kab/kota: Sleman

  • Nugroho Sulistyo Resmi Jadi Kepala BSSN, Berapa Total Kekayaannya?

    Nugroho Sulistyo Resmi Jadi Kepala BSSN, Berapa Total Kekayaannya?

    Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Prabowo Subianto resmi melantik Letjen TNI (Purnawirawan) Nugroho Sulistyo Budi sebagai Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) pada hari ini, Rabu (19/2/2025).

    Setelah dilantik, Nugroho Sulistyo Budi resmi menggantikan posisi Letnan Jenderal TNI (Purn.) Hinsa Siburian sebagai Kepala BSSN.

    “Terhitung sejak pelantikan mengangkat Letjen TNI Purnawirawan Nugroho Sulistyo Budi sebagai Kepala BSSN,” bunyi Keputusan Presiden (Keppres) yang dibacakan, Rabu (19/2/2025).

    Nugroho hadir dan membacakan sumpah jabatannya di hadapan Prabowo di Istana Kepresidenan, Jakarta.

    “Bahwa saya dalam menjalankan tugas jabatan akan menjunjung etika jabatan dengan sebaik-baiknya dengan penuh rasa tanggung jawab,” bunyi penggalan sumpah jabatan yang dipimpin oleh Presiden Prabowo.

    Kekayaan Nugroho Sulistyo Budi

    Berdasarkan data LHKPN (Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara), lulusan Akademi Militer tahun 1991 memiliki total harta kekayaan sebesar Rp7.556.283.828 atau Rp7,55 miliar.

    Adapun, Nugroho diketahui melaporkan harta kekayaannya pada 26 Januari 2024, periodik 2023. Di mana, saat itu sang Jenderal
    bintang tiga ini masih tercatat menjabat sebagai Staf Ahli Khusus Bidang Politik di Kementerian Pertahanan.

    Nugroho tercatat memiliki harta kekayaan meliputi 5 tanah dan bangunan yang berada di wilayah Semarang, Sleman, dan Bogor dengan nilai mencapai Rp6 miliar.

    Lalu, terdapat 2 unit alat transportasi dan mesin yaitu motor Honda Verza tahun 2015 senilai Rp10 juta dan mobil Toyota Corola Altis tahun 2012 senilai Rp130 juta

    Kemudian, dalam daftar kekayaannya terdapat harta bergerak sebesar Rp153 juta, kas dan setara kas mencapai Rp739,2 juta, dan harta lainnya senilai Rp475 juta.

    Sementara, surat berharga dan beban hutang tidak tercatum dalam data LHKPN milik Nugroho. Hal ini membuat jumlah harta kekayaan milik Nugroho bebas dari hutang.

    Profil Nugroho Sulistyo Budi

    Nugroho Sulistyo Budi merupakan lulusan Akademi Militer tahun 1991, yang merupakan salah satu perwira tinggi TNI-AD yang telah berpangkat Letnan Jenderal.

    Pria kelahiran 1967 ini memegang jabatan sebagai Perwira Tinggi (Pati) di Mabes TNI Angkatan Darat (AD), dan kini memasuki masa pensiun.

    Adapun, pada tahun 2016, Nugroho dimutasi menjabat sebagai Direktur Komunikasi Massa Deputi Bidang Komunikasi dan Informasi BIN.

    Setelah empat tahun di BIN, Nugroho mengemban tugas di lingkungan Menteri Pertahanan RI. Tercatat, selama periode 2020-2024, Nugroho dipercaya untuk menduduki posisi sebagai Staf Ahli Menhan Bidang Politik dibawah komando Prabowo Subianto yang menjadi Menteri Pertahanan.

    Kemudian, 18 Oktober 2024 Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto mengeluarkan keputusan promosi dan mutasi terhadap perwira tinggi untuk bertugas di lingkungan kepresidenan.

    Salah satu nama yang terpilih adalah Nugroho yang mengemban tugas menjadi Inspektur Utama Badan Intelijen Negara (BIN).

    Nugroho kemudian mendapatkan tugas baru menjadi Kepala BSSN berdasarkan Keputusan Panglima TNI Nomor Kep/7/I/2025 yang diteken oleh Jenderal Agus Subiyanto (3/1).

    “Dalam surat keputusan (SKep) itu, Panglima belum menetapkan pengganti Letjen Nugroho yang akan memimpin BSSN ke depannya,” ujarnya dikutip dari Antara, Senin (6/1/2025). 

  • Detik-detik Mahasiswa Jatuh ke Jurang di Lereng Merapi, Kondisi Kepala Robek hingga Gigi Rontok – Halaman all

    Detik-detik Mahasiswa Jatuh ke Jurang di Lereng Merapi, Kondisi Kepala Robek hingga Gigi Rontok – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, Klaten – Seorang mahasiswa bernama Galih (24) asal Kabupaten Sleman mengalami kecelakaan serius setelah terjatuh ke jurang di lereng Gunung Merapi, tepatnya di wilayah Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) Kemalang, Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten.

