Korban Keracunan MBG di Bandung Barat Tembus 842 Orang dalam 3 Hari!
Editor
KOMPAS.com –
Korban keracunan makan bergizi gratis di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, tembus 842 orang.
Jumlah tersebut merupakan akumulasi dari tiga kejadian sejak Senin (22/9/2025) hingga Rabu (24/9/2025), yaitu di Kecamatan Cipongkor dan Cihampelas.
“Total korban keracunan sebanyak 842 orang. Data terakhir pada pukul 16.24 WIB,” kata Plt Kepala Dinas Kesehatan Bandung Barat, Lia N Sukandar, saat ditemui di posko kesehatan di Kantor Kecamatan Cipongkor, Rabu malam.
Lia menjelaskan, pada Senin lalu, keracunan massal pertama terjadi di Cipongkor dengan 393 korban, mulai dari siswa PAUD hingga SMK.
Mereka diketahui menyantap menu MBG yang disiapkan dari dapur SPPG Cipari di wilayah Kecamatan Cipongkor.
Kasus serupa kembali terjadi pada Rabu, baik di Cipongkor maupun di Cihampelas, dengan 449 korban tambahan.
Terkait perbedaan data yang sempat muncul dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Lia mengatakan, hal itu disebabkan oleh adanya perhitungan awal secara kasar, yang kini telah diperbarui berdasarkan laporan Dinkes.
Lia menyebutkan, jumlah korban pada kejadian kedua lebih banyak dibandingkan hari pertama.
Meski begitu, penanganan dilakukan lebih cepat karena banyak bantuan datang dari berbagai pihak.
Keterbatasan fasilitas sempat menjadi kendala, terutama pasokan oksigen di posko kesehatan.
“Petugas sempat kewalahan karena oksigen habis, tetapi tidak berlangsung lama. Banyak pihak yang memasok tabung oksigen ke posko-posko,” kata Lia.
Korban dengan gejala berat mengalami kejang, dehidrasi, hingga penurunan kesadaran.
Situasi sempat kritis ketika RSUD Cililin penuh. Dinas Kesehatan Bandung Barat bahkan menutup sementara akses pasien baru pukul 15.00 WIB dan mengalihkan korban ke beberapa rumah sakit lain.
Kepala Staf Presiden (KSP) M Qodari di Istana, Jakarta, Senin (22/9/2025), sempat menyebut dari 5.000 kasus keracunan MBG, Jawa Barat menjadi provinsi dengan jumlah kasus keracunan terbanyak di Indonesia.
Adapun kasus keracunan bukan hanya terjadi di Bandung Barat saja. Peristiwa serupa juga sempat terjadi di Garut, Tasikmalaya, Sukabumi, dan Cianjur.
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi berjanji segera melakukan evaluasi terhadap penyelenggara maupun vendor penyedia makanan.
Pekan depan dia akan memanggil pengelola MBG di Jabar untuk meminta penjelasan.
Menurut mantan Bupati Purwakarta ini, salah satu penyebab keracunan adalah ketidakseimbangan antara jumlah penerima layanan dengan tenaga yang tersedia, ditambah manajemen penyajian makanan yang kurang tepat.
Dia menilai kasus keracunan ini disebabkan manajemen penyajian yang buruk.
“Misalnya yang dilayani ribuan orang, tetapi yang melayani sedikit. Masaknya jam 1 malam, disajikan jam 12 siang. Jarak waktunya terlalu lama, ini yang harus dievaluasi. Kalau penyelenggara tidak mampu, ya diganti dengan yang lebih mampu,” kata Dedi saat ditemui di Balai Pakuan Bogor, Rabu (24/9/2025).
Meski tidak ada korban meninggal akibat kasus keracunan MBG, Dedi menilai kejadian tersebut menimbulkan dampak psikologis bagi anak-anak.
Mereka bisa kehilangan kepercayaan untuk mengonsumsi makanan MBG, padahal makanan bergizi tersebut penting untuk tumbuh kembang.
Menanggapi wacana moratorium program MBG di Jabar, Dedi menilai langkah yang lebih penting adalah mengevaluasi penyelenggara terlebih dahulu.
