kab/kota: Sukabumi

  • Respons BPJS Kesehatan soal Balita di Sukabumi Meninggal Imbas Tubuh Penuh Cacing

    Respons BPJS Kesehatan soal Balita di Sukabumi Meninggal Imbas Tubuh Penuh Cacing

    Jakarta

    Seorang balita di Sukabumi, Jawa Barat, meninggal dunia akibat infeksi cacing di tubuhnya. Dia sempat dibawa ke rumah sakit untuk mendapat penanganan namun diketahui anak tersebut tidak memiliki kartu identitas sehingga pengurusan BPJS Kesehatannya tertunda.

    “Ketika Raya kami larikan ke RSUD dan malamnya harus masuk PICU, ternyata Raya tidak memiliki kartu identitas yang otomatis tidak memiliki BPJS Kesehatan baik yang bantuan pemerintah apalagi yang mandiri,” kata pengisi suara dalam video tersebut.

    BPJS Kesehatan buka suara mengenai insiden tersebut. Pihaknya mengatakan Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang tercatat di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, merupakan salah satu syarat dalam proses pendaftaran sebagai peserta JKN.

    “Sebab, NIK merupakan identitas yang melekat ke setiap penduduk Indonesia dari awal lahir sampai tutup usia. Oleh karena itu, penting bagi setiap orang untuk mengurus dan memiliki NIK,” ucap Kepala Humas BPJS Kesehatan Rizzky Anugrah kepada detikcom, Rabu (20/8/2025).

    Rizzky menambahkan bagi warga kurang mampu, dapat diusulkan untuk didaftarkan sebagai peserta yang ditanggung pemerintah, baik oleh pemerintah pusat (PBI), maupun oleh pemerintah daerah (PBPU Pemda), sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

    Diberitakan sebelumnya, balita malang itu tidak memiliki KK maupun BPJS. Kondisi itu membuat proses pengobatan Raya tersendat, hingga akhirnya ia melapor ke relawan Rumah Teduh untuk mencari bantuan.

    (kna/kna)

  • Potret Miris Bangunan Madrasah Ambruk di Sukabumi, Siswa Terpaksa Belajar di Masjid

    Potret Miris Bangunan Madrasah Ambruk di Sukabumi, Siswa Terpaksa Belajar di Masjid

     

    Liputan6.com, Sukabumi – Bangunan Madrasah Diniyah (MD) Nurul Hikmah di Kampung Ciburial, Desa Gunungguruh, Kecamatan Gunungguruh, Kabupaten Sukabumi, ambruk menyebabkan aktivitas pembelajaran puluhan siswa jadi terhambat.

    Informasi yang dihimpun Liputan6.com, peristiwa bangunan madrasah ambruk terjadi pada Selasa malam (19/8/2025). Sebanyak tiga ruang kelas yang selama ini menjadi tempat belajar 90 siswa MD Nurul Hikmah, kini hancur.

    Kepala MD Nurul Hikmah, Yeti Paridayati menyebutkan, tanda-tanda kerusakan sebenarnya sudah terlihat sejak lama. Bahkan, satu bulan sebelum ambruk total, sebagian atap depan sudah roboh.

    “Kemarin sudah kelihatan lapuk. Malam itu hujan deras, banyak warga dengar suara kretek-kretek dari atap. Tidak lama, seluruh atap-plafon, genting, dan kayu penyangganya jatuh bersamaan sekitar pukul 22.55 WIB. Alhamdulillah kejadiannya malam, jadi tidak ada anak-anak di sekolah,” kata Yeti dalam keterangannya pada Rabu (20/8/2025).

    Kegiatan belajar tak sepenuhnya berhenti. Demi tetap berlangsungnya pendidikan agama, para siswa dipindahkan ke ruang-ruang darurat. 

    Kelas 3 hingga kelas 6 kini belajar di sebuah majelis tak jauh dari rumah Yeti, sedangkan kelas 1 dan kelas 2 menumpang di masjid depan sekolah.

    Belajar dalam Ruangan Sempit

    Meski dapat tumpangan, kondisi darurat itu jauh dari kata ideal. Ruang belajar sempit dan harus dipakai bergantian. Sebelum roboh pun, Yeti mengaku sekolah sudah mengalami keterbatasan ruang. 