    Menurut keterangan Komandan SAR Kabupaten Klaten, Irwan Santosa, Galih awalnya berniat untuk jalan-jalan ke bukit di sebelah barat Obyek Wisata Kali Talang pada Selasa, 18 Februari 2025.

    Ia tiba di lokasi sekitar pukul 12.00 WIB.

    Namun, saat sore hari, hujan turun dan Galih terpeleset, jatuh ke dalam jurang dengan kedalaman sekitar 80 meter.

    “Korban jatuh sekitar 30 meter dari dasar jurang dan tersangkut di tebing, sehingga tidak langsung jatuh ke dasar,” ujar Irwan.

    Proses Evakuasi

    Evakuasi dilakukan oleh tim gabungan yang terdiri dari SAR Klaten, DIY dan Sleman, BPBD Klaten, PMI Klaten, relawan Kemalang, serta TNI dan Polri.

    Proses evakuasi dimulai pada pukul 09.00 WIB dan berhasil selesai pada pukul 12.45 WIB.

    Irwan Santosa menjelaskan bahwa kondisi Galih cukup parah.

    “Korban mengalami luka-luka di beberapa bagian tubuh, termasuk kepala robek, gigi depan rontok akibat terbentur, serta fraktur bahu. Selain itu, terdapat pendarahan di tangan, kaki, pinggul, dan dada,” jelasnya.

    (TribunSolo.com/Zharfan Muhana)

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Pemuda Sleman Nyangkut di Jurang Gunung Merapi, Akhirnya Dievakuasi

    Pemuda Sleman Nyangkut di Jurang Gunung Merapi, Akhirnya Dievakuasi

    Jakarta

    GSS (24) warga Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dievakuasi tim SAR gabungan dari jurang Kali Talang, Kecamatan Kemalang, Klaten. Pemuda tersebut ditemukan tersangkut di ceruk jurang yang hanya berjarak beberapa kilometer lagi dari puncak Gunung Merapi.

    Kaur Perencanaan Pemdes Balerante, Kecamatan Kemalang, Jainu, menjelaskan keberadaan penyintas diketahui pengunjung objek wisata Kalitalang. Posisi survivor di tengah jurang.

    “Posisinya di tengah jurang dekat pos 3 jalur tracking, dilaporkan kemudian kita koordinasikan untuk evakuasi. Hanya seorang diri, bawa perlengkapan kemping dan motor,” jelas Jainu dilansir detikJateng, Rabu (19/2/2025).

    Dijelaskan Jainu, berdasarkan pengakuan korban, dia tidak masuk melalui objek wisata Kalitalang. Yang bersangkutan naik melalui sekitar objek wisata bukit Klangon di Sleman.

    “Naiknya lewat sekitar Klangon, Sleman mungkin juga ndlusup-ndlusup (sembunyi) sejak jam 16.00 WIB kemarin. Kalau lewat Kalitalang pasti terdeteksi karena jika sudah sore teman-teman di loket cek siapa yang belum turun akan diminta turun,” kata Jainu.

    Meskipun masuk bukan dari wilayah Klaten, sambung Jainu, lokasi tersangkutnya di wilayah Kali Talang, Kecamatan Kemalang, Klaten. Korban akhirnya bisa dievakuasi dengan selamat.

    “Bisa dievakuasi dengan selamat dan dibawa ke RS,” imbuh Jainu.

    Baca selengkapnya di sini.

    (rfs/rfs)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Pasutri asal Sleman Ditemukan Tewas di Mobil, Istri Hamil dan Sedang Perjalanan ke Magelang – Halaman all

    Pasutri asal Sleman Ditemukan Tewas di Mobil, Istri Hamil dan Sedang Perjalanan ke Magelang – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Penyebab tewasnya pasangan suami istri asal Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, berinisial ER (32) dan IM (28) masih diselidiki.

    Keduanya ditemukan tewas di dalam mobil yang terparkir di Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Senin (17/2/2025) pukul 23.30 WIB

    Kasatreskrim Polresta Magelang, AKP La Ode Arwan Syah, menjelaskan kedua karyawan swasta tersebut mengendarai mobil Hyundai bernopol AB 1003 NQ dari Sleman ke Magelang.

    Warga melihat mobil terparkir di pinggir jalan sejak Senin (17/2/2025) pukul 18.00 WIB. 

    Selang beberapa jam kemudian, mobil masih terparkir di lokasi yang sama sehingga warga semakin curiga.

    Kondisi mesin mobil mati, namun lampu kotanya menyala.

    Setelah dihampiri, ditemukan dua jasad di dalam mobil berwarna hitam.

