kab/kota: Sukabumi

  • Gen Z Borong Obat Cacing untuk Dikonsumsi, Amankah? Ini Pendapat Para Pakar

    Gen Z Borong Obat Cacing untuk Dikonsumsi, Amankah? Ini Pendapat Para Pakar

    Jakarta

    Belakangan ramai soal generasi Z memborong obat cacing untuk dikonsumsi. Hal ini menyusul kasus balita di Sukabumi, Raya, mengalami cacingan yang kemudian meninggal akibat infeksi. Banyak dari netizen lantas mengaku parno sehingga memilih untuk mengonsumsi obat cacing.

    “Jangan lupa minum obat cacing 6 bulan sekali. Terakhir minum pas SD, sekarang umur 26 baru minum lagi,” tulis narasi video viral di TikTok, dikutip detikcom, Senin (25/8/2025).

    “Para Gen Z ketar-ketir dan langsung memberanikan diri minum obat cacing lagi, terakhir minum pas SD,” tulis narasi lain.

    Aman Dikonsumsi Asal Sesuai Aturan

    Guru Besar Parasitologi Fakultas Kesehatan Universitas Indonesia (FKUI) Prof Dr Dra Taniawati Supali, menjelaskan obat cacing yang belakangan diborong Gen Z dan mudah ditemukan di apotek sebenarnya aman dikonsumsi oleh orang dewasa, asalkan diminum sesuai aturan dan tidak berlebihan.

    Prof Tania menekankan saat ini yang terpenting adalah memberikan edukasi kepada para orang tua untuk memberikan obat cacing pada anak setidaknya setiap enam bulan.

    “Aman sih sebetulnya, asal sesuai aturan ya minumnya. Kalau dia makannya cuman satu-satu gitu tidak apa-apa (jangan kebanyakan),” kata Prof Tania saat ditemui di Jakarta Pusat, Senin (25/8/2025).

    Ia menuturkan, di daerah dengan cakupan vaksinasi rendah, misalnya campak, penolakan terhadap obat cacing juga kerap terjadi. Banyak orang tua, terutama ibu, belum memahami cara memberikan obat cacing dengan benar kepada anak, bahkan ada yang memilih membuang obat tersebut.

    Menurutnya, edukasi sangat diperlukan terutama di wilayah endemis, seperti desa-desa di mana kebiasaan buang air besar masih dilakukan di tanah.

    “Kalau daerah endemis, kan banyak di desa-desa itu dia BAB-nya di tanah jadi nular lagi, kan cacingnya bertelur di tanah, tumbuh jadi larva terus masuk dari tangan, jadi perlu edukasi,” sambungnya.

    Senada, Pakar Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Zullies Ikawati membenarkan, konsumsi obat cacing memang sebaiknya dilakukan rutin 6 bulan sekali. Terutama bagi mereka yang hidup di daerah dengan prevalensi kasus cacingan yang tinggi.

    “Mengapa perlu 6 bulan sekali? Telur cacing bisa bertahan lama di tanah dan lingkungan, sehingga mudah terjadi reinfeksi. Siklus hidup cacing memungkinkan seseorang kembali terinfeksi dalam beberapa minggu sampai bulan setelah pengobatan,” kata Prof Zullies kepada wartawan, Jumat (22/8).

    “Dosis tunggal obat cacing (albendazol 400 mg atau mebendazol 500 mg) efektif membunuh cacing dewasa, tetapi tidak mencegah telur atau larva baru masuk,” sambungnya.

    Siapa yang Diprioritaskan Minum Obat Cacing?

    Prof Zullies menambahkan, ada kelompok-kelompok yang memiliki prioritas untuk mengonsumsi obat cacing secara rutin, setidaknya enam bulan sekali. Ini disesuaikan dengan risiko yang dimiliki oleh tiap kelompok.

    Berikut kelompok-kelompok yang harus mengonsumsi obat cacing.

    ⁠Anak-anak usia prasekolah (1-5 tahun), rentan karena sering bermain di tanah tanpa alas kaki.Anak usia sekolah (6-14 tahun), termasuk target utama program pemberian obat cacing di sekolah dasarWanita usia subur, termasuk ibu hamil trimester kedua dan ketiga untuk mencegah anemia akibat infeksi cacing.Orang dewasa yang tinggal di daerah endemis dengan sanitasi buruk (misalnya bekerja di sawah, perkebunan, tambang, atau pekerjaan yang sering kontak dengan tanah).Populasi dengan status gizi rendah karena cacingan memperburuk malnutrisi dan anemia.

    Namun, ada juga kelompok yang tidak diwajibkan untuk mengonsumsi obat cacing tiap 6 bulan sekali. Menurut Prof Zullies, ini bisa terjadi karena dukungan lingkungan dan kebersihan pribadi yang baik.

    “Orang dewasa di daerah perkotaan dengan sanitasi baik, air bersih, serta kebersihan pribadi terjaga, biasanya tidak perlu minum obat cacing rutin tiap 6 bulan,” kata Prof Zullies.

    “Namun tetap dianjurkan bila ada risiko tinggi atau gejala,” tutupnya.

    Halaman 2 dari 3

    (suc/kna)

    Tren Gen Z Beli Obat Cacing

    7 Konten

    Kasus meninggalnya seorang bocah di Sukabumi karena kecacingan yang tidak tertangani menuai sorotan banyak pihak. Bahkan memunculkan tren baru di kalangan Gen Z, yakni ramai-ramai beli dan minum obat cacing sendiri.

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya

  • Menkes Instruksikan Pembagian Obat Cacing ke Warga Desa Cianaga Imbas Kasus Raya
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        25 Agustus 2025

    Menkes Instruksikan Pembagian Obat Cacing ke Warga Desa Cianaga Imbas Kasus Raya Megapolitan 25 Agustus 2025

    Menkes Instruksikan Pembagian Obat Cacing ke Warga Desa Cianaga Imbas Kasus Raya
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menginstruksikan pembagian obat cacing ke seluruh warga Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan, Sukabumi, Jawa Barat.
    Langkah ini diambil setelah Raya, bocah berusia tiga tahun, yang tinggal di wilayah tersebut meninggal dengan tubuh dipenuhi cacing gelang.
    “Semua yang ada di desa itu saya minta dikasih obat cacing. Supaya bisa sembuh. Karena cacing itu obatnya ada dan murah sebenernya,” ucap Budi saat ditemui di Balai Kota Jakarta, Jakarta Pusat, Senin (25/5/2025).
    Selain membagikan obat cacing, Budi memastikan seluruh anggota keluarga Raya yang mengidap tuberkulosis (TBC) mendapat penanganan hingga sembuh.
    “Terus yang kedua itu TBC juga, ngelihat keluarga (Raya) ada yang kena TBC. Itu juga harus segera obatin karena TBC itu sangat mematikan,” kata dia.
    Sebelumnya, Raya, dinyatakan meninggal dunia pada Juli 2025 dengan kondisi tubuh dipenuhi cacing.
    Raya, anak dari pasangan Udin (32) dan Endah (38), pertama kali dibawa ke RSUD R Syamsudin SH pada 13 Juli 2025.
    Saat itu ia dalam kondisi tidak sadarkan diri dan diduga mengalami komplikasi akibat TBC.
    Namun, selama perawatan, tim medis menemukan banyak cacing keluar dari tubuhnya.
    “Awal mula sekali itu ketahuan dari hidung, selanjutnya saat perawatan tampak juga lewat BAB-nya,” ungkap pejabat Humas RSUD R Syamsudin SH Irfanugraha Triputra.
    Menurut Irfan, kondisi kritis Raya dipengaruhi dua faktor utama, yakni TBC dan infeksi cacing.
    Meski sudah mendapat penanganan intensif, Raya meninggal dunia pada 22 Juli 2025.
    Kasus ini semakin viral setelah beredar video yang menunjukkan tubuh bocah tersebut dipenuhi cacing.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 7 Sosok Inspiratif Pemenang Svarna Bhumi Award 2025

    7 Sosok Inspiratif Pemenang Svarna Bhumi Award 2025

    Jakarta: PT Pupuk Indonesia (Persero) bersama Metro TV kembali menggelar Svarna Bhumi Award 2025. Penghargaan ini diberikan kepada para sosok pahlawan pangan.