Ia menegaskan akan memastikan penyedia makanan benar-benar mampu dan kualitas makanan sesuai dengan standar yang ditetapkan.
“Yang harus dilihat, pertama penyelenggara mampu atau tidak. Kedua, makanan yang disajikan sesuai dengan harga atau tidak. Kalau ternyata tidak mampu dan kualitasnya menurun, ya harus dievaluasi,” ujarnya.
(Penulis: Kontributor Bandung Barat Bagus Puji Panuntun, Kontributor Bogor Afdhalul Ikhsan)
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
kab/kota: Sukabumi
-
/data/photo/2025/09/23/68d2271c284da.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
9 Korban Keracunan MBG di Bandung Barat Tembus 842 Orang dalam 3 Hari! Bandung
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5080104/original/087826400_1736158590-20250106-Dapur_MBG-MER_4.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Hasil Lab Kasus Keracunan MBG Sukabumi Keluar, Ironisnya Banyak Ditemukan Hal Ini
Menanggapi kasus berulang, Agus menuturkan, telah berkoordinasi dengan Dinkes Provinsi, BPOM, dan Kementerian Kesehatan RI, serta mengambil langkah pengawasan yang diperketat melalui pembentukan Tim Pembinaan dan Pengawasan Eksternal SPPG MBG.
Pihaknya juga memberikan rekomendasi tegas kepada seluruh pihak terkait penyedia katering yang wajib memiliki Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS), memastikan suhu dan tingkat kematangan yang sesuai, serta menjaga ketepatan waktu distribusi.
“Mereka juga harus menyediakan sampel makanan untuk uji organoleptik (tes rasa, bau, tekstur) oleh guru di sekolah,” jelas Agus.
Lebih lanjut, sekolah juga ajib memastikan makanan aman dengan cara tes organoleptik terlebih dahulu oleh guru dan membentuk Tim Pengawas Internal Kegiatan MBG.
“Pemerintah Daerah telah dibentuk Satuan Tugas Percepatan Penyelenggaraan Program MBG melalui Surat Keputusan Bupati,” kata dia.
Agus menambahkan, jika kualitas bahan baku yang disediakan oleh katering tidak sesuai spesifikasi, maka katering wajib menggantinya.
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/1012186/original/033043000_1444134179-mayat2.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Korban Penipuan Kerja, Jenazah Pekerja Migran di Kamboja Tak Bisa Pulang ke Tanah Air
Didampingi kepala desa setempat, keluarga Deni kemudian mengadukan kasus ini ke SBMI Sukabumi. SBMI segera mengambil langkah hukum dan administratif dengan mengirimkan surat resmi kepada Kementerian Luar Negeri, BP2MI, serta instansi terkait.
“Kami menuntut agar negara hadir, karena Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 jelas mengamanatkan perlindungan penuh bagi Pekerja Migran Indonesia, baik resmi maupun tidak,” jelasnya.
Keluarga hanya memiliki satu permintaan sederhana agar Deni bisa dimakamkan di tanah kelahirannya, di Sukabumi.
“Kami tidak ingin Deni terlunta-lunta di negeri orang. Harapan kami, pemerintah membantu agar jenazah segera dipulangkan tanpa membebani biaya sebesar itu,” tutur Jejen menyampaikan pinta keluarga Deni.
Jejen menambahkan, pihaknya sudah bersurat kepada Bupati Sukabumi dan Gubernur Jawa Barat untuk meminta bantuan biaya.
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5359990/original/081396100_1758696336-113484.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
3 Hari Pencarian, Wisatawan Asal Jakarta Ditemukan Meninggal Tenggelam di Pantai Wisata Sukabumi
Liputan6.com, Sukabumi – Upaya pencarian terhadap Awwal Salas Al Faruq (20), seorang wisatawan asal Jakarta yang tenggelam di Pantai Wisata Kebon Kalapa Sukabumi, Jawa Barat (Jabar) akhirnya membuahkan hasil.
Jasad korban wisatawan itu ditemukan dalam kondisi meninggal dunia oleh tim SAR gabungan pada Selasa 23 September 2025.