    “Posisi korban laki-laki berada di atas korban perempuan dengan mulut mengeluarkan sisa muntahan.” 

    “Kondisi keduanya sudah mengalami kaku mayat,” tuturnya.

    Petugas kepolisian kemudian melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan mengevakuasi jenazah.

    Setelah ditelusuri, wanita yang meninggal sedang hamil tujuh bulan.

    Hasil olah TKP ditemukan cairan muntahan serta darah di kepala.

    “Didapat tanda-tanda keracunan. Kami akan kirim sampel muntahan ke labfor (laboratorium forensik) untuk mengetahui zatnya,” sambungnya.

    Penyidik mendalami kemungkinan pasutri tewas akibat asap knalpot yang masuk ke AC mobil.

    “Kami akan mencari informasi seperti kondisi keluarga atau masalah-masalah yang bisa menjadi pemicu peristiwa pidana,” lanjutnya.

    Berdasarkan keterangan keluarga, handphone ER dan IM tak bisa dihubungi sejak pukul 16.30 WIB.

    Pihak keluarga menolak proses autopsi, namun polisi tetap melakukan penyelidikan.

    “Namun belum bisa kami pastikan keracunan apa. Untuk sampel seperti muntahan sudah kami amankan, nanti akan kami periksakan ke laboratorium forensik,” pungkasnya.

    Sejumlah barang bukti yang diamankan yakni handphone serta tas hitam yang tertindih korban.

    Sebagian artikel telah tayang di TribunJogja.com dengan judul Kabar Terbaru Suami Istri Asal Sleman Ditemukan Tewas Dalam Mobil di Salam Magelang

    (Tribunnews.com/Mohay) (TribunJogja.com/Yuwantoro)

  • Penyebab Pasutri Tewas di Magelang Diduga Keracunan Asap Knalpot, Pilu Kondisi Istri Hamil 7 Bulan

    Penyebab Pasutri Tewas di Magelang Diduga Keracunan Asap Knalpot, Pilu Kondisi Istri Hamil 7 Bulan

    TRIBUNJATENG.COM, MAGELANG – Terkuak penyebab kematian pasangan suami istri (pasutri) di dalam mobil di tepi Jalan Yogyakarta-Magelang, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Senin (17/2/2025) tengah malam.

    Diduga Pasutri tersebut tewas karena keracunan asap knalpot yang masuk melalui pendingin udara (AC).

    Diketahui pasangan tersebut, berinisial ER (31) dan IM (27), merupakan warga Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. 

    Fakta lain yang mengejutkan, IM diketahui sedang mengandung tujuh bulan saat ditemukan tewas. 

     

    “Kondisi istri sedang hamil tujuh bulan,” ungkap Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasatreskrim) Polresta Magelang, Kompol La Ode Arwansyah, di Polresta Magelang, Selasa (18/2/2025).

    Diketahui, mobil Hyundai berpelat AB 1003 NQ yang mereka tumpangi ditemukan berhenti di tepi jalan di Dusun Krakitan, Desa Sucen, Kecamatan Salam.

    Kejanggalan mulai terungkap saat saksi melihat kendaraan itu sudah terparkir sejak Senin (17/2/2025) pukul 18.00 WIB.

    Hingga pukul 23.30 WIB, mobil tetap berada di tempat yang sama tanpa pergerakan.

    Karena curiga, seorang saksi mendekati mobil dan menemukan mesin dalam keadaan mati, namun lampu kota menyala.

    Saat mengetuk pintu, tidak ada respons dari dalam. 

    Setelah membuka pintu sisi kiri, saksi mendapati dua orang dalam kondisi tak sadarkan diri.

    “Perempuan rebah di paha kiri laki-laki, laki-laki menindih perempuan,” beber Arwansyah. 

    Diduga mengalami keracunan Saat dilakukan pemeriksaan awal, ditemukan bekas cairan muntahan di mulut kedua korban.

    Pada ER, terdapat jejak darah di kepala.

    Berdasarkan temuan tersebut, polisi menduga keduanya mengalami keracunan. 

    “Didapat tanda-tanda keracunan. Kami akan kirim sampel muntahan ke labfor (laboratorium forensik) untuk mengetahui zatnya,” jelas Arwansyah.

    Selain itu, pihak kepolisian juga mempertimbangkan kemungkinan keracunan akibat asap knalpot yang masuk melalui sistem pendingin udara (AC) mobil. 

    Namun, penyelidikan masih terus berlangsung untuk mengungkap penyebab pasti kematian pasutri tersebut. 

    “Kami akan mencari informasi seperti kondisi keluarga atau masalah-masalah yang bisa menjadi pemicu peristiwa pidana,” tambahnya. 

    Dari keterangan keluarga, diketahui ER dan IM sedang dalam perjalanan dari Yogyakarta menuju Magelang.