    Svarna Bhumi Award 2025 digelar di Grand Studio Metro TV, Jakarta pada Minggu, 24 Agustus 2025. Sebanyak tujuh tokoh pertanian dan pangan menerima penghargaan tersebut atas dedikasi mereka menjaga kedaulatan pangan dan melestarikan kekayaan hayati Indonesia.
    Dari tujuh tokoh tersebut, salah satu di antaranya menerima spesial penghargaan. Selain itu, satu tokoh lainnya juga akan menerima penghargaan yang merupakan pilihan dari publik atau disebut penghargaan Satya Pangan Loka.

    Adapun ketujuh tokoh tersebut, yaitu Kurniawan Adi Prasetyo (pendiri Petani Militan), Nisya Saadah Wargadipura (Pesantren Ekologi Ath-Thaariq), Asep Hidayat (pelestari hanjeli), Agus Wibowo (petani muda hortikultura), Untung Wijanarko (Tani Organik Merapi), Kamilus Tupen Jumat (Special Achievement), dan Rayndra Syahdan Mahmudin (Satya Pangan Loka/penghargaan pilihan publik).

    1. Kurniawan Adi Prasetyo

    Kurniawan, pendiri komunitas Petani Militan dan Sedesa Farm, menerima penghargaan berkat kiprahnya dalam pelestarian benih lokal dan pengembangan pertanian berkelanjutan. Ia mendirikan bank benih di Lamongan, Probolinggo, dan Jember dengan koleksi lebih dari 500 varietas padi lokal, 75 varietas jagung, serta puluhan jenis kacang-kacangan.

    Dalam sambutannya, Kurniawan menyatakan, “Pertama, saya ucapkan selamat atas sukses terselenggaranya Svarna Bhumi Award 2025. Tentunya kami sangat berbangga, karena Alhamdulillah kita bisa mendapatkan penghargaan ini. Semoga ke depan ini bisa menjadi inspirasi dan motivasi kita untuk berkembang lebih baik. Harapannya benih ini tidak hilang, dan ini menjadi sebuah kembangan kalau Indonesia itu punya benih-benih yang unggulan. Yang terakhir, wilayah kami memang tak luas, kami juga tak kaya akan sumber daya, tapi kita punya cita-cita menjadi masyarakat yang mandiri, masyarakat yang berdaulat, dan masyarakat yang berdikari di atas kaki sendiri.”

    Kurniawan bahkan menolak beasiswa luar negeri demi fokus pada benih lokal. Dia kini bekerja sama dengan lebih dari 50 petani dan puluhan peternak dalam sistem pertanian terpadu.

    2. Nisya Saadah Wargadipura

    Penghargaan juga diberikan kepada Nisya Saadah Wargadipura, pendiri Pesantren Ekologi Ath-Thaariq di Garut. Nisya dikenal sebagai guru tani yang mengintegrasikan pertanian organik dengan nilai-nilai Islam rahmatan lil alamin.

    Penghargaan diterima putrinya, Salwa Kanja.

    “Tentu saja Pesantren Ekologi Ath-Thaariq saat ini, gerakan yang sesuai dengan tujuan Islam itu sendiri. Justru menumbuhkan kembali bagaimana tanah yang seharusnya dipenuhi oleh mikroba itu sendiri. Jadi tentu saja apresiasi Svarna Bhumi ini menjadi lampu kami untuk terus bergerak dalam menyebarkan pengetahuan diri kita,” ucapnya.

    Nisya sebelumnya telah dinobatkan sebagai Food Hero FAO 2024 atas kiprahnya menjadikan pesantren sebagai laboratorium agroekologi yang menjawab krisis pangan dan iklim.

    3. Asep Hidayat

    Mantan buruh migran asal Sukabumi, Asep Hidayat, juga menjadi penerima penghargaan. Ia dikenal sebagai pelestari tanaman hanjeli, pangan lokal yang hampir punah, dan mengubah desanya menjadi desa eduwisata.

    “Saya mantan buruh migran. Saya melihat potensi lokal mungkin Bapak Ibu di sini tidak ada yang banyak mengenal tentang hanjeli. Dari Hanjeli, kami olah, kami langsung lestarikan, kami olah jadi produk. Ada dodol, ada berbagai produk yang lainnya. Termasuk kami menjadi lokasi eduwisata pertama di Indonesia. Kami berharap Hanjeli tetap masih berjaya di tanah legenda kita Sukabumi. Merdeka,” ujar Asep dalam sambutannya.

    Kini, hanjeli telah dikembangkan menjadi produk pangan olahan hingga kerajinan, dan menarik wisatawan dalam maupun luar negeri.
     

    4. Agus Wibowo

    Pengusaha muda asal Magelang, Agus Wibowo, menerima penghargaan atas inovasinya dalam mengembangkan koperasi hortikultura dan sistem kemitraan petani. Melalui usaha kentang dan cabai, Agus telah membina ribuan petani dengan omzet miliaran rupiah setiap tahun.

    “Terima kasih, salah satu kebahagiaan saya bisa berdiri di sini dan menerima award 2025 ini. Ini menjadi salah satu motivasi dan juga salah satu bukti bahwa kami sebagai pemuda pertanian di Indonesia juga bisa berkarya melalui desa-desa kecil. Dan harapannya ini bisa menjadi motivasi teman-teman di seluruh Indonesia bahwa anak muda bisa berkarya dan regenerasi pertanian di Indonesia bisa terwujud,” kata Agus.

    5. Untung Wijanarko

    Tokoh kelima adalah Untung Wijanarko, pendiri Tani Organik Merapi (TOM) di Sleman. Sejak 2008, TOM aktif mengembangkan pertanian organik, agrowisata, serta pelatihan petani.

    “Saya pribadi mengapresiasi sekali dengan program Svana Bhumi Awards 2025 ini yang luar biasa memberikan motivasi. Ternyata banyak petani yang luar biasa, terutama anak-anak muda. Kami mulai berempati mengajak teman-teman para pertanian untuk bertani secara bijak. Bertani secara bijak adalah bertani dengan tidak merusak kondisi tanah kita. Dunia pertanian adalah sebagai sesuatu yang menjadikan kita masa depan,” kata Untung.

    Kini TOM bekerja sama dengan puluhan kelompok tani, menyuplai ratusan kilogram sayuran organik per hari ke pasar modern, dan mengembangkan pusat pelatihan pertanian organik.

