kab/kota: Sidoarjo

  • BNPB Duga Masih Ada 49 Santri Tertimbun Reruntuhan Ponpes di Sidoarjo

    BNPB Duga Masih Ada 49 Santri Tertimbun Reruntuhan Ponpes di Sidoarjo

    Sidoarjo

    Sebanyak 49 orang diduga masih tertimbun di balik reruntuhan bangunan Ponpes Al Khoziny Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur. Angka perkiraan itu didapat dari data pondok pesantren.

    “Apakah yakin 49 itu ada di situ, kita semua nggak tahu. Karena kan ada di reruntuhan. Harapannya ya mudah-mudahan sama, 49 itu sesuai dengan data dari pondok pesantren yang sudah ada foto-fotonya,” ujar Kepala BNPB Letjen TNI (Purn) Suharyanto dilansir detikJatim, Sabtu (4/10/2025).

    Dia mengatakan secara keseluruhan ada 167 orang yang menjadi korban dalam insiden tersebut. Saat ini, berdasarkan data sementara, sebanyak 118 korban telah ditemukan.

    Ada 103 korban selamat dan satu korban lagi ditemukan selamat, namun berada di tempat lain. Sementara 14 di antaranya meninggal dunia.

    “118 itu 103 itu yang selamat. Tambah satu namanya Ibnu Fairuz, (sempat) di dalam daftar yang hilang, tiba-tiba dia selamat, tapi tidak di sini,” kata Suharyanto, Sabtu (4/10/2025).

    Lebih lanjut, dari 14 korban meninggal dunia yang telah dievakuasi, ada sembilan jenazah yang masih dalam proses identifikasi. Saat ini, petugas masih terus melanjutkan proses pencarian korban yang diduga terjebak di antara reruntuhan bangunan.

    (zap/dhn)

  • Hari Keenam Tragedi Ponpes Al Khoziny Sidoarjo 49 Korban Belum Ditemukan, DVI Kesulitan Lakukan Identifikasi

    Hari Keenam Tragedi Ponpes Al Khoziny Sidoarjo 49 Korban Belum Ditemukan, DVI Kesulitan Lakukan Identifikasi

    Surabaya (beritajatim.com) – Tragedi Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo telah memasuki hari keenam pada Sabtu (4/10/2025). Data terbaru mencatat ambruknya bangunan mushola ponpes tersebut menewaskan 14 orang, 103 santri berhasil selamat, sementara 49 santri masih belum ditemukan.

    Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto mengatakan pada hari keenam pencarian, pihaknya sudah mulai memasukkan alat berat ke titik reruntuhan. Selain itu, petugas evakuasi juga memetakan lokasi-lokasi yang diduga terdapat korban.

    “(hari ini) alat berat sudah masuk ke titik yang runtuh. Sehingga mudah-mudahan per hari ini ini akan lebih banyak lagi yang ditemukan,” kata Suharyanto.

    Ia mengakui muncul desakan dari anggota keluarga korban di lokasi, namun menegaskan para petugas telah bekerja maksimal. Menurutnya, keluarga inti selalu mendapatkan laporan dan rencana evakuasi sejak hari pertama.

    “Mungkin ada sedikit masyarakat keluarga yang sebetulnya bukan keluarga inti. Kalau keluarga inti orang tuanya itu sudah dijelaskan sejak hari pertama dan setiap langkah-langkah yang dilakukan oleh tim ini semuanya dikomunikasikan dengan keluarga,” tegasnya.

    Sementara itu, Tim Disaster Victim Identification (DVI) Pusdokkes Mabes Polri menghadapi tantangan besar dalam mengidentifikasi jenazah yang ditemukan sejak hari keempat pencarian. Kendalanya, sebagian besar korban berusia di bawah 17 tahun sehingga tidak memiliki data sidik jari di kependudukan. Selain itu, pakaian korban cenderung seragam, yakni baju koko dan sarung tanpa tanda khusus.

    “Karena usia masih anak-anak, kan belum membuat KTP. Lalu juga karena proses pembusukan, secara visual juga sudah berubah,” ujar Kabid DVI Kapusdokkes Mabes Polri Kombes Pol dr. Wahyu Hidajati.

    Dari sisi struktur gigi, lanjut Wahyu, pertumbuhan anak-anak hampir serupa sehingga tidak ditemukan ciri khas. “Misalnya ada yang copot satu atau apa itu belum ada yang khas dari laporan keluarga, dan yang ditemukan. Jadi untuk dari gigi juga agak kesulitan untuk membandingkan,” paparnya.