Korban dilaporkan terseret arus ke tengah laut saat berenang pada Minggu 21 September 2025 sekitar pukul 10.30 WIB. Kejadian tragis ini terjadi di Pantai Wisata Kebon Kalapa, yang terletak di Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Kepala Seksi Operasi Kantor SAR Jakarta, Akhmad Rizkiansah, menjelaskan kronologi diterimanya laporan mengenai insiden ini.
“Pada hari Minggu 21 September 2025 pukul 12.30 WIB, kami mendapatkan info dari anggota Polair Polres Sukabumi,” ujar Akhmad, Selasa 23 September 2025.
Mendapat laporan tersebut, tim langsung bergerak cepat melakukan pencarian korban. Setelah pencarian intensif selama tiga hari, jasad Awwal Salas Al Faruq akhirnya ditemukan.
“Alhamdulillah, di hari ketiga tadi pagi pukul 06.43 WIB, kami menemukan korban dalam kondisi meninggal dunia,” tutur Akhmad.
Jasad korban ditemukan pada pukul 06.43 WIB di sekitar perairan Pantai Cimaja. Korban ditemukan dalam kondisi terapung dan tertelungkup di atas permukaan air, dengan radius 3 mil laut (Nautical Miles) dari lokasi kejadian awal. Setelah ditemukan, jasad korban segera dievakuasi.
“Korban langsung dibawa dan dievakuasi menuju ke RSUD Palabuhanratu untuk kemudian kita serahkan kepada pihak keluarga,” kata Akhmad.
Jasad Nelayan Korban Perahu Terbalik di Laut Selatan Kebumen Ditemukan Mengapung
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5359847/original/040795000_1758690998-114372.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Kisah Pilu Balita 5 Tahun di Sukabumi, Jalan Bungkuk Diduga Idap TB Tulang Tak Mampu Berobat
Liputan6.com, Sukabumi – Nasib pilu menimpa Siti Mariyam, balita berusia 5 tahun asal Kampung Lembur Jami, Desa Mekarnangka, Kecamatan Cikidang, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat (Jabar).
Setelah kedua orang tuanya meninggal, Siti Mariyam tinggal bersama kakek dan neneknya. Keterbatasan ekonomi membuat pengobatan penyakitnya tersendat.
Siti Mariyam diduga menderita tuberkulosis atau TB tulang yang membuat tulang belakangnya tak tumbuh normal. Kondisi ini memaksa Siti berjalan membungkuk.
Pihak keluarga menceritakan bahwa Siti terlahir normal. Namun, ketika berusia 2,5 tahun, sebuah benjolan kecil muncul di punggungnya.
Seiring pertumbuhan Siti, benjolan itu semakin membesar, hingga akhirnya ia terpaksa berjalan membungkuk.
“Sedih ya. Penginnya dia sembuh seperti anak-anak lain. Ini bukan dari lahir, dari usia 2,5 tahun. Enggak tahu penyebabnya,” ujar Elim, bibi atau tante Siti Mariyam ditemui Selasa (23/9/2025).
Saat usianya menginjak 3 tahun, Siti sempat diperiksakan ke dokter. Hasil rontgen menunjukkan dugaan syaraf terjepit dan harus dioperasi. Namun, karena kendala biaya, pengobatan Siti tertunda. Selama dua tahun terakhir, ia hanya diberi sirup penahan nyeri jika rasa sakitnya kambuh.
Keluarga Siti Mariyam kemudian meminta bantuan perangkat desa dan membawanya ke puskesmas. Setelah diperiksa, dokter mendiagnosis Siti mengalami dugaan TB tulang dan harus dirujuk ke rumah sakit.
“Harapannya sih dia bisa sembuh, normal seperti anak-anak lain, bisa main dan sekolah,” ucap Elim.
Hal senada diungkapkan oleh Siti Nurelah, nenek Siti. Awalnya, terdapat benjolan kecil yang timbul di punggung balita itu, namun semakin lama ukurannya semakin membesar.
