Turunan Ekstrem “Tanjakan Bibis” Kulon Progo Kembali Makan Korban, Mobil Tabrak Tebing
Tim Redaksi
KULON PROGO, KOMPAS.com
– Kecelakaan tunggal terjadi di
Tanjakan Bibis
, sebuah turunan ekstrem di Perbukitan Menoreh, Jalan Nanggulan-Goa Kiskendo, pada Minggu (8/6/2025) sekitar pukul 14.10 WIB.
Mobil
Daihatsu Taft GT
hitam dengan nomor polisi H 1932 EZ menabrak tebing, mengakibatkan dua orang terluka.
Menurut Iptu Sarjoko, Kasi Humas Polres
Kulon Progo
, pengemudi mobil, ES (44), dan penumpangnya, A (51), yang keduanya merupakan warga Kabupaten Sleman, mengalami luka-luka akibat insiden tersebut.
“Kecelakaan tunggal mobil yang terjadi di jalan Dusun Bulu,” ungkap Sarjoko melalui pesan singkat.
ES mengemudikan mobil dari arah Kalurahan Jatimulyo yang berada di ketinggian, menuju kawasan Nanggulan.
Saat melintas di jalan yang beraspal mulus namun menurun tajam, mobil oleng ke kiri dan menabrak tebing di Tanjakan Bibis.
“Sesampainya di Tanjakan Bibis, mobil oleng ke kiri sehingga menabrak tebing,” jelas Sarjoko.
Akibat tabrakan ini, mobil mengalami kerusakan parah. Mesin mati, rem tangan tidak berfungsi, bodi samping kanan rusak, serta ban depan kanan patah.
Sebagian kabin mobil juga lepas dari rangkanya.
Kedua korban mengalami luka pada kepala dan lecet-lecet di anggota tubuh, dan segera dilarikan ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.
Sunarto, Dukuh atau kepala dusun Bulu menyatakan, kecelakaan ini menambah daftar panjang insiden yang terjadi di Tanjakan Bibis.
“Tahun ini sudah dua kejadian,” kata Sunarto saat dihubungi melalui telepon.
Ia menjelaskan, Tanjakan Bibis merupakan turunan ekstrem yang dikenal berbahaya, terutama bagi kendaraan dari luar kota yang tidak familiar dengan medan.
“Kebanyakan kendaraan yang mengalami kecelakaan berasal dari luar kota. Mereka tidak mengenal medan, berbeda dengan warga di perbukitan yang sangat mengenal kondisi jalan,” tambah Sunarto.
Ia juga berharap agar pengendara dari luar kota memastikan kendaraannya dalam kondisi baik sebelum melintasi kawasan Girimulyo, terutama melalui Bulu.
Sunarto mengusulkan agar pemerintah menambah rambu-rambu peringatan di kawasan ekstrem Bibis untuk mengantisipasi potensi kecelakaan yang lebih fatal di masa mendatang.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
kab/kota: Sleman
-
/data/photo/2025/05/27/68358ef800172.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Turunan Ekstrem “Tanjakan Bibis” Kulon Progo Kembali Makan Korban, Mobil Tabrak Tebing Yogyakarta 8 Juni 2025
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/1012480/original/049316100_1444188702-Ikon-Tugu-Jogja.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Melihat Pesona Matahari Terbenam di Candi Miri
Liputan6.com, Yogyakarta – Candi Miri terletak di Dusun Nguwot, Desa Sambirejo, Kapanewon Prambanan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Candi berlatar belakang agama Hindu ini merupakan bangunan cagar budaya yang harus dilestarikan.
Mengutip dari laman Badan Pelestarian Cagar Budaya Provinsi DIY, keberadaan candi ini sebenarnya sudah disebut dalam catatan Hoepermans dalam Hindoe-Oudheden pada 1864-1867. Selain itu, Candi Miri juga muncul dalam catatan Rapporten van Oudheidkundige Commisie (ROC) 1909 dan Rapporten van den Oudheidkundige Dienst in Nederlandsch-Indie (ROD) 1915.
