kab/kota: Salatiga

  • Kasus Keracunan MBG Naik Lagi Sepekan Terakhir, Korban Kini Tak Cuma Anak Sekolah

    Kasus Keracunan MBG Naik Lagi Sepekan Terakhir, Korban Kini Tak Cuma Anak Sekolah

    Jakarta

    Kasus keracunan program makan bergizi gratis (MBG) kembali meningkat tajam di berbagai daerah. Dalam sepekan terakhir, 6 hingga 12 Oktober 2025, Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) mencatat 1.084 korban baru.

    Lonjakan ini dinilai menunjukkan masalah serius dalam pelaksanaan MBG, yang sejak awal digadang-gadang sebagai upaya perbaikan gizi di anak sekolah.

    “Setiap pekan ribuan anak tumbang karena MBG, tapi negara justru membiarkan dapur-dapur tetap beroperasi. Ini bukan sekadar kelalaian, ini adalah krisis tanggung jawab publik,” tegas Ubaid Matraji, Koordinator Nasional JPPI, dalam keterangannya, Senin (13/10/2025).

    Kasus Keracunan Meluas

    JPPI melaporkan dua wilayah baru yang terdampak kasus keracunan MBG, yakni Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, dan Kota Gorontalo, Provinsi Gorontalo, sebelumnya tidak pernah masuk dalam daftar daerah terpapar.

    “Ini bukti penyebaran kasus semakin luas dan tak terkendali,” beber Ubaid.

    Adapun provinsi dengan korban terbanyak dalam sepekan terakhir meliputi:

    Nusa Tenggara Timur (NTT): 384 korban (Timor Tengah Selatan)Jawa Tengah: 347 korban (Karanganyar, Klaten, Salatiga)Kalimantan Selatan: 130 korban (Kabupaten Banjar)

    Jika dihitung sejak Januari hingga 12 Oktober 2025, lima provinsi dengan korban keracunan MBG tertinggi adalah:

    Jawa Barat: 4.125 korbanJawa Tengah: 1.666 korbanDaerah Istimewa Yogyakarta (DIY): 1.053 korbanJawa Timur: 950 korbanNusa Tenggara Timur: 800 korban

    JPPI mencatat, Jawa Timur dan NTT mengalami lonjakan signifikan. Dua provinsi ini sebelumnya tidak termasuk lima besar per 30 September 2025, tetapi kini naik drastis akibat peningkatan kasus baru.

    Korban Tak Cuma Anak Sekolah

    Hal yang dinilai lebih memprihatinkan, korban kini tak hanya dari kalangan peserta didik. JPPI menerima laporan guru, balita, ibu hamil, hingga anggota keluarga ikut menjadi korban setelah mengonsumsi makanan MBG yang dibawa pulang dari sekolah atau disalurkan melalui posyandu.

    Kasus semacam ini dilaporkan di Bima (NTB), Ketapang (Kalimantan Barat), dan Timor Tengah Selatan (NTT).

    “Ini sudah bukan masalah teknis dapur lagi. Ini menunjukkan lemahnya sistem pengawasan dan penjaminan mutu yang seharusnya dijalankan oleh pemerintah pusat,” ujar Ubaid.

    Halaman 2 dari 2

    (naf/up)

  • Dapur SPPG TNI untuk MBG Diklaim Tak Pernah Alami Kasus Keracunan
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        28 September 2025

    Dapur SPPG TNI untuk MBG Diklaim Tak Pernah Alami Kasus Keracunan Nasional 28 September 2025

