kab/kota: Seoul

  • Mantan PM Korsel Han Duck Soo Umumkan Maju Capres

    Mantan PM Korsel Han Duck Soo Umumkan Maju Capres

    Seoul

    Mantan Perdana Menteri (PM) Korea Selatan (Korsel) Han Duck Soo mengumumkan pencalonan dirinya sebagai presiden pada Jumat (2/5) waktu setempat. Han bergabung dalam pemilu dini yang dipicu oleh pemakzulan mantan Presiden Yoon Suk Yeol terkait penetapan darurat militer.

    Pemilu Korsel yang dijadwalkan pada 3 Juni mendatang, akan menentukan siapa pengganti Yoon yang dimakzulkan dan diberhentikan dari jabatannya karena menetapkan pemberlakuan darurat militer singkat pada 3 Desember lalu yang menjerumuskan Korsel ke dalam kekacauan politik berkepanjangan.

    Ketidakstabilan politik di negara tersebut semakin meningkat pada Kamis (1/5) waktu setempat, setelah pengadilan memerintahkan persidangan ulang terhadap kandidat capres terkemuka atas dugaan pelanggaran hukum pemilu, dan ketika dua tokoh penting pemerintahan, termasuk Han, mengundurkan diri.

    Han, seperti dilansir AFP, Jumat (2/5/2025), telah mengisyaratkan kemungkinan dirinya maju capres ketika dia mengumumkan pengunduran dirinya sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Presiden dan PM Korsel pada Kamis (1/5), yang menunjukkan dirinya bersedia “mengambil tanggung jawab yang lebih besar”.

    “Demi masa depan Republik Korea, negara yang sangat saya cintai, dan untuk kita semua, saya telah memutuskan untuk melakukan apa yang saya bisa,” ucap Han dalam pidatonya yang disiarkan televisi Korsel pada Jumat (2/5).

    “Saya akan berusaha sekuat tenaga agar dipilih oleh rakyat kita dalam pemilihan presiden ini,” tegasnya.

    Han saat masih menjabat PM Korsel mengambil alih jabatan Plt Presiden setelah Yoon dimakzulkan oleh parlemen pada Desember tahun lalu. Birokrat karier berusia 75 tahun itu diharapkan bekerja sama dengan Partai Kekuatan Rakyat yang menaungi Yoon, untuk meluncurkan kampanye konservatif terpadu melawan capres terdepan, Lee Jae Myung, dari Partai Demokrat Korea yang beraliran liberal.

    Dalam pemerintahan liberal dan konservatif, Han telah memegang berbagai jabatan senior sebelumnya, termasuk Menteri Keuangan, Menteri Perdagangan, dan Duta Besar Korsel untuk AS.

    Sebagai PM Korsel, Han sudah dua kali memegang jabatan tersebut, yakni pertama di bawah mendiang mantan Presiden Roh Moo Hyun dan baru-baru ini di bawah Yoon.

    “Saya telah mengabdikan hidup saya untuk melayani di garis depan pembangunan ekonomi sebagai pelayan publik Republik Korea yang membanggakan,” ucap Han, sembari berjanji dirinya akan mengatasi krisis yang sedang berlangsung dalam perdagangan yang melibatkan tarif Amerika Serikat (AS).

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Plt Presiden Korsel Han Duck Soo dan Menkeu Choi Sang Mok Mundur Jelang Pilpres 3 Juni – Halaman all

    Plt Presiden Korsel Han Duck Soo dan Menkeu Choi Sang Mok Mundur Jelang Pilpres 3 Juni – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Gejolak politik Korea Selatan kembali bergoyang.

    Seoul akan segera menggelar pemilihan presiden, yang dijadwalkan pada 3 Juni 2025 mendatang.

    Financial Times melaporkan, pada Kamis (1/5/2025), Pelaksana Tugas (Plt) Presiden Han Duck Soo mengumumkan secara resmi mengundurkan diri dari jabatannya.

    Han bakal mencalonkan diri dalam pemilihan presiden mendatang.

    Han Duck Soo merupakan seorang birokrat veteran berusia 75 tahun.

