Jari Bocah 12 tahun di Sleman Terluka Parah Gara-gara Petasan
Tim Redaksi
YOGYAKARTA, KOMPAS.com
– Kecelakaan akibat petasan kembali terjadi di Kabupaten
Sleman
, Yogyakarta.
Seorang bocah berusia 12 tahun, yang berinisial NGF, harus dilarikan ke rumah sakit setelah mengalami luka serius di telapak tangan dan jari akibat
ledakan petasan
.
Kepala Subbagian Humas Polresta Sleman, AKP Salamun, mengungkapkan bahwa insiden tersebut terjadi pada Sabtu (22/3/2025) sekitar pukul 06.00 WIB di Kapanewon Tempel.
“Korban berinisial NGF usia 12 tahun warga Sleman,” jelasnya melalui pesan WhatsApp pada Sabtu (22/03/2025).
Salamun menjelaskan, peristiwa bermula ketika NGF bersama teman-temannya menyalakan petasan di daerah Tambakrejo.
Saat itu, korban dan teman-temannya masing-masing menyalakan satu petasan.
“Posisi korban membungkuk dan mercon (petasan) dipegang menggunakan tangan kiri dan disulut menggunakan korek gas menggunakan tangan kanan,” tuturnya.
Setelah sumbu petasan dinyalakan, sumbu tersebut terlepas dari petasan milik korban.
Korban berusaha menaruh kembali sumbu tersebut, namun tiba-tiba petasan meledak.
“Sumbunya terlepas, korban bermaksud menaruhnya lagi, namun tiba-tiba petasan tersebut meledak dan korban mengalami luka,” lanjutnya.
Akibat ledakan tersebut, NGF mengalami luka di telapak tangan kiri, dengan jari ibu yang patah dan jari telunjuk yang putus.
“Luka di telapak dan punggung tangan kiri, ibu jarinya patah atau lepas, jari telunjuk putus pembuluh darahnya dan mendapatkan beberapa jahitan,” ungkap Salamun.
Polisi yang menerima laporan dari warga segera melakukan penyelidikan.
Dari keterangan yang diperoleh, diketahui bahwa bubuk untuk membuat petasan tersebut dibeli secara online.
“Keterangan korban, bubuk obat petasan dibeli oleh salah satu temannya secara online sebanyak 1 ons seharga Rp 25.000,” ucapnya.
Kejadian serupa sebelumnya juga terjadi di Kabupaten Sleman, di mana seorang bocah kelas 4 SD berinisial R mengalami luka dan harus dirawat di rumah sakit akibat bermain petasan pada 15 Maret 2025.
Kejadian ini menyoroti bahaya penggunaan petasan yang kerap mengakibatkan cedera serius, terutama di kalangan anak-anak.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
kab/kota: Sleman
-
/data/photo/2023/12/31/659122cd9262f.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Jari Bocah 12 tahun di Sleman Terluka Parah Gara-gara Petasan Yogyakarta 22 Maret 2025
-

Sosok Muhammad Rafy, Simpan Mayat Pacar hingga Jadi Kerangka, Berasal dari Keluarga Terpandang – Halaman all
TRIBUNNEWS.COM – Berikut sosok dari Muhammad Rafy Ramadhan, pemuda yang bunuh lalu simpan mayat pacarnya hingga jadi kerangka di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Berdasarkan penelusuran Tribunnews.com, Rafy diketahui lahir pada 2001, kini masih berusia 24 tahun.
Ia tinggal di sebuah rumah kontrakan di Kalurahan Sabdodadi, Kapanewon Bantul.
Sedangkan korban pembunuhan bernama Enggal Dika Puspita.
Perempuan berumur 23 tahun itu, tercatat sebagai warga Kapanewon Mlati, Kabupaten Sleman.
Kepala Dukuh Gading Lumbung, Kalurahan Donotirto, Kapanewon Kretek, Bantul, Edy Purnama, membeberkan latar belakang keluarga Rafy.
Pelaku berasal dari keluarga terpandang di lingkungannya.
Kakek Rafy merupakan mantan pejabat pemerintah kalurahan di Kabupaten Bantul.
Dari segi ekonomi, keluarga pelaku bisa dibilang berkecukupan.