    Dari empat ruangan yang tersedia, tiga dipakai belajar dan satu dijadikan kantin. Agar semua siswa tertampung, ruang kelas disekat seadanya.

    “Kami sekat ruangan jadi beberapa kelas. Anak-anak belajar berdesakan. Sekarang malah tambah sulit karena harus pindah ke majelis dan masjid,” katanya.

     

  • Cerita dan Pengakuan Ibunda Raya, Bocah 3 Tahun yang Meninggal usai Ditemukan Cacing dalam Tubuh

    Cerita dan Pengakuan Ibunda Raya, Bocah 3 Tahun yang Meninggal usai Ditemukan Cacing dalam Tubuh

    Balita ini menjadi sorotan usai kondisinya terinfeksi cacing parah viral di media sosial. Keadaan kritis Raya dibagikan oleh akun Rumah Teduh, dalam video 9 menit itu terlihat cacing keluar dari hidung dan feses. 

    Dalam video itu juga disebut jika Raya tinggal bersama kedua orang tua yang mengalami gangguan kejiwaan (ODGJ). Sehingga lepas dari pengasuhan. 

    Meskipun kondisi Raya sudah lama mengkhawatirkan, Endah mengakui bahwa putrinya belum pernah dibawa ke rumah sakit atau puskesmas. Perawatan yang dilakukan selama ini bersifat tradisional.  

    “Belum pernah ke rumah sakit, belum pernah ke puskesmas. Biasanya saya hanya memandikannya dengan air hangat dan daun singkong. Iya, secara tradisional,” ungkapnya. 

    Kondisi kian memburuk, Raya pun akhirnya dibawa ke salah satu rumah sakit di Sukabumi menggunakan ambulans. 

    Namun, Endah masih belum tahu pasti penyakit apa yang diderita putrinya. “Belum tahu kalau ada penyakit dalamnya,” ucapnya. 

    Tak lama kemudian, sebuah temuan mengejutkan terungkap. Tim dokter mendiagnosis Raya menderita cacingan parah. 

    “Banyak cacing, cacingnya ada yang ukurannya sekilo. Berarti sudah besar di dalam perut,” kata Endah. 

    Dia tidak tahu pasti penyebab cacing bersarang dalam tubuh anaknya. Apakah dari makanan atau faktor lain. Endah menegaskan bahwa mereka tidak memelihara hewan peliharaan di rumah, bahkan ayam sekali pun. 

  • VIDEO: Tragedi Balita Sukabumi Tewas, Dedi Mulyadi Murka!

    VIDEO: Tragedi Balita Sukabumi Tewas, Dedi Mulyadi Murka!

    Seorang balita di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, meninggal dunia dalam kondisi memilukan. Tubuh mungilnya diduga dipenuhi cacing parasit. Kisah tragis ini membuat Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, geram. Dalam momentum peringatan HUT ke-80 Provinsi Jawa Barat, ia menilai birokrasi dari atas hingga RT lalai dan tidak punya empati terhadap warganya.

    Ringkasan

  • Eks Pejabat WHO Ikut Soroti Kasus Cacingan di Balita Sukabumi, Wanti-wanti Ini

    Eks Pejabat WHO Ikut Soroti Kasus Cacingan di Balita Sukabumi, Wanti-wanti Ini

    Jakarta

    Belum lama ini balita di Sukabumi, Jawa Barat, dilaporkan terkena infeksi cacing nyaris di seluruh tubuhnya. Ia dalam kondisi kekurangan cairan berat saat mendatangi IGD RSUD Syamsudin.

    dr Irfan yang menangani balita bernama Raya tersebut, semula bahkan menemukan cacing keluar dari hidungnya. Endah (30), ibu Raya mengaku tidak pernah mengetahui riwayat infeksi cacing yang dialami anaknya, sebelum meninggal dunia.

    Raya kala itu diduga memiliki riwayat penyakit tuberkulosis (TBC).

    “Iya ada cacing, katanya ada yang ukuran sekilo, berarti udah besar dalam perut. Nggak tahu dari makanan atau dari mana itu cacingnya,” cerita Endah, kepada detikJabar, dikutip Rabu (20/8/2025).

