kab/kota: Sukabumi

  • Wali Murid di Sukabumi Keluhkan Menu MBG: Ayam Bau, Sayur Berulat dan Buah Busuk

    Wali Murid di Sukabumi Keluhkan Menu MBG: Ayam Bau, Sayur Berulat dan Buah Busuk

    Kepala SPPG Yayasan Khazanah Ibu Bahagia Milenito S, selaku pihak penyelenggara, membenarkan adanya beberapa keluhan dari orang tua.

    “Keluhan ada, misalnya ada yang sudah dimasukkan seperti susu atau ada tambahan, itu kita cepat ganti, seperti buah,” ujar Milenito.

    Dia juga mengakui adanya temuan ulat pada sayuran. “Ada ulat dari sayur, langsung ganti, satu porsi,” katanya.

    Disinggung terkait pelatihan bagi pekerja dapur, ia pun mengaku belum mengikuti Sertifikat Penjamah Keamanan Pangan (PKP).

    Milenito menyebut bahwa pihaknya sudah berencana mengikuti pelatihan dari Badan Gizi Nasional (BGN), namun masih menunggu undangan.

    “Pelatihan dari BGN sendiri ada, tapi kami belum mendapat undangan, masih menyusul karena mungkin terbatas untuk beberapa peserta,” jelasnya.

    Terkait izin Standar Laik Higiene Sanitasi (SLHS), Milenito mengatakan sedang dalam proses pengajuan.

    “Untuk SLHS sudah diurus lagi pengajuan karena kan banyak SPPG (Sekolah Penyelenggara Program Gizi), terutama setiap SPPG diwajibkan, dan mungkin ada antrean, jadi butuh waktu. Kami dapat bocoran 13 hari prosesnya paling cepat,” tambah dia.

  • 700 Ribu Warga Jabar Belum Punya E-KTP, Paling Banyak Ada di Bogor

    700 Ribu Warga Jabar Belum Punya E-KTP, Paling Banyak Ada di Bogor

    Liputan6.com, Jakarta – Sebanyak 700 ribu penduduk Provinsi Jawa Barat masih belum memiliki Kartu Tanda Penduduk elektronik (e-KTP) dari jumlah penduduk berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) per semester I tahun 2025 yaitu 51.750.000 jiwa.

    Hingga saat ini belum diketahui alasan penduduk yang belum memiliki tanda identitas tersebut.

    “Dari data itu sekitar Rp37.800.000 gitu yang yang wajib memiliki KTP dan saat ini sekitar 700-an ribu yang belum mendapatkan KTP dengan keterangan (alasan) tidak diketahui,” ucap Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Jawa Bara Berli Hamdani di Gedung Sate, Rabu (8/10/2025).

    Berli mengatakan, jumlah yang belum memiliki e-KTP itu tersebar di sejumlah kabupaten dan kota. Namun, tercatat daerah yang banyak belum memiliki kartu Identitas penduduk ini ada di wilayah Bogor. Hal itu karena penduduk banyak dan wilayah yang luas.

    “Kalau yang belum punya KTP kalau di Jawa Barat yang paling banyak itu di daerah Kabupaten Bogor, karena juga penduduk terbanyak ya. Geografisnya juga sulit, kemudian Sukabumi kemudian juga daerah Cianjur jadi Jawa Barat bagian Selatan Selatan,” kata dia.

  • Studi Tuntas, PLTA Cibuni dan Cimandiri Siap Masuki Tahap Pengembangan
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        7 Oktober 2025

    Studi Tuntas, PLTA Cibuni dan Cimandiri Siap Masuki Tahap Pengembangan Regional 7 Oktober 2025