Pada 1989, Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala (SPSP) DIY melakukan ekskavasi Candi Miri. SPSP saat ini dikenal sebagai Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) DIY.
Dari kegiatan ekskavasi, SPSP menemukan petunjuk bahwa Candi Miri terdiri atas tiga halaman. Sayangnya, hingga kini belum terdapat bukti bangunan selain keberadaan candi utama yang sudah ada.
Halaman utama candi adalah tempat candi saat ini berada. Terdapat candi induk berukuran sekitar 10 meter x 10 meter di sini.
Candi tersebut memiliki pintu masuk yang terletak di sebelah barat. Selain itu, di Candi Miri juga ditemukan beberapa benda berupa antefik, umpak, doorpel, arca dewi, yoni, dan kemuncak.
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5239763/original/011194100_1748852027-Screenshot_2025-06-02-15-08-25-666_com.android.chrome-edit.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Upacara Adat Tunggul Wulung, Tradisi Bersih Desa yang Terus Dilestarikan
Liputan6.com, Yogyakarta – Upacara adat tunggul wulung merupakan salah satu bentuk upacara bersih desa di Sendangagung, Kapanewon Minggir, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Upacara ini merupakan bentuk ungkapan rasa syukur sekaligus doa memohon perlindungan kepada Tuhan.
Mengutip dari laman Dinas Kebudayaan Kabupaten Sleman, upacara adat tunggul wulung dimaksudkan sebagai doa agar warga sekitar senantiasa mendapat berkah, kesejahteraan, dan perlindungan dari bencana. Selain itu, upacara ini juga merupakan simbol penghormatan terhadap Ki Ageng Tunggul Wulung.
Ki Ageng Tunggul Wulung merupakan seorang tokoh yang dipercaya sebagai bangsawan dari Kerajaan Majapahit. Masyarakat sekitar percaya bahwa ia merupakan perantara dalam memohon kesejahteraan hidup dan perlindungan dari bencana kepada Tuhan.
Dari sanalah, upacara adat ini berasal. Perlahan, upacara adat tunggul wulung pun menjadi warisan yang dilaksanakan rutin sebagai tradisi turun-temurun.
Biasanya, upacara adat tunggul wulung dilaksanakan pada Jumat Pon, setelah musim panen sekitar Agustus. Pelaksanaannya rutin sekali dalam setahun.
Pemilihan Jumat Pon merujuk pada peristiwa moksa Ki Ageng Tunggul Wulung beserta istri dan seluruh pengikut serta binatang peliharaannya. Jumat Pon kemudian dianggap sebagai hari sakral oleh masyarakat setempat.
Peristiwa moksa terjadi saat proseso tirakat di bawah pohon timoho di dekat Sungai Progo di Dukuhan, Sendangagung, Minggir, Sleman. Lokasi tersebut kemudian diberi tanda nisan, layaknya makam. Masyarakat setempat kerap berziarah ke tempat tersebut sekaligus melakukan tirakat, terutama pada malam Jumat Pon.
Masih berkaitan dengan makam tersebut, konon pernah terjadi suatu peristiwa hilangnya seorang penari tayub. Saat itu, ia sedang melaksanakan tirakat untuk memperoleh keselamatan dan penglarisan.
Sejak saat itu, di lokasi tersebut juga digelar upacara adat ini yang disertai dengan tayub dan sesaji. Inti tayuban bertujuan untuk kesuburan dan wajib dilaksanakan dalam rangkaian pelaksanaan. Upacara ini juga sebagai pengesah atau legitimasi dalam upacara bersih desa.
-

Libur Sekolah 2025 Tiba, Sleman Perketat Standar Keamanan Wisata
Sleman, Beritasatu.com – Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman mengambil langkah antisipatif demi menjaga kenyamanan dan keamanan wisatawan. Hal itu dilakukan sebagai langkah antisipasi menyambut musim libur sekolah 2025 yang akan berlangsung mulai 23 Juni hingga 11 Juli.
Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kabupaten Sleman Ishadi Zayid mengimbau seluruh pelaku usaha dan pengelola destinasi wisata agar memastikan seluruh fasilitas dan operasional sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP).
“Pelaku usaha agar tetap konsisten melaksanakan kegiatan usahanya sesuai dengan SOP yang sudah ditetapkan,” tegas Ishadi di Sleman, Sabtu (7/6/2025).
Dispar Sleman meminta dilakukan uji petik keamanan dan perawatan rutin, terutama pada wahana dengan tingkat risiko tinggi seperti, outbound dan flying fox, permainan air, dan pendakian gunung. Jika ditemukan kerusakan, pengelola wajib melakukan perbaikan segera demi mencegah insiden saat lonjakan pengunjung terjadi.
Selain keamanan wahana, pengelola wisata juga diminta menyediakan informasi operasional yang jelas, baik secara fisik maupun digital dan menyediakan tempat istirahat bagi sopir wisata.
Selain itu, menyediakan lahan parkir memadai, menambah jumlah tempat sampah dan petugas kebersihan, dan melakukan pengawasan terhadap kapasitas kendaraan dan pengunjung.
Dispar Sleman juga menekankan pentingnya pariwisata berkelanjutan agar lingkungan tetap terjaga. Untuk memperkuat pengamanan wisata, koordinasi dilakukan dengan lintas sektor, mulai dari Dinas Perhubungan (Dishub), Dinas Kesehatan (Dinkes), BPBD, kepolisian, dan SAR Linmas.
Selain itu, perubahan cuaca dan aktivitas Gunung Merapi juga menjadi perhatian. Pengelola diminta rutin memantau informasi dari BMKG dan BPPTKG, serta menyiapkan rencana mitigasi bencana. “Perlu peningkatan pengamanan dan perencanaan mitigasi bencana di lokasi wisata, terutama pada arena outbond dan pendakian gunung,” jelas Ishadi.
Dengan pengetatan SOP dan kesiapan fasilitas, Sleman ingin memastikan tetap menjadi destinasi wisata favorit keluarga selama liburan, tanpa mengorbankan faktor keselamatan dan kenyamanan.
-

Masjid di Sleman Bagikan Daging Kurban ke Warga Nonmuslim
Sleman, Beritasatu.com – Dalam semangat hari raya Iduladha 1446 Hijriah/2025 Masehi, dua masjid di Dusun Mejing Wetan, Kelurahan Ambarketawang, Gamping, Sleman, Yogyakarta menunjukkan wujud nyata toleransi antarumat beragama.
Panitia kurban dari Masjid Jami Al Hidayah dan Masjid Amanah membagikan daging kurban tidak hanya kepada umat muslim, tetapi juga kepada warga nonmuslim di sekitar wilayah tersebut.
Tak hanya itu, panitia juga menggelar acara makan bersama yang diikuti sekitar 500 warga lintas agama, seusai pemotongan dan pengolahan daging kurban di masing-masing masjid.
“Pertama kali kami mengadakan kurban sekaligus makan bersama. Kami undang warga sekitar, termasuk warga nonmuslim,” kata Ketua Dewan Pembina Masjid Jami Al Hidayah, Ahmad Sumiyanto kepada Beritasatu.com, Jumat (6/6/2025).
Menurut Ahmad, kegiatan ini tidak hanya bertujuan untuk menyalurkan daging kurban, tetapi juga menjadi wujud toleransi antarumat beragama. Dengan berkumpul dan makan bersama, warga lintas agama bisa berinteraksi lebih akrab dan memperkuat komunikasi sosial.
“Harapannya dengan makan bersama ini terjadi interaksi dan membangun komunikasi dengan warga,” ujarnya.
Warga nonmuslim pun mengapresiasi langkah ini. Salah satunya Tiyas, yang merasa terharu atas undangan dari panitia Iduladha. “Kami sangat senang diundang. Ini bukan sekadar makan bersama, tetapi bentuk nyata kerukunan antarumat beragama. Semoga bisa menginspirasi daerah lain,” ujar Tiyas.