    Pemeriksaan menunjukkan adanya cacing gelang atau ascaris lumbricoides di tubuh Raya, memicu kondisi tak stabil hingga meninggal.

    Menurut dr Irfan, infeksi bisa terjadi ketika telur cacing tertelan, baik melalui makanan, minuman, ataupun tangan yang kotor. “Telur akan menetas di usus, lalu berkembang menjadi larva yang bisa menyebar lewat aliran darah ke organ-organ, bahkan otak. Itu sebabnya pasien bisa tidak sadar,” jelas dr Irfan.

    Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama ikut menyoroti kasus terkait. Menurutnya, perlu ada pemantauan atau tindak lanjut pada sekitar pemukiman tempat raya tinggal.

    Terlebih, saat mengetahui adanya infeksi cacing. “Ini melihat kemungkinan cacing di lingkungan sekitarnya dan penanganan segera supaya tidak ada kasus yang menyedihkan lagi,” tandas dia, dalam keterangan tertulis yang diterima detikcom Rabu (20/8).

    Mengacu penjelasan WHO, Prof Tjandra menekankan penyakit cacing merupakan infeksi yang dipicu berbagai jenis parasit cacing. Salah satunya seperti yang dilaporkan pada kasus Raya, yakni cacing gelang ‘Ascaris lumbricoides.

    Adapula cacing cambuk Trichuris trichiura dan cacing tambang yang dapat berupa “Necator americanus” serta “Ancylostoma duodenale”.

    Ia mewanti-wanti penularan bisa terjadi melalui telur cacing yang ada dalam tinja kemudian mengkontaminasi tanah, utamanya saat sanitasi di daerah setempat relatif buruk.

    “Telur cacing tersebut dapat tertelan oleh anak-anak yang bermain di tanah yang terkontaminasi, lalu memasukkan tangan mereka ke dalam mulut tanpa mencucinya. Tentu saja ada cara penularan lain seperti melalui air yang tercemar dan lain-lain,” wanti-wantinya.

    Gangguan nutrisi anak yang cacingan

    Anak-anak yang terpapar infeksi cacing disebut Prof Tjandra bisa mengalami gangguan fisik dan nutrisi. Artinya, gizi tidak bisa diserap dengan baik.

    “Untuk penanganan kecacingan ini maka WHO menyampaikan setidaknya ada empat pendekatan, yaitu konsumsi obat cacing secara berkala, penyuluhan kesehatan, memperbaiki sanitasi dan kalau sudah terjadi penyakit maka sebenarnya sudah tersedia obat yang aman dan efektif untuk mengobatinya,” saran dia.

    WHO sudah mencanangkan target global pengendalian kecacingan pada 2030, ia juga berharap Indonesia memberikan target eliminasi kasus yang jelas atas laporan kecacingan.

    “Apalagi kalau kita akan menyongsong Indonesia Emas 2045 yang tentu tidak elok kalau masih ada masalah kecacingan di masa itu nantinya,” pungkas dia.

    Halaman 2 dari 2

    (naf/kna)

  • Amarah Dedi Mulyadi di Balik Dukanya Terhadap Raya, Bocah yang Meninggal dengan Tubuh Penuh Cacing – Page 3

    Amarah Dedi Mulyadi di Balik Dukanya Terhadap Raya, Bocah yang Meninggal dengan Tubuh Penuh Cacing – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Raya, seorang bocah berusia tiga tahun di Kampung Padangenyang, Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, meninggal dunia karena infeksi cacing gelang.

    Kabar ini pun terdengar oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Dibalik rasa dukanya, dia menyimpan rasa geram karena banyak yang abai akan kondisi Raya.

    “Saya menyampaikan prihatin dan rasa kecewa yang mendalam, serta permohonan maaf atas meninggalnya seorang balita berusia 3 tahun, dan dalam tubuhnya dipenuhi cacing,” kata dia seperti dikutip dalam akun Instagramnya @dedimulyadi71, Rabu (20/8/2025).

    Dedi Mulyadi mengaku sudah berkomunikasi dengan dokter yang menangani jenazah Raya, yang disebutnya balita tersebut meninggal dunia karena cacingan.