    Dia punya banyak pengalaman di bidang ekonomi dan diplomasi, mengumumkan pengunduran dirinya dalam konferensi pers di Seoul.

    Ia menyatakan keputusan tersebut diambil untuk “memikul tanggung jawab yang lebih besar” di tengah krisis nasional yang sedang berlangsung.

    Han diperkirakan akan mencalonkan diri sebagai kandidat dari Partai Kekuatan Rakyat (People Power Party).

    Perlu diingat, Partai Kekuatan Rakyat merupakan partai konservatif yang saat ini mengalami krisis kepemimpinan setelah pemakzulan Presiden Yoon Suk Yeol, dikutip dari AP News.

    Meskipun Han memiliki reputasi sebagai teknokrat yang kompeten, ia menghadapi tantangan besar dalam membangun basis politik yang kuat.

    Kritikus menyoroti bahwa usianya yang lanjut dan kurangnya dukungan politik yang solid dapat menjadi hambatan dalam kampanye presidensialnya.

    Menkeu Korsel Mundur di Tengah Ancaman Pemakzulan

    Beberapa jam setelah pengunduran diri Han, Menteri Keuangan sekaligus Wakil Perdana Menteri, Choi Sang Mok juga mundur dari jabatannya.

    Pengunduran diri Han seharusnya membuka jalan bagi Choi Sang Mok untuk menjabat sebagai Plt Presiden sesuai dengan ketentuan hukum.

    Namun, Choi mengundurkan diri beberapa jam kemudian setelah menghadapi ancaman pemakzulan dari parlemen yang dikuasai oleh Partai Demokrat, yang merupakan oposisi.

    Parlemen menuduh Choi gagal mengelola krisis ekonomi yang sedang berlangsung dan mempertanyakan integritasnya dalam pengelolaan anggaran negara, dikutip dari Reuters.

    Kementerian Keuangan mengumumkan Choi mengajukan pengunduran dirinya pada pukul 22:28 waktu setempat.

    Selisih hanya beberapa menit sebelum pemungutan suara pemakzulan dijadwalkan berlangsung, dikutip dari China Daily.

    Lee Ju Ho: Plt Presiden Keempat Sejak Desember 2024

    Dengan pengunduran diri Han dan Choi, posisi Plt Presiden kini diisi oleh Menteri Pendidikan dan Wakil Perdana Menteri, Lee Ju Ho

    Lee menjadi Plt Presiden keempat dalam kurun waktu kurang dari enam bulan, dikutip dari Al Jazeera.

    Lee menghadapi tantangan besar dalam memimpin negara menjelang pemilihan presiden yang semakin dekat.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Mantan PM Korsel Han Duck Soo Umumkan Maju Capres

    Plt Presiden Korsel Han Duck Soo Mengundurkan Diri

    Jakarta

    Plt Presiden Korea Selatan (Korsel) Han Duck Soo mengundurkan diri. Han disebut akan mencalonkan diri dalam pemilihan presiden Korsel 3 Juni mendatang.

    Dilansir kantor berita Yonhap, Jumat (2/5/2025), Han mengumumkan keputusannya saat jumpa pers di kompleks pemerintahan di Seoul. Di mana pernyataan itu menjawab spekulasi selama berminggu-minggu mengenai apakah ia akan mengikuti pemilu yang dipicu oleh pemakzulan mantan bosnya, mantan Presiden Yoon Suk Yeol.

    “Mengingat beratnya tanggung jawab yang saya pikul di saat genting ini, setelah berpikir panjang dan matang apakah keputusan ini memang benar dan tidak bisa dielakkan, saya putuskan, kalau memang ini jalan satu-satunya, ya harus saya ambil,” ujarnya saat memberikan pengarahan.

    Han, yang pernah menjadi perdana menteri di bawah presiden liberal dan konservatif dan juga menjabat sebagai duta besar Korea Selatan untuk Amerika Serikat, telah menjadi favorit di kalangan konservatif untuk menantang Lee Jae-myung, kandidat presiden dari Partai Demokrat liberal.

    Dikutip dari kantor berita AFP, Han kemungkinan akan secara resmi mengumumkan pencalonannya sebagai presiden pada hari ini waktu setempat. Ia digadang-gadang menjadi calon kuat dari kubu konservatif.

