kab/kota: Sukabumi

  • Bayi Raya di Sukabumi Bukan Meninggal karena Cacing, tapi Diduga TBC

    Bayi Raya di Sukabumi Bukan Meninggal karena Cacing, tapi Diduga TBC

    Jakarta

    Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, menyebut Raya, balita 4 tahun di Sukabumi tidak meninggal karena cacing yang ada di tubuhnya. Melainkan diduga karena meningitis tuberkulosis (TBC)

    “Kemarin kan ada yang meninggal karena cacing, itu sebenarnya kalau dokter-dokter lihat medical recordnya, ahli-ahli datang, meninggalnya bukan karena cacing. Dugaannya meningitis karena TBC,” kata Budi Gunadi dalam acara #DemiIndonesia di Menara Bank Mega, Jakarta Selatan, Selasa (26/8/2025).

    Budi menduga infeksi yang diderita Raya mungkin terjadi karena beberapa kemungkinan. Salah satu diagnosanya yakni batuk berbulan-bulan yang dialami Raya.

    “Ini saya bukan alihnya, saya akui, tapi sebagai apa, enggak ada orang yang meninggal karena cacing itu enggak ada. Tapi cacing itu berdampak apa itu ada. Biasanya berdampak ke infeksi, berdampak karena TBC, berdampak lain-lain,” jelas Budi.

    “Anak ini meninggalnya, dugaan utamanya adalah TBC. Karena dia batuk tiga bulan tanpa henti. Ya, itu pasti sekeluarga sudah pasti tertular kalau seperti itu,” tuturnya.

    Dalam kesempatan itu, Budi Gunadi menyatakan penanganan TBC menjadi salah satu tugas prioritas di kementeriannya. Dia menjelaskan bahwa TBC merupakan penyakit menular pembunuh paling besar di Indonesia.

    “Setiap tahun yang kena 1 juta, yang meninggal 125 ribu. Jadi saya bilang ke teman-teman, jangan banyak omon-omon, kerja aja cepat,” ungkapnya.

    Dia mengatakan cara terbaik mengatasi penyakit menular seperti TBC adalah cepat mengetahuinya. Tujuannya agar penularannya dapat diantisipasi.

    Salah satu mendeteksi TBC, lanjut Budi, dapat melalui program cek kesehatan gratis (CKG) yang dicanangkan pemerintah. “Jadi kalau cek kesehatan gratis jangan lupa screen TBC,” pungkasnya.

    Sejumlah menteri Kabinet Merah Putih hadir dalam acara #DemiIndonesia ‘Wujudkan Asta Cita’ malam ini. Adapun mereka yang hadir yakni Menkop Budi Arie, Menaker Yassierli, Menag Nasaruddin Umar.

    Ada juga Menteri ATR/BPN Nusron Wahid, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, hingga Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga serta Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Wihaji.

    Mereka mengupas tuntas programnya dalam mewujudkan Asta Cita Prabowo. Acara dialog interaktif diikuti oleh stakeholder, peserta didik, asosiasi, hingga komunitas.

    Acara ini didukung oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., MIND ID, PT Pertamina (Persero), dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.

    Halaman 2 dari 2

    (ond/maa)

  • KPAI jamin anak yang terlibat aksi di DPR tak dikeluarkan dari sekolah

    KPAI jamin anak yang terlibat aksi di DPR tak dikeluarkan dari sekolah

    Jakarta (ANTARA) – Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menjamin 196 anak yang terlibat aksi di depan Gedung DPR/MPR RI dan ditangkap aparat kepolisian tidak dikeluarkan dari sekolah.

    “Kita akan koordinasi ke Dinas terkait (Dinas Pendidikan) dan sekolah-sekolah untuk memastikan mereka tidak dikeluarkan,” kata Komisioner KPAI Sylvana Maria merespons keluhan para orang tua yang takut anak-anak mereka dikeluarkan dari sekolah di Mapolda Metro Jaya, Selasa.

    Pihaknya juga akan mendatangi beberapa sekolah yang sejumlah muridnya terlibat aksi di depan Gedung DPR/MPR RI.