    Dapur SPPG TNI untuk MBG Diklaim Tak Pernah Alami Kasus Keracunan
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) Mayjen TNI Freddy Ardianzah memastikan bahwa Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) untuk Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang tersebar di seluruh satuan TNI tidak pernah mengalami kasus keracunan.
    Hal ini disampaikan Freddy menanggapi maraknya kasus keracunan siswa usai menyantap makanan dari program MBG.
    “Sampai saat ini, TNI tidak pernah menerima laporan adanya kasus keracunan makanan bergizi (MBG) yang dikonsumsi oleh para siswa penerima program dari Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) TNI,” kata Freddy, saat dihubungi wartawan, dikutip Minggu (28/9/2025).
    Freddy mengatakan, seluruh proses pengolahan dan distribusi makanan di lingkungan SPPG TNI berjalan sesuai prosedur standar yang ketat.
    Dia menyebut, pelaporan selalu diberikan ke komando terhadap pencapaian dan hal-hal yang menonjol untuk pencegahan, sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
    Freddy juga menekankan bahwa setiap dapur SPPG TNI wajib memenuhi standar higienitas, keamanan, dan kelayakan gizi agar aman dikonsumsi.
    “TNI sangat memperhatikan aspek keamanan pangan. Pengawasan dilakukan secara berlapis, mulai dari proses pemilihan bahan baku, penyimpanan, pengolahan di dapur lapangan, hingga distribusi kepada siswa,” ujar dia.
    Freddy menuturkan, pengawasan kualitas makanan di SPPG TNI melibatkan beberapa unsur.
    Pertama, Satuan Kesehatan TNI yang secara rutin melakukan pengecekan kesehatan pangan.
    Kedua, tim logistik TNI yang memastikan ketersediaan bahan sesuai standar.
    Selain itu, terdapat pengawasan internal berjenjang dari komandan satuan yang bertanggung jawab langsung terhadap jalannya program.
    “Dengan sistem ini, kualitas makanan di SPPG TNI selalu terjamin aman, sehat, dan bergizi,” ucap dia.
    Sebelumnya diberitakan, Program MBG kembali menjadi sorotan setelah terjadinya sejumlah kasus keracunan massal di berbagai daerah, termasuk Salatiga, Rembang, dan Kebumen, serta kabupaten/kota lainnya di Jawa Tengah.
    Korban terbanyak tercatat di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.
    Lebih dari 800 siswa harus menjalani pengobatan setelah keracunan usai menyantap MBG.
    Sementara di Jawa Tengah, kejadian serupa terjadi di sejumlah daerah.
    Terakhir, setidaknya 60 siswa harus dilarikan ke Puskesmas setelah menyantap MBG.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 6.395 Warga Jateng Penganut Kepercayaan, Pemprov Jamin Hak Ubah Kolom Agama
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        23 September 2025

    6.395 Warga Jateng Penganut Kepercayaan, Pemprov Jamin Hak Ubah Kolom Agama Regional 23 September 2025

    6.395 Warga Jateng Penganut Kepercayaan, Pemprov Jamin Hak Ubah Kolom Agama
    Tim Redaksi
    SEMARANG, KOMPAS.com
    – Sebanyak 6.395 warga Jawa Tengah mencatatkan diri sebagai penghayat atau penganut kepercayaan di kolom agama Kartu Tanda Penduduk elektronik (KTP-el) sepanjang 2025.
    Jumlah ini terus meningkat dalam tiga tahun terakhir.
    Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Desa, Kependudukan, dan Pencatatan Sipil (Dispermadesdukcapil) Jateng, Tri Harso Widirahmanto, mengatakan sebelumnya kolom agama dalam KTP hanya mengakomodasi enam agama resmi: Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu.
    Di luar itu biasanya dikosongkan atau diberi tanda strip. Pilihan penghayat biasanya dikosongkan atau menuliskan salah satu agama.
    Namun, setelah keluarnya putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 97/PUU-XIV/2016, barulah mereka bisa mencantumkan aliran kepercayaan secara resmi.
    “Tinggal datang ke kantor Dukcapil dengan membawa surat keterangan pemuka agama (penganut kepercayaan) yang menyebut dia bagian dari agama itu,” kata Tri Harso saat dihubungi, Selasa (23/9/2025).
    Tri Harso menjelaskan, pada 2023 jumlah penganut kepercayaan di Jateng tercatat 6.193 orang, kemudian naik menjadi 6.375 orang pada 2024, dan kini mencapai 6.395 orang pada 2025.
    Menurutnya, tren tersebut menandakan adanya pertumbuhan komunitas penganut kepercayaan di Jateng dalam tiga tahun terakhir.
    Kabupaten Cilacap tercatat sebagai daerah dengan jumlah penghayat terbanyak di Jateng dalam tiga tahun terakhir.
    “Cilacap konsisten memiliki jumlah penganut kepercayaan tertinggi. Tahun 2023 ada 1.033 orang, tahun 2024 naik menjadi 1.040 orang, lalu 2025 ada 1.034 orang,” jelasnya.
    Selain Cilacap, jumlah penghayat cukup besar juga tercatat di Kabupaten Pati sebanyak 697 orang dan Kabupaten Semarang 633 orang.
    Adapun Kota Pekalongan mencatat jumlah paling sedikit, hanya empat orang pada 2025. Lalu Kota Magelang sebanyak 16 orang, serta Kota Salatiga dan Kota Tegal masing-masing 19 orang.
    Tri Harso menambahkan, beberapa daerah menunjukkan tren kenaikan, seperti Kabupaten Pati dari 537 orang (2023) menjadi 697 orang (2025), Kota Tegal dari 54 orang (2023) menjadi 59 orang (2025), serta Kabupaten Wonogiri dari 121 menjadi 130 orang pada periode yang sama.
    Sementara itu, ada juga daerah yang justru mengalami penurunan, misalnya Kabupaten Grobogan dari 239 orang (2023) menjadi 231 orang pada 2025.
    Secara keseluruhan, Dispermadesdukcapil Jateng mencatat penghayat tersebar di 35 kabupaten/kota. Tri Harso memastikan Dukcapil daerah tetap mengakomodasi hak mereka dalam pencatatan identitas.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 8
                    