    Pihak keluarga juga mengungkap ponsel keduanya sudah tidak bisa dihubungi sejak pukul 16.30 WIB.

    Meskipun terdapat dugaan kuat mengenai penyebab kematian mereka, pihak keluarga menolak dilakukan otopsi terhadap jenazah kedua korban.

    Hingga kini, polisi masih terus mengumpulkan bukti dan keterangan guna memastikan penyebab kematian pasutri tersebut. (*)

     

  • Heboh Pasutri asal Sleman yang Ditemukan Tewas Dalam Mobil di Salam Magelang

    Heboh Pasutri asal Sleman yang Ditemukan Tewas Dalam Mobil di Salam Magelang

    TRIBUNJATENG.COM, MAGELANG — Misteri pasangan suami istri yang ditemukan meninggal dunia di dalam mobil di Magelang Jawa Tengah diduga keracunan AC.

    Sepasang suami-istri, ER (32) dan IM (28), ditemukan tewas dalam mobil pada Senin (17/2/2025) malam.

    Pasangan suami istri asal Dusun Pangukan, Desa Tridadi, Kecamatan Sleman, Kabupaten Sleman, Yogyakarta ditemukan sudah tak bernafas lagi

    Padahal sang istri IM (28) sedang mengandung bayi dalam rahimnya.

    Kasatreskrim Polresta Magelang, Kompol La Ode Arwan Syah, mengatakan keduanya merupakan karyawan swasta. 

    Korban ditemukan warga di Dusun Krakitan, Desa Sucen, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. 

    Informasi yang dikumpulkan polisi menyebutkan, mobil Hyundai warna hitam dengan nomor polisi AB 1003 NQ sudah terparkir di depan rumahnya sejak pukul 18.00 WIB.  

    Awalnya warga mengira mobil tersebut milik pelanggan warung pecel lele di seberang jalan. 

    Namun, hingga pukul 23.30 WIB, kendaraan tersebut masih berada di tempat yang sama dengan kondisi mesin mati, namun lampu menyala.

    Karena merasa curiga, dia bersama dua saksi lainnya mencoba mengetuk kaca mobil, namun tidak ada respons dari dalam. 

    Mereka kemudian membuka pintu mobil dan menemukan kedua korban dalam keadaan tidak bernyawa.

    “Posisi korban laki-laki berada di atas korban perempuan dengan mulut mengeluarkan sisa muntahan.

    “Kondisi mayat keduanya sudah mengalami kaku” ujar Kompol La Ode Arwan Syah.

    Saat petugas kepolisian tiba di tempat kejadian perkara (TKP), ditemukan sejumlah barang bukti, diantaranya handphone yang tergeletak di jok belakang.

    Kemudian tas hitam merek Zeava yang tertindih tubuh korban perempuan.

    Posisi tangan kiri korban laki-laki masih memegang tongkat gigi persneling dalam posisi P (parkir).

    Sementara mesin mobil dalam keadaan mati tetapi kontak dalam posisi menyala. 

    Berdasarkan keterangan ibu korban, pasangan suami istri tersebut semula berniat menyusul keluarga ke Magelang menggunakan mobil milik adik korban. 

    Korban perempuan terakhir kali terlihat online di apilkasi perpesanan pada pukul 16.30 WIB.

    Namun ketika ibunya mencoba menghubungi, panggilannya tidak dijawab.

    Polisi masih mendalami dugaan penyebab kematian pasangan tersebut. 

    Namun berdasarkan hasil pemeriksaan awal, ditemukan tanda-tanda keracunan.

    “Namun belum bisa kami pastikan keracunan apa. Dugaan dari AC,” ujarnya.(*)

  • Suami dan Istri Hamil 7 Bulan Tewas dalam Mobil Terparkir di Magelang

    Suami dan Istri Hamil 7 Bulan Tewas dalam Mobil Terparkir di Magelang

    Jakarta

    Pasangan suami istri (pasutri), inisial ER (32) dan IM (28) ditemukan meninggal dunia di dalam mobil di Jalan Raya Jogja-Magelang, kawasan Krakitan, Salam, Kabupaten Magelang. Mobil milik pasangan suami istri tersebut dalam kondisi tengah terparkir.

    Kasat Reskrim Polresta Magelang, AKP La Ode Arwansyah mengatakan jenazah pasangan suami istri itu ditemukan warga pada Senin (17/2) malam sekitar pukul 23.30 WIB. Jenazah pasangan suami istri itu kemudian dievakuasi ke RSUD Muntilan.

    “Itu suami istri. Istrinya hamil 7 bulan. Itu warga Sleman,” kata La Ode Arwansyah dilansir detikJateng, Selasa (17/2/2025).