    Studi Tuntas, PLTA Cibuni dan Cimandiri Siap Masuki Tahap Pengembangan
    Editor
    KOMPAS.com
    — Serangkaian studi untuk pembangunan dua Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) berkapasitas besar di Jawa Barat telah rampung.
    Kedua proyek tersebut yakni PLTA Cibuni berkapasitas 99 MW yang berlokasi di wilayah administratif Sukabumi dan Cianjur, serta PLTA Cimandiri berkapasitas 75 MW di Sukabumi.
    Owner PT Berkat Cawan Group, Albert Junior mengatakan, pihaknya telah merampungkan berbagai studi penting seperti studi kelayakan (feasibility study), studi topografi, studi hidrologi, Land Acquisition and Resettlement Action Plan (LARAP), hingga studi interkoneksi jaringan secara mendetail.
    Selain itu, sejumlah perizinan dasar juga telah diperoleh, di antaranya Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang (PKKPR), pertimbangan teknis pertanahan, serta dukungan dari pemerintah daerah dan Kementerian ESDM.
    “Penyelesaian studi ini menjadi tonggak penting proyek, menandai progres signifikan yang kini memasuki fase pengembangan lebih serius,” jelas Albert dalam rilisnya, Selasa (7/10/2025).
    “Seluruh perkembangan proyek juga telah kami
    upload
    melalui sistem Online Single Submission (OSS), situs resmi Kementerian ESDM, serta laporan dalam bentuk
    hard copy
    ke Menteri ESDM, Dirjen Ketenagalistrikan, dan Dirjen EBTKE Kementerian ESDM,” tambah dia.
    Selain itu, pihaknya berkoordinasi intensif di tingkat daerah dengan mengirimkan laporan dalam bentuk hard copy kepada Bupati Sukabumi, Dinas DPMPTSP Sukabumi, Bupati Cianjur, dan Dinas DPMPTSP Cianjur.
    Albert mengungkapkan, melalui dua anak perusahaannya, PT Berkat Cawan Energi dan PT Berkat Cawan Milenial, pihaknya tengah membangun ekosistem energi bersih yang terintegrasi.
    “Inisiatif komprehensif ini bertujuan untuk memperkuat ketahanan energi nasional secara berkelanjutan. Dengan demikian, kami memposisikan diri sebagai mitra strategis pemerintah dalam mencapai target emisi nol bersih,” ujar Albert.
    Tidak hanya di sektor hulu, pihaknya juga mengembangkan bisnis di sektor hilir melalui pembangunan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) di 7.000 titik di seluruh Indonesia.
    Berkat Cawan Milenial telah menyiapkan produk EV Charger bermerk STARCHARGE, yang telah lolos sertifikasi Standar Nasional Indonesia (SNI) dan uji kompatibilitas dari Icon+ PLN.
    Perangkat tersebut memiliki varian kapasitas mulai dari 60 kW hingga 260 kW, yang dapat digunakan untuk mobil penumpang hingga kendaraan berat seperti bus dan truk listrik.
    Konsep terintegrasi dari pembangunan PLTA di sektor hulu hingga distribusi energi melalui SPKLU di sektor hilir dirancang untuk menciptakan siklus energi hijau yang utuh.
    Inisiatif ini sejalan dengan program Go Green Energy pemerintah dan memastikan bahwa pasokan listrik untuk kendaraan listrik berasal dari sumber bersih dan terbarukan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Diterjang Angin Kencang, 2 Rumah Warga di Nagrak Sukabumi Rusak Tertimpa Pohon

    Diterjang Angin Kencang, 2 Rumah Warga di Nagrak Sukabumi Rusak Tertimpa Pohon

    Liputan6.com, Jakarta – Angin kencang yang melanda wilayah Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi, pada Selasa (7/10/2025) sore, mengakibatkan sedikitnya dua rumah warga rusak tertimpa pohon tumbang.

    Kejadian yang dipicu oleh cuaca ekstrem ini berdampak pada tiga Kepala Keluarga (KK) atau 12 jiwa, namun dilaporkan tidak ada korban luka maupun korban jiwa.

    Manajer Pusat Pengendalian dan Operasi (Pusdalops) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi, Daeng Sutisna, membenarkan laporan tersebut. Ia mengatakan tim di lapangan segera melakukan penanganan.

    “Laporan yang kami terima menyebutkan ada dua lokasi kejadian pohon tumbang yang menimpa rumah warga. Total ada 3 KK yang terdampak dan membutuhkan penanganan cepat,” ujar Daeng Sutisna di Sukabumi, Selasa (7/10/2025).