    Ia menambahkan, data pembanding dari keluarga korban juga masih minim. Banyak orang tua tidak mengingat letak tahi lalat, tanda lahir, atau ciri fisik anak mereka secara detail. “Banyak keluarga yang tidak hafal detail letak tahi lalat anaknya. Meskipun ada yang hafal, tapi sampai sekarang perbandingannya itu belum ketemu gitu. Jadi itulah kondisi saat ini yang menjadi kendala kami,” pungkasnya.

    Hingga hari keenam tragedi Ponpes Al Khoziny Sidoarjo, keluarga korban dihimbau menunggu informasi di RS Bhayangkara Polda Jatim yang kini menjadi posko terbaru. Lokasi tersebut dinilai lebih representatif dengan dukungan logistik yang lebih baik, sehingga diharapkan keluarga bisa melewati masa krisis dengan lebih tenang. (ang/ian)

  • Kisah Haru Santri Al Khoziny, Senator Lia Ungkap Haikal Sholat di Reruntuhan dan Diberi Minum Anak Kecil

    Kisah Haru Santri Al Khoziny, Senator Lia Ungkap Haikal Sholat di Reruntuhan dan Diberi Minum Anak Kecil

    ​Surabaya (beritajatim.com) – Memasuki hari keenam evakuasi korban ambruknya musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Khoziny di Buduran, Sidoarjo, perhatian publik tertuju pada kisah haru para santri yang selamat dan gugur.

    Hingga Sabtu (4/10/2025) hari ini, Tim SAR gabungan masih mencari korban, sementara total korban tewas tercatat sebanyak 14 orang.

    ​Menurut Kepala Pusat Data BNPB, Abdul Muhari, total korban yang terdata adalah 167 orang. Sebanyak 118 orang telah ditemukan (103 selamat, 14 meninggal, 1 kembali ke rumah). Sementara, 49 orang lainnya masih dalam pencarian.

    ​Di antara para korban selamat, kisah heroik Syailendra Haikal (13) dan Yusuf (16) yang bertahan hidup di bawah timbunan puing selama lebih dari dua hari menjadi atensi nasional. Percakapan lirih Haikal dengan tim rescue saat tertimbun, seperti “Semuanya sakit,” viral dan menyentuh hati warganet.

    ​Anggota DPD RI Komite III, Dr. Lia Istifhama, yang menjenguk Haikal di RSUD R.T. Notopuro Sidoarjo pada Kamis (2/10/2025), membagikan kisah haru yang ia dapat langsung dari ibunda Haikal.

    Ning Lia, sapaan akrabnya, menyebut Haikal bukan hanya kuat secara fisik, tetapi juga cermin keteguhan iman dan kecerdasan luar biasa.

    Senator DPD RI asal Jawa Timur, Lia Istifhama.

    ​Berikut adalah rangkuman kisah haru Haikal yang disoroti oleh Ning Lia:

    ​1. Berjuang Sholat di Bawah Puing
    Dalam kondisi gelap, terhimpit beton, dan tubuh yang terbatas bergerak, Haikal tetap berusaha menegakkan kewajiban sholat.

    ​Sholat Berjemaah: Haikal bahkan sempat membangunkan temannya di bawah reruntuhan dan bersahutan mengajak salat Isya berjemaah, bahkan mendengar suara seseorang mengimami.

    ​Sholat Sendirian: Pada hari kedua, Haikal mengajak Sholat Subuh, namun sahutan temannya tidak berbalas, saat itulah ia sadar sahabatnya sudah tiada, dan ia pun sholat sendirian. “Masya Allah betapa kuat iman dan mentalnya,” ujar Ning Lia.

    ​2. Kehadiran Sosok Anak Kecil
    ​Di hari pertama tertimbun, saat haus, Haikal didatangi sosok anak kecil yang membawakannya air minum. Sosok tersebut kemudian menghilang. Ning Lia menyebut kisah ini sebagai “mukjizat” dan hikmah besar bagi publik akan keselamatan santri.

    ​3. Cerdas Menghemat Energi
    ​Haikal memilih tidak banyak bergerak dan berbicara selama tertimpa reruntuhan. Menurut ibundanya, Haikal mengingat pelajaran IPAS di sekolah bahwa semakin banyak bergerak, semakin cepat energi tubuh habis.

    “Dia benar-benar mengimplementasikan pelajaran di sekolah dan pondoknya untuk bertahan hidup,” salut Ning Lia.

    ​Di tengah kekhawatiran Haikal harus diamputasi, Ning Lia menyampaikan mimpi besar santri cilik itu.

    Haikal berkeinginan melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Probolinggo. Ning Lia bahkan telah menyambungkan komunikasi dengan pihak sekolah untuk memfasilitasi mimpi Haikal.