                        Mengenang Ervan Hardoko, Canda Tawa dan Warna di Perjalanan 30 Tahun Kompas.com
                        Megapolitan

    8 Mengenang Ervan Hardoko, Canda Tawa dan Warna di Perjalanan 30 Tahun Kompas.com Megapolitan

    Mengenang Ervan Hardoko, Canda Tawa dan Warna di Perjalanan 30 Tahun Kompas.com
    Penulis
    SERATUS
    tiga puluh tahun berlalu sejak HG Wells memperkenalkan mesin waktu lewat novelnya,
    The Time Machine
    (1895). Namun, hingga detik ini tidak ada satu pun manusia yang mampu melintasi waktu, pun sekadar lintang pukang tanpa kurun tertentu.
    Meski begitu, mengutip Wells, tiap kita menyimpan mesin waktunya masing-masing. Memori dan kenangan bisa membawa kita ke masa lalu, serta impian yang mengarung ke masa depan.
    Sebuah posting di Facebook pun bisa berubah jadi mesin waktu. Ini terjadi saat saya melihat foto anak laki-laki yang terakhir bertemu beberapa tahun lalu, berpose dalam jas dan dasi saat mengikuti pelepasan atau wisuda SMK.
    Saya pun menghitung, ternyata sudah enam tahun berlalu sejak kami kehilangan rekan dan teman baik di ruang redaksi
    Kompas.com.
    Enam tahun sudah Ervan Hardoko, bapak dari anak laki-laki yang wisuda SMK itu, tutup usia.
    Ervan Hardoko, yang biasa saya panggil Mas Koko, meninggal dunia 8 Agustus 2019 saat berusia 45 tahun. Dia meninggalkan istri dan seorang anak yang saat itu baru masuk SMP. Empat puluh lima tahun, usia yang terbilang muda bagi manusia.
    Mas Koko meninggal setelah berjuang melawan penyakit ginjal yang baru disadari delapan bulan terakhir dalam hidupnya.
    Setelah libur Natal dan Tahun Baru, dia dirawat di rumah sakit. Dia tidak berpikir sakitnya serius karena masih berpikir bisa mengubah jadwal kereta dan segera berkantor di Solo seperti biasa.
    Kabar buruk pun datang. Dokter mengindikasikan ginjalnya bermasalah dan perlu pemeriksaan laboratorium.
    Saya agak lupa seperti apa hasilnya, tetapi fungsi ginjalnya tidak baik. Kalau enggak salah ingat, fungsi ginjal Mas Koko di bawah 10 persen. Ini berarti Mas Koko harus rutin cuci darah, membatasi makan dan minum karena ginjalnya tidak lagi bisa bekerja keras seperti biasa.
    Pada masa-masa awal menjalani cuci darah, Mas Koko belum bisa balik ke Solo. Saat
    Kompas.com
    membentuk tim redaksi yang berkantor di Solo, dia memang ditunjuk sebagai kepala kantor.
    Mas Koko cukup antusias menerima penugasan itu karena orangtuanya tinggal di Salatiga. Jarak Solo ke Salatiga yang bisa ditempuh dengan perjalanan 1 jam bermotor salah satu alasan dia menerima penugasan ini.
    Dia bahkan berpikir untuk memindahkan anak dan istrinya ke Solo. Namun, rencana ini ditunda hingga Avinko, anak laki-lakinya, lulus SD. Banyak sekolah bagus di Solo yang biayanya terjangkau, apalagi jika dibandingkan sekolah-sekolah di Kelapa Gading, tempat dia tinggal di Jakarta.
    Dalam banyak obrolan tentang masa depan, Avinko memang selalu dalam perencanaannya.
    He was a true family man.
    Kami yang berkantor di Solo sudah paham kalau
    handphone-
    nya berdering saat sore atau malam, itu adalah waktu bagi Mas Koko membantu Avinko mengerjakan PR.
    Urusan sekolah merupakan hal penting, dan Mas Koko tidak ingin absen mendampingi anaknya, meskipun terpaut jarak lebih dari 500 kilometer.
    Mas Koko juga seorang suami penyayang. Ada kejadian yang saya ingat dalam suatu rapat kerja redaksi
    Kompas.com,
    setelah jadwal
    meeting
    yang panjang kami melepas penat dengan bernyanyi dan bermain gitar layaknya di tongkrongan.
    Setelah tiga atau empat lagu The Beatles kami nyanyikan, celetuknya membuat kami terdiam: “Duh, gue kangen bini gue nih”.
    Saat dunia rumah tangga penuh drama perselingkuhan, orang-orang seperti Mas Koko yang akan membuat kita sadar bahwa kesetiaan itu masih ada.
