Kisah Basuki, Peternak Sapi Semarang yang Sukses Lawan PMK dengan Jamu
Tim Redaksi
SEMARANG, KOMPAS.com
– Basuki, peternak berusia 75 tahun asal Mijen, Kota Semarang, Jawa Tengah menjadi teladan di tengah kekhawatiran wabah
Penyakit Mulut dan Kuku
(PMK).
Guna mencegah hewan ternaknya terkena wabah PMK, ia menciptakan ramual herbal sederhana untuk menjaga stamina ternak peliharaannya.
Rabu (15/1/2025) sore itu, Basuki terlihat duduk di bangku kayu di samping kandang sapinya. Tangan keriputnya sibuk memarut kunyit dan jahe.
Di sebelahnya, sebuah ember kecil berisi temulawak, jahe, kunyit, dan gula jawa siap dicampur.
Aroma herbal yang khas memenuhi udara, sementara suara sapi yang melenguh perlahan mengiringi aktivitas paginya.
Dengan hati-hati, dia mencampur semua bahan dalam botol bekas sirup, menggoyangnya hingga ramuan itu merata.
KOMPAS.COM/Muchamad Dafi Yusuf Hewan ternak Basuki, warga Mijen, Kota Semarang, Jawa Tengah, Kamis (16/1/2025).
Setelah selesai, Basuki berdiri dan membuka pintu kandang.
Satu per satu, sapi miliknya mendekat, seolah tahu jamu buatan tangan majikannya itu akan segera diberikan.
Dengan lembut, Basuki menuangkan ramuan ke mangkuk makanan sapi.
“Ayo, makan yang banyak. Ini buat kalian sehat,” ujar Basuki, sambil tersenyum bangga di depan kandang ternaknya, Rabu (15/1/2025).
Saat peternak lain panik dan memilih menjual ternaknya dengan harga murah, Basuki tetap tenang. Dengan ramuan herbal sederhana buatan sendiri, dia merawat tiga ekor sapi miliknya hingga tetap sehat di tengah ancaman penyakit yang meluas.
Sudah puluhan tahun Basuki menjadi peternak sapi. Namun, tak satupun hewan ternaknya yang terkena wabah PMK.
“Saya tidak takut. Sapi-sapi ini saya rawat seperti keluarga sendiri,” kata dia.
Menurut dia, ramuan herbal-nya, yang dibuat dari bahan-bahan sederhana seperti kunyit, jahe, temulawak, gula jawa, dan air manjur untuk cegah PMK.
Bahan-bahan tersebut diparut, dicampur, dan disimpan dalam botol bekas sirup.
Ramuan ini diberikan kepada ternaknya tiga kali seminggu, biasanya sore hari setelah mereka selesai makan.
“Biaya membuat ramuan untuk tiga sapi saya hanya Rp 10.000 sekali minum. Yang penting ternak sehat, saya juga tenang,” ungkap dia.
Selain menggunakan ramuan herbal, Basuki percaya bahwa perhatian dan perawatan yang baik adalah kunci utama menjaga ternaknya tetap sehat.
Dia hanya menjual sapinya pada momen tertentu, seperti hari raya Idul Adha, untuk mendapatkan harga terbaik.
“Merawat ternak itu seperti merawat keluarga sendiri. Kalau diperhatikan dengan kasih, hasilnya juga akan baik,” katanya.
Pendekatan tradisional Basuki ternyata sejalan dengan anjuran dari Kepala Dinas Pertanian Kota Semarang, Shotiah.
Dia mendorong peternak untuk memanfaatkan bahan herbal sebagai pakan tambahan selama wabah PMK.
“Herbal seperti kunyit dan jahe membantu menjaga kebugaran ternak. Kami berharap peternak bisa memanfaatkan hal ini,” kata Shotiah.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
kab/kota: Semarang
-
/data/photo/2025/01/16/67887ff066f57.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
9 Kisah Basuki, Peternak Sapi Semarang yang Sukses Lawan PMK dengan Jamu Regional
-

Dokter Cetak Rekor MURI Lulusan Tercepat S3 Kedokteran: Kuliah 21 Bulan-IPK 4,0
Jakarta –
Sosok dr Yanuar Ardani sukses meraih rekor dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) berkat kecepatannya dalam menyelesaikan program studi doktor ilmu kedokteran selama 21 bulan dan 19 hari. Tidak hanya itu, dirinya bahkan mendapat predikat cumlaude dengan IPK sempurna 4,00.
dr Yanuar masih aktif berpraktik di RSUP Kariadi Semarang sebagai dokter spesialis penyakit dalam. Kunci kesuksesannya disebut dilatarbelakangi sejumlah hal, termasuk lingkungan terdekat.