    Daeng merincikan, dampak pertama terjadi di Kampung Nagrak RT 02 RW 04, Desa Nagrak Selatan. Pohon Kemang tumbang dan menimpa rumah milik Ujang Suparma (1 KK, 5 jiwa), menyebabkan kerusakan pada bagian atap.

    Kejadian kedua tercatat di Kampung Sinagar RT 02 RW 04, Desa Nagrak Utara. Di lokasi ini, pohon petai tumbang dan menimpa rumah milik Adi (2 KK, 7 jiwa), yang juga mengalami kerusakan pada bagian atapnya.

     

  • Ocang Lawan King Cobra Pakai Parang, Diduga Berniat Menguliti

    Ocang Lawan King Cobra Pakai Parang, Diduga Berniat Menguliti

    Liputan6.com, Jakarta Ocang (70), warga Kampung Cipetir RT 08 RW 03, Desa Cidadap, Kecamatan Cidadap, Kabupaten Sukabumi, tewas setelah terlibat duel sengit dengan seekor king cobra sepanjang 4 meter.

    Meskipun Ocang, seorang petani yang dikenal sebagai pemburu ular, berhasil membunuh ular, nyawanya tak tertolong. Racun ular menyebar dengan cepat di tubuhnya saat ia berjuang mencari pertolongan.

    Menurut keterangan dari sahabat korban, Apih Libra Rustiana, insiden tragis ini bermula sekitar pukul 05.00 WIB di dekat kandang ayam milik korban. Ular king cobra itu terlihat muncul ke arah kandang.

    “Kalau kata manusia mah, ini ular duel dulu, bawa parang, macok (dipatuk). Sempat diikat dulu sama sendiri (kaki) sebelah kanan,” ujar Apih Libra dihubungi Liputan6.com, Selasa (7/10/2025).

    Ocang dikenal bukan sebagai pawang, melainkan sebagai tukang berburu ular dan biawak. Apih menduga, Abah Ocang saat itu tidak sekadar ingin menyingkirkan ular, tetapi juga hendak mengambil kulitnya.

    “Pasalnya, Ocang ini kalau sekarang mah disebutnya tukang berburu ular, biawak. Jadi kalau dengan ular sudah biasa. Kecuali pada saat ini ular berbisa, diduga bukan untuk mengambil ularnya, tapi untuk mengambil kulitnya,” jelasnya.

    Apih juga menerangkan bahwa Ocang sempat mengikat kakinya sendiri setelah dipatuk, namun perlawanan terus dilakukan karena ular belum mati. Gerakan aktif korban setelah terpatuk disinyalir mempercepat penyebaran bisa.

    “Selama bergerak kan si bisa itu cepat bereaksinya. Kalau diam mah enggak akan cepat gitu. Ini bereaksi (bergerak) ke sana kemari, diikat sendiri, dan terus duel dengan ularnya karena belum mati,” tambah Apih.

    Korban ditemukan sekitar pukul 06.00 WIB. Ocang sempat berusaha mencari pertolongan menuju Puskesmas yang berjarak sekitar lima menit perjalanan menggunakan motor, melintasi jalan setapak di perkebunan Cihideung, perbatasan Desa Padasenang dan Cidadap.

    Saat ditemukan, Ocang sudah tidak bernyawa. Di kakinya terlihat bekas gigitan yang mengeluarkan darah, dan tak jauh dari sana, ular king cobra tersebut terkapar dengan kepala yang sudah tertancap kayu.

    “Terlihat ada yang lewat dan melihat Mang Ocang kenapa? Dilihat keluar darah di kaki. Dipastikan karena apa, terlihat ada ular yang terkapar malah kepala ditusuk kayu, dibiarkan saja sudah seperti itu,” ungkapnya.

    Telepon genggam milik korban ditemukan di dekat pangkalan ojek di pertigaan Cipetir, yang mengindikasikan bahwa ia tidak kuat lagi melanjutkan perjalanan mencari pertolongan.

    Menurut Apih Libra, ular king cobra tersebut bukan pertama kalinya terlihat. Ular itu telah terlihat tiga kali sebelumnya di sekitar kediaman korban, di mana kerap memangsa ayam milik warga.