    ​”Haikal juga bercita-cita menjadi tentara. Ia sangat kuat mental, teguh iman, cerdas akal pikiran, dan memiliki solidaritas tinggi. Inilah sosok patriot sejati,” tukas Ning Lia.

    ​Ning Lia juga menyampaikan duka mendalam dan mendoakan para korban yang meninggal dunia. “Korban yang meninggal, insya Allah syahid. Mereka meninggal sebagai pencari ilmu dan sedang melangsungkan shalat Ashar,” pungkas Ning Lia, sembari menegaskan bahwa duka para santri adalah duka seluruh bangsa. [tok/beq]

  • Korban Selamat Ponpes Al Khoziny Bertambah jadi 104 Orang

    Korban Selamat Ponpes Al Khoziny Bertambah jadi 104 Orang

    Bisnis.com, SIDOARJO—Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Surabaya mencatat jumlah korban selamat runtuhnya musala Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur bertambah menjadi 104 orang akibat tambahan satu korban yang baru ditemukan.

    Kepala Kantor Basarnas Surabaya Nanang Sigit mengatakan tambahan data tersebut berasal dari laporan wali santri pada Jumat (3/10/2025), yang menyatakan bahwa satu santri tersebut menyelamatkan diri ke rumah rekannya.

    “Jumlah total sekarang 118 orang, dengan perincian 14 meninggal dunia dan 104 selamat,” ujar Nanang, dikutip dari Antara, Sabtu (4/10/2025).

    Dia menambahkan pada saat bangunan mushalla itu ambruk, santri tersebut lari keluar pondok dan menuju rumah rekannya sehingga tak tercatat sebagai korban selamat. Orang tua dari santri tersebut, lanjutnya, berada di lokasi Ponpes Al Khoziny karena menduga korban tertimbun reruntuhan bangunan. Namun, pada Jumat (3/10/2025), santri tersebut mendatangi ponpes, dan kemudian bertemu dengan orang tuanya.

    “Kemarin ada santri satu datang atas nama Ibnu, dia [sebelumnya] dilaporkan hilang oleh orang tuanya,” katanya.

    Sementara itu, hingga Jumat malam pukul 23:00 WIB, tim SAR gabungan kembali menemukan satu korban meninggal dunia di sektor A4. Dengan demikian, total jumlah korban meninggal akibat ambruknya bangunan yang sebelumnya sebanyak 13 orang, menjadi 14 orang.

    Proses pencarian, kata dia, masih fokus pada pembukaan akses material reruntuhan menggunakan alat berat. Proses itu dilakukan secara hati-hati agar tidak berdampak pada tubuh korban yang tertimbun. Menurutnya, tim telah membongkar sekitar 60% material bangunan, meskipun pembongkaran dan pembersihan tersebut bukan tujuan utama dalam operasi tersebut.

    “Tujuan utama bukan merobohkan seluruh bangunan, melainkan membuka akses untuk mempercepat evakuasi. Kalau sudah ada tanda-tanda korban, proses akan langsung dihentikan untuk dilakukan evakuasi,” ujarnya.

    Selain itu, penggunaan ekskavator hanya difungsikan untuk membuka jalur dan bukan untuk mengangkat korban. Tak hanya itu, lanjutnya, untuk memastikan keselamatan, setiap sektor dilengkapi petugas keselamatan yang memantau apabila ada indikasi korban.

    Masih Ada 39 Korban yang Belum Ditemukan

    Hingga kini, kata Nanang, laporan sementara dari wali santri menunjukkan masih ada 49 orang yang belum diketahui keberadaannya.

    “Seperti kemarin, ada laporan hilang, ternyata anaknya atas nama Ibnu asal Surabaya tidak berada di lokasi. Jadi angka 49 itu belum bisa dipastikan benar-benar akurat,” tuturnya.

    Dia menegaskan operasi pencarian sesuai standar operasional berlangsung selama tujuh hari, dengan kemungkinan diperpanjang jika ditemukan tanda-tanda keberadaan korban.

    “Secara matematis, proses kemungkinan bisa selesai hari ini, maksimal besok, tetapi tetap bergantung pada situasi di lapangan,” kata Nanang.

    Terpisah, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa memastikan kesiapan Posko DVI dan Post Mortem di RS Bhayangkara Polda Jatim untuk proses identifikasi korban runtuhnya musala Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo.

    Dia menegaskan, seluruh sampel DNA keluarga wali santri sudah terkumpul sehingga proses identifikasi dapat dilakukan lebih cepat dan akurat. Karena itulah, dirinya mengapresiasi Tim DVI Polri yang sejak awal sudah bekerja di lokasi.