    La Ode mengungkap pasangan suami istri itu diduga mengalami keracunan. Kendati demikian, kata La Ode, pihaknya masih melakukan penyelidikan.

    “Dugaan karena keracunan. Penyebab kematian (racunnya) masih dalam penyelidikan,” imbuhnya.

    La Ode menerangkan berdasarkan keterangan saksi, awalnya satu unit mobil Hyundai warna hitam AB 1003 NQ tersebut parkir sejak pukul 18.00 WIB. Warga mengira pemilik mobil sedang jajan pecel lele.

    (whn/idh)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Beda Pengakuan, Guru Tendang Perut Murid SD Demi Selamatkan dari Papan Tulis Jatuh, Korban Bantah

    Beda Pengakuan, Guru Tendang Perut Murid SD Demi Selamatkan dari Papan Tulis Jatuh, Korban Bantah

    TRIBUNJATIM.COM – Seorang guru SD diduga menendang perut muridnya ketika berada di sekolah.

    Diketahui, guru yang bekerja di SDN 253 Bangko, Kabupaten Merangin, Jambi, berinisial M itu kini menjadi sudah dilaporkan ke polisi.

    Ia dilaporkan akibat kasus dugaan kekerasan terhadap siswa berinisial MH.

    Namun guru dan murid memberikan keterangan yang berbeda.

    Guru tersebut menendang perut korban karena diduga menjatuhkan papan tulis pada Kamis (13/2/2025).

    Kepala Sekolah SDN 253 Bangko, Susmarni, mengatakan bahwa keluarga korban telah melaporkan kejadian ini kepada UPTD PPA Kabupaten Merangin, yang kemudian diteruskan kepada Polres Merangin.

    Meski demikian, pelaku meminta agar permasalahan ini diselesaikan secara kekeluargaan.

    “Ya, kemarin pihak orang tua korban sudah melaporkan ke UPTD PPA Dinas Sosial dan membuat laporan ke polisi,” kata Susmarni, Senin (17/2/2025) dilansir dari TribunJambi.com.

    Susmarni menjelaskan bahwa pihak sekolah telah memanggil guru tersebut untuk dimintai keterangan.

    “Kami tidak boleh sepihak dalam menyelesaikan masalah ini. Kami harus adil, baik dari pihak orang tua siswa maupun oknum guru,” ujarnya.

    Pelaku pun menceritakan kronologi kejadian ini.

    “Pada Kamis (13/2/2025) sekitar pukul 9.00 WIB, dalam proses belajar PJOK, kami ada kegiatan senam di kelas. Ada salah satu siswa yang menjatuhkan papan tulis,” katanya.

    “Setelah saya perbaiki, siswa yang sama kembali menjatuhkan papan tulis. Untuk menghindari papan tulis yang jatuh, saya menahannya dengan kedua tangan, karena bebannya cukup berat. Lalu saya mendorong siswa itu dengan kaki agar tidak tertimpa papan tulis,” sambungnya.

    Dia menambahkan bahwa setelah kejadian itu, situasi kembali normal, dan seluruh siswa melanjutkan senam di luar kelas.

    Sementara itu, orang tua korban, LM, mengatakan bahwa anaknya membenarkan adanya dugaan kekerasan.

    “Anak saya mengatakan bahwa dia ditendang di bagian perut oleh guru tersebut, hingga terduduk di lantai,” sebut LM.

    “Pada saat pak guru mau kasih materi, papan tulis di depan itu rusak. Bapak gurunya langsung benerin papan tulisnya. Waktu saya main ke depan kelas, nggak sengaja nyenggol papan tulisnya dan terjatuh. Tiba-tiba pak guru nendang perut saya, dan saya langsung jatuh terduduk di lantai,” ucap LM menirukan penjelasan anaknya.

    LM menyatakan sangat menyesalkan tindakan kekerasan tersebut.

    “Sebagai orang tua, saya tidak masalah jika anak saya dihukum sesuai perbuatannya. Namun, kekerasan fisik seperti ini tidak boleh terjadi, terutama di bagian perut yang ada organ penting,” tuturnya.

    Setelah kejadian, LM langsung melaporkan dugaan kekerasan ini kepada kepala sekolah.

    “Kepala sekolah mendukung saya jika melaporkan kejadian ini ke polisi,” sebut LM.

    LM juga mengungkapkan bahwa guru tersebut ternyata sudah pernah ditegur sebelumnya karena sikap kasar dalam mendidik siswa.

    “Saya berharap agar kejadian ini tidak terulang lagi dan agar guru tersebut diberi sanksi tegas,” ujarnya.

    Adapun kini korban telah dilakukan pemeriksaan secara medis dan mentalnya.

    “Anak saya sudah diperiksa secara medis dan dikonseling oleh psikolog,” ungkap LM. 

