabupaten Flores Timur 13 orang dan Kabupaten Ende 10 orang.
    Kemudian, Kabupaten Timor Tengah Selatan tujuh orang, Kabupaten Timor Tengah Utara dan Kabupaten Kupang, masing-masing enam orang.
    Kota Kupang, Kabupaten Sikka dan Kabupaten Negekeo, Masing-masing lima orang. Kabupaten Sumba Barat Daya empat orang, Kabupaten Sumba Barat dan Kabupaten Manggarai, masing-masing tiga orang.
    Kemudian, Kabupaten Sumba Timur, Kabupaten Manggarai Timur dan Kabupaten Ngada, masing-masing dua orang, serta Kabupaten Lembata satu orang.
    “Dari 111 yang meninggal, paling banyak laki-laki yakni 83 orang. Sedangkan 28 orang adalah perempuan,” kata dia.
    “Rata-rata meninggal karena sakit paru-paru dan ginjal kronis, serta kecelakaan kerja. Paling banyak bekerja di Malaysia,” ujar dia.
    Sebagian besar jenazah para pekerja migran telah dipulangkan dan dimakamkan di kampung halaman masing-masing. Hanya dua orang yang dimakamkan di luar negeri. 
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Geger Bukti Penting Dunia Hilang Ditemukan, Peneliti Tunjuk Indonesia

    Geger Bukti Penting Dunia Hilang Ditemukan, Peneliti Tunjuk Indonesia

    Jakarta, CNBC Indonesia – Misteri suatu wilayah dari masa lalu yang belum terungkap atau ‘dunia hilang’ sering menjadi perbincangan. Siapa sangka, ‘dunia hilang’ juga ada di Indonesia.

    Adalah Sumba, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), yang menjadi ‘dunia hilang’ dari Indonesia. Para ilmuwan mengatakan pulau itu merupakan rumah bagi berbagai hewan yang sebagian besar telah punah, antara lain gajah mini, spesies tikus, kadal raksasa, hingga spesies komodo.

    Fakta ini dibeberkan para ilmuwan dalam jurnal berjudul ‘Proceedings of the Royal Society B’. Laporan itu merujuk pada penemuan fosil hewan-hewan tersebut.

    Dikutip dari Mongabay, Sabtu (10/11/2024), laporan itu memaparkan fosil beragam spesies tersebut hidup di Sumba sekitar 12.000 tahun yang lalu. Bahkan, laporan itu mendapati temuan serius yang memungkinkan bahwa hewan-hewan langka dulu awalnya hidup di wilayah Sumba.

    Hal ini semakin meyakinkan ketika ditemukannya fosil komodo yang saat ini hanya bermukim di Pulau Komodo, Flores. Fakta ini juga memancing asumsi bahwa hewan yang kini termasuk langka itu sebenarnya berasal dari Sumba.

    Ekspedisi untuk meneliti hewan-hewan punah ini berlangsung dari 2011 hingga 2014 oleh tim peneliti dari Zoological Society of London (ZSL).

    Mereka mengoleksi fosil dari Sumba, sebagai bagian dari kepulauan yang dulu dinamai ‘Wallacea’. Area ini berasal dari biologis Alfred Russel Wallace yang pertama kali memberikan batasan wilayah berdasarkan penyebaran spesies hewan di Indonesia pada abad ke-19.

    Wilayah di dalam Wallacea termasuk Sumba, Sulawesi, Lombok, Flores, Halmahera, Buru, dan Seram. Wilayah Wallacea mendulang popularitas pada 2004, ketika kelompok arkeologi mengumbar fosil makhluk punah yang dinamai ‘hobbit’ atau Homo Floresiensis. Makhluk ini ditemukan di Flores, bagian utara dari Sumba.

    Hingga kini, riset tentang Sumba sendiri masih sangat jarang. Survei soal fosil dan kehidupan liar di sana belum terlalu banyak dilakukan.

    “Mungkin karena terlalu banyak pulau di Indonesia untuk dipelajari. Masih jarang biologis atau paleontologis yang fokus pada wilayah beragam di Indonesia,” kata Samuel Turvey, anggota peneliti di ZSL.

    Para ilmuwan berharap penelitian lebih lanjut di Sumba bisa dilakukan untuk mendapatkan pencerahan soal evolusi spesies di area tersebut.

    “Penemuan di area ini bisa membuka wawasan yang menakjubkan soal dunia yang hilang. Ada banyak hewan yang berevolusi di kepulauan Wallacea yang terisolasi namun kemudian punah seiring munculnya peradaban manusia modern,” Turvey menjelaskan.