    “Ibunya mengalami gangguan kejiwaan atau ODGJ, dia sering dirawat oleh neneknya, dan bapaknya mengalami penyakit paru-paru,TBC. Dan dia sejak balita terbiasa di kolong rumah itu bersatu dengan ayam dan kotoran. Sehingga dimungkinkan dia seringkali, tangannya tidak pernah dicuci, mulutnya kemasukan cacingan, sehingga menimbulkan cacingan yang akut,” ungkap dia.

    Melihat kondisi keluarga dan korban inilah yang membuat Politikus Gerindra itu geram, khususnya ke aparatur desa Cianaga tersebut.

     

  • Beraksi saat Subuh, Dua Maling Motor di Kebon Jeruk Babak Belur usai Disergap Warga – Page 3

    Beraksi saat Subuh, Dua Maling Motor di Kebon Jeruk Babak Belur usai Disergap Warga – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Warga Jalan Assofa I, Sukabumi Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, berhasil membekuk dua pria yang diduga mencuri sepeda motor. Sebelum diserahkan ke polisi, warga sempat melepas pakaian para pelaku, mengikat, dan menghajar keduanya hingga babak belur.

    “Benar, kedua pelaku sudah kita amankan ke Polsek,” kata Kapolsek Kebon Jeruk, Kompol Nur Aqsha Ferdianto, dikutip dari Antara, Selasa (19/8/2025).

    Ia menjelaskan, kedua pelaku beraksi saat subuh, namun aksi mereka dipergoki warga hingga keduanya berujung ditangkap dan ramai-ramai dihajar warga.

    “Tadi pagi setelah mendapat laporan, personel kita langsung ke lokasi dan mengamankan kedua pelaku,” katanya. 

     

  • Viral Bocah di Sukabumi Meninggal usai Tubuhnya Dipenuhi Cacing Gelang

    Viral Bocah di Sukabumi Meninggal usai Tubuhnya Dipenuhi Cacing Gelang

    Jakarta

    Baru-baru ini viral bocah di Sukabumi, Jawa Barat, bernama Raya, meninggal dunia setelah tubuhnya dipenuhi cacing gelang. Pihak keluarga mengungkap anak tersebut sempat didiagnosis dokter tuberkulosis (TB/TBC).

    “Saya yang bawa berobat, kata dokter (kena) TB,” kata Sarah (25), bibinya Raya, dikutip dari detikJateng.

    Tak disangka, Raya mengidap penyakit yang lebih serius. Pihak keluarga baru mengetahuinya saat bocah itu telah meninggal dunia. Menurut Sarah, keponakannya itu juga kerap bermain di tanah. Ia juga menyebut Raya terlihat kotor sehari-harinya.

    “Nggak tau, jadi begitu sampai di sini dikabari bahwa banyak cacing dan segala macamnya. Baru tahunya pas udah meninggal. Nggak tahu bisa seperti itu,” ungkap Sarah sambil terisak.

    “Dari pola hidup suka main di tanah si anak, di dapur suka cumang cemong, emang iya sehari-harinya begitu,” katanya lirih. Ia menambahkan Raya tak memiliki BPJS dan identitas administrasi kependudukan.

    Tak Pernah Dibawa ke Rumah Sakit

    Sementara itu, ibu Raya, Endah (30) duduk dengan tatapan kosong. Dalam video yang viral, disebutkan Endah mengalami gangguan mental sama seperti suaminya, Udin. Meski begitu, dia berusaha menjawab setiap pertanyaan awak media meski suaranya pelan.

    Endah melanjutkan, dirinya tidak pernah membawa Raya berobat ke rumah sakit atau puskesmas. Jika sakit, dia hanya mengobatinya dengan cara tradisional.

    Ia juga menceritakan bagaimana Raya akhirnya dibawa oleh relawan Rumah Teduh dengan ambulans.

    “Informasi dari orang sana, katanya anaknya sakit. (Relawan) datang ke sini dan (Raya) langsung dibawa sama ambulans, dirawat di rumah sakit. Sebelumnya nggak pernah ngecek ke puskesmas,” jelas Endah.

    Tentang penyebab kematian Raya, Endah mengaku baru tahu setelah mendapat kabar dari relawan.