    Special Achievement untuk Pangan Lokal

    Apresiasi khusus diberikan kepada Kamilus Tupen Jumat, dari Nusa Tenggara Timur. Ia berhasil mengembangkan pangan lokal dan memberdayakan petani desa. Upayanya menjaga tradisi pangan timur Indonesia membuatnya diganjar Special Achievement Award.

    “Terima kasih banyak. Saya dari area yang jauh datang ke sini dan bisa dihargai. Ini luar biasa sekali. Saya terima kasih kepada PT Pupuk Indonesia (Persero) dan Metro TV telah mengangkat karya hari ini. Ada kebanggaan tersendiri, di mana karya Usaha Selamat ini bagaimana membantu orang muda bisa mengenal pertanian, bahwa menjadi pertanian itu adalah sesuatu,” ujar Kamilus.

    “Dan kalau belum sentuh, memang belum tahu. Tapi kalau masuk ke dalam, dia punya bahagia beda. Terima kasih banyak Bapak sebagai perawat bumi dan kami melukis ukir bumi di Adenara, tempatnya juga orang muda silakan melukis bumi,” lanjutnya.

    Satya Pangan Loka untuk Generasi Muda

    Penghargaan Satya Pangan Loka diraih Rayndra Syahdan Mahmudin, inovator muda yang memadukan teknologi dengan pertanian berkelanjutan. Komitmennya menghubungkan sektor pertanian dengan ekosistem digital menjadikannya contoh bagi generasi baru.

    “Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada pemirsa dan publik karena telah memilih saya untuk menerima penghargaan Satya Pangan Loka. Penghargaan ini saya dedikasikan untuk petani milenial di seluruh Indonesia,” ujar Rayndra.

    Ia berkomitmen untuk terus berkontribusi mengembangkan pertanian agar terus maju sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani.

    “Jadi, saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Kementerian Pertanian yang telah mendukung kami untuk selalu berkontribusi dalam sektor pertanian, terutama untuk swasembada dan telah mempercayakan saya untuk menjadi Ketua Umum Petani Milenial Indonesia dan ini menjadi semangat bagi saya untuk terus berkontribusi di sektor pertanian,” katanya.

    “Tak lupa saya juga mengucapkan terima kasih pada istri saya ya. Terima kasih juga menciptakan lingkungan yang kondusif karena pertanian itu butuh lingkungan yang kondusif. Apalagi petani-petani muda itu sangat tidak percaya diri untuk jadi seorang petani. Jadi, yang pertama mari kita ciptakan lingkungan yang kondusif sehingga kita bisa istiqomah terjun di sektor pertanian,” lanjutnya.

    Terakhir, Rayndra berpesan kepada generasi muda di seluruh Indonesia tanpa petani tidak akan ada panas dan tanpa panas tidak akan ada masa depan.
    Wujud Apresiasi untuk Pejuang Ketahanan Pangan

    Penyelenggaraan Svarna Bhumi Award 2025 menjadi makin menarik karena mayoritas finalis berasal dari generasi muda berusia 30-35 tahun.

    Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Rahmad Pribadi menyambut gembira terselenggaranya acara penghargaan untuk yang ketiga kali ini. Ia menilai acara ini tidak hanya menjadi ajang apresiasi, tetapi juga inspirasi bagi petani di seluruh Indonesia.

    “Dari ratusan kandidat, sebagian besar adalah anak-anak muda. Ini memberi harapan bahwa regenerasi petani terus berjalan dan swasembada pangan dapat tercapai,” ujar Rahmad Pribadi.

    Sambutan positif juga diungkapkan Pendiri Yayasan Benih Baik sekaligus Dewan Juri, Andy F. Noya. Ajang ini menjadi momen untuk mengingat bahwa banyak sosok luar biasa yang bekerja dalam senyap demi menjaga ketahanan pangan negeri. 

    “Banyak orang-orang hebat di sekitar kita, ya. Kita tidak tahu mereka berjuang untuk mempertahankan ketahanan pangan Indonesia,” ujar Andy F. Noya.

    Svarna Bhumi Award 2025 melibatkan dewan juri dari berbagai latar belakang, termasuk pakar pertanian, penggiat sosial, dan figur publik. Expert Panel Yayasan BUMN, Prilly Latuconsina, yang tahun ini menjadi juri, mengaku terkesan dengan kreativitas para finalis.

    “Kami melihat bukan hanya hasil pertanian, tapi juga ide kreatif yang membuat profesi petani menarik bagi generasi muda,” ucap Prilly Latuconsina.

    Rahmad Pribadi melanjutkan, Svarna Bhumi Award akan terus menjadi ruang apresiasi sekaligus komunikasi bagi pejuang pangan di seluruh Indonesia.

    “Kita ingin meningkatkan regenerasi petani, adopsi teknologi, dan kecintaan terhadap pangan lokal,” ujarnya.

    Jakarta: PT Pupuk Indonesia (Persero) bersama Metro TV kembali menggelar Svarna Bhumi Award 2025. Penghargaan ini diberikan kepada para sosok pahlawan pangan.
     
    Svarna Bhumi Award 2025 digelar di Grand Studio Metro TV, Jakarta pada Minggu, 24 Agustus 2025. Sebanyak tujuh tokoh pertanian dan pangan menerima penghargaan tersebut atas dedikasi mereka menjaga kedaulatan pangan dan melestarikan kekayaan hayati Indonesia.
    Dari tujuh tokoh tersebut, salah satu di antaranya menerima spesial penghargaan. Selain itu, satu tokoh lainnya juga akan menerima penghargaan yang merupakan pilihan dari publik atau disebut penghargaan Satya Pangan Loka.
     
    Adapun ketujuh tokoh tersebut, yaitu Kurniawan Adi Prasetyo (pendiri Petani Militan), Nisya Saadah Wargadipura (Pesantren Ekologi Ath-Thaariq), Asep Hidayat (pelestari hanjeli), Agus Wibowo (petani muda hortikultura), Untung Wijanarko (Tani Organik Merapi), Kamilus Tupen Jumat (Special Achievement), dan Rayndra Syahdan Mahmudin (Satya Pangan Loka/penghargaan pilihan publik).

    1. Kurniawan Adi Prasetyo
     
    Kurniawan, pendiri komunitas Petani Militan dan Sedesa Farm, menerima penghargaan berkat kiprahnya dalam pelestarian benih lokal dan pengembangan pertanian berkelanjutan. Ia mendirikan bank benih di Lamongan, Probolinggo, dan Jember dengan koleksi lebih dari 500 varietas padi lokal, 75 varietas jagung, serta puluhan jenis kacang-kacangan.
     
    Dalam sambutannya, Kurniawan menyatakan, “Pertama, saya ucapkan selamat atas sukses terselenggaranya Svarna Bhumi Award 2025. Tentunya kami sangat berbangga, karena Alhamdulillah kita bisa mendapatkan penghargaan ini. Semoga ke depan ini bisa menjadi inspirasi dan motivasi kita untuk berkembang lebih baik. Harapannya benih ini tidak hilang, dan ini menjadi sebuah kembangan kalau Indonesia itu punya benih-benih yang unggulan. Yang terakhir, wilayah kami memang tak luas, kami juga tak kaya akan sumber daya, tapi kita punya cita-cita menjadi masyarakat yang mandiri, masyarakat yang berdaulat, dan masyarakat yang berdikari di atas kaki sendiri.”
     