    Upaya itu dilakukan untuk menelusuri akar terlibatnya anak-anak sekolah dalam aksi kekerasan, termasuk aksi demonstrasi yang destruktif.

    “Kami tentu akan terus “follow up”. Saya sudah mencatat misalnya beberapa nama sekolah yang jumlah muridnya (yang terlibat dalam aksi) lumayan signifikan lebih dari 5, lebih dari 10. Untuk mengetahui kira-kira apa yang akan dikerjakan oleh sekolah itu untuk mencegah keberulangan murid-muridnya ikut dalam aksi-aksi yang mereka tidak tahu,” kata Sylvana.

    Sebelumnya diberitakan, Polda Metro Jaya akhirnya memulangkan sebanyak 196 anak di bawah umur yang ditangkap saat aksi di depan Gedung DPR/MPR RI pada Senin (25/8), kepada orang tuanya.

    “Anak-anak yang ditangkap kemarin, sudah kita pulangkan hari ini,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Ade Ary kepada wartawan di Jakarta, Selasa.

    Lebih lanjut, ia menambahkan, mereka terlibat perusakan fasilitas umum serta tidak termasuk klaster massa yang menyampaikan pendapat di depan DPR.

    “Mereka datang karena ajakan dari media sosial. Kemarin, di jam pelajaran kejadiannya, anak-anak pelajar ini berasal dari Tangerang, Bekasi, Depok, Bogor, ada juga dari Sukabumi,” katanya.

    Untuk menangani anak-anak itu, Polda Metro Jaya menugaskan Sub Direktorat Remaja, Anak dam Wanita (Renakta).

    “Selain itu, karena ini pembinaan spesifik anak, kita libatkan juga Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (PPAPP) DKI Jakarta dan Dinas Sosial,” katanya.

    Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
    Editor: Syaiful Hakim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • KPAI minta anak di bawah umur tak dilibatkan dalam aksi politik

    KPAI minta anak di bawah umur tak dilibatkan dalam aksi politik

    Anak-anak jangan lagi dilibatkan dalam aksi-aksi politik dan agenda politik orang dewasa karena bertentangan dengan Undang-undang Perlindungan Anak

    Jakarta (ANTARA) – Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) meminta agar anak di bawah umur tidak dilibatkan dalam aksi-aksi politik seperti demonstrasi menyusul adanya 196 anak yang ditangkap aparat saat aksi di depan Gedung DPR/MPR RI, pada Senin (25/8).

    “Anak-anak jangan lagi dilibatkan dalam aksi-aksi politik dan agenda politik orang dewasa karena bertentangan dengan Undang-undang Perlindungan Anak,” kata Komisioner KPAI Sylvana Maria kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Selasa.

    Berdasarkan hasil penelusurannya, anak-anak yang terlibat aksi itu ternyata diajak serta diprovokasi lewat media sosial, terutama TikTok.

    “Anak-anak ini diajak baik oleh teman sebaya, oleh kakak kelas, bahkan oleh alumni. Mereka mengatakan, kakak kelas yang sudah lulus mengajak mereka. Dan memang ada berita-berita atau informasi yang mendorong mereka untuk ikut asalnya dari media sosial,” kata Sylvana.

    Provokasi atau ajakan semacam itu, lanjut dia, perlu diusut lebih jauh lantaran terlibatnya anak-anak dalam aksi demonstrasi bisa mengganggu proses belajar serta tumbuh kembang anak.

    “Kita semua tahu bahwa hal seperti ini dampaknya cukup serius untuk anak-anak. Minimal mereka kehilangan waktu-waktu berharga untuk bertumbuh kembang sesuai dengan minat, bakat, dan keinginan mereka,” ujarnya.

    KPAI juga telah mengedukasi anak-anak yang terlibat terkait cara menyampaikan pendapat yang baik dan benar di depan umum.