“Kata dokter, syaraf terjepit, dan operasinya harus usia 5 tahun karena kondisinya harus kuat. Udah ke dokter, ke orang pintar, diurut juga. Alhamdulillah sudah semua diusahakan, cuma nggak ke rumah sakit karena masalah biaya,” terang Siti Nurelah.
Penyakit gagal ginjal akut membuat ratusan anak balita di negeri ini kehilangan nyawa. Berawal dari sakit demam dan kemudian diresepkan obat sirop paracetamol, kedua orang tua tak menyangka akan kehilangan sang anaknya. Satu di antaranya sempat alami…
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5359756/original/026244400_1758688212-peta_geologi_gempa_bumi_timur_laut_sukabumi_jawa_barat.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Seluk Beluk Sesar Bayar-Salak, Sumber Gempa Merusak di Sukabumi
Wafid menjelaskan sesar Bayah-Salak memiliki mekanisme geser mengiri (sinistral strike-slip) yang sesuai dengan parameter mekanisme fokus gempa. Itu sebabnya, guncangan saat gempa mengakibatkan beberapa kerusakan bangunan di Kecamatan Kabandungan, Sukabumi.
Secara umum, wilayah Sukabumi dan sekitarnya tergolong aktif secara seismik karena berada di dekat dua sumber utama gempa bumi. Yaitu zona subduksi di Samudera Hindia dan sesar aktif di darat.
“Gempa bumi yang dipicu oleh aktivitas sesar darat umumnya bersifat merusak meskipun dengan magnitudo yang kecil, hal ini terjadi pada kedalaman dangkal dan berdekatan dengan permukiman,” terang Wafid.
Sejarah Gempa Bumi di Sukabumi Sejak 1900
Mengacu catatan Badan Geologi, sejak tahun 1900, di wilayah Sukabumi setidaknya terjadi 21 kejadian gempa bumi merusak, dengan pusat gempa yang tersebar baik di laut maupun di darat.
Dikatakan Wafid, secara umum wilayah Jawa Barat, termasuk Kabupaten Sukabumi, dipengaruhi interaksi tektonik antara Lempeng Indo-Australia yang bergerak ke arah utara dan menunjam ke bawah Lempeng Eurasia di sepanjang Zona Subduksi Jawa.
Aktivitas tektonik tersebut membentuk deformasi kerak yang kompleks, ditandai oleh keberadaan zona subduksi, sistem sesar mendatar, sesar naik, serta sesar-sesar lokal yang berkembang di Jawa Barat.
“Struktur tektonik ini berperan penting sebagai sumber gempa bumi di Sukabumi, baik yang berasal dari zona subduksi maupun dari sesar aktif di dekat permukaan,” tutur Wafid.
Kondisi (morfologi) wilayah di sekitar pusat gempa bumi Sukabumi bervariasi mulai dari dataran aluvial di bagian utara, perbukitan bergelombang di wilayah tengah, hingga pegunungan terjal di bagian selatan yang berhubungan dengan aktivitas vulkanisme dan tektonik regional.
Secara geologi, daerah ini tersusun oleh batuan sedimen berumur tersier berupa batu pasir, batu lempung, dan batu gamping, disertai satuan batuan gunung api berumur Kuarter yang terdiri atas lava, breksi, dan tuf yang membentuk perbukitan serta pegunungan.
“Di lembah sungai dan dataran rendah berkembang endapan aluvial muda berumur Holosen yang tersusun oleh kerikil, pasir, lanau, dan lempung. Gambar 3 memperlihatkan kondisi umur batuan di sekitar sumber gempa bumi,” sebut Wafid.
Keberadaan batuan muda serta sedimen permukaan yang telah mengalami pelapukan berpotensi memperkuat guncangan gempa bumi. Sehingga intensitas guncangan di permukaan dapat lebih besar dibandingkan di daerah dengan batuan kompak.
Kekerasan batuan di wilayah Sukabumi dipengaruhi oleh umur dan litologi, batuan yang lebih muda atau telah mengalami pelapukan memiliki kekuatan lebih rendah dibandingkan batuan tua dan kompak.