    Kurniawan bahkan menolak beasiswa luar negeri demi fokus pada benih lokal. Dia kini bekerja sama dengan lebih dari 50 petani dan puluhan peternak dalam sistem pertanian terpadu.
     
    2. Nisya Saadah Wargadipura
     
    Penghargaan juga diberikan kepada Nisya Saadah Wargadipura, pendiri Pesantren Ekologi Ath-Thaariq di Garut. Nisya dikenal sebagai guru tani yang mengintegrasikan pertanian organik dengan nilai-nilai Islam rahmatan lil alamin.
     
    Penghargaan diterima putrinya, Salwa Kanja.
     
    “Tentu saja Pesantren Ekologi Ath-Thaariq saat ini, gerakan yang sesuai dengan tujuan Islam itu sendiri. Justru menumbuhkan kembali bagaimana tanah yang seharusnya dipenuhi oleh mikroba itu sendiri. Jadi tentu saja apresiasi Svarna Bhumi ini menjadi lampu kami untuk terus bergerak dalam menyebarkan pengetahuan diri kita,” ucapnya.
     
    Nisya sebelumnya telah dinobatkan sebagai Food Hero FAO 2024 atas kiprahnya menjadikan pesantren sebagai laboratorium agroekologi yang menjawab krisis pangan dan iklim.
     
    3. Asep Hidayat
     
    Mantan buruh migran asal Sukabumi, Asep Hidayat, juga menjadi penerima penghargaan. Ia dikenal sebagai pelestari tanaman hanjeli, pangan lokal yang hampir punah, dan mengubah desanya menjadi desa eduwisata.
     
    “Saya mantan buruh migran. Saya melihat potensi lokal mungkin Bapak Ibu di sini tidak ada yang banyak mengenal tentang hanjeli. Dari Hanjeli, kami olah, kami langsung lestarikan, kami olah jadi produk. Ada dodol, ada berbagai produk yang lainnya. Termasuk kami menjadi lokasi eduwisata pertama di Indonesia. Kami berharap Hanjeli tetap masih berjaya di tanah legenda kita Sukabumi. Merdeka,” ujar Asep dalam sambutannya.
     
    Kini, hanjeli telah dikembangkan menjadi produk pangan olahan hingga kerajinan, dan menarik wisatawan dalam maupun luar negeri.
     

     
    4. Agus Wibowo
     
    Pengusaha muda asal Magelang, Agus Wibowo, menerima penghargaan atas inovasinya dalam mengembangkan koperasi hortikultura dan sistem kemitraan petani. Melalui usaha kentang dan cabai, Agus telah membina ribuan petani dengan omzet miliaran rupiah setiap tahun.
     
    “Terima kasih, salah satu kebahagiaan saya bisa berdiri di sini dan menerima award 2025 ini. Ini menjadi salah satu motivasi dan juga salah satu bukti bahwa kami sebagai pemuda pertanian di Indonesia juga bisa berkarya melalui desa-desa kecil. Dan harapannya ini bisa menjadi motivasi teman-teman di seluruh Indonesia bahwa anak muda bisa berkarya dan regenerasi pertanian di Indonesia bisa terwujud,” kata Agus.
     
    5. Untung Wijanarko
     
    Tokoh kelima adalah Untung Wijanarko, pendiri Tani Organik Merapi (TOM) di Sleman. Sejak 2008, TOM aktif mengembangkan pertanian organik, agrowisata, serta pelatihan petani.
     
    “Saya pribadi mengapresiasi sekali dengan program Svana Bhumi Awards 2025 ini yang luar biasa memberikan motivasi. Ternyata banyak petani yang luar biasa, terutama anak-anak muda. Kami mulai berempati mengajak teman-teman para pertanian untuk bertani secara bijak. Bertani secara bijak adalah bertani dengan tidak merusak kondisi tanah kita. Dunia pertanian adalah sebagai sesuatu yang menjadikan kita masa depan,” kata Untung.
     
    Kini TOM bekerja sama dengan puluhan kelompok tani, menyuplai ratusan kilogram sayuran organik per hari ke pasar modern, dan mengembangkan pusat pelatihan pertanian organik.
     
    Special Achievement untuk Pangan Lokal
     
    Apresiasi khusus diberikan kepada Kamilus Tupen Jumat, dari Nusa Tenggara Timur. Ia berhasil mengembangkan pangan lokal dan memberdayakan petani desa. Upayanya menjaga tradisi pangan timur Indonesia membuatnya diganjar Special Achievement Award.
     
    “Terima kasih banyak. Saya dari area yang jauh datang ke sini dan bisa dihargai. Ini luar biasa sekali. Saya terima kasih kepada PT Pupuk Indonesia (Persero) dan Metro TV telah mengangkat karya hari ini. Ada kebanggaan tersendiri, di mana karya Usaha Selamat ini bagaimana membantu orang muda bisa mengenal pertanian, bahwa menjadi pertanian itu adalah sesuatu,” ujar Kamilus.
     
    “Dan kalau belum sentuh, memang belum tahu. Tapi kalau masuk ke dalam, dia punya bahagia beda. Terima kasih banyak Bapak sebagai perawat bumi dan kami melukis ukir bumi di Adenara, tempatnya juga orang muda silakan melukis bumi,” lanjutnya.
     

    Satya Pangan Loka untuk Generasi Muda

    Penghargaan Satya Pangan Loka diraih Rayndra Syahdan Mahmudin, inovator muda yang memadukan teknologi dengan pertanian berkelanjutan. Komitmennya menghubungkan sektor pertanian dengan ekosistem digital menjadikannya contoh bagi generasi baru.
     
    “Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada pemirsa dan publik karena telah memilih saya untuk menerima penghargaan Satya Pangan Loka. Penghargaan ini saya dedikasikan untuk petani milenial di seluruh Indonesia,” ujar Rayndra.
     
    Ia berkomitmen untuk terus berkontribusi mengembangkan pertanian agar terus maju sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani.
     
    “Jadi, saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Kementerian Pertanian yang telah mendukung kami untuk selalu berkontribusi dalam sektor pertanian, terutama untuk swasembada dan telah mempercayakan saya untuk menjadi Ketua Umum Petani Milenial Indonesia dan ini menjadi semangat bagi saya untuk terus berkontribusi di sektor pertanian,” katanya.
     
    “Tak lupa saya juga mengucapkan terima kasih pada istri saya ya. Terima kasih juga menciptakan lingkungan yang kondusif karena pertanian itu butuh lingkungan yang kondusif. Apalagi petani-petani muda itu sangat tidak percaya diri untuk jadi seorang petani. Jadi, yang pertama mari kita ciptakan lingkungan yang kondusif sehingga kita bisa istiqomah terjun di sektor pertanian,” lanjutnya.
     
    Terakhir, Rayndra berpesan kepada generasi muda di seluruh Indonesia tanpa petani tidak akan ada panas dan tanpa panas tidak akan ada masa depan.

    Wujud Apresiasi untuk Pejuang Ketahanan Pangan

    Penyelenggaraan Svarna Bhumi Award 2025 menjadi makin menarik karena mayoritas finalis berasal dari generasi muda berusia 30-35 tahun.
     