    Setelah dinyatakan ginjalnya bermasalah, yang dia pikirkan juga soal keluarga.
    Saya masih ingat, semangatnya muncul untuk terus bertahan hidup termasuk bergabung dengan grup WhatsApp para penyintas cuci darah.
    “Di situ (grup WhatsApp) ada juga yang sudah belasan tahun masih bertahan. Meskipun tetap rutin cuci darah ya. Kalau belasan tahun gue masih hidup, berarti gue masih bisa lihat anak gue lulus kuliah,” kata Mas Koko, sewaktu saya menjenguknya di rumah Kelapa Gading.
    Masa awal bekerja di
    Kompas.com,
    meja kerja saya berhadap-hadapan dengan Mas Koko. Karakternya yang
    easy going
    memang membuat dia gampang berteman dengan siapa saja.
    Meski usia terpaut lebih dari lima tahun, mungkin karena
    joke-joke
    lawas dan perbincangan bergaya “mati ketawa ala Orba”-lah yang membuat kami akrab.
    Entah dari mana munculnya inspirasi itu, tetapi selalu terselip nama-nama pejabat Orde Baru dalam guyonan kami. Nama-nama seperti Radius Prawiro, Syarwan Hamid, juga Joop Ave kerap terselip dalam perbincangan, yang tentunya tidak pernah terlalu serius.
    Nama Ervan Hardoko juga dikenal sebagai jurnalis yang bergelut di berbagai bidang, terutama isu internasional. Pengalamannya bekerja di
    BBC Indonesia
    membuatnya mumpuni saat ditunjuk menjadi pengampu desk internasional.
    Akan tetapi, tentu saja karakter Mas Koko yang menganut paham
    “why so serious?”
    ala Joker membuat desk internasional di
    Kompas.com
    penuh warna.
    Dari sekian banyak peristiwa yang terjadi di dunia, selalu ada saja artikel yang membuat kita tersenyum saat membaca.
    Atau hal menarik lain, entah mengapa dia sangat tertarik dengan Zimbabwe atau mantan presidennya, Robert Mugabe. Ada saja berita Robert Mugabe yang dia temukan, lalu ditulisnya, dan membuat kita yang membaca jadi tersenyum.
    Saking tertariknya dengan Zimbabwe, dia bahkan menyimpan uang kertas Zimbabwe senilai 20 milliar dollar. Uang kertas itu memang ada karena Zimbabwe mengalami hiperinflasi yang membuat nilai mata uangnya sangat jatuh.
    Satu lagi yang menjadi karakter desk internasional saat diampu Mas Koko adalah “Hari Ini dalam Sejarah”. Dia selalu konsisten menulis peristiwa menarik yang ada dalam sejarah dunia.
    Karakternya memang menyenangkan dan membuat kita yang berada di dekatnya tertawa. Saat saya kemudian diminta untuk menenami Mas Koko bertugas di Solo untuk memegang rubrik viral di media sosial dan cek fakta, kami sepakat untuk membuat suasana kantor menyenangkan.
    “Kami” di sini tidak hanya saya dan Mas Koko, tetapi juga Inggried yang juga ditunjuk kantor untuk mengembangkan tim
    Kompas.com
     di Solo.
    Dalam hal pekerjaan, kami meminta para reporter untuk serius dan teguh dalam memegang prinsip dan kode etik jurnalistik. Kami tegas dalam hal verifikasi, serta menerapkan disiplin dan bertanggung jawab terhadap tugas yang dikerjakan.
    Meski begitu, kami tidak berupaya membatasi obrolan atau aktivitas kami di kantor sekadar urusan pekerjaan.
    Sebab, ide-ide tulisan atau program kerja yang berbasis kreativitas tidak akan bisa hadir dari rutinitas. Kreativitas tidak akan muncul dari suasana pekerjaan yang tidak menyenangkan, apalagi jika hanya dipaksa untuk memburu angka.
    Mas Koko mengingatkan kami bahwa kreativitas di ruang redaksi bisa muncul dari obrolan guyon di meja panjang kantin atau bangku bundar di taman, bukan cuma dari ruang rapat.
    Ide segar akan hadir dalam suasana menyenangkan, dan tidak akan pernah lahir dalam keadaan tertekan.
    Selamat beristirahat, Mas Koko. Terima kasih telah menjadi bagian dari 30 tahun perjalanan
    Kompas.com.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Makanan Organik dan Peran Influencer, Tren Gaya Hidup Sehat Anak Muda
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        12 September 2025