    Han sebelumnya ditunjuk sebagai penjabat presiden setelah parlemen memakzulkan Presiden Yoon Suk Yeol pada Desember 2024. Yoon dicopot karena keputusannya menetapkan darurat militer secara sepihak yang memicu krisis politik nasional.

    Namun, Han juga sempat ikut dimakzulkan hanya dua pekan setelah menjabat. Oposisi menuduh Han gagal mencegah kebijakan darurat militer dan menolak kerja sama dalam penyelidikan terhadap mantan Presiden Yoon dan istrinya.

    (whn/zap)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Korea Utara Hancurkan Simbol Rekonsiliasi dengan Korea Selatan

    Korea Utara Hancurkan Simbol Rekonsiliasi dengan Korea Selatan

    Jakarta

    Korea Utara dilaporkan telah melarang lagu “Glad to Meet You”, yang selama ini dianggap sebagai simbol rekonsiliasi kedua negara di Semenanjung Korea yang terpecah.

    Meskipun pelarangan lagu dari masa kerja sama Utara-Selatan yang lebih erat mungkin terdengar sepele, tetapi para analis melihatnya sebagai tren yang jelas dari Pyongyang yang menjauhkan diri dari tetangganya, Korea Selatan.

    Lagu tersebut, yang dalam bahasa Korea dikenal sebagai “Bangapseumnida”, pertama kali dipertunjukkan pada tahun 1991 oleh Pochonbo Electronic Ensemble dari Jepang.

    Berbeda dari lagu-lagu Korea Utara pada umumnya yang sarat slogan politik, lagu ini mengisyaratkan keinginan Pyongyang untuk menjalin hubungan lebih baik dengan negara lain dan sering diputar dalam pertemuan Korea Utara-Selatan untuk mempererat hubungan.

    Titik nadir baru hubungan Korea Utara dan Korea Selatan

    Kyodo News melaporkan pada hari Selasa (29/03) bahwa pemimpin Korea Utara Kim Jong Un telah melarang lagu tersebut menyusul revisi konstitusi tahun lalu yang menetapkan Korea Selatan sebagai “musuh utama” Korea Utara.

    Langkah-langkah serupa lainnya juga telah diambil dalam skala kecil maupun besar, untuk menghapus kesan persaudaraan terhadap Korea Selatan dan rakyatnya. Korea Utara mengubah lirik lagu kebangsaannya agar tak menyebut Korea Selatan, dan bagian selatan Semenanjung Korea kini telah dihapus dari peta dalam siaran prakiraan cuaca di televisi.

    Korea Utara hancurkan kawasan wisata simbol persatuan

    Analisis citra satelit yang dipublikasikan pada 23 April oleh 38 North, sebuah situs dari lembaga think tank Stimson Center yang berbasis di Washington DC, Amerika Serikat, menunjukkan bahwa bangunan-bangunan di Kawasan Wisata Gunung Kumgang yang juga menjadi simbol lain dari semangat persatuan antar-Korea telah dihancurkan.

    Tempat itu juga menarik wisatawan dari Korea Selatan dan menghasilkan devisa yang signifikan bagi Korea Utara. Namun, proyek ini mendadak dihentikan pada 2008 saat seorang perempuan Korea Selatan yang keluar dari jalur ditembak mati oleh penjaga Korea Utara.

    Pada 2019, Kim Jong Un mengunjungi lokasi tersebut dan memerintahkan agar seluruh bangunan dihancurkan.

    Citra satelit terbaru menunjukkan bahwa kini yang tersisa hanyalah pondasi dari sebagian besar bangunan.

    “Menurut saya, Kim sudah sampai pada kesimpulan bahwa memperbaiki hubungan dengan Selatan tidak akan menguntungkan dia atau rezimnya,” kata Kim Sang-woo, mantan politisi dari partai progresif Congress for New Politics Korea Selatan, yang kini menjadi anggota dewan Kim Dae-jung Peace Foundation.