    “Iya ada cacing, katanya ada yang ukuran sekilo, berarti udah besar dalam perut. Nggak tahu dari makanan atau dari mana itu cacingnya,” ucap Endah.

    Di sisi lain, Plt Camat Kabandungan, Budi Andriana, juga merespons soal kasus yang viral ini. Ia menyebut peristiwa itu terjadi di wilayahnya, tepatnya Kampung Padangenyang, Desa Cianaga.

    “Tadi mungkin sudah disampaikan oleh kepala desa, dari pembina desa, dari puskesmas. Sebetulnya itu terkait pola asuh, memang terkait pola asuh bukan kewenangan kami, karena terkait dengan keluarga. Mungkin tadi ketika ada kasus seperti itu, kami pun awalnya tidak tahu, alhamdulillah dengan koordinasi sebetulnya sudah berjalan,” kata Budi.

    Ia mengungkap, sejak kecil Raya sudah dilaporkan memiliki kondisi keluarga yang serba terbatas.

    Bagaimana Seseorang Bisa Terinfeksi Cacing Gelang?

    Jalur masuk cacing gelang ke dalam tubuh bergantung pada jenisnya. Banyak parasit ini masuk melalui mulut. Infeksi sering terjadi ketika seseorang menyentuh kotoran atau tanah yang terkontaminasi telur cacing, lalu tidak mencuci tangan (dikenal sebagai jalur fekal-oral).

    Infeksi cacing kremi misalnya, biasanya terjadi karena menyentuh telur yang diletakkan di sekitar anus, lalu tanpa sadar terbawa ke mulut.

    Seseorang juga bisa tidak sengaja menelan telur cacing gelang saat menyiapkan makanan atau menyentuh tanah yang tercemar. Setelah masuk ke tubuh, telur tersebut akan menetas di dalam usus.

    Untuk jenis cacing gelang lainnya, telur bisa tersembunyi di dalam makanan yang dikonsumsi. Dalam beberapa kasus, larva bahkan dapat masuk langsung melalui kulit.

    Apa pun jalur masuknya, sebagian besar cacing gelang akhirnya akan bermuara di usus dan menimbulkan infeksi atau penyakit.

    Siapa saja yang berisiko terkena cacing gelang?

    Siapa pun bisa terkena cacing gelang. Infeksi cacing gelang lebih umum terjadi pada anak-anak dan orang-orang yang:

    Hidup dalam kemiskinan, terutama di wilayah terbelakang di dunia.Tinggal di daerah beriklim hangat.Tinggal di suatu lembaga, seperti penjara atau fasilitas kesehatan mental.Tidak menerapkan kebersihan yang baik.

    Halaman 2 dari 4

    (suc/suc)

  • Ibu Gangguan Jiwa dan Ayah TBC, Bocah 4 Tahun Meninggal Tubuhnya Penuh Cacing, Bertelur Sampai Otak

    Ibu Gangguan Jiwa dan Ayah TBC, Bocah 4 Tahun Meninggal Tubuhnya Penuh Cacing, Bertelur Sampai Otak

    GELORA.CO –  Kasus kesehatan memprihatinkan terjadi di Sukabumi, Jawa Barat. Seorang bocah usia 4 tahun meninggal dunia dengan tubuh yang dipenuhi oleh cacing.

    Bocah tersebut mengidap cacingan akut, bahkan cacing yang bersarang di tubuhnya sudah bertelur sampai ke otak.

    Peristiwa ini menimpa anak bernama Raya (4) di Desa Cinaga, Kecamatan Kabandunga, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

    Ia meninggal dunia setelah sempat koma dan beberapa hari menjalani perawatan di rumah sakit.

    Kisah Raya ini juga dibagikan oleh akun instagram @rumah_teduh_sahabat_iin. 

    Raya yang masih sangat kecil seringkali berada di kolong rumah bersama dengan ayam dan kotoran. Diduga, tubuhnya digerogoti ribuan cacing pita karena lingkungan yang tidak bersih.

    Ibu Raya, mengalami gangguan jiwa. Sementara ayahnya, mengidap penyakit TBC, yaitu penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri bernama Mycobacterium tuberculosis.