    Makanan Organik dan Peran Influencer, Tren Gaya Hidup Sehat Anak Muda Regional 12 September 2025

    Makanan Organik dan Peran Influencer, Tren Gaya Hidup Sehat Anak Muda
    Tim Redaksi
    SEMARANG, KOMPAS. com – 
    Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, sebuah kesadaran baru tengah bersemi di kalangan anak muda.
    Makanan organik, lari pagi, dan sesi di pusat kebugaran (gym) kini menjadi bagian dari gaya hidup sehat yang digandrungi, meski tak jarang harus merogoh kocek lebih dalam dan menjadwalkan kegiatan dengan disiplin.
    Fenomena ini didorong oleh berbagai alasan: mulai dari kekhawatiran akan penyakit turunan, keinginan menjaga kebugaran, hingga sekadar mencoba resep sehat yang viral di beranda media sosial.
    Malika Ainda (23), seorang desainer grafis lepas di Semarang, adalah salah satu yang telah berjibaku dengan pola hidup sehat sejak ia memulai kuliah pada 2021.
    Baginya, ini bukan sekadar tren, melainkan sebuah investasi kesehatan jangka panjang.
    Ia mengaku khawatir melihat kasus penyakit serius seperti stroke atau kanker yang kini mulai menjangkit usia muda akibat kebiasaan buruk sehari-hari.
    “Aku masih punya kakek yang memiliki diabetes keturunan, karena kemungkinan diturunkan juga besar. Maka sebaiknya pun saya memulai gaya hidup ini sebagai pencegahan,” ucap Malika kepada Kompas.com pada Selasa (26/8/2025).
    Malika juga jujur mengakui, pada awalnya ia sempat merasa tidak percaya diri karena berat badan yang dianggap tidak ideal. Namun, seiring berjalannya waktu, kesadarannya bergeser dari sekadar penampilan fisik menjadi kesehatan holistik.
    “Dulu juga awalnya aku berpikir, olahraga dan melakukan gaya hidup sehat agar mempunyai tubuh ideal, tapi sekarang lebih ke kebugaran tubuh dan massa otot. Selain itu karena saya juga bekerja sebagai desainner grafis yang mengharuskan saya duduk berjam-jam maka menjaga pola hidup sehat juga diperlukan,” imbuhnya.
    Rahasia yang ia bagikan pun terdengar sederhana: mengurangi makanan manis dan memperbanyak jalan kaki.
    “Mulai tahun 2022 aku tuh dulu tuh makan sehari itu tiga kali sekarang makan dua kali sehari dan kadang secara berkala menggunakan nasi putih dan nasi merah. Dan ditambah mengkonsumsi buah-buahan,” jelasnya.
    Secara konsisten, ia menargetkan enam ribu langkah per hari, terutama pada akhir pekan.
    Mereka memotivasi jutaan anak muda untuk berolahraga, memilih makanan sehat, dan menjaga kesehatan mental.
    Peluang ini juga dilihat oleh Setyo Budi (53), pemilik Tanasurga, sebuah resto dan kafe organik di Salatiga. Ia mengakui media sosial, khususnya Instagram, menjadi jembatan utama untuk berinteraksi dengan pelanggan.
    “Kita awal-awal Tanasurga juga menggunakan influencer dan content creator yang khusus untuk masalah makanan, di Salatiga juga ada. Awal-awalnya kita menggunakan itu. Awalnya memang efeknya bagus ya,” ujar Budi.