“Berdasarkan kondisi geologi dan geoteknik, wilayah sekitar pusat gempa bumi di Sukabumi dapat diklasifikasikan ke dalam kelas tanah C (tanah keras) dan D (tanah sedang) berdasarkan nilai Vs30, sehingga variasi tingkat amplifikasi guncangan gempa bumi sangat bergantung pada kondisi setempat,” sebut Wafid. Itu sebabnya, masyarakat juga diimbau menghindari area tebing yang berpotensi mengalami gerakan tanah, terutama saat turun hujan. Untuk bangunan di wilayah rawan gempa bumi perlu dirancang sesuai kaidah bangunan tahan gempa serta dilengkapi dengan jalur evakuasi, guna mengurangi risiko kerusakan dan korban jiwa.
-
Prakiraan Cuaca BMKG: Sebagian Jakarta Diguyur Hujan Malam Nanti, Rabu 24 September 2025 – Page 3
Liputan6.com, Jakarta – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan sebagian wilayah di Jakarta akan turun hujan pada Rabu malam nanti (24/9/2025).
Melalui akun Instagram resminya @infobmkg, disebutkan Jakarta Barat dan Jakarta Pusat diprakirakan akan berawan tebal hingga cerah berawan sepanjang hari.
“Hujan baru akan turun di wilayah ini pada pukul 22.00 WIB. Rata-rata suhu sekitar 24-31 derajat Celcius,” terang BMKG, melansir Antara, Rabu (24/9/2025).
Sementara cuaca di Jakarta Selatan, Jakarta Timur, dan Jakarta Utara diprediksi bakal turun hujan dengan intensitas ringan sudah turun sejak pagi hari.
Hujan mulai mereda dan mulai berawan pada pukul 10.00 hingga 16.00 WIB. Hujan akan kembali turun di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur pada 19.00 hingga 22.00 WIB.
“Sementara di Jakarta Utara, hujan baru akan mengguyur pada pukul 22.00 WIB. Rata-rata suhu di wilayah ini sekitar 23-32 derajat Celcius,” jelas BMKG.
Terakhir di Kepulauan Seribu, cuaca diprakirakan berawan tebal pada 07.00 WIB dan akan berawan hingga cerah berawan sepanjang hari. Rata-rata suhu di wilayah ini sekitar 28-30 derajat Celcius.
Sebelumnya, gempa bumi mengguncang wilayah Sukabumi-Bogor pada 20–21 September 2025. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan gempa dipicu aktivitas sesar aktif dangkal dengan mekanisme geser (strike-slip fault).
Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono di Jakarta, Senin, mengatakan gempa utama berkekuatan magnitudo 4,0 terjadi pada Sabtu 20 September 2025 pukul 23.47 WIB berada di kedalaman tujuh kilometer di darat, tepatnya di Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
“Berdasarkan bentuk gelombang gempa yang terekam sensor seismik DBJI Darmaga dan CBJI Citeko, gempa ini jelas merupakan gempa tektonik, bukan gempa vulkanik,” katanya.
Hujan deras seharian akibat cuaca ekstrem membuat sebagian wilayah Jakarta kebanjiran. Banjir merendam permukiman, akses jalan, dan sejumlah fasilitas umum, sehingga mengakibatkan aktivitas warga terhambat.
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2865274/original/016704500_1564208380-20190727-Suasana-Gunung-Tangkuban-Perahu-Sehari-Setelah-Erupsi1.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Heboh Badai Petir di Gunung Tangkuban Perahu, Begini Penjelasan Badan Geologi
Stasiun Geofisika Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Bandung menjelaskan soal video trending di media sosial berupa awan berwarna hitam ke jingga berukuran lebih besar dengan bagian atas seperti jamur di antara waktu petang menuju malam.
Kilatan petir kerap muncul di dalam awan tersebut. Sesekali suara guntur terdengar cukup keras. Sejumlah netizen menduga bahwa itu merupakan aktivitas dari letusan gunung.
Kepala Stasiun Geofisika BMKG Bandung Teguh Rahayu mengatakan, fenomena tersebut merupakan fenomena petir dalam awan atau Intra-Cloud (IC) yang terjadi pada awan Cumulonimbus (CB). Fenomena ini merupakan kejadian alamiah yang umum terjadi di wilayah tropis, termasuk Indonesia.