“Secara ekonomi, mereka juga hidup berkecukupan karena orang tua MRR itu buka usaha. Enggak jauh lah dari rumahnya,” kata Edy, dikutip dari TribunJogja.com, Sabtu (22/3/2025).
Edy melanjutkan, ayah dan ibu Rafy cerai beberapa waktu lalu.
Pelaku kemudian ikut ibunya tinggal di rumah kontrakan yang menjadi tempat kejadian pembunuhan.
“Jadi ayahnya di sini dan memang asli sini. Terus ibunya, tetangga kampung sebelah. Setelah cerai dan mereka pisah,” tandasnya.
Utomo (65), tetangga Rafy menyebut, pelaku dan ibunya memiliki kepribadian tertutup.
Rafy tinggal di kontrakan sudah sekitar satu tahun.
Saat bertemu, pelaku hanya sebatas bertegur sapa.
“Ya pelaku itu kalau ketemu sama saya juga jarang sapa-sapa.”
“Kalau ketemu ya cuma ketemu pas lewat di jalanan depan rumah itu aja,” ucap dia.
Terbongkarnya kasus ini bermula saat keluarga korban melaporkan hilangnya Enggal.
Korban diketahui tidak diketahui keberadaannya selama 6 bulan terakhir.
Beredar informasi, Enggal tewas dibunuh oleh pacarnya sendiri, Rafy.
Polisi lantas mendatangi pelaku dan akhirnya ditemukan kerangka dari korban.
“Jenazah korban ditemukan pada Kamis (20/3/2025) pukul 18.00 WIB, usai jajaran Polsek Bantul dan Polres Bantul mendapat laporan terkait dugaan pembunuhan,” kata Kasi Humas Polres Bantul, AKP I Nengah Jeffry Prana Widyana, dikutip dari TribunJogja.com.
Petugas langsung mengamankan Rafy guna dimintai keterangan dan sejumlah barang bukti turut dibawa polisi.
Hasilnya, Rafy mengakui telah membunuh pacarnya sendiri pada tanggal 25 September 2024, sekira pukul 09.00 WIB di kos.
Pelaku mencekik korban hingga tewas.
Setelah membunuh korban, MR membiarkan jasadnya di dalam kamar kos, hanya ditutupi mantel.
Seiring waktu, jasad tersebut, membusuk hingga tersisa tulang belulang.
AKP Jeffry mengatakan, motif pembunuhan dipicu masalah sepele.
Pelaku dan korban terlibat keributan gara-gara bakso gosong.
“Korban sedang menggoreng bakso namun ditinggal menyapu ruangan, di saat yang sama, tersangka sedang mencuci piring. Namun, bakso yang digoreng gosong,” katanya, dikutip dari Kompas.com.
Korban lalu memarahi pelaku dan sempat memukulnya dengan sapu sebanyak 5 kali.
Perlakukan korban membuat pelaku tersulut emosinya.
Ia mencekik korban hingga akhirnya tewas.
Polisi sementara dijerat pasal 338 KUHP tentang pembunuhan dengan hukuman maksimal 15 tahun penjara.
“Tapi masih pemeriksaan ya, bisa saja ditemukan unsur pidana lainnya,” tutup AKP Jeffry.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul Kesaksian Sejumlah Warga Terkait Kasus Pembunuhan di Sabdodadi Bantul
(Tribunnews.com/Endra)(TribunJogja.com/Neti Istimewa Rukmana)
-

Tiga Truk dari Jogja Kepergok Akan Buang Sampah di Klaten, DLH Sleman Sebut Bukan Milik Pemkab – Halaman all
TRIBUNNEWS.COM – Sebuah video yang menunjukkan tiga truk dari Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, kepergok hendak membuang sampah di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, menjadi viral di media sosial.
Video ini diunggah oleh akun Instagram @merapi_uncover pada Minggu, 16 Maret 2025.
Tiga truk yang bernomor polisi AB 8851 ZQ, G 1928 CE, dan AB 8595 YK tersebut diberhentikan oleh Camat Kemalang, Kuncoro, bersama petugas Satpol PP, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Klaten, dan kepolisian pada Sabtu, 15 Maret 2025.