    Restoran ini ia dirikan pada 2020, sebuah keputusan yang lahir dari perjalanan spiritual dan fisiknya setelah berhasil sembuh dari kanker kelenjar getah bening.
    “Tanasurga ini konsepnya dari kebun ke meja makan. Artinya, pengunjung bisa milih sayuran yang pada saat itu sudah siap panen untuk dimasak sesuai dengan selera mereka,” ujarnya.
    Budi menambahkan bahwa gaya hidup sehat sebenarnya lebih dari tren, bagi dia melakukan gaya hidup sehat adalah keberanian.
    “Pasar kami, adalah orang-orang yang mau mencoba. Tidak membatasi diri karena adanya mitos-mitos yang diciptakan kalau organik nggak enak, kalau organik nggak nendang,” imbuhnya.
    Meski Tanasurga Resto menggunakan konsep organik namun menariknya pengunjung bukan cuma dari Salatiga saja, namun juga dari Solo, Semarang, dan ada beberapa dari Jakarta.
    “Jadi dominan
    customer
    kami adalah keluarga daripada anak muda. Tetapi jika ada anak muda mengajak orang tuanya untuk datang ke sini artinya mengenalkan makanan minuman yang bersifat organik atau orang tua yang sudah aware dengan masalah kesehatan dan mereka ingin memperbaiki pola makan mereka sehingga mereka mengajak anaknya datang ke sini,” ungkapnya.
    Kristri Priyantara (38), seorang akademisi dan dosen Komunikasi di UIN Salatiga, melihat fenomena ini dengan kacamata kritis.
    Menurutnya, tren gaya hidup sehat anak muda merupakan fenomena yang menarik.
    Dia melihat, peran influencer kesehatan atau fitfluencer memang sangat krusial dalam membentuk tren di kalangan generasi muda.
    “Influencer kesehatan dan kebugaran, atau tadi disebut fit-fluencer ini memang akhirnya memegang peranan cukup krusial dalam membentuk tren ini, generasi gen Z memang haus mengkonsumsi informasi yang otentik, jujur, dan transparan,” jelasnya.
    Anak muda lebih antusias terhadap konten-konten kesehatan seperti tantangan, adanya kegagalan dalam perjalanan dalam proses menjaga gaya hidup sehat.
    Namun, Kristri mengingatkan bahwa tren ini adalah pedang bermata dua. Di satu sisi, ia mendorong gaya hidup yang lebih baik. Di sisi lain, ia bisa menciptakan tekanan psikologis baru.
    “Tren gaya hidup sehat anak muda itu bersifat holistik. Tetapi juga pedang bermata dua karena ini juga punya efek negatif. Efek negatifnya, kadang kala mereka juga menjadi menggambarkan tubuh yang ideal itu kayak apa sih, gitu, ya. Kemudian dia menggambarkan oh, sehat itu harus kayak apa sih, gitu sampai enggak makan dan lain sebagainya,” tutupnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Pinka Ungguli Calon Lain dalam Penjaringan Ketua PDI Perjuangan Jawa Tengah
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        9 September 2025