    Pyongyang lebih pilih Rusia daripada Korea Selatan

    Menurut Kim Sang-woo kepada DW, Pyongyang sudah cukup lama menjaga jarak dari Seoul. Pola ini diprediksi akan terus berlanjut, pada saat yang sama, Kim Jong Un justru semakin mendekat ke Rusia.

    “Dia sangat aktif mempererat hubungan dengan Rusia, yang sebagai balasannya telah memberikan teknologi militer dan janji dalam perjanjian keamanan mereka bahwa Rusia akan membantu Korea Utara jika terjadi konflik dengan Korea Selatan atau Amerika Serikat,” kata Kim kepada DW.

    “Hal itu memberi Kim kepercayaan diri yang lebih besar dan membuatnya merasa bahwa Korea Selatan tidak lagi menawarkan peluang besar.”

    Sementara itu, Rah Jong-yil, mantan diplomat dan pejabat tinggi intelijen Korea Selatan, meyakini bahwa perubahan sikap Kim bisa ditarik kembali ke pertemuan puncak Februari 2019 di Hanoi, Vietnam, dengan Presiden AS Donald Trump.

    “Kim datang dengan ekspektasi tinggi bahwa kesepakatan akan tercapai, investasi akan mengalir, dan sanksi PBB akan dicabut. Tapi pertemuan itu gagal total dan menjadi pukulan besar bagi martabatnya,” ujar Rah.

    Enam tahun kemudian, “hampir semua jejak Korea Selatan telah dihapus dari Korea Utara,” tambahnya, seraya mencatat bahwa kedua pihak bahkan tidak saling berkomunikasi.

    Sebagai contoh, pada 7 Maret lalu, dua nelayan Korea Utara ditemukan terombang-ambing di perairan Korea Selatan di lepas pantai barat dan diselamatkan oleh Penjaga Pantai Korea Selatan.

    Kedua nelayan itu menyatakan tidak bermaksud membelot dan ingin kembali ke Utara.

    Upaya berulang kali oleh otoritas Korea Selatan dan Komando PBB di perbatasan untuk memberitahukan Korea Utara tentang niat dua warganya itu sama sekali diabaikan.

    Hubungan kedua Korea ‘Benar-Benar Membeku’

    “Hubungan itu benar-benar membeku,” kata Rah. “Tidak ada pertukaran, dan saya tidak melihat ada peluang perubahan karena posisi resmi Korea Utara saat ini adalah bahwa kedua Korea adalah negara yang terpisah dan bermusuhan, yang tidak bisa didamaikan.”

    Kim Sang-woo pun pesimistis bahwa kemenangan partai oposisi progresif Democratic Party dalam pemilu parlemen Korea Selatan 3 Junimendatang akan membuka peluang jembatan baru hubungan kedua negara.

    Kalaupun Democratic Party menang, saya yakin presiden yang terpilih akan mencoba menjangkau Korea Utara untuk menunjukkan niat baik dan menawarkan memperbaiki hubungan,” katanya. “Tapi saya rasa Kim Jong-Un akan berpikir bahwa kedekatan dengan Moskow memberikan keuntungan yang lebih besar.”

    Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Tezar Aditya Rahman

    Editor: Yuniman Farid

    Lihat juga Video ‘Jembatan Rusia-Korea Utara Mulai Dibangun!’:

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Eks Presiden Korsel Yoon Suk Yeol Didakwa Atas Penyalahgunaan Kekuasaan

    Eks Presiden Korsel Yoon Suk Yeol Didakwa Atas Penyalahgunaan Kekuasaan

    Jakarta

    Mantan presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol didakwa pada hari Kamis (1/5) tanpa penahanan atas penyalahgunaan kekuasaan terkait deklarasi darurat militernya.

    Dakwaan baru tersebut muncul saat Yoon diadili atas tuduhan mengatur pemberontakan dengan upaya darurat militernya pada tanggal 3 Desember lalu, yang berupaya untuk menangguhkan pemerintahan sipil di Korea Selatan yang demokratis.

    Saat itu, tentara bersenjata dikerahkan ke parlemen berdasarkan dekrit tersebut. Namun, perintah tersebut hanya bertahan sekitar enam jam karena dengan cepat ditolak oleh anggota parlemen oposisi, yang memanjat pagar untuk memasuki gedung. Parlemen kemudian memakzulkan Yoon atas deklarasi darurat militer tersebut.