Tindakan ini diambil karena truk-truk tersebut diduga melanggar Perda Klaten Nomor 6 Tahun 2018 yang melarang pembuangan sampah dari luar daerah.
“Sesuai Perda, seseorang atau badan dilarang memasukkan sampah dari luar wilayah daerah. Kami minta truknya untuk putar balik,” ujar Kuncoro.
Tetesan air lindi yang mengalir dari bak truk menjadi indikasi bahwa muatan tersebut adalah limbah rumah tangga.
Camat Kemalang menyatakan bahwa pembuangan sampah dari luar daerah ini bukan kali pertama terjadi.
Sementara itu, Kepala DLH Kabupaten Sleman, Epiphana Kristiyani, menegaskan bahwa ketiga truk tersebut bukan milik Pemkab, melainkan jasa pengangkut sampah swasta yang terdaftar di DLH Sleman.
“Kami akan memanggil jasa pengangkut sampah swasta tersebut untuk mengingatkan tentang larangan dalam pengelolaan sampah,” ungkapnya.
Epiphana berharap pembinaan yang akan dilakukan dapat mencegah terulangnya kejadian serupa di masa mendatang.
Namun, ia juga mengingatkan bahwa sanksi akan diberikan jika pelanggaran tetap terjadi setelah pembinaan.
“Kalau setelah itu masih terjadi pelanggaran, ya silakan saja, karena kami sudah melakukan pembinaan,” tegasnya.
(Tribunnews.com/Isti Prasetya)
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).
-

Kesaksian Warga soal Kasus Pembunuhan di Bantul, Sempat Cium Bau Anyir – Halaman all
TRIBUNNEWS.COM – Warga Kalurahan Sabdodadi, Kapanewon, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, digegerkan dengan penemuan kerangka manusia yang diduga merupakan korban pembunuhan.
Kasus ini diduga terjadi sekitar bulan September 2024 dan baru terungkap pada Kamis, 20 Maret 2025 sore.
Awalnya, polisi setempat menerima laporan mengenai hilangnya seorang perempuan yang kini teridentifikasi sebagai EDP, 23 tahun, warga Kapanewon Mlati, Kabupaten Sleman.
Pelaku dalam kasus ini adalah MRR, 24 tahun, warga Kapanewon Kretek, Kabupaten Bantul.
Sugiyono, 32 tahun, pendatang baru yang indekos di lokasi kejadian, mengaku sering mencium bau tidak sedap dari salah satu kamar kos.
“Ya selama tinggal di sini itu, saya ada cium bau dari salah satu kamar kos. Baunya itu aneh. Baunya kayak anyir-anyir, apek, enggak sedep gitu lah. Ya kayak bau daging busuk gitu lah,” ungkap Sugiyono, Jumat (21/3/2025).
Ia menambahkan, saat ia pindah ke kos tersebut, pelaku sudah tidak lagi tinggal di sana.
Meskipun mencium bau tersebut, Sugiyono tidak melapor kepada pemilik kos.
Bahkan, sejauh ini dirinya belum pernah mencoba untuk menghilangkan bau tersebut.
Pasalnya, Sugiyono merasa bingung bagian mana yang harus dibersihkan agar bau tersebut hilang.
Ia juga menyatakan bahwa selama tinggal di sana, tidak ada kejadian aneh yang mengganggu.
“Kamar itu sempat ditempati juga. Waktu itu ada yang nginep terus tidur di sana.”
“Dan ya selama ini kami enggak pernah diganggu kayak hal-hal mistis gitu. Jadi tidak ada curiga,” jelasnya.
Sugiyono terkejut saat pihak kepolisian datang untuk melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP).
“Saya baru tahu ketika kemarin sore ada pihak kepolisian datang ke sini mau minta izin buat olah TKP,” katanya.
Dari situ, ia mengetahui bahwa bau anyir yang ia cium ternyata berkaitan dengan kasus pembunuhan yang terjadi di kos tersebut.
Adapun kos tersebut terdiri dari empat kamar dan satu kamar mandi, disewakan seharga Rp1 juta per bulan.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul Kesaksian Sejumlah Warga Terkait Kasus Pembunuhan di Sabdodadi Bantul.
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).