    “Artinya semua insya Allah well prepared,” ujarnya dalam keterangan resminya, Sabtu (4/10/2025).

    Penegasan itu disampaikan saat meninjau langsung musala tersebut, Jumat (3/10/2025) sore bersama Sekdaprov Jatim Adhy Karyono. Meski sarana pendukung sudah lengkap, Khofifah mengingatkan bahwa proses rekonsiliasi antara data Post Mortem (PM) dan Ante Mortem (AM) membutuhkan kehati-hatian dan profesionalitas tinggi. Hal inilah yang membuat identifikasi korban tidak bisa dilakukan secara terburu-buru.

    “Ada kesulitan-kesulitan pada saat harus dilakukan rekonsiliasi antara PM dan AM-nya. Semoga keluarga juga bisa memahami di mana kerja-kerja profesional sudah dilakukan tetapi dengan penuh kehati-hatian,” tegasnya. 

    Menurutnya, rekonsiliasi akan dilakukan setelah identifikasi selesai agar jenazah bisa dipastikan kesesuaian dan kepastian sebelum diserahkan kepada pihak keluarga.

    “Bagaimana semua bisa meyakinkan ketika nanti direkonsiliasi dan ketika sudah ketemu dan teridentifikasi dari yang masuk ini mereka bisa memastikan dan meyakini bahwa ini adalah putranya atau keponakan mereka,” tuturnya. 

  • 8
                    
                        Jenazah Korban Ambruknya Ponpes Al Khoziny Sulit Teridentifikasi, Tim DVI: Jauh Beda, Tak Mudah Dikenali
                        Surabaya

    8 Jenazah Korban Ambruknya Ponpes Al Khoziny Sulit Teridentifikasi, Tim DVI: Jauh Beda, Tak Mudah Dikenali Surabaya

    Jenazah Korban Ambruknya Ponpes Al Khoziny Sulit Teridentifikasi, Tim DVI: Jauh Beda, Tak Mudah Dikenali
    Tim Redaksi
    SIDOARJO, KOMPAS.com
    – Korban meninggal dunia akibat runtuhan mushala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Sidoarjo, Jatim, sulit teridentifikasi.
    Sebanyak sembilan jenazah yang ditemukan petugas SAR gabungan pada Jumat (9/10/2025) belum diketahui identitasnya.
    Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jatim masih melakukan identifikasi.
    Namun, tim DVI mengalami sejumlah kendala karena jenazah yang ditemukan di dalam runtuhan Ponpes Al Khoziny tersebut sulit teridentifikasi.
    Kepala DVI Polda Jatim, Kombes Pol Wahyu Hidajati, mengatakan, jenazah yang ditemukan beberapa hari setelah kematian akan mengalami beberapa fase sebelum akhirnya pembusukan.
    “Kondisinya jauh berbeda dibanding hari pertama karena ada proses sehingga ini tidak mudah dikenali. Harus ada ilmu tambahan agar jenazahnya tidak tertukar,” katanya, Sabtu (4/10/2025).
    Kendala pertama, sering kali santri saling berbagi atau meminjam barang satu sama lain sehingga, bermodal pakaian, sarung, dan sebagainya tidak cukup.
    Kedua, sidik jari. Identifikasi melalui sidik jari akan lebih mudah apabila kondisi tubuh jenazah masih segar.
    Selain itu, para santri yang menjadi korban mayoritas belum memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) sehingga sulit terdeteksi.
    “Ketiga, dari gigi, supaya gampang ketemu, giginya harus unik, misal gingsul atau tonggos, bogang, tambalan. Kalau bagus semua, susah,” bebernya.
    Keempat, dari DNA korban.
    Tim DVI Polda Jatim telah mengumpulkan DNA keluarga melalui air liur, darah, dan rambut sejak Kamis (2/10/2025) sebanyak 59 sampel.
    “Kemarin sudah ambil DNA, tapi juga butuh waktu. Semakin jelek kualitas sampelnya, semakin susah, sel-selnya kalau sudah busuk,” imbuhnya.
    Setelah pengambilan sampel DNA, tim DVI akan mengirimkan ke Jakarta untuk proses pencocokan.
    Setidaknya, butuh waktu minimal tiga hari dan maksimal dua minggu hasilnya akan keluar.
    “Enggak bisa dipercepat lagi, minimal tiga hari, maksimal dua minggu. Kalau ada jenazah baru, kami ikutkan gelombang kedua dan kami kirim lagi,” ucapnya.
    Tim DVI meminta agar keluarga yang memiliki foto para korban dapat dikirim ke petugas untuk mendukung proses pencocokan.
    Namun, hal itu juga tidak mudah.
    Sebab, kondisi tubuh manusia yang sudah mengalami fase kematian 1 x2 4 jam akan membengkak.
    Kemudian, 2 x 24 jam akan mulai menghitam dan kulit mengelupas.
    Keluarga korban sempat meminta agar dapat diizinkan melihat langsung jenazah yang sudah ditemukan dengan tujuan mengidentifikasi melalui pengamatan mata telanjang.
    Namun, permintaan tersebut belum dapat dipenuhi oleh tim DVI Polda Jatim karena kondisi jenazah yang mulai berubah bentuk akan menimbulkan perasaan emosional tinggi.
    “Ketika jenazah dijejerkan, umumnya sudah mulai berubah bentuk. Kekalutan itu muncul, jadi pengen segera bertemu, padahal belum tentu yang menurut keluarga itu anaknya, tetapi ternyata bukan,” tuturnya.
    Diketahui, bangunan yang difungsikan sebagai mushala tiga lantai di area asrama putra Ponpes Al Khoziny Sidoarjo mengalami ambruk dan menimpa para santri saat sedang melakukan shalat Ashar sekitar pukul 15.00 WIB, Senin (29/9/2025).
    Berdasarkan analisis tim SAR gabungan, penyebab ambruknya bangunan mushala Ponpes Al Khoziny adalah kegagalan konstruksi akibat ketidakmampuan menahan beban dari kapasitas seharusnya.
    Korban runtuhan mushala Al Khoziny hingga kini berjumlah 117 orang.
    Sebanyak 27 di antaranya berhasil dievakuasi petugas, sementara sisanya evakuasi mandiri.
    Sebanyak 14 orang dinyatakan meninggal dunia dan 103 orang selamat.
    Namun, puluhan lainnya masih dalam proses pencarian.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • BNPB Update Korban Ambruknya Mushala Ponpes Al Khoziny: 14 Meninggal, 49 Masih Dicari
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        4 Oktober 2025