    Pinka Ungguli Calon Lain dalam Penjaringan Ketua PDI Perjuangan Jawa Tengah Regional 9 September 2025

    Pinka Ungguli Calon Lain dalam Penjaringan Ketua PDI Perjuangan Jawa Tengah
    Tim Redaksi
    SALATIGA, KOMPAS.com
    – Ada empat nama yang muncul dalam penjaringan calon ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Tengah yang dilakukan DPC PDI Perjuangan Kota Salatiga.
    “Ada empat nama yang muncul dan diusulkan, proses dilakukan secara demokratis dengan memperhatikan usulan dari kader-kader partai,” kata Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Salatiga, Dance Ishak Palit, Selasa (9/9/2025).
    Nama-nama tersebut adalah Diah Pikatan Orissa Putri Haprani atau Pinka, Sumanto, FX. Hadi Rudyatmo, dan Teddy Sulistio.
    “Mereka adalah kader partai yang telah teruji dan memiliki kapasitas serta kapabilitas,” ungkap Dance.
    Dalam proses penjaringan, Pinka mendapat empat suara, FX. Rudy tiga suara, Sumanto tiga suara, dan Teddy satu suara.
    “Ini bukan pemilihan, hanya penjaringan. Kalau penyaringan dan pemilihan nanti dilakukan di DPP partai,” ujarnya.
    Pinka merupakan putri Ketua DPR RI Puan Maharani dan saat ini menjadi anggota DPR RI, sementara FX. Rudy adalah Plt. Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Tengah.
    Sedangkan Sumanto adalah Ketua DPRD Jateng yang juga menjadi Sekretaris DPD PDI Perjuangan Jawa Tengah.
    Teddy Sulistio juga kader tulen PDI Perjuangan yang pernah menjadi Ketua DPRD Kota Salatiga.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Di Tengah Kerusuhan Aksi Unjuk Rasa di Sejumlah Daerah, Rombongan DPR Malah Nikmati Liburan di Sydney Marathon?

    Di Tengah Kerusuhan Aksi Unjuk Rasa di Sejumlah Daerah, Rombongan DPR Malah Nikmati Liburan di Sydney Marathon?

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Anggota Komisi XI DPR RI dikabarkan tengah melakukan kunjungan kerja ke Australia di tengah maraknya aksi unjuk rasa.

    Berdasarkan agenda yang beredar, mereka berangkat pada 26 Agustus malam. Tiba di Sydney dini hari 27 Agustus, llau terbang ke Camberra.

    Di Canberra akan ada pertemuan dengan KBRI Camberra dan Mahasiswa penerima LPDP. Selanjutnya menuju Kantin Australia National Audit Office (ANAO). Di sini diagendakan bertemu dengan Auditor General Australia.

    Pada 30 Agustus berangkat menuju Blue Mountain. Dijadwalkan makan di Blue Mountain Cafe. Kemudian ke Scenic World and Echo Point.

    Pada 31 Agustus, rombongan akan menikmati Sydney Marathon dan selebrasi.

    Agenda tersebut turut dibagikan oleh akun yang mengatasnamakan rocky_gerung_ di Threads.

    “Sementara di depan gedungnya lagi didemo. Sebagian mereka ada di Australia. Seminggu. Salah satu agendanya: ‘Menikmati suasana Sydney Marathon’,” tulis akun tersebut.

    Diketahui, massa melakukan unjuk rasa di sejumlah daerah seperti di Jakarta, Surabaya, Malang, Jambi, Makassar, Medan, Bandung, Palangkaraya, Pontianak, Solo, Padang, Semarang, Salatiga, Pekanbaru, Garut, Manokwari, Tasikmalaya, Yogyakarta, Banyumas, Magelang, hingga Sukoharjo pada 29 Agustus kemarin.