    “Bahwa kalian anak-anak punya hak untuk menyampaikan aspirasi kalian, menyampaikan pendapat kalian tetapi ada caranya, ada aturannya. Kami kemudian menjelaskan pada mereka apa cara terbaik untuk menyampaikan aspirasi,” kata Sylvana.

    Sebelumnya diberitakan, Polda Metro Jaya akhirnya memulangkan sebanyak 196 anak di bawah umur yang ditangkap saat aksi di depan Gedung DPR/MPR RI pada Senin (25/8), kepada orang tuanya.

    “Anak-anak yang ditangkap kemarin, sudah kita pulangkan hari ini,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Ade Ary.

    Menurut dia, mereka terlibat perusakan fasilitas umum serta tidak termasuk klaster massa yang menyampaikan pendapat di depan DPR.

    “Mereka datang karena ajakan dari media sosial. Kemarin, di jam pelajaran kejadiannya, anak-anak pelajar ini berasal dari Tangerang, Bekasi, Depok, Bogor, ada juga dari Sukabumi,” katanya.

    Untuk menangani anak-anak itu, Polda Metro Jaya menugaskan Sub Direktorat Remaja, Anak dam Wanita (Renakta).

    “Selain itu, karena ini pembinaan spesifik anak, kita libatkan juga Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk (PPAPP) DKI Jakarta dan Dinas Sosial,” katanya.

    Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
    Editor: Syaiful Hakim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Viral Pelajar SMP di Tanggamus Lampung Bertaruh Nyawa Sebrangi Jembatan Rusak Demi Berangkat ke Sekolah

    Viral Pelajar SMP di Tanggamus Lampung Bertaruh Nyawa Sebrangi Jembatan Rusak Demi Berangkat ke Sekolah

    Liputan6.com, Jakarta – Sebuah video yang memperlihatkan pelajar di Kabupaten Tanggamus, Lampung harus bertaruh nyawa menyeberangi jembatan gantung rusak demi bisa sampai ke sekolah viral di media sosial.

    Dalam rekaman berdurasi satu menit yang diterima Liputan6.com, tampak sejumlah siswa SMP Negeri 2 Pematang Sawa bergantian melintasi jembatan sepanjang 15 meter. Kondisi jembatan hanya menyisakan seling besi, sementara di bawahnya mengalir sungai yang cukup deras.

    Perekam video menyebutkan, jembatan gantung yang menghubungkan SMPN 2 dengan SMAN 1 Pematang Sawa itu mendesak untuk segera diperbaiki.

    “Kepada bapak gubernur Lampung, bapak Rahmat Mirzani Djausal yang sangat kami hormati, kepada bapak Bupati Kabupaten Tanggamus, bapak Muhammad Saleh. Kami berada di lokasi jembatan yang menghubungkan antara sekolah SMP Negeri 2 Pematang Sawa dengan SMA Negeri 1 Pematang Sawa tidak jauh jaraknya hanya sekitar jaraknya 10 meter,” ujar perekam video.

    Warga berharap pemerintah daerah maupun Provinsi Lampung memberi perhatian khusus karena jembatan tersebut menjadi akses utama anak-anak menuju sekolah.

    “Kami mohon jembatan ini segera dibenahi, karena prioritas untuk masyarakat dan anak-anak sekolah. Jarak sebenarnya dekat, tapi karena jembatan putus, mereka terpaksa memutar jauh,” kata perekam lagi.

    Menanggapi hal itu, Kapolres Tanggamus, AKBP Rahmad Sujatmiko membenarkan lokasi dalam video berada di wilayah hukumnya.

    “Iya benar, jembatan itu masuk wilayah Polres Tanggamus. Tim Polsek Pematang Sawa sudah turun ke lokasi,” kata Rahmad saat dihubungi Liputan6.com, Selasa (26/8/2025).