    BNPB Update Korban Ambruknya Mushala Ponpes Al Khoziny: 14 Meninggal, 49 Masih Dicari Nasional 4 Oktober 2025

    BNPB Update Korban Ambruknya Mushala Ponpes Al Khoziny: 14 Meninggal, 49 Masih Dicari
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyampaikan update daftar korban tewas dari tragedi ambruknya musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny Sidoarjo, Jawa Timur, yang bertambah menjadi 14 orang.
    Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menuturkan bahwa total korban tercatat sebanyak 167 orang.
    “103 orang dalam kondisi selamat, 14 orang meninggal dunia, dan satu orang kembali ke rumah tanpa memerlukan penanganan medis lanjutan,” ungkap Abdul Muhari dalam keterangan pers, Sabtu (4/10/2025).
    Dari korban selamat, sebanyak 14 orang masih menjalani perawatan di rumah sakit, 89 orang telah diperbolehkan pulang, dan satu orang dirujuk ke rumah sakit di Mojokerto.
    “Sebanyak 49 orang lainnya (berdasarkan daftar absensi yang dirilis pihak pondok pesantren) masih dalam pencarian oleh tim SAR gabungan,” jelasnya.
    Sampai saat ini, proses pencarian dan evakuasi masih terus dilanjutkan dengan dukungan penuh dari Basarnas, BPBD, TNI-Polri, PMI, Tagana, Pemadam Kebakaran, dan unsur relawan lainnya.
    Sebelumnya, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto mengungkapkan bahwa Tim SAR bekerja 24 jam mencari korban yang kemungkinan sudah meninggal dunia akibat terimbun bangunan musala.
    “Potensi penemuan jenazah akan ada lagi. Nanti akan kita sampaikan ke depannya,” ungkap Suharyanto, Jumat.
    Para keluarga korban disebut sudah mengikhlaskan semuanya, setelah sehari sebelumnya diberikan penjelasan bahwa dipastikan tidak ada lagi tanda-tanda kehidupan di balik reruntuhan.
    Seluruh pihak keluarga korban juga sudah menyetujui penggunaan alat berat untuk mencari para korban.
    “Seluruh pihak keluarga korban sudah merelakan dan mengikhlaskan apabila kemudian alat berat ini masuk akan mengganggu kondisi jenazah di bawah reruntuhan,” kata Suharyanto.
    BNPB mengirim peralatan evakuasi berupa 200 kantong jenazah, 200 pasang sarung tangan, 4.000 masker, 250 set APD, dan dukungan lainnya sesuai kebutuhan lapangan.
    Selain itu, ada alat berat dan kendaraan operasional meliputi tiga unit crane, satu unit excavator breaker, 30 unit dump truck, empat set alat pemotong beton, dan 30 unit ambulans.
    Anggaran operasional peralatan berat ini juga disiapkan BNPB untuk menunjang proses evakuasi yang diperkirakan berlangsung selama sepekan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Hari Keenam Tragedi Ponpes Al Khoziny Sidoarjo 49 Korban Belum Ditemukan, DVI Kesulitan Lakukan Identifikasi