  • Ocang Lawan King Cobra Pakai Parang, Diduga Berniat Menguliti

    Ocang Lawan King Cobra Pakai Parang, Diduga Berniat Menguliti

    Liputan6.com, Jakarta Ocang (70), warga Kampung Cipetir RT 08 RW 03, Desa Cidadap, Kecamatan Cidadap, Kabupaten Sukabumi, tewas setelah terlibat duel sengit dengan seekor king cobra sepanjang 4 meter.

    Meskipun Ocang, seorang petani yang dikenal sebagai pemburu ular, berhasil membunuh ular, nyawanya tak tertolong. Racun ular menyebar dengan cepat di tubuhnya saat ia berjuang mencari pertolongan.

    Menurut keterangan dari sahabat korban, Apih Libra Rustiana, insiden tragis ini bermula sekitar pukul 05.00 WIB di dekat kandang ayam milik korban. Ular king cobra itu terlihat muncul ke arah kandang.

    “Kalau kata manusia mah, ini ular duel dulu, bawa parang, macok (dipatuk). Sempat diikat dulu sama sendiri (kaki) sebelah kanan,” ujar Apih Libra dihubungi Liputan6.com, Selasa (7/10/2025).

    Ocang dikenal bukan sebagai pawang, melainkan sebagai tukang berburu ular dan biawak. Apih menduga, Abah Ocang saat itu tidak sekadar ingin menyingkirkan ular, tetapi juga hendak mengambil kulitnya.

    “Pasalnya, Ocang ini kalau sekarang mah disebutnya tukang berburu ular, biawak. Jadi kalau dengan ular sudah biasa. Kecuali pada saat ini ular berbisa, diduga bukan untuk mengambil ularnya, tapi untuk mengambil kulitnya,” jelasnya.

    Apih juga menerangkan bahwa Ocang sempat mengikat kakinya sendiri setelah dipatuk, namun perlawanan terus dilakukan karena ular belum mati. Gerakan aktif korban setelah terpatuk disinyalir mempercepat penyebaran bisa.

    “Selama bergerak kan si bisa itu cepat bereaksinya. Kalau diam mah enggak akan cepat gitu. Ini bereaksi (bergerak) ke sana kemari, diikat sendiri, dan terus duel dengan ularnya karena belum mati,” tambah Apih.

    Korban ditemukan sekitar pukul 06.00 WIB. Ocang sempat berusaha mencari pertolongan menuju Puskesmas yang berjarak sekitar lima menit perjalanan menggunakan motor, melintasi jalan setapak di perkebunan Cihideung, perbatasan Desa Padasenang dan Cidadap.

    Saat ditemukan, Ocang sudah tidak bernyawa. Di kakinya terlihat bekas gigitan yang mengeluarkan darah, dan tak jauh dari sana, ular king cobra tersebut terkapar dengan kepala yang sudah tertancap kayu.

    “Terlihat ada yang lewat dan melihat Mang Ocang kenapa? Dilihat keluar darah di kaki. Dipastikan karena apa, terlihat ada ular yang terkapar malah kepala ditusuk kayu, dibiarkan saja sudah seperti itu,” ungkapnya.

    Telepon genggam milik korban ditemukan di dekat pangkalan ojek di pertigaan Cipetir, yang mengindikasikan bahwa ia tidak kuat lagi melanjutkan perjalanan mencari pertolongan.

    Menurut Apih Libra, ular king cobra tersebut bukan pertama kalinya terlihat. Ular itu telah terlihat tiga kali sebelumnya di sekitar kediaman korban, di mana kerap memangsa ayam milik warga.

  • Ocang Lawan King Cobra Pakai Parang, Diduga Berniat Menguliti

    Kronologi Ocang Tewas Usai Bunuh King Cobra Berukuran 4 Meter

    Liputan6.com, Jakarta Warga Kampung Cipetir RT 08 RW 03, Desa Cidadap, Kecamatan Cidadap, Kabupaten Sukabumi digegerkan dengan penemuan sesosok pria bernama Ocang (70) yang tewas setelah terlibat duel sengit dengan king cobra.