     
    Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Rahmad Pribadi menyambut gembira terselenggaranya acara penghargaan untuk yang ketiga kali ini. Ia menilai acara ini tidak hanya menjadi ajang apresiasi, tetapi juga inspirasi bagi petani di seluruh Indonesia.
     
    “Dari ratusan kandidat, sebagian besar adalah anak-anak muda. Ini memberi harapan bahwa regenerasi petani terus berjalan dan swasembada pangan dapat tercapai,” ujar Rahmad Pribadi.
     
    Sambutan positif juga diungkapkan Pendiri Yayasan Benih Baik sekaligus Dewan Juri, Andy F. Noya. Ajang ini menjadi momen untuk mengingat bahwa banyak sosok luar biasa yang bekerja dalam senyap demi menjaga ketahanan pangan negeri. 
     
    “Banyak orang-orang hebat di sekitar kita, ya. Kita tidak tahu mereka berjuang untuk mempertahankan ketahanan pangan Indonesia,” ujar Andy F. Noya.
     
    Svarna Bhumi Award 2025 melibatkan dewan juri dari berbagai latar belakang, termasuk pakar pertanian, penggiat sosial, dan figur publik. Expert Panel Yayasan BUMN, Prilly Latuconsina, yang tahun ini menjadi juri, mengaku terkesan dengan kreativitas para finalis.
     
    “Kami melihat bukan hanya hasil pertanian, tapi juga ide kreatif yang membuat profesi petani menarik bagi generasi muda,” ucap Prilly Latuconsina.
     
    Rahmad Pribadi melanjutkan, Svarna Bhumi Award akan terus menjadi ruang apresiasi sekaligus komunikasi bagi pejuang pangan di seluruh Indonesia.
     
    “Kita ingin meningkatkan regenerasi petani, adopsi teknologi, dan kecintaan terhadap pangan lokal,” ujarnya.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di

    Google News

    (PRI)

  • Melihat Kampung Tokyo, Perkampungan Indah yang Tersembunyi di Ujung Barat Kabupaten Bogor
                
                    
                        
                            Bandung
                        
                        24 Agustus 2025

    Melihat Kampung Tokyo, Perkampungan Indah yang Tersembunyi di Ujung Barat Kabupaten Bogor Bandung 24 Agustus 2025

    Melihat Kampung Tokyo, Perkampungan Indah yang Tersembunyi di Ujung Barat Kabupaten Bogor
    Tim Redaksi
    BOGOR, KOMPAS.com
    – Kampung Tokyo merupakan sebutan salah satu perkampungan di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
    Berada di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) atau sekitar 3 jam dari pusat Kota Bogor, perkampungan ini memiliki rupa yang mirip arsitektur Jepang.
    Atmosfer pedesaan tradisional khas negeri Matahari Terbit pun semakin terlihat jelas apabila kampung ini dilihat dari ketinggian.
    Dikelilingi oleh pegunungan dengan udara yang sejuk, ditambah hamparan kebun teh sejauh mata memandang, menambah keindahan kampung yang berada di ujung barat Kabupaten Bogor ini.
    Namun, akses menuju kampung ini terbilang tidak mudah.
    Wisatawan harus menempuh perjalanan berjam-jam melintasi jalan yang berkelok dan tidak sedikit menemui turunan serta tanjakan tajam.
    Wisatawan juga akan menemukan beberapa titik jalan yang berubah dari aspal menjadi bebatuan licin di balik rimbunnya pohon.
    Namun, semakin dekat, akses jalan mulai membaik dengan coran yang tengah dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Bogor.
    Sesampainya di pintu masuk, terpampang papan bertuliskan ucapan selamat datang di Kampung Malani, yang merupakan nama asli kampung tersebut.
    Suasana HUT ke-80 Kemerdekaan RI masih sangat terasa dengan berkibarnya bendera merah putih pada tiang bambu yang menancap kokoh di depan rumah-rumah warga.
    Berbagai hiasan dan umbul-umbul juga terpasang hampir di setiap sudut jalan kampung dan menambah semarak kemerdekaan.
    Melihat lebih ke dalam, rumah warga di Kampung Malani tidak begitu berbeda jauh dari kampung pada umumnya, dengan deretan rumah sederhana berjajar rapi dan akses jalan yang masih bebatuan.
    “Sebutan saja Tokyo, kalau namanya ya Kampung Malani,” kata Sahim, yang merupakan Ketua RT 01 RW 07, ditemui wartawan, Sabtu (23/8/2025).
    Kampung Malani ini memiliki luas kurang lebih 3.700 meter persegi yang dihuni sekitar 52 Kepala Keluarga (KK).
    Kampung yang berdiri sejak puluhan tahun silam ini mayoritas penduduknya merupakan pemetik teh di perusahaan bernama Nirmala, tidak jauh dari area perkampungan dan masih beroperasi.
    “Iya pemetik, semuanya juga pemetik. Ada yang merawat teh, ada yang ambil pucuk,” katanya. 
    Terkait fasilitas kesehatan, Sahim mengaku memang masih minim.
    Apabila ada warganya yang butuh penanganan rumah sakit, harus menempuh perjalanan yang cukup jauh dari perkampungan.
    Selain itu, fasilitas penunjang lainnya seperti mushala juga diperlukan warga meskipun saat ini sudah tersedia.
    “Kalau SD sama SMA ada di Nirmala.
    Alhamdulillah kalau
    pendidikan, kecuali kesehatan sama penunjang lainnya,” ujar dia. 
    Sementara itu, Kepala Desa Malasari Andi Zaelani Firdaos mengatakan bahwa Kampung Malani adalah satu kampung di wilayahnya.
    Sebutan Kampung Tokyo muncul dari para wisatawan yang berkunjung karena melihat rumah yang bernuansa Jepang.
    Selain Kampung Malani, Desa Malasari memiliki pesona alam lain yang sangat indah.
    Di antaranya, terdapat wisata air terjun atau curug di desa tersebut.
    “Kekayaan yang ada di Desa Malasari
    Alhamdulillah
    yang pertama mungkin dari keindahan alam yang begitu menakjubkan,” ucap Andi.
    Saat ini, Pemerintah Desa Malasari tengah berupaya untuk membangun infrastruktur, terutama jalan, untuk mendukung perekonomian dan wisata.
    Dengan total luasan wilayah yang mencapai 78.000 hektar, di Desa Malasari terdapat salah satu jalan yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Sukabumi sepanjang 18 kilometer dalam proses pembangunan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor.
    “Mudah-mudahan perputaran ekonomi sendiri bisa mencukupi untuk masyarakatnya sendiri,” kata dia. 
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Soal Anak Kecil Meninggal Cacingan, Puan Dorong Posyandu & Pemda Proaktif

    Soal Anak Kecil Meninggal Cacingan, Puan Dorong Posyandu & Pemda Proaktif

    Bisnis.com, JAKARTA – Ketua DPR Puan Maharani meminta agar posyandu dan pemerintah daerah (pemda) di seluruh Indonesia proaktif dalam menangani masalah kesehatan menyusul kasus bocah di Sukabumi yang meninggal akibat infeksi cacing gelang. 