    Korban Runtuhnya Mushola Ponpes Al Khoziny Bertambah Jadi 14 Santri, Identifikasi Jalan Terus

    Sidoarjo (beritajatim.com) – Jumlah korban meninggal dunia akibat runtuhnya mushola di Lembaga Pesantren Al Khoziny, Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo, kembali bertambah. Hingga Sabtu (4/10/2025), total korban jiwa mencapai 14 orang, terdiri dari 3 orang meninggal di rumah sakit dan 11 orang ditemukan di bawah reruntuhan bangunan.

    Penambahan jumlah korban ini terjadi setelah Tim SAR gabungan menemukan satu jenazah di sektor A4 pada Jumat (3/10/2025) malam sekitar pukul 23.00 WIB. “Jenazah dibawa ke RS Bhayangkara Surabaya,” ujar salah satu petugas Basarnas.

    Data dari Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Biddokkes) Polda Jawa Timur mencatat total 14 korban meninggal dunia. Dari jumlah tersebut, sembilan jenazah masih dalam proses identifikasi di RS Bhayangkara Polda Jatim, sementara lima lainnya telah diserahkan kepada keluarga.

    “Kalau yang lima orang kan lebih dulu ditemukan dan sudah diserahkan kepada pihak keluarga. Nah, di sini (RS Bhayangkara) sudah sembilan jenazah,” jelas Kabiddokkes Polda Jatim Kombes Pol M Khusnan.

    Sementara itu, proses identifikasi jenazah tidak berjalan mudah. Kabid DVI Pusdokkes Mabes Polri Kombes Pol dr Wahyu Hidajati mengungkapkan, tim menghadapi sejumlah kendala karena mayoritas korban masih berusia belasan tahun.

    “Usia korban rata-rata 12 sampai 15 tahun. Selain sidik jari yang rusak, tanda pembeda pada gigi juga tidak ada. Bahkan pakaian mereka hampir serupa,” terangnya.

    Menurut Wahyu, langkah terakhir yang kini ditempuh adalah pencocokan sampel DNA antara keluarga dan jenazah. “Kalau DNA sudah terbukti match, itu tidak terbantahkan lagi. Jadi kita menuju ke sana sambil berkejaran dengan waktu karena jenazah semakin lama semakin membusuk,” tandasnya.

    Dengan ditemukannya korban terbaru, jumlah santri yang meninggal dunia akibat runtuhnya bangunan tiga lantai Ponpes Al Khoziny kini tercatat 14 orang. Tim SAR dan DVI Polri masih terus melanjutkan proses pencarian serta identifikasi hingga seluruh korban terdata dan teridentifikasi dengan pasti. [isa/beq]

  • Menteri PPPA Jenguk Korban Ambruknya Mushala Ponpes Al Khoziny Sidoarjo
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        4 Oktober 2025

    Menteri PPPA Jenguk Korban Ambruknya Mushala Ponpes Al Khoziny Sidoarjo Nasional 4 Oktober 2025