    Orang tua korban pun berharap agar Dinas Pendidikan Kabupaten Merangin dan pihak terkait memberi sanksi tegas agar kekerasan semacam ini tidak terjadi lagi di masa depan.

    Sementara itu, kisah kelakuan guru terhadap murid yang viral lainnya juga pernah terjadi di Sleman, Yogyakarta.

    Curhatan siswa SMK di Sleman, Yogyakarta, yang diusir gurunya jelang ujian, viral di media sosial.

    Terungkap alasan siswa SMK bernama Kevin Setiawan tersebut diusir gurunya dan disuruh keluar dari kelas sebelum ujian.

    Rupanya ia diusir keluar kelas karena belum membayar tunggakan biaya sekolah serta SPP.

    Terpaksa keluar kelas dan tidak bisa ikut ujian, siswa kelas 12 SMK Nasional Berbah tersebut mengurai curhatan melalui surat terbuka.

    Melalui rekaman video di akun viral @rizna_77 di TikTok, Kevin meminta bantuan kepada Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X.

    “Surat terbuka kepada yang terhormat Gubernur Yogyakarta,” kata Kevin, Kamis (13/2/2025).

    “Kami sampaikan surat terbuka ini karena saya sudah tidak ada jalan keluar untuk mengikuti ujian,” imbuhnya.

    Lebih lanjut, Kevin mengungkap detik-detik pengusiran terhadapnya yang dilakukan seorang guru.

    Kala itu, Kevin tengah bersiap mengerjakan ujian.

    Namun secara mendadak, Kevin disuruh keluar oleh guru bahasa Jawa dan tidak diperkenankan mengikuti ujian sekolah.

    “Saya Kevin Setiawan, sekolah di SMK Nasional Berbah jurusan teknik permesinan kelas 12, menyampaikan kepada Bapak Gubernur,” ucapnya.

    “Saya dari anak broken home yang kedua orang tua saya sudah tidak mampu lagi membiayai sekolah saya,” lanjut Kevin.

    “Pada tanggal 11 Februari 2025, ada ujian sekolah, saya sudah berada di ruang kelas, akan tetapi saya disuruh keluar oleh guru bahasa Jawa,” imbuhnya.

    “Karena tidak mempunyai kartu ujian, maka saya tidak boleh ikut ujian, dan disuruh keluar dari ruang kelas,” ujarnya dengan wajah memelas.

    Tangkapan layar seorang siswa SMK di Jogja membacakan surat terbuka setelah diusir oleh gurunya dari kelas sebelum ujian, Kamis (13/2/2025). (TikTok/rizna_77)

    Lantaran kejadian tersebut, Kevin pun putus sekolah.

    “Sampai hari ini 11 Februari 2025, saya tidak bisa mengikuti ujian dan terpaksa putus sekolah.”

    “Kami berharap Bapak Gubernur DIY dapat membantu kami untuk bisa melanjutkan sekolah sampai lulus dan mendapatkan ijazah,” pungkasnya.

    Di sisi lain, ayah Kevin yakni Ariwantoko tampak pasrah mengetahui putranya terpaksa putus sekolah.

    Dalam wawancara di kanal YouTube tvOneNews, Ari mengaku sempat mendatangi sekolah setelah putranya diusir dari kelas gara-gara menunggak bayaran.

    Kala itu diakui Ari, ia sampai memohon-mohon ke guru dan kepala sekolah agar Kevin diizinkan ikut ujian.

    Namun permintaan Ari diabaikan pihak sekolah yang tetap bersikukuh soal bayaran SPP.

    “Sebagai orang tua, saya terenyuh memang itu keadaan kita, saya sebagai orang tua udah memohon-mohon kepada pihak sekolah, ketemu ketua ujian sampai kepala sekolah.”

    “Memang tidak ada toleransi sama sekali waktu itu. Saya sangat memohon-mohon supaya anak saya bisa ikut ujian bersama teman-temannya dan bisa lulus seperti anak lain,” ujar Ariwantoko.

    Dalam pernyataannya, Ari mengungkap total tunggakan yang ditagih sekolah sebanyak Rp14,8 juta selama tiga tahun.

    Terkait dengan biaya fantastis untuk sekolah anaknya, Ari mengaku kesulitan, sebab selama ini cuma bekerja sebagai buruh.

    “Keadaan saya, saya sebagai buruh harian lepas. Saya kerjaan tidak pasti, kalau ada kerjaan saya diajak teman, atau tetangga minta tolong ya saya bantu, saya kerja serabutan. Jadi untuk penghasilan enggak pasti,” beber Ari.

    Tak bisa berbuat apa-apa, Ari pun mengaku berjuang dengan mendatangi pihak sekolah.

    Namun kata Ari, pihak sekolah tetap tidak memberikan toleransi.