-

Cerita Warga soal Kasus Pembunuhan di Bantul, Cium Bau Anyir seperti Daging Busuk di Lokasi – Halaman all
TRIBUNNEWS.COM – Warga Kalurahan Sabdodadi, Kapanewon, Kabupaten Bantul, Yogyakarta, digegerkan dengan penemuan kerangka manusia korban pembunuhan.
Kasus pembunuhan itu diduga terjadi sekitar bulan September 2024 dan baru terungkap pada Kamis (20/3/2025) sore.
Awalnya, polisi setempat menerima laporan terkait kasus tidak adanya kabar seorang perempuan yang kini menjadi korban dugaan pembunuhan tersebut.
Adapun identitas pelaku dalam kasus ini adalah MRR (24), warga Kapanewon Kretek, Kabupaten Bantul.
Sedangkan, korban adalah EDP (23), warga Kapanewon Mlati, Kabupaten Sleman.
Pendatang baru yang indekos di rumah tempat kejadian, Sugiyono (32) mengaku kerap mencium bau tidak sedap di TKP.
Ia sendiri baru lebih dari sebulan tinggal di lokasi itu. Saat ia pindah ke sana, kos tersebut sudah kosong atau tidak ada penghuni.
“Saya masuk (mulai tinggal di kos) itu, pelaku sudah enggak kos di sini. Jadi enggak ketemu pelaku,” tuturnya, dilansir Tribun Jogja, Jumat (21/3/2025).
Saat dicari sumber bau tidak sedap itu, jelas Sugiono, ternyata bersumber dari salah satu kamar kos yang tertutup, tetapi tidak ada barang maupun penghuni.
“Ya selama tinggal di sini itu, saya ada cium bau dari salah satu kamar kos. Baunya itu aneh. Baunya kayak anyir-anyir, apek, enggak sedep gitu lah. Ya kayak bau daging busuk gitu lah,” ucapnya.
Ia menyebut, saat dicek di salah satu kamar kos yang tercium bau tak sedap itu hanya terlihat kotor seperti ada dinding terkena jamur.
“Sebelum kos di sini, saya sudah survei. Ya lumayan oke. Tapi saya enggak tau, kok (tiba-tiba pas ditempati tercium) bau anyir,” tuturnya.
Akan tetapi, Sugiyono mengaku tidak pernah melapor kepada pemilik kos tersebut terkait adanya bau tak sedap di salah satu kamar.
Bahkan, sejauh ini dirinya belum pernah mencoba untuk menghilangkan bau tersebut.
Pasalnya, Sugiyono merasa bingung bagian mana yang harus dibersihkan agar bau tersebut hilang.
“Kamar itu sempat ditempati juga. Waktu itu ada yang nginep terus tidur di sana.”
“Dan ya selama ini kami enggak pernah diganggu kayak hal-hal mistis gitu. Jadi tidak ada curiga,” jelasnya.
Ia merasa terkejut saat ada polisi dan pihak-pihak terkait yang tiba-tiba datang ke lokasi dan meminta izin kepadanya untuk melakukan olah TKP.
“Jadi, saya baru tahu ketika kemarin sore ada pihak kepolisian datang ke sini mau minta izin buat olah TKP.”
“Dari situ saya baru tahu kalau di sini pernah ada kejadian pembunuhan dan jadi tahu juga penyebab bau anyir itu apa,” ungkapnya.
Sugiyono juga menjelaskan bahwa kos itu merupakan satu rumah yang berisi empat kamar dan satu kamar mandi. Ia menyewanya seharga Rp1 juta per bulan.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul Kesaksian Sejumlah Warga Terkait Kasus Pembunuhan di Sabdodadi Bantul.
(Tribunnews.com/Deni)(TribunJogja.com/Neti Istimewa)
-

Sleman proyeksi perputaran uang libur Lebaran Rp1,69 triliun
Sleman (ANTARA) – Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta memprediksi peredaran uang dari wisatawan pada objek wisata selama periode libur Lebaran 2025, yakni 22 Maret hingga 6 April tahun ini mencapai Rp1,69 triliun.
Kepala Dinas Pariwisata Sleman Ishadi Zayid di Sleman, Jumat mengatakan bahwa prediksi pergerakan wisatawan, length of stay, okupansi hotel, capaian retribusi pariwisata yang dikelola Pemkab Sleman dan belanja wisatawan berada di antara Rp600 miliar sampai dengan Rp1,69 triliun.