    TBC alias Tuberkulosisatau sering juga disebut TB dan paling sering menyerang paru-paru.

    Ribuan cacing pita, bersarang dalam tubuh mungil Raya. Entah sudah berapa lama, dalam video yang dibagikan oleh Instagram @rumah_teduh_sahabat_iin, disebutkan berdasar hasil CT Scan telur cacing tersebut sudah sampai di otak.

    Cacing juga sampai keluar dari hidung, mulut, serta kemaluan bocah malang tersebut.

    “Setiap membayangkan, seumur hidupnya yang hanya 4 tahun itu, tubuhnya di gerogoti cacing dalam tubuhnya. Menyerap oksigen dan nutrisi yang sudah pas-pasan di tubuhnya… Remuk rasanya hati ini… Semoga Allah ampuni negeri ini, para pemimpin negeri ini, dan mengampuni kami saudara seimannya yg sangat terlambat membantunya…,” tulis caption dalam video yang dibagikan itu.

    Berdasar narasi dalam video, Raya sudah tidak sadarkan diri sejak dijenguk tim relawan tanggal 13 Juli 2025.

    Bocah tersebut lalu dibawa ke IGD rumah sakit untuk mendapat pertolongan.

    Akan tetapi Raya yang tinggal dengan keluarga penuh keterbatasan rupanya tak memiliki identitas.

    Sehingga saat dibawa ke rumah sakit Raya tak memiliki BPJS Kesehatan.

    “Dikasih waktu 3×24 jam (oleh rumah sakit) untuk urus identitas Raya. Dari hari pertama Raya masuk picu, relawan betul-betul di uji. Relawan di oper-oper dari satu dinas ke dinas lain untuk dapat bantuan BPJS subsidi,” ungkap penjelasan dalam video yang dibagikan @@rumah_teduh_sahabat_iin. 

    “Dari Dinsos Kota ke Dinsos Kabupaten, sampai juga ke Dinkes Kabupaten dan diarahkan lagi ke Kabid Limjamsos dioper lagi ke Dinkes. Kemudian dapat jawaban Dinkes Kabupaten tidak punya anggaran dan mou dengan RSUD Kota, mereka memberikan solusi agar Raya yang sudah berhari-hari dalam keadaan koma dipindahkan aja ke rumah sakit Kabupaten Jampang,” katanya.

    Setelah menjalani perawatan selama 9 hari, Raya akhirnya meninggal dunia pada 22 Juli 2025.

  • Warga bekuk dua orang pencuri motor di Jakarta Barat

    Warga bekuk dua orang pencuri motor di Jakarta Barat

    Jakarta (ANTARA) – Warga membekuk dua orang pria terduga pencuri sepeda motor di Jalan Assofa I, Sukabumi Utara, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

    “Benar, kedua pelaku sudah kita amankan ke Polsek,” kata Kapolsek Kebon Jeruk Kompol Nur Aqsha Ferdianto saat dihubungi di Jakarta, Selasa.

    Ia menjelaskan, sesaat setelah ditangkap, warga sempat melepas pakaian pelaku, lalu mengikat serta menghajar keduanya hingga babak belur.

    Ia menjelaskan, kedua pelaku beraksi saat subuh, namun aksi mereka dipergoki warga hingga keduanya berujung ditangkap dan ramai-ramai dihajar warga.

    “Tadi pagi setelah mendapat laporan, personel kita langsung ke lokasi dan mengamankan kedua pelaku,” katanya.

    Hingga kini, inisial, detail aksi, modus serta motif kedua pelaku melakukan pencurian masih belum dibeberkan polisi.

    “Masih kita selidiki. Akan segera diinfokan perkembangannya. Intinya kedua pelaku sudah kita amankan,” katanya.

    Sebelum, beredar sebuah video di media sosial Instagram dari akun @jakbar.viral, menggambarkan, kedua pelaku yang sudah babak belur diikat warga pada tiang listrik dalam kondisi setengah telanjang.

    Kedua pelaku pun hanya bisa merintih, sembari sejumlah warga di sekitar mereka mengeluarkan kata-kata makian.

    Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
    Editor: Edy Sujatmiko
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.