    Yoon (64) dicabut semua kekuasaan dan hak istimewanya pada bulan April oleh Mahkamah Konstitusi, yang menguatkan mosi pemakzulan tersebut.

    Jaksa pertama kali mendakwa Yoon pada bulan Januari — saat ia masih menjadi presiden — sebagai “pemimpin pemberontakan”, sebuah tuduhan yang tidak tercakup oleh kekebalan presiden.

    “Kami telah melanjutkan persidangan (pemberontakan) tersebut sambil melakukan penyelidikan tambahan terhadap tuduhan penyalahgunaan kekuasaan, yang mengarah pada dakwaan tambahan ini,” kata jaksa dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis (1/5).

    Dakwaan baru tersebut muncul sehari setelah penyidik menggerebek kediaman pribadi Yoon di Seoul sebagai bagian dari penyelidikan atas tuduhan penyuapan yang melibatkan istrinya, Kim Keon Hee.

    Jika terbukti bersalah atas tuduhan pemberontakan, Yoon dapat dijatuhi hukuman penjara seumur hidup atau hukuman mati — meskipun Korea Selatan telah memberlakukan moratorium tidak resmi terhadap eksekusi sejak tahun 1997.

    Yoon adalah presiden Korea Selatan kedua yang dicopot dari jabatannya, dan yang ketiga yang dimakzulkan oleh parlemen.

    Dengan lengsernya Yoon dari jabatannya, Korea Selatan akan mengadakan pemilihan umum dadakan pada tanggal 3 Juni mendatang.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • KATSEYE Masuki Perjalanan Baru lewat Keberanian yang Ditampilkan di Gnarly

    KATSEYE Masuki Perjalanan Baru lewat Keberanian yang Ditampilkan di Gnarly

    JAKARTA – KATSEYE mencatatkan debut apik dengan meraih posisi puncak chart Billboard Emerging Artists dan Heatseekers Albums lewat EP perdana mereka SIS (Soft Is Strong) pada 2024 lalu. Kini mereka kembali dengan lagu “Gnarly” — sebuah track klub yang penuh energi dengan dentuman 808 yang mengguncang, synth-synth rave yang tajam, dan sikap penuh keberanian.

    Dalam karya baru mereka, KATSEYE menggambarkan bagaimana rasanya tumbuh di era digital sekaligus terjun ke sorotan publik, menghasilkan perpaduan antara kegembiraan, kerapuhan, dan stimulasi berlebihan. Selalu menikmati dualitas kehidupan, KATSEYE memainkan makna ganda dari kata “gnarly” dan merayakan batas kabur antara dunia nyata dan digital.

    Lagu ini diproduseri oleh Pink Slip, Tim Randolph, pendiri HYBE “hitman” Bang, dan Slow Rabbit. Para member KATSEYE berharap bisa menampilkan sisi lain yang menarik bagi fans.

    “Kami ingin orang-orang merasakan vibes-nya, benar-benar terhubung dengan musik kami. ‘Gnarly’ terasa autentik bagi kami — berani, menyenangkan, dan menunjukkan sisi berbeda dari apa yang kami usung. Sangat menyenangkan bisa berbagi lebih banyak lagi sambil terus berkembang bersama EYEKONS,” merujuk pada fandom setia grup ini.

    KATSEYE hadir untuk mematahkan stereotip, di mana mereka menciptakan jalan sendiri. Girl group global ini adalah yang pertama dibentuk dengan standar tinggi sistem K-pop, namun dengan tujuan jelas untuk menerobos batas-batas budaya dan kreativitas.

    Beranggotakan enam orang dengan rentang usia 17 hingga 22 tahun dan berasal dari latar budaya yang sangat berbeda, KATSEYE terdiri dari: Daniela (Kuba/Venezuela-Amerika, dari Atlanta, GA), Lara (India, dari New York, NY), Manon (Ghana-Italia, dari Zurich, Swiss), Megan (Tionghoa-Amerika, dari Honolulu, HI), Sophia (Manila, Filipina), dan Yoonchae (Seoul, Korea Selatan).