“Harapannya dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi masyarakat,” kata Ishadi.
Ia memprediksi pergerakan wisatawan nusantara di Kabupaten Sleman selama periode libur Hari Raya Idul Fitri 2025 sebesar 300.000 sampai 500.000 orang.
Kemudian, rerata length of stay wisatawan berada di antara 2 – 2,25 hari. Selanjutnya, rerata okupansi hotel di Kabupaten Sleman berada diantara 30 persen – 60 persen.
“Kami berharap rerata lama tinggal di Sleman lebih lama lagi sehingga perputaran uang semakin meningkat,” katanya.
Ishadi mengatakan bahwa proyeksi retribusi pariwisata di destinasi yang dikelola Pemkab Sleman yakni Kaliurang dan Kaliadem sebesar Rp50 juta – Rp100 juta.
Rerata belanja wisatawan mulai dari akomodasi, makan minum, tiket masuk destinasi, belanja oleh-oleh, dan lain-lain berada di antara Rp1 juta – Rp1,5 juta.
“Peredaran uang dari wisatawan berada di antara Rp600 miliar sampai dengan Rp1,69 triliun di destinasi pariwisata yang ada di Sleman, baik yang dikelola pemkab maupun pihak lain tetap buka pada saat Idul Fitri 2025,” katanya.
Pewarta: Sutarmi
Editor: Iskandar Zulkarnaen
Copyright © ANTARA 2025 -

Kasus Pembunuhan Kekasih di Bantul, Pelaku Sempat Bersihkan Kerangka Jasad Korban – Halaman all
TRIBUNNEWS.COM – Pihak kepolisian mengungkap temuan baru dalam kasus pembunuhan kekasih di sebuah indekos yang berada di Bantul, DI Yogyakarta.
Pelaku yang bernama Muhammad Rafy Ramadhan (24) atau MRR sempat membawa kerangka jasad korban yang merupakan kekasihnya, Enggal Dika Puspia (23) atau EDP.
Kasi Humas Polres Bantul, AKP I Nengah Jeffry Prana Widyana, membeberkan fakta baru.
MRR mencekik EDP pada 25 September 2024 sekitar pukul 09.00 WIB.
Setelah melakukan aksinya, pelaku memindahkan jasad korban ke kamar paling timur atau kamar nomor empat.
“Jenazah ditutupi jas hujan, namun oleh tersangka dipindah ke kamar nomor 3 (sebelah kanan kamar nomor 4), dan ditutupi selimut,” kata Jeffry saat dihubungi wartawan melalui telepon, Jumat (21/3/2025), dikutip dari Kompas.com.
Setelah dua minggu menyimpan jenazah, bau tak sedap mulai tercium, sehingga pelaku memutuskan untuk pindah tidur ke kontrakan temannya di Condongcatur, Sleman.
“Pada tanggal 7 Desember 2024, tersangka membereskan tempat kejadian dengan cara membuka kamar nomor 3 dan mendapati tubuh korban sudah menjadi kerangka,” kata dia.
Jeffry mengatakan, rambut, pakaian, serta barang-barang milik korban dimasukkan ke dalam kantong plastik sampah berwarna hitam.
Pelaku kemudian membawa kantong tersebut ke kontrakan di Condongcatur, Sleman.
Bahkan, pada 20 Desember 2024, tersangka membawa kantong plastik sampah tersebut ke losmen di Kaliurang, Sleman.
“Dibersihkan kerangkanya lalu membawa kerangka tersebut untuk disimpan di rumahnya korban di Padukuhan Gading Lumbung Rt. 16, Donotirto, Kretek,” kata dia.
“Pelaku juga membawa sisa pakaian korban yang dimasukkan ke dalam trash bag dan koper yang tersisa di kontrakan yang beralamat Kampung Dawang, Padukuhan Manding,” imbuhnya.
Pelaku membakar berbagai barang yang terkontaminasi jasad korban, termasuk selimut, mantel, kantong plastik, rambut, dokumen, boneka, serta pernak-pernik yang dikenakan korban.
Diberitakan sebelumnya, MRR tega membunuh EDP dengan cara dicekik.