     

    BNPB membangun jembatan darurat bailey di Sukabumi untuk membantu korban banjir. Banjir bandang merusak 10 jembatan; perbaikan termasuk satu di Kecamatan Simpenan

  • Perjuangan Riyan Bocah 10 Tahun Tanpa Anus di Sukabumi: Ditinggal Komunitas, Pengobatan Terhenti

    Perjuangan Riyan Bocah 10 Tahun Tanpa Anus di Sukabumi: Ditinggal Komunitas, Pengobatan Terhenti

    Liputan6.com, Sukabumi – Riyan Maulana, seorang bocah berusia 10 tahun asal Kelurahan Jayaraksa, Kecamatan Baros, Kota Sukabumi, kini menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Syamsudin SH. 

    Riyan, putra dari pasangan Dedi dan Euis, yang terlahir tanpa lubang anus atau atresia ani, kembali mendapat pendampingan setelah pengobatannya sempat terhenti.

    Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Sukabumi, Een Rukmini, menyatakan pihaknya segera menanggapi laporan tentang kondisi Riyan. 

    “Kami mendapat informasi dari wilayah, lalu paginya kami dari Dinsos bersama Ibu Camat dan Ibu Lurah langsung berkunjung ke rumah Riyan,” ujar Een, dalam keterangannya, Selasa (26/8/2025).

    Menurut Een, Riyan telah menjalani penanganan medis sejak 2019 hingga 2023. Namun, pengobatan tersebut terhenti dan tidak ada informasi lebih lanjut. 

    “Banyak komunitas yang membantu secara mandiri, hanya saja terhenti dan tidak diinfokan lagi,” tambahnya.

    Setelah mengecek langsung, tim gabungan dari Dinsos, Camat, Lurah, serta Puskesmas Baros langsung bertindak cepat. Mereka merujuk Riyan ke RSUD R Syamsudin untuk mendapatkan penanganan kembali.

    Fokus Penanganan Medis

    Saat ini, tim dokter akan fokus pada penanganan luka-luka yang ada di tubuh Riyan sebelum melanjutkan prosedur operasi terkait kondisi anusnya. Meski demikian, kondisi Riyan secara keseluruhan cukup baik. 

    “Ada luka-luka yang lebih prioritas untuk diobati dulu. Anaknya baik, dia bisa senyum dan bisa dirawat di rumah sakit, hanya mungkin ada luka-luka yang sudah tidak terasa,” ungkapnya.

    Terkait jaminan sosial, Een Rukmini memastikan keluarga Riyan memiliki akses penuh terhadap bantuan pemerintah. 

    “Keluarga Riyan punya Kartu Indonesia Sehat (KIS), BPJS, PKH, dan Bantuan Pangan Non-Tunai. Semuanya lengkap,” ungkapnya.

     

  • Dibelenggu 18 Tahun di Kerangkeng Kayu, Nurjanah Akhirnya Bebas

    Dibelenggu 18 Tahun di Kerangkeng Kayu, Nurjanah Akhirnya Bebas

    Liputan6.com, Sukabumi – Setelah 18 tahun terkurung dalam kerangkeng kayu, Nurjanah (43), akhirnya mendapatkan secercah harapan. Wanita warga Kampung Cikawung, Desa Babakan Panjang, Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi, ini diselamatkan dari penderitaan yang telah ia jalani sejak 2007. Kisahnya menjadi lebih pilu karena rumahnya hanya berjarak satu kilometer dari kantor desa.

    Terkunci dalam ‘Penjara’ kayu sejak 18 tahun yang lalu, Nurjanah harus mendekam di dalam sebuah kamar berukuran 2×2 meter yang dilengkapi dengan jeruji kayu. 

    Tempat ini dibuat oleh keluarganya karena Nurjanah diketahui mengalami depresi dan kerap mengamuk.

    Hidupnya jauh dari kata layak. Ia hanya tidur di dipan kayu beralaskan bantal, dan untuk makan, ia harus menerima hidangan yang disodorkan melalui sela-sela kayu. 

    Aroma tak sedap dari kotoran manusia yang menumpuk di dalam kamar menjadi saksi bisu dari penderitaan yang ia alami setiap hari.

    Menurut Halimah, kakak kandung Nurjanah, sang adik mengalami depresi setelah kembali dari Blitar. Sebelumnya, Nurjanah pernah menikah tiga kali dan memiliki dua orang anak. 