    Setelah dunia menyaksikan mereka bersaing dan bersatu melalui program revolusioner Dream Academy besutan HYBE dan Geffen Records (yang kisahnya diangkat dalam serial dokumenter Netflix, Pop Star Academy: KATSEYE), grup ini merilis debut rekaman mereka dengan singel berjudul “Debut” di musim panas 2024 — yang masuk dalam daftar “Songs You Need to Know” oleh Rolling Stone.

    Singel kedua KATSEYE, “Touch”, berhasil masuk dalam daftar staf Billboard “The 100 Best Songs of 2024”. EP perdana mereka yang menduduki puncak tangga lagu, SIS (Soft Is Strong), memuat kedua singel tersebut plus tiga lagu baru.

  • Kim Jong Un Pamer Kapal Perang Seram, Bisa Luncurkan Rudal Nuklir

    Kim Jong Un Pamer Kapal Perang Seram, Bisa Luncurkan Rudal Nuklir

    Pyongyang

    Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, mengumumkan kapal perang perusak baru negara itu, yang tampaknya dapat meluncurkan rudal balistik nuklir. Kapal perang itu disebut kemajuan signifikan untuk memperkuat kemampuan militer Korut dan diklaim punya senjata terkuat.

    Kim Jong Un dan beberapa pejabat Korut dilaporkan hadir dalam uji coba penembakan rudal dari kapal itu. Nama kapal perang seberat 5.000 ton ini adalah Choe Hyon, pejuang Korut pada masa penjajahan Jepang.

    KCNA melaporkan Kim terkesan dengan serangan kuat dari kapal tersebut serta sistem pertahanan konvensionalnya. Kapal Choe Hyon ini rencananya akan dioperasikan tahun depan.

    Kim Jong Un juga mengatakan waktunya telah tiba untuk mempercepat persenjataan nuklir angkatan laut demi kedaulatan maritim. Menurutnya, membuat kapal selam bertenaga nuklir akan menjadi langkah besar berikutnya bagi Korut.

    Dikutip detikINET dari Sky News, Rabu (30/4/2025) kapal perusak serbaguna baru itu disebut-sebut sebagai yang pertama dalam kelas baru kapal perang bersenjata berat milik Korut.

    Kapal ini diklaim dilengkapi senjata paling kuat dan dibangun hanya dalam waktu sekitar 400 hari. Choe Hyon dirancang membawa berbagai sistem persenjataan, termasuk senjata anti udara dan anti laut, serta rudal balistik dan jelajah berkemampuan nuklir.

    Beberapa ahli mempertanyakan bagaimana negara yang tertutup dan miskin itu dapat mengembangkan kemampuan canggih seperti itu tanpa bantuan asing. Pejabat pertahanan Korea Selatan pun mengabarkan bahwa intelijen AS dan Korsel tengah memantau aktivitas Pyongyang ini.

    Washington dan Seoul khawatir Rusia membantu ambisi nuklir dan militer Korea Utara. 38 North, sebuah lembaga pengamat Korut mengatakan bahwa Choe Hyon mungkin masih memerlukan banyak penyempurnaan sebelum dapat melaju dengan propulsi sendiri.

    Citra satelit menunjukkan kapal itu menggunakan kapal lain untuk mendorongnya menuju dok terapung. Yang Moo jin, presiden Universitas Studi Korea Utara, menilai kapal perang baru tersebut adalah perwujudan tekad Korut untuk memperoleh kemampuan operasi laut lepas sehingga dapat melakukan misi di wilayah maritim yang jauh.

    (fyk/fay)

  • Kim Jong Un Janji Bangun Monumen untuk Tentara Korea Utara yang Gugur di Rusia, Korsel Kecam Keras – Halaman all

    Kim Jong Un Janji Bangun Monumen untuk Tentara Korea Utara yang Gugur di Rusia, Korsel Kecam Keras – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un memuji pasukan negaranya yang dikerahkan ke Rusia sebagai pahlawan.

    Kim berjanji akan selalu menghormati pengorbanan mereka di tanah air.