    Jasad sang pawang atau pemburu ular itu ditemukan di jalan setapak tidak jauh dari rumahnya. Di dekatnya, tergeletak ular berbisa sepanjang 4 meter dengan tongkat tertancap di kepala.

    “Korban ditemukan tergeletak Minggu (5/10) sekitar jam 06.30 WIB. Diduga kejadian pematukan terjadi subuh, sekitar jam 05.30 WIB,” ujar Kanit Reskrim Polsek Sagaranten Aipda Yadi Supriadi, Selasa (7/10/2025).

    Yadi menjelaskan, korban dipatuk di bagian sela-sela jempol sebelah kanan kakinya. Luka tersebut telah menghitam kebiruan saat ditemukan.

    Sebelum tewas, korban sempat berjuang mencari pertolongan dengan berjalan kaki.

    “Korban jalan kaki mencari pertolongan. Posisi korban dan ular saat ditemukan tidak jauh, sekitar 10 meteran. Sampai sekarang, bangkai ular masih ada di depan rumahnya,” tambahnya.

    Meski berhasil menewaskan king cobra berukuran besar tersebut, nyawa Abah Ocang tak tertolong setelah racun ular menyebar dengan cepat di tubuhnya. Saat kejadian, istri korban sedang tidak berada di rumah.

    Kanit Reskrim juga menambahkan informasi dari warga sekitar yang menguatkan status korban.

    “Menurut informasi warga dan keluarga, korban ini memang dikenal sebagai pawang ular atau pemburu. Ia sering dimintai tolong untuk menangkap ular dan disebut-sebut sudah menyukai ular sejak muda. Korban merupakan warga asli Cipetir,” jelasnya.

    Kisah perjuangan Ocang melawan ular berbisa tersebut diperkuat oleh keterangan dari Apih Libra Rustiana, yang merupakan sahabat korban. Apih Libra menjelaskan bahwa Ocang lebih dikenal sebagai pemburu satwa liar.

    “Kalau sekarang mah disebutnya tukang berburu ular, biawak, bukan pawang. Jadi kalau dengan ular sudah biasa,” kata Apih Libra.

    Menurut Apih Libra, duel maut itu diduga terjadi sekitar pukul 05.00 WIB saat ular tersebut muncul menuju kandang ayam.

    Ocang sempat melawan menggunakan parang, bahkan dia sempat membunuh ular yang lebih kecil di lokasi yang sama sebelum berhadapan dengan king cobra raksasa 4 meter tersebut.

    “Dapatlah itu (ular) yang kecil satu lagi dibunuh, nah yang itu sudah tidak terlihat datang malah oleh anaknya,” ungkapnya.

    “Kata manusia mah ini ular duel dulu, bawa parang. (Korban) sempat diikat dulu sama sendiri sebelah kanan (kaki) karena cok (dipatuk). Kecuali pada saat ini ular berbisa, bukan untuk mengambil ularnya, tapi (diduga) untuk mengambil kulitnya,” tambah Apih Libra.

  • Perburuan Liar Usir Macan Tutul Jawa dari Habitatnya, lalu Tersesat ke Hotel di Bandung
                
                    
                        
                            Bandung
                        
                        7 Oktober 2025

    Perburuan Liar Usir Macan Tutul Jawa dari Habitatnya, lalu Tersesat ke Hotel di Bandung Bandung 7 Oktober 2025