Kegiatan berbagi ini melibatkan dua masjid, yaitu Masjid Jami Al Hidayah sebanyak 11 ekor sapi dan 16 ekor kambing, sedangkan Masjid Amanah tiga ekor sapi dan dua ekor kambing. Setiap warga yang hadir dalam acara makan bersama juga mendapatkan satu bungkus daging kurban yang dibagikan secara merata.
Kegiatan ini menjadi contoh nyata Iduladha tidak hanya menjadi ibadah ritual, tetapi juga momentum untuk memperkuat persaudaraan lintas iman. Panitia berharap kegiatan ini bisa mendorong masjid-masjid lain di Indonesia untuk membuka ruang inklusi dan keterlibatan sosial yang lebih luas.
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3429723/original/033954800_1618478748-merapi-2614344_1920.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Trengganon, Kesenian di Kabupaten Sleman Bernapaskan Islam
Liputan6.com, Yogyakarta – Kesenian trengganon merupakan salah satu kesenian yang berhubungan dengan ajaran Islam. Kesenian ini tumbuh dan berkembang di Padukuhan Parakan Wetan, Sensangsari, Minggir, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.
Mengutip dari laman Pusdatin Kemendikdasmen RI, kesenian trengganon awalnya digunakan sebagai media dakwah untuk menyebarkan agama Islam oleh Kyai Haji Syahid. Syiar agama Islam melalui kesenian ini dilakukan melalui lantunan syair yang diambil dari ayat-ayat Kitab Barzanji. Ayat tersebut kemudian dipadukan dan diselaraskan dengan jurus-jurus silat.
Terkait namanya, istilah trengganon berasal dari bahasa Arab tarawih dan anggonun. Tarawih berarti suatu hal yang baik, sedangkan anggonun berarti melaksanakan. Trengganon dapat diartikan sebagai melaksanakan suatu kebaikan.
Awal mula lahirnya kesenian ini bersamaan dengan hadirnya KH Syahid saat memberikan khotbah di Masjid Parakan Kulon sekitar 1930. Pada 1936, mesayarakat sudah mulai mempelajari kesenian ini yang akhirnya menjadi milik masyarakat Parakan Kulon.
Pada 1983, kesenian ini dipilih menjadi perwakilan kesenian Kabupaten Sleman untuk tampil di Jakarta. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman memberikan waktu berlatih selama dua bulan.
Namun, masyarakat Parakan Kulon merasa keberatan, sehingga dialihkan ke masyarakat Parakan Wetan. Sejak saat itu, masyarakat Parakan Wetan mempelajari kesenian trengganon. Mulai 1983, kesenian trengganon pun menjadi milik masyarakat Parakan Wetan.
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5239688/original/035374600_1748849075-Screenshot_2025-06-02-14-22-47-360_com.android.chrome-edit.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Langen Toyo, Seni Kerakyatan di Dusun Sorowangsan
Pada 1960, langen toyo memasuki masa kejayaan. Kesenian ini kerap dipentaskan dalam berbagai hajatan warga, seperti pernikahan, khitanan, serta perayaan Hari Kemerdekaan RI.
Hingga 2022, pengurus kesenian Langentaya Ngesti Budaya merupakan pengurus generasi keempat. Generasi pertama adalah Kyai Amat Supiyo dan Kyai Irokarjo, generasi kedua Kyai Somorejo dan Kyai Harja Winata, generasi ketiga Kyai Mardi Winata dan Kyai Adi Saryono, serta generasi keempat Sunardi dan Heru Sutrisno.
Hampir semua pemain langen toyo merupakan keturunan dari pemain generasi sebelumnya. Hingga kini, kesenian langen toyo masih terus dilestarikan sebagai seni budaya turun-temurun Dusun Sorowangsan, Sleman, Yogyakarta.