    Jika Kevin mau ujian, kata pihak sekolah, harus membayar minimal setengah dari tunggakan.

    “Saya sudah datang ketemu tim pelaksana ujian, diarahkan ke kepala sekolah, saya temui semua. Saya memohon anak saya tetap bisa ikut ujian.”

    “Saya minta saran pengajuan ke dinas sosial, ada saran untuk DPS, tapi kata bapak kepala sekolah punya surat miskin enggak.”

    “Sebenarnya saya kartu itu enggak punya sama sekali, saya sempat down. Katanya kalau mau dapat kartu harus bayar 50 persen (utang tunggakan) dulu,” jelas Ari.

    Melansir Tribun Jogja, Kevin kini dapat mengikuti ujian susulan setelah persoalan tersebut diselesaikan.

    Penyelesaian masalah ini melibatkan dukungan dana dari pihak swasta dan pemerintah.

    Serta mediasi yang difasilitasi oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) DIY pada Rabu (12/02/2025), di Kantor Disdikpora DIY.

    Mediasi yang mempertemukan orang tua siswa, pihak sekolah, dan pihak terkait lainnya, berhasil menemukan titik terang atas persoalan yang sempat menghambat kelancaran ujian siswa tersebut.

    Ayah siswa yang bersangkutan, Ari, merasa lega karena persoalan administrasi anaknya bisa diselesaikan dengan baik.

    “Saya sudah menganggap clear masalah ini. Saya juga berterima kasih kepada pihak sekolah yang sudah mau mengerti kondisi saya.”

    “Alhamdulillah anak saya sudah dibantu untuk biaya. Saya merasa lega,” ujar Ari.

    Mediasi antara orang tua siswa, SMK Nasional Berbah, dan pihak terkait lainnya yang difasilitasi Disdikpora DIY, Rabu (12/02/2025), di Kantor Disdikpora DIY. Penyelesaian masalah melibatkan dukungan dana dari pihak swasta dan pemerintah. (ISTIMEWA via Tribun Jogja)

    Kepala SMK Nasional Berbah, Edy Muchlasin menegaskan bahwa pihak sekolah tidak pernah mengusir siswa dari ujian karena masalah administrasi.

    Bahkan pihak sekolah telah berusaha memberikan keringanan biaya pendidikan kepada orang tua siswa. 

    “Kami sebelumnya sudah bicara dengan orang tua siswa, jika memang tidak mampu, bisa kami bantu mengajukan keringanan, tapi syaratnya harus ada surat miskin.”

    “Sayangnya orang tua siswa tidak punya. Tapi sekarang sudah ada pihak yang membantu menanggung biayanya, jadi masalah sudah selesai,” ungkap Edy.

    Edy juga menjamin bahwa tidak ada diskriminasi atau pengucilan terhadap siswa tersebut terkait dengan masalah yang sempat viral di media sosial. 

    “Kami menjamin tidak ada diskriminasi atau bahkan pem-bully-an kepada anak kami ini,” tegasnya.

    Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) DIY, Suhirman menjelaskan bahwa inti permasalahan adalah kurangnya komunikasi antara pihak sekolah, orang tua siswa, dan siswa itu sendiri.

    Namun ia menyampaikan bahwa mediasi berjalan lancar dan telah menghasilkan kesepakatan yang menguntungkan semua pihak. 

    “Semua sudah menyepakati bahwa anak ini, besok sudah bisa untuk melaksanakan ujian sekolah. Dan sudah tidak ada permasalahan lagi.”

    “Harapannya, anak bisa melanjutkan proses pembelajaran dengan baik sampai selesai,” tutur Suhirman.

    Suhirman juga mengingatkan agar komunikasi lebih terbuka antara pihak sekolah, orang tua siswa, dan Disdikpora DIY, terutama jika terjadi permasalahan serupa. 

    “Jika ada masalah semacam ini, jangan segan-segan untuk komunikasi. Karena ternyata persoalan seperti ini bisa kita selesaikan dengan baik.”

    “Jangan sampai anak dirugikan dalam proses pembelajarannya, hanya karena persoalan administrasi,” tambahnya.

    Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

    Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJambi.com

     

  • Puluhan Suporter PSS Sleman dan Aremania Diamankan Polres Blitar Kota

    Puluhan Suporter PSS Sleman dan Aremania Diamankan Polres Blitar Kota

    Blitar (beritajatim.com) – Polres Blitar Kota mengamankan puluhan orang yang diduga merupakan pendukung PSS Sleman dan Arema FC. Puluhan suporter tersebut kini dibawa ke Kantor Polres Blitar Kota.

    Langkah ini dilakukan untuk mencegah terjadi bentrokan antar suporter pada laga Arema FC vs PSS Sleman nanti sore. Pasalnya pertandingan Arema FC vs PSS Sleman sudah disepakati untuk digelar tanpa penonton.