    Perburuan Liar Usir Macan Tutul Jawa dari Habitatnya, lalu Tersesat ke Hotel di Bandung
    Tim Redaksi
    BANDUNG, KOMPAS.com
    – Aktivitas perburuan liar di kawasan hutan Bandung utara diduga kuat menjadi penyebab seekor macan tutul Jawa keluar dari habitatnya hingga masuk ke sebuah bangunan hotel kosong di Kelurahan Isola, Kecamatan Sukasari, Kota Bandung, Jawa Barat.
    Satwa dengan nama latin Panthera pardus melas itu ditemukan pada Senin (6/10/2025) pagi dalam kondisi terjebak di dalam bangunan hotel yang telah lama tidak beroperasi.
    Selama tiga jam proses evakuasi, tim gabungan dari berbagai instansi berupaya menenangkan dan mengamankan satwa tersebut. Ketegangan berakhir setelah macan tutul itu berhasil dimasukkan ke dalam kandang besi tanpa menimbulkan korban jiwa.
    Ahli macan tutul dari Forum Macan Tutul Jawa (Formata), Agung Ganthar, menilai kemunculan satwa liar di kawasan padat penduduk seperti ini bukan kejadian kebetulan.
    “Di (kawasan hutan) kita banyak yang berburu dengan anjing, cuma kan mereka sama sekali enggak bisa kita kontrol. Jadi meskipun sudah di dalam, kemungkinan seperti itu skenario dia bisa keluar dari habitatnya,” kata Agung saat dikonfirmasi, Senin (6/10/2025).
    Macan tutul itu diduga menyusuri aliran sungai yang menghubungkan kawasan hutan lindung Gunung Tangkuban Parahu dengan wilayah Isola. Jalur di sepanjang sungai itu masih dipenuhi vegetasi rapat dan jauh dari aktivitas manusia, sehingga memungkinkan satwa tersebut bergerak tanpa diketahui warga.
    “Jadi kalau lihat rutenya, ini kan hotel sudah tutup ya. Nah di pinggiran ini kita dapat jejak di jalur pinggir sungai dan hutan, dia lewat situ. Untungnya enggak ada laporan satwa warga diserang, tidak ada penyerangan ke warga,” papar Agung.
    Menurut Agung, macan tutul itu tampak berusaha menghindari keramaian dan mencari tempat yang sepi saat tersesat di wilayah permukiman. Naluri bertahan hidupnya membuat macan tutul itu justru masuk ke hotel kosong yang minim aktivitas manusia.
    “Pastinya ada ketakutan, dia tetap menghindari aktivitas manusia di hutan dan di sini. Untungnya dia masuk ke hotel yang minim aktivitas. Informasinya ini kan hotel kosong,” tambahnya.
    Setelah dievakuasi, macan tutul tersebut akan dibawa ke Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga (PPSC) Sukabumi untuk menjalani observasi sebelum dilepasliarkan kembali ke habitatnya.
    “Bagus ketika dibawa ke Sukabumi, karena kan di sana pusat penyelamatan satwa posisinya di dalam kandang juga. Cuma mereka terlatih meng-handle macan liar yang tertangkap karena konflik (dengan manusia),” jelas Agung.
    Menurutnya, PPSC Sukabumi memiliki fasilitas dan petugas yang kompeten dalam mengurus satwa liar yang memiliki riwayat bersentuhan dengan manusia.
    “Prosedur di sana bagus, karena mereka yang paling kompeten. Perkiraan ya sampai kondisi sehat sesuai observasi sambil menunggu kesiapan tempat rilisnya,” tutup Agung.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Duel Sengit Warga Sukabumi Vs King Cobra Besar, Ular Mati dengan Kepala Tertancap Tongkat

    Duel Sengit Warga Sukabumi Vs King Cobra Besar, Ular Mati dengan Kepala Tertancap Tongkat

    Dalam kondisi terluka parah dan racun yang mulai bereaksi, Ocang diduga berusaha sekuat tenaga untuk mencari pertolongan.

    Ia mencoba berjalan kaki mendatangi rumah tetangga terdekat. Nahas, jarak rumah Ocang yang cukup jauh dan terpencil dari pemukiman warga lain menjadi rintangan terakhirnya.

    “Diduga korban tidak kuat lagi menahan bisa ular di tengah perjalanan saat hendak meminta tolong. Ia akhirnya tersungkur dan meninggal dunia seorang diri di jalur setapak,” tambah Ade.

    Saat ini, pihak Pemerintah Kecamatan Cidadap, Polsek Cidadap, dan Puskesmas Cidadap telah berada di lokasi untuk melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan pemeriksaan jenazah.