Jenazah korban ditemukan pada Kamis (20/3/2025), setelah ada laporan mengenai seorang perempuan lama tak terlihat, sedangkan motornya dibawa sang kekasih.
Mendapat laporan itu, polisi langsung menindaklanjuti dan menemukan tindak pidana pembunuhan yang terjadi di suatu indekos Kalurahan Sabdodadi.
“Jenazah korban ditemukan pada Kamis (20/3/2025) pukul 18.00 WIB, usai jajaran Polsek Bantul dan Polres Bantul mendapat laporan terkait dugaan pembunuhan,” ungkap Kasi Humas Polres Bantul, AKP I Nengah Jeffry Prana Widyana, dilansir TribunJogja.com.
“Saat ditemukan, jenazah korban tinggal kerangka. Saat ini, jenazah korban dibawa ke RS Bayangkara untuk dilakukan otopsi lebih lanjut,” ujarnya.
Pelaku mengaku ia menjalin hubungan asmara dengan korban.
Keduanya terlibat cekcok sebelum insiden tersebut terjadi.
“Pembunuhan tersebut dilakukan oleh pelaku dengan cara mencekik korban di tempat kos yang menjadi tempat kejadian perkara sampai meninggal dunia.”
“Dan berdasarkan pengakuan pelaku, itu dilakukan karena sebelumnya terlibat cek cok,” ungkap Jeffry.
Pelaku kemudian membawa pulang jasad korban yang hanya tersisa tulang belulang dan menyimpannya di rumahnya di Gading Daton, Kalurahan Donotirto, Kapanewon Kretek.
Kerangka jasad korban dibungkus menggunakan kantong plastik sampah berwarna hitam.
Namun, hingga saat ini, Jeffry belum dapat mengungkap secara rinci bagaimana rangkaian peristiwa yang menyebabkan korban hanya tersisa tulang belulang.
“Selanjutnya, pelaku membawa dan mengakui menyimpan korban di kamar rumah pelaku yang berada di Kapanewon Kretek.”
“Dan saat ditemukan, korban sudah dalam keadaan tinggal kerangka manusia atau tulang belulang dan terbungkus trashbag warna hitam di rumah pelaku,” ujarnya.
Kasus ini tengah ditangani oleh pihak Satreskrim Polres Bantul.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul Kronologi Kasus Warga Bantul Simpan Tulang Belulang Kekasihnya di Kamar
(Tribunnews.com/Falza) (TribunJogja.com/Neti Istimewa Rukmana) (Kompas.com/Markus Yuwono)
-

Kerangka Manusia Perempuan di Bantul Ternyata Dibunuh sang Pacar
Bantul, Beritasatu.com – Polisi mengungkap penemuan kerangka manusia di Bantul, Yogyakarta. Diketahui, korban merupakan seorang perempuan asal Sleman yang ditemukan dalam kondisi tinggal tulang belulang.
Kasus ini terungkap setelah keluarga korban melaporkan kejanggalan karena sudah lama tidak terlihat. Sementara motor korban masih digunakan oleh sang kekasih.
Setelah penyelidikan, Polres Bantul menangkap tersangka berinisial MR (24), warga Kretek, Bantul, pada Kamis (20/3/2025).
Kasi Humas Polres Bantul AKP I Nengah Jeffry mengungkapkan, tersangka mengakui telah membunuh korban, yakni Enggal Dika Puspita (23), warga Mlati, Sleman, pada 25 September 2024.
Pembunuhan terjadi di rumah kos korban di Sabdodadi, Bantul, setelah keduanya bertengkar.
“Pelaku mencekik korban hingga tewas,” ujar Jeffry, Jumat (21/3/2025).
Beberapa waktu kemudian, tersangka memindahkan jasad korban ke rumahnya di Kretek, Bantul, dan menyimpannya dalam kamar. Saat penggeledahan, polisi menemukan kerangka manusia yang terbungkus trash bag hitam.
Kerangka manusia di Bantul itu kini telah dibawa ke RS Bhayangkara untuk otopsi dan tes DNA guna memastikan identitasnya. Sementara itu, tersangka diamankan di Polres Bantul untuk pemeriksaan lebih lanjut.