    Menteri PPPA Jenguk Korban Ambruknya Mushala Ponpes Al Khoziny Sidoarjo
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi, menjenguk korban tragedi ambruknya mushala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny Sidoarjo, Jawa Timur, Jumat (3/10/2025).
    Setelah meninjau lokasi ponpes yang masih dalam proses evakuasi, Arifah mengunjungi tujuh korban yang menjalani perawatan di RSUD R.T. Notopuro Sidoarjo.
    “Peristiwa ini menjadi catatan penting untuk kita semua. Kami juga menguatkan dan memberikan dukungan kepada keluarga-keluarga yang masih penuh harapan untuk anaknya agar baik-baik saja,” ujar Arifah dalam keterangan pers, Sabtu (4/9/2025).
    Dalam kunjungannya, Arifah memberikan bantuan pemenuhan kebutuhan spesifik anak, dukungan moril, serta pemenuhan kebutuhan medis dan pendampingan psikososial yang diperlukan.
    “Saya melihat semua petugas dari berbagai kalangan saling bahu-membahu, ini membuktikan bahwa kita merupakan satu keluarga yang saling menguatkan dan saling mendukung,” tuturnya.
    Ia menyampaikan terima kasih atas kerja keras tim gabungan dari Polres Sidoarjo, BNPB, Basarnas, TNI, relawan, serta seluruh pemangku kepentingan yang terus berupaya dalam proses evakuasi, penanganan korban, dan pemulihan pasca peristiwa.
    Arifah memastikan, pihaknya akan terus memantau dan berkoordinasi dengan Dinas P3AK, Dinas Sosial, serta lembaga terkait untuk memastikan pemenuhan hak para santri.
    “Baik dari sisi kesehatan, fisik, maupun psikologis, pemenuhan kebutuhan spesifik serta berkelanjutan hak anak atas pendidikan pasca kejadian,” imbuh dia.
    Tragedi runtuhnya bangunan Mushalla tiga lantai di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (29/9/2025), menyisakan duka mendalam.
    Secara keseluruhan, jumlah korban meninggal dunia mencapai sembilan orang, dan data ini masih terus berkembang seiring proses pencarian.
    “Jumlah korban terdampak 166 orang, dari jumlah tersebut, sebanyak 111 orang telah ditemukan, sementara sekitar 54 orang masih dalam pencarian,” jelas Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto dalam keterangan pers, Jumat (3/10/2025).
    Adapun rincian kondisi korban meliputi 14 orang dirawat inap di sejumlah rumah sakit, 89 orang telah diperbolehkan pulang, dan sembilan orang dinyatakan meninggal dunia.
    Dalam proses evaluasi, seluruh langkah yang dilakukan Tim SAR Gabungan di lapangan sudah diperhitungkan agar tidak menimbulkan risiko tambahan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Peta Rawan Gempa Bumi di Jawa Timur: Sumenep dan Surabaya Termasuk

    Peta Rawan Gempa Bumi di Jawa Timur: Sumenep dan Surabaya Termasuk

    Morfologi wilayah di sekitar pusat gempa bumi Sumenep bervariasi mulai dari dataran aluvial di daerah pantai hingga perbukitan bergelombang di wilayah tengah Pulau Sapudi dan Pulau Madura.

    Kondisi morfologi di sekitar sumber gempa memperlihatkan kondisi umur batuan di sekitar sumber gempa bumi. Keberadaan batuan muda serta sedimen permukaan yang telah mengalami pelapukan berpotensi memperkuat guncangan gempa bumi, sehingga intensitas guncangan di permukaan dapat lebih besar dibandingkan di daerah dengan batuan kompak.

    “Kekerasan batuan di wilayah Sumenep dipengaruhi oleh umur dan litologi, batuan yang lebih muda atau telah mengalami pelapukan memiliki kekuatan lebih rendah dibandingkan batuan tua dan kompak,” sebut Wafid.

    Berdasarkan kondisi geologi dan geoteknik, wilayah sekitar pusat gempa bumi di Sumenep dapat diklasifikasikan ke dalam kelas tanah D (tanah sedang) dan E (tanah lunak) berdasarkan nilai Vs30, sehingga variasi tingkat amplifikasi guncangan gempa bumi sangat bergantung pada kondisi setempat.

    Berdasarkan laporan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), guncangan gempa bumi ini dirasakan dengan intensitas MMI (Modified Mercalli Intensity) V-VI MMI di Pulau Sapudi, IV MMI di Sumenep, III-IV MMI di Pamekasan, Situbondo, Sampang, dan Surabaya, III MMI di Tuban dan Gianyar, II-III MMI di Tabanan, Probolinggo, Denpasar, Buleleng, Lumajang, Kuta, Banyuwangi, Bangkalan, Jember, Sidoarjo, dan Mojokerto, serta II MMI di Lombok Tengah, Lombok Utara, Blitar, Bondowoso, dan Malang.

    “Berdasarkan Peta Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi, daerah yang berada dekat dengan sumber gempa bumi terletak pada kawasan rawan bencana gempa bumi rendah hingga menengah,” ujar Wafid.

     

  • Mengetuk Tuhan di Antara Reruntuhan: Upaya Terakhir Orang Tua Korban Ponpes Ambruk di Sidoarjo

    Mengetuk Tuhan di Antara Reruntuhan: Upaya Terakhir Orang Tua Korban Ponpes Ambruk di Sidoarjo

    Liputan6.com, Sidoarjo – Waqiah hanya bisa memberi sedikit senyuman saat berbincang bersama kerabatnya. Perempuan asal Semarang, Jawa Tengah ini merupakan ibu dari Muhdafi (13), salah seorang santri korban bangunan ambruk Ponpes Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, yang belum ditemukan.

    Hari kelima pencarian korban kemarin, Waqiah mencoba perlahan menenangkan diri dan berpasrah, sambil terus merapal doa mengetuk Tuhan di antara reruntuhan. Dia percayakan nasib anaknya kepada Allah. Meski tak siap, dia mencoba ikhlas atas apapun yang nanti terjadi sang anak.