    Puan menjelaskan hal itu bisa dilaksanakan mulai dari tingkat RT dan RW untuk meninjau warganya yang membutuhkan layanan kesehatan.

    “Harusnya bisa ketua RT, ketua RW yang ada di wilayah-wilayah tersebut, di desa-desa tersebut untuk bisa meninjau, melihat warganya kalau memang membutuhkan cek kesehatan,” katanya beberapa waktu lalu, dikutip Minggu (24/8/2025).

    Apalagi bagi warga yang memiliki kesulitan ekonomi, dia meminta agar pengurus RT/RW membantu membuatkan BPJS atau melaporkan ke pemerintah daerah.

    “Jadi kita proaktif lah sama-sama untuk mendorong jangan sampai hal ini terulang kembali,” katanya.

    Begitupun mengenai masih minimnya pemerataan bantuan sosial kepada warga yang kurang mampu dan tidak tepat sasaran, Puan mendorong berbagai pihak terkait melakukan evaluasi secara menyeluruh.

    Menurutnya program bantuan sosial harus didapatkan oleh rakyat yang membutuhkan, sehingga kesejahteraan masyarakat terjamin.

    “Nah ini juga menjadi satu hal yang harus kita evaluasi bersama bahwa mungkin masih ada di wilayah-wilayah tertentu yang program-program sosial yang seharusnya didasarkan rakyat yang membutuhkan kemudian belum mendapatkan,” ujarnya.

  • Kasus Balita Sukabumi Jadi Pembelajaran, Mensos Tekankan Pentingnya Pemutakhiran Data
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        24 Agustus 2025

    Kasus Balita Sukabumi Jadi Pembelajaran, Mensos Tekankan Pentingnya Pemutakhiran Data Nasional 24 Agustus 2025

    Kasus Balita Sukabumi Jadi Pembelajaran, Mensos Tekankan Pentingnya Pemutakhiran Data
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf atau Gus Ipul menilai kasus meninggalnya RY, balita di Sukabumi yang diduga mengalami infeksi berat, menjadi pembelajaran penting bagi pemerintah.
    Menurut dia, kejadian tersebut menegaskan betapa vitalnya pemutakhiran data warga miskin dan rentan untuk memastikan intervensi sosial berjalan tepat sasaran.
    “Ini satu pembelajaran buat kita semua, supaya benar-benar bisa menyisir warga-warga kita yang memang memerlukan perlindungan dan jaminan sosial,” kata Gus Ipul ditemui di Gedung Aneka Bhakti, Kementerian Sosial, Jakarta, Minggu (24/8/2025).
    Gus Ipul menekankan, pendataan adalah bagian dari strategi Presiden Prabowo Subianto untuk konsolidasi data nasional.
    Ia mengakui masih banyak warga yang belum tercatat dalam sistem, baik di Dukcapil maupun Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional.
    “Maka itu saya mengajak kepada seluruh masyarakat, pemerintah daerah, seluruh kekuatan bangsa ini untuk ikut terlibat di dalam pemutakhiran data,” tegasnya.
    Kemensos sendiri sudah turun langsung ke Sukabumi untuk melakukan asesmen terhadap keluarga RY.
    Kakak dan adiknya kini tengah diproses untuk bisa mendapatkan pendampingan dari sentra Kemensos di daerah tersebut.
    “Kita sudah lihat dan Kementerian Sosial juga sudah turun untuk melakukan
    assessment
    . Insyaallah nanti akan dimasukkan ke sentra kita yang ada di Sukabumi,” jelas Gus Ipul.
    Lebih lanjut, ia menekankan pentingnya sinergi antara pemerintah pusat, daerah, hingga aparat desa dan RT/RW dalam mendata warga yang membutuhkan.
    Dengan begitu, intervensi sosial dapat diberikan lebih cepat dan tepat.
    “Kita berharap, terus terang kita harus bersinergi ini dengan pemerintah daerah utamanya, di desa-desa dan juga di RT RW untuk benar-benar bisa memberikan suatu data yang tepat, yang baik, sehingga kita bisa berikan langkah-langkah atau intervensi yang tepat,” pungkasnya.
    Sebelumnya, RY, bocah asal Kampung Padangenyang, Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, meninggal dunia pada 22 Juli 2025 dengan kondisi tubuh penuh cacing.
    RY adalah anak dari pasangan Udin (32 tahun) dan Endah (38 tahun), serta memiliki seorang kakak bernama Risna (7 tahun).
    Ia sempat dirawat di RSUD R Syamsudin SH, di mana ditemukan cacing dalam tubuhnya, dengan total berat cacing yang berhasil dikeluarkan mencapai hampir satu kilogram.
    Kejadian ini kini menjadi sorotan publik, dan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi memberikan perhatian khusus terhadap kasus RY.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Menkes Wanti-wanti Lingkungan Seperti Ini Rentan Picu Masalah Cacingan

    Menkes Wanti-wanti Lingkungan Seperti Ini Rentan Picu Masalah Cacingan

    Jakarta

    Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin angkat bicara terkait ramainya pemberitaan soal penyakit cacingan di masyarakat. Kasus ini mencuat setelah seorang balita bernama Raya (4) asal Sukabumi, Jawa Barat, mengalami cacingan dan meninggal dunia akibat infeksi.

    Menkes menjelaskan masalah cacingan masih cukup banyak ditemui di daerah-daerah yang sanitasinya tidak baik. Jamban-jamban yang masih bercampur dan tidak ditampung dengan baik menjadi sumber masalah cacingan.

    Oleh karena itu, menurutnya perbaikan sistem sanitasi sangat penting dalam pencegahan masalah cacingan ini.

    “Memang yang paling baik kalau bisa diperbaiki rumahnya, terutama WC-nya agar bisa dipisahkan antara saluran kotor dan saluran air bersih,” ujar Menkes ketika ditemui awak media di Jakarta Pusat, Minggu (24/8/2025).

    Selain itu, Menkes mengingatkan masyarakat untuk mengikuti program cek kesehatan gratis (CKG). Melalui pemeriksaan ini, diharapkan masalah cacingan bisa ditemukan lebih dini dan pasien bisa segera ditangani.

    Terlebih, obat untuk cacingan sebenarnya sudah tersedia di puskesmas secara gratis.

    “Cacingan itu obatnya gampang, diminum sekali 6 bulan selesai. Dan di puskesmas ada,” sambungnya.

    Ia kembali mengingatkan masalah cacingan sebenarnya tidak dapat menyebabkan kematian. Berkaitan dengan kasus Raya, Menkes menuturkan pasien meninggal akibat masalah infeksi, meski memang kondisi cacingan mungkin juga memperburuk kondisinya.

    Beberapa jenis infeksi yang diduga dialami Raya adalah meningitis dan tuberkulosis (TBC). Namun, dugaan lebih mengarah pada tuberkulosis lantaran Raya sempat mengalami batuk selama 3 bulan.

    “Jadi teman-teman, tuberkulosis TBC itu juga penyakitnya mematikan. Kalau cacingan nggak ya, TBC mematikan. Itu sebabnya di cek kesehatan gratis, cek juga TBC. Itu juga sudah ada obatnya,” tandasnya.