    “Mereka yang berjuang demi keadilan semuanya adalah pahlawan dan perwakilan kehormatan bangsa,” kata Kim Jong Un, seperti dikutip Kantor Berita Pusat Korea (KCNA).

    Kim menambahkan bahwa negara harus selalu mengingat semangat para prajurit dan mengambil langkah nasional khusus untuk menghormati serta merawat keluarga para veteran.

    “Semangat tempur dan kepahlawanan prajurit kita akan bersinar selamanya di atas podium rasa hormat dan kehormatan yang tinggi,” ujarnya.

    Selain itu, Kim menyampaikan “salam yang tulus dan agresif” kepada para prajurit dan warga Rusia, sekaligus mengucapkan selamat atas “kemenangan besar” di Kursk.

    Kehadiran pasukan Korea Utara di Wilayah Kursk pertama kali dikonfirmasi secara resmi pada Sabtu (26/4/2025).

    Konfirmasi tersebut terjadi dalam pertemuan yang disiarkan televisi antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Kepala Staf Umum Valery Gerasimov, dikutip dari RT.

    Gerasimov memuji tentara Korea Utara karena “menunjukkan profesionalisme, keberanian, dan kepahlawanan yang tinggi dalam pertempuran.”

    “Pasukan Korea Utara melindungi tanah Rusia seperti tanah mereka sendiri dengan kemauan gigih dan pengorbanan yang tak terhingga,” kata Komisi Militer Pusat di Pyongyang.

    Tindakan heroik tersebut, menurut Pyongyang, membuktikan “aliansi yang tak terpatahkan” antara Korea Utara dan Rusia.

    Sanjungan dari Moskow

    Moskow memuji “solidaritas” dari Pyongyang.

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menyebut bantuan dari “teman-teman Korea” sebagai manifestasi hubungan erat kedua negara.

    Sebelumnya, Kyiv dan sekutu Barat telah lama menuduh Korea Utara mengerahkan pasukannya ke Wilayah Kursk.

    Akan tetapi baik Pyongyang maupun Moskow baru mengonfirmasi keterlibatan ini setelah wilayah tersebut diamankan.

    Presiden Putin menegaskan keputusan tentang pemenuhan kewajiban dalam pakta kemitraan adalah hak kedua negara.

    Sementara itu, pemerintah Korea Selatan secara resmi mengecam langkah Korea Utara tersebut.

    Seoul Lontarkan Ejekan

    Dalam pernyataan yang dikutip dari Yonhap News Agency, Senin (28/4/2025), Kementerian Luar Negeri Korea Selatan menuduh Pyongyang “mengejek” masyarakat internasional dengan membenarkan pengerahan pasukan ke Rusia.

    Seoul menyatakan kerja sama militer antara Pyongyang dan Moskow merupakan “pelanggaran serius terhadap Piagam PBB dan resolusi Dewan Keamanan PBB.”

    Pemerintah Korea Selatan mendesak kedua negara untuk segera menghentikan kerja sama militer yang dinilai mengancam stabilitas kawasan Indo-Pasifik dan Eropa.

    “Kami akan bekerja sama dengan masyarakat internasional untuk mengambil tindakan tegas terhadap segala ancaman terhadap keamanan nasional,” demikian bunyi pernyataan resmi Seoul.

    Pengiriman pasukan Korea Utara ke Rusia juga dipandang memperburuk dinamika keamanan di Asia Timur dan meningkatkan isolasi Pyongyang dari komunitas global.

    Langkah ini dinilai sebagai eskalasi baru dalam ketegangan global terkait perang di Ukraina dan memperburuk situasi keamanan dunia.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Geger Siswa Korsel Tikam 3 Orang di Sekolah

    Geger Siswa Korsel Tikam 3 Orang di Sekolah

    Seoul

    Seorang siswa di sebuah sekolah menengah di Cheongju, Korea Selatan (Korsel), menikam tiga orang di sekolahnya hingga luka parah dan melukai dua orang lainnya pada Senin (28/4) pagi waktu setempat. Salah satu yang ditikam siswa itu merupakan sang kepala sekolah menengah tersebut.