“Lingkungan sangat berpengaruh, dukungan dari direksi RS, izinnya dipercepat, promotor dan pembimbing lain yang sangat mengapresiasi,” terangnya dalam konferensi pers Rabu (15/1/2025).
Selain lingkungan pekerjaan dan pendidikan, keluarga juga menjadi dukungan terbesar yang didapat dr Yanuar selama menjalani program doktor ilmu kedokteran. Kajian doktor Yanuar merupakan terapi paliatif pasien kanker dengan musik.
Terapi semacam ini terbukti meningkatkan kualitas hidup pasien. Dalam kesempatan yang sama, Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono berharap keberhasilan dr Yanuar bisa mendatangkan rekor MURI selanjutnya.
“Yang kita harapkan ini akan menjadi inspirasi buat teman-teman yang lain, bahwa sambil bekerja bisa sambil belajar,bisa sambil berprestasi, itu yang paling penting, ini bukan yang terakhir tetapi ini adalah awal untuk prestasi-prestasi yang bisa dicapai di masa yang akan datang,” pungkas Prof Dante.
(naf/kna)
-

Bu Guru Cabuli Siswa di Grobogan Terus Dekati Korban yang Kini Tinggal di Ponpes, Polisi Bertindak
TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – ST (35) seorang perempuan yang berstatus sebagai guru agama di Kabupaten Grobogan dilaporkan ke polisi selepas diduga melakukan kekerasan seksual terhadap murid remaja laki-laki berinisial Y (16).
Janda anak satu tersebut telah menjalani pemeriksaan di Polres Grobogan.
“Iya guru (ST) sudah diperiksa kemarin (Selasa 14/1/2025), kami masih mendalami lagi, statusnya masih terlapor (belum tersangka),” kata Kasat Reskrim Polres Grobogan AKP Agung Joko Haryono saat dihubungi Tribun, Rabu (15/1/2025).
Selepas pemeriksaan terhadap ST, kasus kekerasan seksual ini naik statusnya menjadi penyidikan. “Iya sekarang sudah naik ke penyidikan,” imbuh Agung.
Menurut Agung, saksi yang sudah diperiksa dalam kasus ini sejumlah 11 orang saksi. Para saksi yang telah diperiksa terdiri dari pelapor, korban, saksi warga setempat, dan terlapor.
“Kami nanti tetap ada pemeriksaan lagi di tahap penyidikan mungkin sekali kalau tidak ada tambahan, sekali lagi pemeriksaannya,” terangnya.
Kepolisian juga telah melakukan visum et repertum (laporan hasil pemeriksaan korban kekerasan) dan visum psikiatrikum (laporan hasil pemeriksaan kesehatan jiwa seseorang) kepada korban.
Kemudian melaksanakan permohonan assesment dan pendampingan korban dari Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan Dan Anak (P2TP2A) Swatantra, Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Grobogan.,
“Kami juga telah melakukan permohonan penelitian sosial dari pekerja sosial Kementerian Sosial dan berkoordinasi dengan ahli,” terang Agung.
Sebelumnya, keluarga korban melaporkan kasus kekerasan seksual yang dilakukan oleh ST terkait tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (TPKS) yang tertuang dalam Pasal 81 ayat (2) dan Pasal 82 ayat (1) UURI No. 35 tahun 2014 tentang perubahan atas UURI No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak.
Kemudian junto Undang-undang RI No. 17 tahun 2016 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UURI No. 1 tahun 2016 tentang perubahan kedua atas UURI No 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak menjadi Undang-Undang atau atau Pasal 6 huruf (C) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2022.
Pengacara korban, Hernawan menyebut, terlapor ST sudah seharusnya dilakukan penahanan.
“Keluarga korban ada kekhawatiran kalau pelaku menghubungi handphone korban. Biasanya sering hubungi seperti itu,” katanya saat dihubungi Tribun.
Dia mengungkapkan, kondisi korban kini sudah berangsur membaik. Sebelumnya korban mengalami tekanan psikologis sehingga tampak linglung.