    Pemerintah desa juga telah melakukan koordinasi penanganan. Camat Azwar Fauzi mengimbau agar warga yang tinggal di kawasan terpencil untuk selalu waspada terhadap serangan hewan berbisa, terutama di musim peralihan.

    “Kami juga akan berkoordinasi dengan Pusdalops BPBD Kabupaten Sukabumi terkait kebutuhan mendesak, termasuk dukungan psikososial untuk keluarga yang ditinggalkan. Semoga almarhum Husnul Khotimah,” tutupnya.

  • Fakta Mengejutkan, Seluruh Dapur MBG di Sukabumi Belum Lolos Sertifikasi SLHS

    Fakta Mengejutkan, Seluruh Dapur MBG di Sukabumi Belum Lolos Sertifikasi SLHS

    Liputan6.com, Jakarta Program makan bergizi gratis (MBG) kembali menjadi perhatian publik, kali ini terkait standar kelayakan dan kebersihan dapur penyedia makanan di Kabupaten Sukabumi.

    Hingga awal Oktober 2025, belum ada satupun dari ratusan dapur pelaksana program tersebut yang berhasil mengantongi Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS), sebuah izin wajib dari pemerintah daerah.

    Kepala Bidang Pengawasan Perbekalan Kesehatan dan Makanan Minuman (PPMM) pada Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sukabumi, Solitaire Ram Mozes menjelaskan, proses penerbitan SLHS sedang berlangsung, namun memerlukan tahapan yang sangat ketat.

    Menurut Solitaire, dari total kuota 289 dapur MBG untuk Kabupaten Sukabumi, sudah ada 191 unit yang beroperasi dan 8 lainnya segera diluncurkan.

    “Dari total tersebut, belum satu pun yang memiliki SLHS. Semuanya masih dalam proses,” ujar Solitaire, Senin (6/10/2025).

    SLHS sendiri merupakan dokumen resmi dari instansi kesehatan yang membuktikan bahwa tempat pengolahan makanan telah memenuhi standar sanitasi dan keamanan pangan dari Kementerian Kesehatan.

    Untuk mendapatkan sertifikat ini, setiap dapur wajib melengkapi lima komponen utama yaitu surat keterangan dari Satuan Pelaksana Program Pemerintah Gizi (SPPG), denah dapur, hasil uji laboratorium, inspeksi kesehatan lingkungan, dan yang tak kalah penting, Sertifikat Penjamah Keamanan Pangan (PKP) bagi para petugas yang terlibat langsung dalam pengolahan makanan.

    “Lima dokumen ini adalah keharusan. Tanpa itu, SLHS tidak bisa terbit karena berkaitan langsung dengan standar kelayakan pangan dan sanitasi,” tegasnya.

    Sertifikat PKP didapatkan melalui ujian online dengan nilai minimal kelulusan 70, dan secara otomatis menjadi bagian integral dari pengajuan SLHS.

    Mengenai kelanjutan operasional dapur yang belum bersertifikat, Solitaire menyerahkan keputusan kepada Badan Gizi Nasional (BGN).

    Dinkes memilih untuk menghargai komitmen perbaikan dari dapur-dapur yang masih dalam proses, asalkan mereka menunjukkan itikad baik dan memenuhi tahapan yang sudah ditentukan, sehingga tidak serta-merta dihentikan.

    Namun, dia juga memastikan bahwa penerbitan SLHS bukanlah akhir dari pengawasan. Setelah terbit, Dinkes akan tetap melakukan pemantauan berkala setiap enam bulan.

    “Termasuk uji lab dan inspeksi sanitasi ulang, untuk memastikan kualitas makanan bagi anak-anak penerima manfaat MBG benar-benar terjaga dan terjamin keamanannya,” tambahnya.

    Menanggapi sorotan publik dan keluhan orang tua siswa mengenai kualitas makanan, Dinkes mengakui adanya tantangan penyesuaian standar higienitas di tahap awal program.

    “Program MBG baru berjalan, jadi wajar masih ada proses penyesuaian. Kami terus mendampingi agar semua dapur segera memenuhi standar SLHS dan keamanan konsumsi anak-anak terjamin,” tutup dia.