    Salah satu anaknya saat ini tinggal di Blitar. Halimah menuturkan bahwa Nurjanah sempat tinggal bersama suaminya di Blitar sebelum akhirnya pulang dengan kondisi depresi.

    “Dia pernah bilang pengen keluar, pengen cari uang, pengen makan enak. Dia pernah kabur dua kali, untungnya kami bisa menemukannya,” ujar Halimah saat ditemui, Selasa (26/8/2025). 

     

  • Demo Ricuh di DPR: Total 351 Orang Diamankan, 196 Anak di Bawah Umur – Page 3

    Demo Ricuh di DPR: Total 351 Orang Diamankan, 196 Anak di Bawah Umur – Page 3

    Dia menyebut, polisi mengamankan 351 orang. Dari jumlah itu, 155 orang dewasa dan 196 anak-anak di bawah umur. Anak-anak itu berasal dari Tangerang, Bekasi, Depok, Bogor hingga Sukabumi.

    “Setelah dilakukan pendalaman di lapangan kemarin oleh rekan-rekan kami, mereka datang karena ajakan dari medsos ya. Jadi mohon, ini menjadi perhatian kita bersama, kami imbau, sama-sama kita awasi anak-anak kita untuk bijak dan kita juga sebaiknya bijak bermedsos,” ucap dia.

     

  • Viral Video ‘Drama Pemukulan’ Oknum Guru di Sukabumi, Maksud Hati Redam Emosi Istri

    Viral Video ‘Drama Pemukulan’ Oknum Guru di Sukabumi, Maksud Hati Redam Emosi Istri

    Liputan6.com, Sukabumi – Kasus dugaan pemukulan siswa oleh oknum guru di SMAN 1 Cicurug, Sukabumi, akhirnya menemui titik terang setelah kasusnya viral di media sosial. 

    Insiden yang bermula dari skenario ‘drama fiktif’, sanksi ini berujung pada penonaktifan sementara guru yang bersangkutan.

    Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan Masyarakat (Wakasek Humas) SMAN 1 Cicurug, Nurjaka menjelaskan, kejadian ini bermula dari hal sederhana, swafoto (selfie) antara guru dan seorang siswa.

    “Foto tersebut kemudian beredar di media sosial, menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan oleh guru dan keluarganya. Karena merasa tidak nyaman, guru tersebut berinisiatif membuat skenario seolah-olah siswa telah diberi sanksi,” ungkap Nurjaka, dikonfirmasi Senin (25/8/2025).

    Skenario sanksi itu dibuat dengan cara membuat video drama. Namun, dalam proses pembuatan video inilah insiden terjadi.

    “Namun, dalam proses pembuatan video, guru tersebut justru memukul siswanya sungguhan,” jelasnya.

    Kejadian pemukulan yang berlangsung di Laboratorium Kimia pada Rabu, 20 Agustus 2025, ini membuat siswa merasa tidak nyaman dan melaporkannya kepada orang tua. 

    Pihak keluarga siswa pun langsung bereaksi dengan meminta penjelasan kepada guru yang diketahui berinisial P.

     

  • Viral Video ‘Drama Pemukulan’ Oknum Guru di Sukabumi, Maksud Hati Redam Emosi Istri

    Viral Video ‘Drama Pemukulan’ Oknum Guru di Sukabumi, Maksud Hati Redam Emosi Istri

    Liputan6.com, Sukabumi – Kasus dugaan pemukulan siswa oleh oknum guru di SMAN 1 Cicurug, Sukabumi, akhirnya menemui titik terang setelah kasusnya viral di media sosial. 

    Insiden yang bermula dari skenario ‘drama fiktif’, sanksi ini berujung pada penonaktifan sementara guru yang bersangkutan.

    Wakil Kepala Sekolah Bidang Hubungan Masyarakat (Wakasek Humas) SMAN 1 Cicurug, Nurjaka menjelaskan, kejadian ini bermula dari hal sederhana, swafoto (selfie) antara guru dan seorang siswa.