“Awan Cumulonimbus mempunyai beberapa sub-jenis atau varietas yang dibedakan dari bentuk puncaknya dan karakter visualnya. Dari foto yang dikirimkan, awan terlihat menjulang tinggi dengan bagian atas melebar, mirip ‘kepala jamur’ dengan dasar gelap, sehingga termasuk dalam kategori awan Cb Incus,” kata Teguh saat dikonfirmasi via pesan singkat oleh wartawan, Senin (22/9/2025).
Teguh menyampaikan, fenomena tersebut terlihat di wilayah Kabupaten Garut. Meski begitu, penampakannya dapat terlihat hingga Kabupaten Bandung dan Kota Bandung.
Merujuk data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut, pantauan melalui satelit cuaca, awan CB terdeteksi terbentuk di wilayah Bogor yang bergerak ke arah perbatasan Banten, disusul dengan kemunculan awan CB di Sukabumi.
“Awan CB incus pasti akan mengeluarkan banyak petir atau kilat karena pada awan CB fase incus fase downdraft dan updraft sudah terjadi dengan maksimal, sehingga pemisahan muatan listrik di dalam awan sudah terjadi dengan signifikan yang pada akhirnya menghasilkan petir atau kilat secara intensif,” ujar Teguh.
Teguh bilang, meski fenomena ini merupakan hal yang normal namun tetap perlu diwaspadai oleh masyarakat. Sebab menimbulkan hujan deras disertai angin kencang dan sambaran petir.
“Masyarakat diimbau agar selalu waspada terhadap dampak dari hujan lebat yang bisa terjadi juga waspada terhadap sambaran petir,” ucap Teguh.
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5355988/original/073253100_1758407641-IMG_20250921_031021_1.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Ratusan Warga Bogor Bertahan di Tenda Darurat Usai Rentetan Gempa Sukabumi
Liputan6.com, Jakarta 285 warga Desa Purasari Kecamatan Leuwiliang dan Desa Purwabakti Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, masih bertahan di tenda usai gempa magnitudo 4,0 mengguncang Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, Sabtu (20/09/2025).
Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Bogor, M Adam Hamdani merinci, di Desa Purasari sebanyak 253 jiwa atau 96 KK. Sedangkan di Desa Purwabakti tercatat 32 jiwa atau 10 KK masih berada di tenda darurat.
“Untuk di Desa Purwabakti semula tercatat sebanyak 226 jiwa yang tinggal di tenda, namun semalam kembali pulang sebanyak 194 jiwa. Jadi tersisa 32 jiwa,” ujar Adam, Senin (22/09/2025).
Adam mengatakan, warga di dua desa tersebut memilih tinggal di tenda usai terjadi rentetan gempa.
Menurutnya, sejumlah rumah juga dilaporkan rusak. Namun, ia belum menerima jumlah data kerusakan bangunan karena tim masih melakukan pendataan di lapangan.
“Laporan awal rata-rata bangunan rusak ringan. Kami masih menunggu data,” ujarnya.
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5355988/original/073253100_1758407641-IMG_20250921_031021_1.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Penjelasan BMKG: Gempa Sukabumi-Bogor Dipicu Sesar Aktif Dangkal, Ada 39 Kali Gempa Susulan
BMKG mencatat gempa tersebut dirasakan warga di Kalapanunggal dan Kabandungan dengan intensitas III–IV MMI, di Pamijahan dan Leuwiliang dengan intensitas III MMI, di Bogor II–III MMI, serta di Palabuhanratu dan Depok dengan intensitas II MMI.
Gempa yang terjadi menyebabkan kerusakan ringan pada lima rumah di Desa Cipeuteuy, Kecamatan Kabandungan, yang dihuni sekitar 20 jiwa. Tidak ada laporan korban jiwa maupun luka dalam kejadian ini.
Kerusakan bangunan terjadi karena kombinasi hiposenter gempa yang dangkal, kondisi tanah lunak di lokasi terdampak, serta struktur bangunan rumah warga yang belum memenuhi standar tahan gempa.