    Namun pada hari ini, anggota Polres Blitar Kota masih menemukan puluhan orang yang diduga merupakan pendukung PSS Sleman dan Arema FC. Mereka diamankan aparat kepolisian saat tiba di Stasiun Kota Blitar.

    “Ini tadi ketemu di Stasiun namun mereka tidak mengakui entah pendukung atau bukan, bahwasanya mereka hanya bermain ke Blitar. Sementara biar istirahat di situ daripada nanti terjadi apa-apa,” kata Kabagops Polres Blitar Kota, Kompol Agus Tri Susetyo, Senin (17/2/2025).

    Pertandingan antara Arema FC vs PSS Sleman sendiri telah disepakati untuk digelar tanpa suporter. Kedua suporter pun dilarang untuk datang ke Blitar demi mencegah terjadinya bentrokan.

    “Ini saya lagi melakukan penyekatan, kemungkinan ada yang datang entah dari Sleman atau Arema untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan dibawa ke kantor dulu disuruh istirahat di kantor baru nanti kita antar kembali,” bebernya.

    Kini puluhan suporter yang diduga pendukung Arema FC dan PSS Sleman tersebut tengah diamankan di Polres Blitar Kota. Mereka kini diminta untuk beristirahat di Polres Blitar Kota hingga pertandingan usai.

    Nantinya puluhan suporter tersebut akan dipulangkan usai pertandingan selesai. Namun sementara waktu suporter PSS Sleman dan Aremania diminta untuk tetap berada di Polres Blitar Kota. [owi/beq]

  • 6 Wartawan Gadungan Peras Wanita Rp300 Juta di Sleman, Pergoki Korban Check In Bersama Selingkuhan – Halaman all

    6 Wartawan Gadungan Peras Wanita Rp300 Juta di Sleman, Pergoki Korban Check In Bersama Selingkuhan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, Sleman – Polresta Sleman berhasil menangkap enam orang yang mengaku sebagai wartawan gadungan setelah mereka memeras seorang wanita sebesar Rp300 juta.

    Penangkapan ini dilakukan setelah korban melaporkan tindakan pemerasan yang dialaminya.

    Modus operandi para pelaku terungkap saat korban, yang baru saja check-in bersama pria bukan suaminya di sebuah hotel di Sleman, didatangi oleh pelaku yang mengaku sebagai wartawan.

    Kejadian ini berlangsung pada Selasa, 11 Februari 2025, sekitar pukul 18.40 WIB.

    Korban yang merasa tertekan akhirnya setuju untuk memberikan uang, tetapi hanya mampu mentransfer Rp15 juta sebagai uang muka.

    Kekurangan yang dijanjikan akan diserahkan pada 13 Februari 2025.

    Penangkapan Pelaku

    Setelah merasa menjadi korban pemerasan, korban melapor ke Polresta Sleman.

    Tim penyidik segera melakukan penyelidikan, termasuk menganalisa rekaman CCTV.

    Dalam waktu singkat, keenam pelaku berhasil ditangkap pada 12 Februari 2025.

    Dari pengakuan tersangka, mereka telah beroperasi di Sleman selama satu minggu, memantau hotel-hotel untuk mencari korban.

    “Mereka tergabung dalam grup WhatsApp dan membagi tugas saat melakukan pemerasan,” ujar Kapolresta Sleman, Kombes Pol Edy Setyanto Erning Wibowo.

    Polisi kini menyelidiki apakah ada keterkaitan antara komplotan ini dengan kasus serupa yang ditangani Resmob Ditreskrimum Polda Metro Jaya.

    Keenam pelaku disangka melanggar Pasal 368 KUHP dengan ancaman hukuman penjara hingga 9 tahun.

    Identitas mereka masing-masing berinisial DT (37), FMS (27), SH (27) dan YDK (24) keempatnya merupakan warga Bekasi, Jawa Barat. 

    Kemudian DTK (23) warga Klaten, Jawa Tengah dan HB (55) warga Kotagede Yogyakarta.

    Dari kasus ini, polisi menyita 17 barang bukti, termasuk ID card palsu, handphone, dua mobil, dan uang tunai Rp500 ribu.

    Reaksi dari PWI Sleman

    Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sleman, Wisnu Wardhana, mengungkapkan keprihatinan atas kejadian ini. “

    Perbuatan mereka sangat mencoreng nama baik profesi wartawan. Kami berpegang pada kode etik jurnalistik, dan tindakan ini jelas bukan bagian dari profesi kami,” tegasnya.

    Wisnu juga mengingatkan masyarakat untuk melaporkan jika mengalami pemerasan dengan modus yang sama.

    “Kami akan menjaga kerahasiaan pelapor,” tambahnya.

    (TribunJogja.com/Ahmad Syarifudin)

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).