    (mkh/mkh)

  • Bandara Komodo kembali ditutup dampak erupsi Gunung Lewotobi

    Bandara Komodo kembali ditutup dampak erupsi Gunung Lewotobi

    Pada hari ini Bandara Komodo dinyatakan close (tutup) untuk penerbangan sesuai dengan NOTAM (pemberitahuan resmi) yang sudah diterbitkan hingga pukul 20.00 WitaLabuan Bajo (ANTARA) – Bandara Komodo Labuan Bajo di Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), Nusa Tenggara Timur (NTT) kembali ditutup sementara pada Minggu (10/11) setelah hasil paper test menunjukkan hasil positif terpapar sebaran abu vulkanik Gunung Lewotobi Laki-Laki.

    Kepala Unit Penyelenggara Bandar Udara (UPBU) Komodo Labuan Bajo Ceppy Triono dihubungi di Labuan Bajo, Minggu mengatakan penutupan sementara bandara berstatus internasional itu dilakukan hingga pukul 20.00 Wita.

    “Pada hari ini Bandara Komodo dinyatakan close (tutup) untuk penerbangan sesuai dengan NOTAM (pemberitahuan resmi) yang sudah diterbitkan hingga pukul 20.00 Wita,” kata Ceppy.

    Ceppy menambahkan sebanyak 30 penerbangan dibatalkan akibat penutupan bandara itu.

    “NOTAM diterbitkan setelah dilakukan rapat Colaborative Decision Making (CDM) yang melibatkan pihak bandara, Airnav, BMKG serta seluruh airlines dengan memperhatikan arah debu vulkanik Gunung Lewotobi Laki-laki yang bergerak menutupi seluruh ruang udara di atas Pulau Flores yang berbahaya bila dilakukan penerbangan,” jelas Ceppy.

    Terpisah, Kepala Stasiun Meteorologi Komodo Maria Seran mengatakan salah satu pertimbangan penutupan sementara Bandara Komodo Labuan Bajo adalah informasi BMKG terkait potensi sebaran abu vulkanik yang didukung oleh data realtime satelit.

    “Memang dari pantauan satelit 1-2 jam terakhir menunjukkan bahwa sebaran abu vulkanik dari erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki masih tetap terpantau berada di ruang udara Manggarai Barat,” katanya.

    Ia menjelaskan sebaran abu vulkanik erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki terpantau semakin meluas ke wilayah selatan, Pulau Sumba dan wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) bagian timur.

    BMKG, lanjut dia, mengimbau masyarakat Manggarai Barat untuk mulai kenakan masker saat beraktivitas di luar ruangan, mengingat sebaran abu vulkanik Gunung Lewotobi Laki-laki yang berada dan melayang di ruang udara kabupaten itu.

    “Sehingga dapat terjaga kesehatan paru-paru walaupun abu vulkanik yang sampai di Manggarai Barat tidak sepekat abu vulkanik di daerah lain di Pulau Flores,” katanya.

    Sebelumnya, akibat sebaran abu vulkanik Gunung Lewotobi Laki-laki Bandara Komodo Labuan Bajo sempat ditutup sementara pada Senin (4/11) dan kembali dibuka pada Selasa (5/11) lalu.

    Pewarta: Gecio Viana
    Editor: Ahmad Wijaya
    Copyright © ANTARA 2024

  • Gempa M 3,3 Terjadi di Sumba Barat Daya

    Gempa M 3,3 Terjadi di Sumba Barat Daya

    Jakarta

    Gempa bumi dengan magnitudo (M) 3,3 terjadi di Kabupaten Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur (NTT). Gempa ada pada kedalaman 24 kilometer.

    “(Gempa) 119 km barat laut Kodi-Sumba Barat Daya-NTT,” tulis BMKG melalui akun X-nya, Rabu (6/11/2024).

    Gempa terjadi pada pukul 23.53 WIB. Gempa ada pada titik koordinat 9,52 lintang selatan dan 117,91 bujur timur.

    “Informasi ini mengutamakan kecepatan, sehingga hasil pengolahan data belum stabil dan bisa berubah seiring kelengkapan data,” jelas BMKG.

    Hingga kini, belum diketahui dampak dari gempa bumi tersebut.

    (fas/fas)

  • Heboh Dunia Hilang Ditemukan di Wilayah RI, Ini Lokasinya

    Heboh Dunia Hilang Ditemukan di Wilayah RI, Ini Lokasinya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sebuah ‘dunia’ yang hilang ditemukan di wilayah Indonesia. Ini berawal ketika para ilmuwan menyatakan bahwa Sumba merupakan rumah bagi berbagai hewan yang sebagian besar telah punah pada ribuan tahun lalu.

    Adapun hewan yang sudah punah tersebut, diantaranya gajah mini, tikus, kadal raksasa, hingga dengan spesies komodo.