Namun, selepas bebas dari cengkraman terlapor dengan hidup di pesantren korban tampak lebih membaik.
.”Kondisinya sudah pulih artinya korban sudah bisa memberikan keterangan, membuka tabir dari yang telah dialami. Sebelumnya belum bisa. Begitu sudah dipondokkan, diobati sama pihak ponpes mentalnya sekarang sudah bagus,” bebernya.
Kronologi Korban Terjerat Pusaran Kekerasan Seksual
Hernawan mengungkapkan, kasus kekerasan seksual tersebut terjadi ketika korban menjadi murid dari terlapor ST di sebuah SMP di Grobogan.
Ketika itu, korban masih duduk di kelas 8 atau 2 SMP.
Hubungan korban dan ST sudah berlangsung selama 2 tahun atau sejak korban berumur 14 tahun. Kini korban berusia 16 tahun.
Modus yang dilakukan ST terhadap korban adalah mengajak ke rumahnya untuk belajar mengaji. Setiba di rumah ST, korban malah diciumi oleh ST.
“Korban dijanjikan dibelikan jaket, baju, dikasih duit, dipenuhi kebutuhan sehari-harinya. Sebagai gantinya korban harus memenuhi permintaan ST.” paparnya.
Hubungan yang dilakukan ST terhadap muridnya sempat dipergoki oleh warga maupun keluarga ST.
Pada kejadian pertama, ST yang merupakan janda anak satu ini sempat digrebek warga di rumahnya ketika berduaan dengan korban.
Alasan ketika itu, ST mengajak ke rumahnya untuk membetulkan keran air.
“Kasus penggerebekan itu, akhirnya ST tidak boleh mengajar di sekolahnya,” terangnya.
ST lalu pindah mengajar ke sekolah lain. Tak kurang akal, ST lalu menyewakan kamar kos untuk korban di wilayah Kecamatan Tegowanu, Grobogan.
Korban tinggal di kos tersebut lantas meninggalkan rumah kakek dan neneknya selama 5 bulan. “Pada waktu di koskan korban kelas 9 SMP,” ungkap Hernawan.
Selepas hidup di rumah kos bersama ST, kata Hernawan, korban pulang ke rumah kakek dan neneknya dalam kondisi kondisi mentalnya rusak.
Korban selama ini tinggal bersama kakek dan neneknya dari pihak ibu. Adapun orangtua korban sudah bercerai.
Korban lalu dimasukkan ke dalam pondok pesantren. Namun, ST masih terus berusaha menghubungi korban dengan mendatangi ponpes tempat korban belajar maupun chatting whatsapp (WA).
“Padahal korban sudah dalam pengawasan pihak pondok,” bebernya.
Melihat ulah ST, nenek korban geram lalu memilih melaporkan kasus itu ke polisi.
Terlebih, dari hubungan tersebut korban sampai tidak lulus SMP.
“Korban juga malu sama teman-teman seangkatannya. Kok bisa sama gurunya, malu dia,” kata Hernawan.
Pernyataan Kakek dan Ponpes
N (56), kakek korban Y mengatakan, korban diajak ST selama lima bulan tanpa kabar ke keluarganya.
“Saya sudah mencari, tapi saya putus asa saya pasrah hanya bisa salat tahajud tiap malam, meminta kepada Gusti Allah, yang penting cucu saya sehat dan bisa pulang sehat,” terangnya.
Pengasuh ponpes tempat Y belajar, Ahmad Gufron mengatakan, korban sudah di pondok selama tiga bulan. Selama di pondok korban sudah mulai berubah yang awalnya tertutup kini telah mau berbaur dengan teman-temannya.
“Kami didik di sini, supaya dari psikisnya juga normal kembali,” terangnya.
Gufron mengungkapkan, dari cerita korban kedekatan korban dengan ST ini dimulai dengan kegiatan mengaji lalu berlanjut ke kegiatan curahan hati (curhat). Kemudian korban nyaman diberikan berbagai barang lalu melakukan sesuatu dengan ST.
“Saya tanya kemarin ke korban dia ada penyesalan. Dia sadar kalau seperti itu salah. Dia merasa terperalat,” jelasnya. (Iwn)


/data/photo/2025/01/16/678880ab5bbc0.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)