    Laporan kepolisian setempat, seperti dilansir AFP, Senin (28/4/2025), menyebut penyerangan itu terjadi di sebuah sekolah menengah di wilayah Cheongju, yang berjarak 110 kilometer sebelah selatan ibu kota Seoul, pada Senin (28/4) pagi, sekitar pukul 08.36 waktu setempat.

    Badan Kepolisian Provinsi Chunguk dalam pernyataan kepada wartawan menyebut pihak kepolisian menerima laporan bahwa “seorang siswa telah menikam seseorang di ruang kelas dengan sebilah pisau”.

    Disebutkan bahwa tiga orang mengalami luka parah akibat penikaman itu, dengan salah satunya merupakan sang kepala sekolah yang dilaporkan mengalami luka tusukan di bagian perut. Satu korban luka lainnya merupakan seorang pegawai pemerintah yang ada di sekolah itu, yang ditikam di bagian dada.

    Kepolisian setempat mengatakan dua orang lainnya mengalami luka ringan dalam aksi penyerangan ini.

    Dijelaskan oleh Kepolisian Cheongju bahwa siswa yang mendalangi serangan penikaman, yang tidak disebut namanya, berusaha melarikan diri ke sebuah taman yang ada di tepi danau di dekat sekolah menengah itu. Siswa itu sempat melompat ke dalam danau, namun berhasil ditangkap 12 menit setelah laporan awal.

    Pelaku penikaman yang hanya disebut sebagai siswa berusia 18 tahun itu mengalami luka ringan akibat aksinya dan telah dibawa ke rumah sakit setempat.

    Motif di balik serangan penikaman ini belum diketahui secara jelas.

    “Kami sedang berupaya mencari tahu detail dan motifnya,” ucap salah satu pejabat kepolisian setempat, yang enggan disebut namanya, saat berbicara kepada AFP.

    Kasus ini terjadi beberapa bulan setelah seorang guru menikam seorang siswanya yang berusia 8 tahun hingga tewas di sebuah sekolah dasar (SD) setempat.

    Meskipun kasus penikaman di sekolah marak terjadi beberapa waktu terakhir, Korsel secara umum merupakan negara yang sangat aman. Menurut statistik resmi, tingkat pembunuhan di Korsel mencapai 1,3 per 100.000 orang sepanjang tahun 2021 — di bawah rata-rata global yaitu enam pembunuhan per 100.000 orang.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Geger, Siswa Sekolah Tikam Guru dalam Serangan Pisau

    Geger, Siswa Sekolah Tikam Guru dalam Serangan Pisau

    Jakarta, CNBC Indonesia – Seorang siswa menikam tiga orang dan melukai dua lainnya dalam serangan pisau di sebuah sekolah menengah di Korea Selatan (Korsel), Senin (28/5/2025). Serangan itu terjadi sekitar pukul 08:36 pagi di sebuah sekolah di Cheongju, 110 kilometer (70 mil) selatan Seoul.

    “Polisi menerima laporan bahwa seorang siswa telah menikam seseorang di ruang kelas dengan pisau,” kata Badan Kepolisian Provinsi Chungbuk dalam sebuah pernyataan yang dikirim kepada wartawan, dikutip AFP.

    “Tiga orang terluka parah, termasuk kepala sekolah, yang menderita luka tusuk di perut, dan seorang pegawai pemerintah yang ditikam di dadanya… dua orang lainnya menderita luka ringan.”

    Siswa tersebut mencoba melarikan diri ke taman tepi danau di dekatnya, tempat ia melompat ke danau. Tetapi ditangkap hanya 12 menit setelah laporan awal.

    “Kami sedang mencoba menentukan detail dan motifnya,” kata seorang pejabat polisi lagi.

    Kasus ini muncul hanya beberapa bulan setelah seorang guru menikam seorang siswa berusia delapan tahun hingga tewas di sebuah sekolah dasar (SD) di Korsel.

    Secara umum, Korsel adalah negara yang sangat aman, dengan tingkat pembunuhan 1,3 per 100.000 orang pada tahun 2021, menurut statistik resmi, di bawah rata-rata global enam kematian akibat pembunuhan per 100.000 orang.

    (sef/sef)