    (suc/suc)

  • Dua Pengendara Motor Luka Parah di Sukabumi, Diduga Jadi Korban Tabrak Lari

    Dua Pengendara Motor Luka Parah di Sukabumi, Diduga Jadi Korban Tabrak Lari

    Pengendara motor, SMM, dilarikan ke RSUD R. Syamsudin SH Kota Sukabumi, sementara penumpangnya, IY, dibawa ke RS Betha Medika. Keduanya dilaporkan mengalami luka-luka.

    “Korban luka-luka, tapi kami masih menunggu hasil dari dokter untuk mengkategorikan tingkat keparahannya,” jelasnya.

    Pihak Unit Gakkum Satlantas Polres Sukabumi Kota masih melakukan penyelidikan lebih lanjut terkait insiden ini, termasuk dugaan tabrak lari. 

  • 138 Warga di Sukabumi Diduga Keracunan Usai Santap Menu Pengajian
                
                    
                        
                            Bandung
                        
                        24 Agustus 2025

    138 Warga di Sukabumi Diduga Keracunan Usai Santap Menu Pengajian Bandung 24 Agustus 2025

    138 Warga di Sukabumi Diduga Keracunan Usai Santap Menu Pengajian
    Tim Redaksi
    SUKABUMI,KOMPAS.com –
    Sebanyak 138 warga di Kampung Tugu, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat menjadi korban dugaan keracunan massal setelah menyantap makanan dari sebuah acara pengajian.
    Akibat peristiwa ini, puluhan orang harus dirawat intensif di puskesmas dan rumah sakit hingga Minggu (24/8/2025).
    Tatang Suratman, Kepala Tim Kerja Surveilans Imunisasi Dinas kesehatan Kabupaten Sukabumi mengungkap dugaan keracunan itu berawal dari warga yang mengkonsumsi makanan acara pengajian.
    “Pasien diduga keracunan makanan. Sampai hari Minggu ada 138 orang,” kata Tatang dalam keterangannya kepada Kompas.com.
    Dari 138 orang yang alami keracunan itu, 35 orang dirawat di Puskesmas, 102 orang hanya dilakukan tindakan observasi, dan 9 orang harus dirujuk ke RSUD Sekarwangi Cibadak.
    Tim penanganan kemudian turut mengamankan sampel sisa makanan berupa nasi,sambal,ayam bakar,lalapan, bumbu, hingga beberapa jenis kue.
    “Sisa sample makanan yang dikonsumsi akan dikirim untuk dilakukan pemeriksaan di laboratorium Labkesda provinsi,” tutur Tatang.
    Dari informasi yang dihimpun Kompas.com, pengajian 4 bulanan tersebut dilakukan pada Jumat (22/8/2025) malam, hingga kemudian pada dini hari sebagian masyarakat mengalami dugaan keracunan makanan itu.
    Masyarakat yang mengalami gejala keracunan berupa muntah, mual, pusing, diare, hingga badan lemas.
    Akhirnya pada Sabtu (23/8/2025) pagi, masyarakat yang merasakan gejala itu melakukan pemeriksaan di Puskesmas setempat.
    Hingga Minggu pada sebagian masyarakat masih mendapatkan perawatan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 3
                    
                        Tiada Tawa Tanpa Noel
                        Nasional

    3 Tiada Tawa Tanpa Noel Nasional

    Tiada Tawa Tanpa Noel
    Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

    Humor adalah senjata orang-orang yang tidak bersenjata. Humor membantu orang-orang tertindas untuk tersenyum pada situasi mereka terluka
    ”. – Simon Wiesenthal.
    BAGI
    penyintas kekejaman holocaust Nazi, Simon merasakan betul kekuatan dari humor. Setelah lulus dari Universitas Teknik Praha di 1932, hidupnya bahagia usai menikahi Cyla Muller.
    Namun, kebahagian singkat yang dirasakan Simon segera sirna setelah ditangkap tentara Nazi yang merebut Kota Lwow di Polandia.
    Nasib Simon seperti “dipermainkan” keadaan, dirinya lolos dari eksekusi di kamp konsentrasi Mauthasen, tapi orangtua beserta 89 orang kerabatnya tewas meregang nyawa. Sedih berlarut-larut bagi Simon harus berganti menjadi “humor” yang menyembuhkan.
    Berkat caranya, Simon berhasil membangun jaringan intelijen internasional untuk memburu penjahat-penjahat Nazi yang masih buron.
    Ratusan orang yang diduga penjahat perang berhasil ditangkap, di antaranya Adolf Eichmann – arsitek genosida Hitler untuk memusnahkan orang Yahudi.
    Berkat Simon pula, Karl Jose Silberbauer yang bertanggung jawab atas penangkapan remaja putri Belanda, Anne Frank berhasil dicokok.
    Kisah Anne Frank yang “ngumpet” di belakang rak buku rumah di Amsterdam selama pendudukan Nazi menjadi buku harian legendaris yang mengungkap deritanya sebagai buronan Nazi.
    Mungkin Simon Wiesenthal lekat dengan humor, bahkan pernah terlanjur mengungkapkan kisah bualannya.
     