Penulis: Resla
-

Tersangka Laka Maut UGM Diduga Otak di Balik Ganti Pelat Nomor BMW
Sleman, Beritasatu.com – Polresta Sleman, Yogyakarta mengungkap fakta baru dalam kecelakaan maut yang menewaskan mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Argo Erickho Achfandi. Dari hasil pemeriksaan, otak dibalik penggantian plat nomor merupakan tersangka Christiano Tarigan.
Penggantian plat nomor tersebut, tersangka dengan sengaja menyuruh orang lain untuk mengganti plat nomor saat terjadi kecelakaan tertera F 1206 dan setelah mobil diamankan di Polsek Ngaglik menjadi B 1442 NAC.
“Dari hasil pemeriksaan sementara, yang menyuruh si pelaku laka lantas (Christiano Tarigan),” kata Kapolresta Sleman Kombes Pol Edy Setyanto kepada wartawan, Kamis (5/6/2025).
Selain itu, Kombes Pol Edy Setyanto mengatakan, para terduga pelaku yang mengganti plat nomor BMW diminta agar mengaku sebagai keluarga Christiano Tarigan.
“Dan yang melakukan mengaku keluarga tersangka juga pelaku laka lantas,” ujarnya.
Saat penggantian plat nomor kendaraan terekam kamera CCTV, proses penggantian dilakukan oleh seseorang ditempat barang bukti Polsek Ngaglik. Dari kasus tersebut, kini polisi telah memeriksa tujuh orang saksi, namun belum dijadikan tersangka.
Sebelumnya, mahasiswa Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM Christiano Tarigan ditetapkan sebagai tersangka atas kasus kecelakaan yang menewaskan mahasiswa Fakultas Hukum UGM Argo Erickho Achfandi.
Akibat kelalaiannya, saat ini tersangka dikenakan pasal Undang-Undang Lalu Lintas yang mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain dengan ancaman hukuman enam tahun penjara.
-

Muhammadiyah Gelar Salat Iduladha 1446 H di 1.309 Titik se-DIY
Yogyakarta, Beritasatu.com – Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyiapkan 1.309 titik lokasi salat Iduladha 1446 Hijriah yang tersebar di seluruh kabupaten dan kota di wilayah DIY.
Salat Iduladha akan dilaksanakan pada Jumat (6/6/2025) sesuai dengan Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor 1/MLM/I.0/E/2025.
Kegiatan ini melibatkan struktur organisasi Muhammadiyah, mulai dari PWM, Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM), Cabang (PCM), hingga Ranting (PRM).
Lokasi-lokasi ini terbuka untuk masyarakat umum, termasuk wisatawan yang sedang berada di Yogyakarta.
Sebaran Lokasi Sholat Iduladha di DIYKabupaten Gunungkidul: 377 lokasiKabupaten Bantul: 277 lokasiKabupaten Sleman: 261 lokasiKota Yogyakarta: 220 lokasiKabupaten Kulonprogo: 174 lokasiPesan Spiritual PWM DIY
Ketua PWM DIY, ustaz Ikhwan Ahada mengajak umat Islam menjadikan Iduladha 1446 H sebagai momen untuk memperdalam keimanan dan kepekaan sosial.
“Iduladha 1446 H kita jadikan momentum untuk meningkatkan kepekaan sosial kemanusiaan dan spiritual sebagai hamba Allah yang akan dinilai ketaatannya,” ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya menjalankan ibadah sesuai tuntunan Rasulullah SAW serta menjaga suasana kondusif dan ukhuwah Islamiyah di tengah masyarakat.
“Umat Islam, khususnya warga persyarikatan, hendaknya tetap menjaga kebersamaan dan ukhuwah agar ibadah berlangsung khusyuk dan nyaman,” tambahnya.
“Umat Islam, khususnya warga persyarikatan, hendaknya tetap menjaga kebersamaan dan ukhuwah agar ibadah berlangsung khusyu’ dan nyaman,” tambahnya.
PWM DIY berharap pelaksanaan salat Iduladha 1446 H berjalan lancar, khidmat, dan memberi dampak positif dalam memperkuat spiritualitas serta solidaritas sosial masyarakat Yogyakarta.