    Pernyataan itu terungkap dalam jurnal berjudul ‘Proceedings of the Royal Society B’. Laporan merujuk pada penemuan fosil hewan-hewan tersebut. Laporan itu menyebut fosil beragam spesies tersebut hidup di Sumba sekitar 12.000 tahun yang lalu, dikutip dari Mongabay, Sabtu (2/11/2024).

    Bahkan, laporan itu mendapati temuan serius yang memungkinkan bahwa hewan-hewan langka awalnya hidup di wilayah Sumba. Hal ini makin meyakinkan ketika ditemukannya fosil komodo yang saat ini hanya bermukim di Pulau Komodo, Flores.

    Penemuan itu kemudian memancing asumsi bahwa hewan yang kini termasuk langka itu sebenarnya berasal dari Sumba.

    Ekspedisi untuk meneliti hewan-hewan punah ini berlangsung dari 2011 hingga 2014. Tim peneliti berasal dari Zoological Society of London (ZSL). Mereka mengoleksi fosil dari Sumba, sebagai bagian dari kepulauan yang dulu dinamai ‘Wallacea’. Area ini berasal dari biologis Alfred Russel Wallacea yang pertama kali memberikan batasan wilayah berdasarkan penyebaran spesies hewan di Indonesia pada abad ke-19.

    Wilayah di dalam Wallacea termasuk Sumba, Sulawesi, Lombok, Flores, Halmahera, Buru, dan Seram. Wilayah Wallacea mendulang popularitas pada 2004, ketika kelompok arkeologi mengumbar fosil makhluk punah yang dinamai ‘hobbit’ atau Homo Floresiensis. Makhluk ini ditemukan di Flores, bagian utara dari Sumba.

    Hingga kini, riset tentang Sumba sendiri masih sangat jarang. Survei soal fosil dan kehidupan liar di sana belum terlalu banyak dilakukan.

    “Mungkin karena terlalu banyak pulau di Indonesia untuk dipelajari. Masih jarang biologis atau paleontologis yang fokus pada wilayah beragam di Indonesia,” kata Samuel Turvey, anggota peneliti di ZSL.

    Para ilmuwan berharap penelitian lebih lanjut di Sumba bisa dilakukan untuk mendapatkan pencerahan soal evolusi spesies di area tersebut.

    “Penemuan di area ini bisa membuka wawasan yang menakjubkan soal dunia yang hilang. Ada banyak hewan yang berevolusi di kepulauan Wallacea yang terisolasi namun kemudian punah seiring munculnya peradaban manusia modern,” terang Turvey.

    Dunia Hilang di Spanyol
    Tak cuma Indonesia, ada pula dunia hilang yang ditemukan di Spanyol. Atlantis yang dikenal sebagai dunia yang hilang berhasil ditemukan melalui sebuah penelitian dari Spanyol.

    Peneliti menemukan beberapa pulau yang tenggelam di dekat Kepulauan Canary.

    “Ini mungkin asal muasal legenda Atlantis,” kata kepala proyek yang mempelajari aktivitas gunung berapi di Kepulauan Canary, Luis Somoza, dikutip dari Live Science.

    Lokasi tersebut, Gunung Los Atlantes adalah serangkaian pulau pada zaman Eocene dari 56 juta hingga 34 juta tahun lalu. Namun gunung telah berhenti meletus dan laharnya memadat, membuat pulau-pulau tenggelam.

    Gunung Los Atlantes berada paling timur dari Kepulauan Canary. Pulau berada di gunung bawah laut yang tidak aktif dengan diameter 50 kilometer dan berada di 2,3 km bawah permukaan laut.

    “Ini merupakan pulau-pulau di masa lalu dan tenggelam, sekarang masih tenggelam persis seperti yang diceritakan dalam legenda Atlantis,” imbuhnya.

    Para peneliti menemukannya saat menjelajahi dasar laut lepas pantai timur Lanzarote. Mereka menggunakan kendaraan yang dikontrol dari jarak jauh (remotely operated vehicle/ROV) pada kedalaman antara 330 hingga 8.200 (100-2.500 meter).

    Menurutnya, tim peneliti berhasil menemukan bagian pantai, tebing dan bukit pasir di lokasi tersebut. Pasir yang menutupi batuan vulkanik kemungkinan telah mengendap saat tenggelam.

    Para peneliti juga menemukan beberapa pantai tidak tenggelam terlalu dalam. Kedalamannya berkisar 60 meter di bawah permukaan laut.

    Mereka juga menemukan gunung berapi tidak aktif dan menjadi pulau saat permukaan air laut rendah saat zaman es terakhir. Sementara saat era tersebut berakhir, pulau akhirnya tenggelam.

    “Pulau-pulau ini dihuni oleh para satwa liar,” ucapnya.

    (fsd/fsd)