    Simon pernah menyatakan kalau tentara Nazi membuat sup dari mayat orang Yahudi di kamp konsentrasi. Bertahun-tahun kemudian pengakuan ini dibantahnya.
    Dalam sepuluh bulan terakhir ini pun, kita telah “dihibur” dengan aksi-aksi mirip Dedi Mizwar dalam film komedi “Jenderal Nagabonar”.
    Lengkap dengan baju kebesarannya bertabur empat bintang di pundaknya. Dirinya selalu mengenalkan dengan lantang: “Saya Wakil Menteri Ketenagakerjaan, Immanuel Ebenezer!”
    Lagak dan gayanya membuat ciut nyali pengusaha yang menahan ijazah para karyawannya. Kerap gayanya menggebrak meja, duduk “ngglosor“ di lantai, bahkan secara berulang-ulang menyebut dirinya mendukung hukuman mati untuk koruptor bajingan.
    Di berbagai panggung media, entah di studio televisi atau di program siniar, komentarnya begitu galak dan menciutkan nyali koruptor.
    Tekadnya begitu keras, tidak lembek dan garang terhadap penyelewengan yang dilakukan orang-orang di lingkar kekuasaan presiden.
    Noel menangis dan ciut nyalinya saat ditampilkan di depan para pewarta yang memadati kantor KPK, Jumat (22 Agustus 2025).
    Noel tidak lagi mengenakan seragam kebesarannya berbintang empat. Noel merajuk saat mengenakan rompi orange KPK dengan tangan terborgol.
    Tidak ada lagi geratakan garang atau perkenalan nama dan jabatannya di awal pertemuan. Noel malah meminta amnesti kepada Presiden Prabowo.
    Kali ini, Noel pasti melawak. Sidang kasusnya pun belum digelar dan vonis hakim pun belum inkrah.
    Maraknya fenomena humor satir yang membungkus persoalan politik dan sosial sekarang ini seperti menunjukkan dua sisi sikap publik: antara kedewasaan sekaligus keletihan.
    Bayangkan, di saat masyarakat di Sumenep, Madura, masih dicekam wabah campak dan pemerintah provinsinya tidak berdaya, kita masih harus menelan kegeraman dengan ulah pejabat-pejabat ‘tengik’ di Kementerian Ketenagakerjaan yang memalak calon tenaga kerja yang butuh sertifikasi K-3.
    Di saat ada balita dari keluarga miskin bernama Raya asal Sukabumi yang meninggal karena ada kiloan cacing bersemayam di tubuhnya, masih ada anggota Dewan yang terhormat menyebut tunjangan Rp 50 juta per bulan untuk tempat tinggal adalah kewajaran.
    Kemiskinan ada di mana-mana, sementara ada ketimpangan pendapatan dan pemerintah begitu abai.
    Di saat guru dan dosen masih menggugat rendahnya pendapatan dan tunjangan, menteri keuangan malah melontarkan wacana pembiayaan dari partisipasi mayarakat.
    Saya pun yakin dengan Anda, para pembaca, kalau Sri Mulyani kali ini tidak sedang membuat humor. Di saat semua peluang pajak dijajaki pemerintah dan ketika efisiensi anggaran berimbas ke semua lini kehidupan, maka dipastikan beban rakyat akan semakin berat.
    Sekali lagi, kita semua tidak yakin kalau Sri Mulyani paham dengan urusan dapur di rumah-rumah di pinggir Kali Code di Yogyakarta atau di Kampung Keling di Medan, Sumatera Utara.
    Jangan salahkan publik yang menyikapinya dengan rasa humor ketika ada pejabat terjerat kasus korupsi.
    Kekecewaan sekaligus melihat kemunafikan para pejabat kita, dialihkan publik dengan humor. Publik secara sadar menyikapi setiap kejadian politik di negeri ini, dengan “menyalurkannya” dalam humor-humor satir.
    Melalui humor, publik juga memperlihatkan ketidakberdayaannya atau rasa letihnya. Rasa tidak ada harapan melihat karut-marut program kerja yang dijalankan pemerintah.
    Mereka menuangkannya dalam humor satir, bahkan cenderung sarkastis. Bagaimana Program Makan Bergizi Gratis yang semula dianggap membantu kehidupan rakyat miskin karena anak-anaknya sudah ditanggung makan siang gratis, kini menimbulkan tanya.
    Orangtua mulai sadar, di saat ada program makan gratis untuk anak-anaknya, tetapi lapangan kerja mulai susah didapat dan pemerintah malah mengurangi program bantuan sosial.
    Banyak orang yang mem-
    posting
    dan me-
    reposting
    untuk mengungkapkan humor politik di berbagai linimasa. 
    Usai Noel dicokok KPK, bertaburan “humor” tentang Ketua Umum Relawan Jokowi Mania itu seperti; “Di dalam hartamu yang sedikit, ada hak para pejabat”; “Imanuel artinya Tuhan Beserta Kita. Ebenezer artinya Tuhan Menolong Kita. Tapi KPK tidak melindunginya”.
    Patut disadari, humor itu merupakan kebutuhan bagi setiap orang. Orang bisa menolak perbedaan agama, budaya, bahasa atau apapun, tetapi tidak ada yang bisa menolak humor.
    Segala sesuatu yang disampaikan dengan humor, meskipun menyakitkan, publik bisa menerimanya. Ada yang bisa membuat publik tersenyum senang, tetapi ada juga yang memang pahit dan tetap bisa ditelan karena humor.
    Humor adalah kekuatan yang tajam untuk mengkritisi apapun tanpa membuat orang menjadi marah.
    Penelitian di Towson University Maryland tahun 2011, menyimpulkan bahwa humor satir dan komedi politik merupakan faktor penting dalam demokrasi.
    Bahkan bisa digunakan sebagai salah satu cara untuk mengetahui kebenaran pernyataan atau kebijakan pemerintah selain menambah kepercayaan masyarakat dan pemerintah. Tentu saja akhirnya adalah meningkatkan partisipasi politik masyarakat.
    Jadi publik seharusnya menanggapinya dengan humor ketika Noel “petantang-petenteng” dengan seragam berbintang 4. Toh baru 4, belum 5.
    Sekali lagi, humor bisa berfungsi sebagai terapi untuk mengatasi ketidakwarasan dengan cara yang positif secara mental dan fisik. Bahkan melalui terapi tertawa yang menyehatkan bisa mengurangi stres dan melepaskan hormon endorfin.
    Dengan tertawa, tubuh bisa melepaskan energi negatif dan menghasilkan energi positif, sehingga meningkatkan kualitas hidup seseorang.
    Ketika besaran gaji, tunjangan serta penggantian biaya perumahan bagi anggota DPR-RI mencuat ke publik, masyarakat menanggapinya dengan humor satir.
    Meme anggota Dewan yang terhormat menunjukkan pesona Rp 3 juta sehari, maka rakyat miskin pun juga menampilkan pesona “Rp 100.000 siang malam, kadang dapat kadang tidak”, sontak tersebar.
    Sahdan ada kisah mengenai anggota DPR yang mendapat pesan
    chat
    dari seorang perempuan. Perempuan ini minta segera ditransfer Rp 10 juta ke rekeningnya.
    Si anggota Dewan bertanya buat apa harus transfer segera? Balas perempuan tersebut, dia ingin kasus tidur barengnya bersama anggota Dewan tidak tersebar ke publik, apalagi bocor ke media online.
    Tanpa banyak pertimbangan, si anggota Dewan tersebut segera mengirim uang sejumlah yang diminta perempuan tersebut.
    Dirinya khawatir perempuan yang pernah tidur bareng tersebut membocorkan rahasianya. Apalagi anggota Dewan tersebut sampai lupa berapa banyak perempuan yang pernah diajaknya “bobo” bareng selama reses dan studi banding bersama mitra kerja.
    Toh, dengan gajinya yang Rp 100 juta lebih per bulannya masih berlebih. Apalah arti uang Rp 10 juta.
    Dasar perempuan lihai, dia mengirim kembali pesan
    chat
    agar anggota Dewan tersebut segera mentransfer lagi sebanyak Rp 25 juta.
     
    Kali ini, anggota Dewan mulai berpikir siapa sebetulnya sosok perempuan itu. Anggota Dewan pun mengancam tidak akan mengirim uang yang diminta sebelum perempuan tersebut menyebutkan nama, mengirim foto dan menyebut lokasi tempat tidur bareng.
    Hanya saja, perempuan tersebut lebih gigih memintanya. Karena penasaran, akhirnya anggota Dewan itu mengirim Rp 25 juta ke rekening yang dipilih perempuan itu.
    Perempuan itupun akhirnya membocorkan jati dirinya usai menerima transfer ke dua sebesar Rp 25 juta, kalau dirinya adalah sama-sama yang “bobo” bareng di gedung parlemen saat Presiden Prabowo menyampaikan pidato kenegaraan kemarin.
    Pidato kenegaraan Presiden Prabowo di sidang tahunan MPR tanggal 15 Agustus 2025 kemarin, berlangsung selama 1 jam 15 menit. Ada 6.000 kata yang disampaikan Prabowo atau rata-rata 80 kata setiap menit yang diucapkan Prabowo.
    Sekali lagi, cerita perempuan yang tidur bareng dengan anggota Dewan di atas adalah cerita fiktif dan inilah humor politik.
    “Selain kekuasaan tanpa kehormatan, sesuatu yang paling berbahaya di dunia adalah kekuasaan tanpa humor”. – Eric Sevareid (1912 – 1992), jurnalis senior di Amerika Serikat.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.