    “Banyak saudara yang menghibur, jadi sekarang bisa ikhlas. Saya sudah pasrahkan semua ke Allah,” kata Waqiah, Jumat (3/10/2025).

    Muhdafi baru tiga bulan belajar di Ponpes Al Khoziny. Dia sendiri yang meminta belajar di pesantren ini setelah lima kerabatnya juga belajar di sini. Mereka semua ada bersama-sama saat peristiwa bangunan ambruk.

    “Lima saudaranya selamat, anak saya ada di saf kedua saat salat dan tidak bisa menyelamatkan diri,” ujar Waqiah. 

    Waqiah tak pernah berhenti berdoa selama berada di posko. Keluarganya juga saban hari menggelar doa bersama di rumah Semarang maupun kampung leluhur di Madura. Mereka berharap tim SAR secepatnya bisa menemukan Muhdafi. 

    “Kabarnya sekitar lokasi kejadian bangunan tercium bau tak sedap. Saya harap secepatnya anak saya ditemukan,” ujarnya.

    Dia sempat kecil hati saat hari keempat proses evakuasi, tim SAR sempat memutuskan menghentikan sementara pencarian untuk beristirahat sejenak. Momen itu sempat memicu ketegangan antara keluarga korban dan tim SAR. 

    “Kerja mereka kan sudah bagus, bisa menemukan korban. Tapi kemarin kenapa ada rencana berhenti, itu kami sayangkan,” tutur Waqiah. 

    Apalagi pihak keluarga sudah dikumpulkan oleh Tim SAR untuk diberi penjelasan dua opsi pencarian. Yakni pencarian menggunakan alat berat dan konvensional dengan segala risikonya. Dengan begitu, upaya pencarian seharusnya bisa lebih cepat. 

    “Harapan kami bekerja lebih cepat lagi, itu saja. Saya ingin lihat wajah anak saya,” kata Waqiah.

    Semua Sudah Berjuang Keras

    Kebanyakan keluarga korban sudah pasrah terhadap nasib anak-anak mereka. Namun ada pula yang masih percaya harapan selalu ada siap menerima bila nanti hasilnya tak sesuai harapan.  

    Abdul Wahid, orang tua santri Alvin Mutawakil Allalah (13) percaya masih ada tanda kehidupan. Dia meminta tim SAR bekerja dengan kehati-hatian, jangan sampai ada debu atau hal lain yang bisa menutup oksigen di dalam reruntuhan. 

    Dia masih optimis anaknya punya harapan. Apalagi dia mendengar kabar teman-teman sang anak sempat membuat lubang untuk upaya menyelamatkan diri. Posisi Alvin sendiri saat salat jamaah ada di saf lima, reruntuhan lokasinya terhalang beton. Sedangkan teman-temannya yang bisa selamat saat itu banyak di bangunan utama.

    “Masih ada lubang angin, ada oksigen. Jadi saya yakin anak saya ada peluang, semoga saja,” ujar Wahid.

    Di balik harapan itu, dia juga sudah siap bila Tuhan berkehendak lain. Baginya, semua pihak sudah bekerja keras untuk menyelamatkan para korban. Termasuk anaknya.

    Masuk hari kelima pencarian korban, wajah sendu masih terpancar di wajah orang tua korban terutama para ibu. Namun situasi ini jauh lebih tenang dibanding hari keempat kemarin yang diselimuti tangis kesedihan. 

    Ketika itu sejumlah ibu korban menangis histeris, sebagian keluarga lainnya bersitegang dengan Basarnas. Mereka menilai kerja tim SAR lamban padahal sudah menawarkan opsi memakai alat berat dan konvensional dalam pencarian korban.

    Tsani Rofiatun, tim konselor Dinas Sosial Sidoarjo, mengatakan Kamis kemarin ada kepanikan massal ketika diberi informasi oleh Tim SAR terkait dua opsi pencarian dan tak ada tanda-tanda kehidupan di lokasi kejadian. 

    “Ada seorang ibu sampai menangis histeris seperti kesurupan. Semua dipicu informasi pencarian Basarnas,” ujarnya.

    Tsani menyebut kini kondisi keluarga korban terutama ibu-ibu sudah lebih tenang. Umumnya telah berpasrah diri dan siap menerima berbagai kemungkinan termasuk yang paling buruk sekalipun. Tim konselor sendiri berupaya melakukan relaksasi kaum perempuan yang paling rentan. 

    “Sekarang insya Allah semua sudah lebih sabar. Kami terus pantau kondisi mereka,” tutur Tsani.