    “Foto tersebut kemudian beredar di media sosial, menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan oleh guru dan keluarganya. Karena merasa tidak nyaman, guru tersebut berinisiatif membuat skenario seolah-olah siswa telah diberi sanksi,” ungkap Nurjaka, dikonfirmasi Senin (25/8/2025).

    Skenario sanksi itu dibuat dengan cara membuat video drama. Namun, dalam proses pembuatan video inilah insiden terjadi.

    “Namun, dalam proses pembuatan video, guru tersebut justru memukul siswanya sungguhan,” jelasnya.

    Kejadian pemukulan yang berlangsung di Laboratorium Kimia pada Rabu, 20 Agustus 2025, ini membuat siswa merasa tidak nyaman dan melaporkannya kepada orang tua. 

    Pihak keluarga siswa pun langsung bereaksi dengan meminta penjelasan kepada guru yang diketahui berinisial P.

     

  • Balita R di Sukabumi Meninggal karena Sepsis, Begini Kata Dokter yang Menangani

    Balita R di Sukabumi Meninggal karena Sepsis, Begini Kata Dokter yang Menangani

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan RI buka suara terkait penyebab kematian balita R di Sukabumi, Jawa Barat. Berdasarkan hasil pemeriksaan intensif, R didiagnosis sepsis atau infeksi berat yang diperburuk dengan malnutrisi, stunting dan meningitis TBC.

    Dokter anak dr Sianne, SpA yang menangani R, menjelaskan bahwa saat tiba di IGD, pasien sudah tidak sadarkan diri. R disebut mengalami demam tinggi dan penurunan kesadaran sejak satu hari sebelumnya.

    “Pasien pertama kali datang ke rumah sakit sudah mengalami penurunan kesadaran, dan demam serta batuk sejak satu hari sebelum masuk rumah sakit. Riwayat medis menunjukkan pasien telah menjalani pengobatan yang tidak jelas ke mana lebih dari sepuluh kali dalam tiga bulan terakhir oleh karena demam dan batuk,” ujar dr Sianne dalam keterangan dikutip dari laman Kemenkes, Selasa (26/8/2025).

    Selama perawatan tim medis menemukan cacing gelang dewasa. Hasil pemeriksaan radiologi toraks menunjukkan adanya TBC paru aktif dan pneumonia, sementara radiologi abdomen memperlihatkan cacing dalam jumlah banyak tanpa tanda sumbatan. CT scan kepala juga mengonfirmasi adanya radang selaput otak/meningitis.

    Penanganan dilakukan secara menyeluruh, meliputi terapi anti-TB, antibiotik, koreksi elektrolit, pemberian obat-obatan untuk mempertahankan tekanan darah dan denyut jantung, serta pemberian obat cacing albendazole. Setelah terapi albendazole, pasien mengeluarkan cacing dalam jumlah banyak melalui buang air besar selama beberapa hari.

    Hasil diagnosis R

    Pasien meninggal dunia pada hari kesembilan perawatan, Senin (21/7) pukul 14.24 WIB. Diagnosis kematian langsung adalah sepsis, dengan penyebab antara malnutrisi berat kwashiorkor dan stunting, serta penyebab dasar meningitis TB stadium 3.

    Selain itu, tim medis juga tidak pernah menimbang berat cacing yang keluar dari tubuh R.

    “Kami tidak melakukan penimbangan karena keluarnya cacing berlangsung bertahap selama beberapa hari,” ucap dia.

    Terpisah, Prof dr Anggraini, SpA(K), dokter spesialis anak, mengatakan bahwa berdasarkan pemeriksaan, ditemukan adanya infeksi di susunan saraf pusat dan sepsis. Ditambahkan pula bahwa cacing dewasa tidak masuk ke otak, paru dan jantung karena ukurannya yang besar.

    “Larva cacing gelang memang memiliki siklus hidup melalui pembuluh darah dan saluran napas yang kadang menyebabkan gangguan nafas, namun tidak menyebabkan kematian,” jelas dr Anggraini.

    Halaman 2 dari 2

    (kna/kna)