    Aksi protes ini merupakan kelanjutan dari rangkaian demo yang dimulai sejak 25 Agustus 2025.

    Peristiwa tewasnya Affan di Pejompongan pada 28 Agustus lalu memicu eskalasi.

    Awalnya, gelombang demonstrasi dipicu oleh isu gaji dan tunjangan anggota DPR RI yang dianggap terlalu berlebihan oleh publik.

  • Polisi dan Driver Ojol Salatiga Gelar Shalat Gaib untuk Affan Kurniawan
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        29 Agustus 2025

    Polisi dan Driver Ojol Salatiga Gelar Shalat Gaib untuk Affan Kurniawan Regional 29 Agustus 2025

    Polisi dan Driver Ojol Salatiga Gelar Shalat Gaib untuk Affan Kurniawan
    Tim Redaksi
    SALATIGA, KOMPAS.com –
    Anggota Polres Salatiga menggelar shalat gaib untuk mendoakan Affan Kurniawan, driver ojek online yang meninggal saat aksi unjuk rasa di Jakarta pada Kamis (28/8/2025).
    Shalat gaib yang dilaksanakan di Masjid Sunan Kalijaga pada Jumat (29/8/2025) tersebut diikuti Wakapolres Salatiga Kompol R. Arsandi, anggota Polres Salatiga, perwakilan driver ojek online, dan warga.
    Usai pelaksanaan shalat gaib dilanjutkan dengan Jumat Berkah, makan bersama personel Polres Salatiga dengan peserta shalat gaib.
    Kapolres Salatiga AKBP Veronica mengatakan suasana akrab terlihat saat anggota Polres Salatiga makan bersama dengan berbagai lapisan masyarakat, terutama driver ojek online.
    “Kami keluarga besar Polres Salatiga turut berbelasungkawa atas meninggalnya almarhum Affan Kurniawan. Semoga amal ibadah beliau diterima Allah SWT dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan,” ujarnya.
    Veronica berharap melalui kegiatan ini, bahwa Polri senantiasa hadir, dekat, dan peduli terhadap masyarakat.
    Salah seorang driver ojek online, Aji mengapresiasi kepedulian Polres Salatiga yang turut mendoakan almarhum dan selalu merangkul komunitas Ojol dalam setiap kegiatan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Malam Tirakatan HUT ke-80 RI, Tradisi Prajurit Kostrad Bersama Warga Hidupkan Jiwa Merdeka

    Malam Tirakatan HUT ke-80 RI, Tradisi Prajurit Kostrad Bersama Warga Hidupkan Jiwa Merdeka

    Tirakat dalam budaya Jawa sesungguhnya bukan sekadar ritual. Laku itu manifestasi perjalanan batin. Tirakat adalah menahan diri, merenung, dan mendekatkan jiwa pada esensi kehidupan. 

    “Tradisi kita, biasanya orang-orang tua dulu malam sebelum hari besar, duduk di bawah lampu minyak, dikelilingi keluarga dan tetangga. Mereka berdoa, berbagi cerita, dan menyantap hidangan sederhana,” Ilham bercerita.

    Kehangatan itu dilengkapi dengan tumpeng yang diperlakukan penuh hormat. Itu adalah sikap syukur kepada Tuhan dan penghormatan kepada leluhur. 

    “Ada keheningan yang disengaja yang menjadi sebuah jeda untuk merenungi perjuangan, pengorbanan, dan harapan,” katanya.

    Ditambahkan bahwa di Salatiga, tradisi itu dihidupkan dan dihidupkan para prajurit dan warga. 

    Dalam lingkaran dan suasana sangat sederhana, mereka berdoa. Bukan sekadar doa dan terima kasih bagi pahlawan, namun juga mendoakan Indonesia tetap bertumbuh dengan warganya yang berproses menjadi manusia yang utuh.

    Salah satu warga menyebut bahwa kegiatan sederhana ini benar-benar membawa kepada suasana keseharian. Tak ada status sosial. Tak ada warga, tak ada tentara. Tak ada komandan, tak ada anggota. 

    “Yang hadir adalah manusia. Warga negara yang menyatukan harapan agar Indonesia semakin sehat,” katanya.

  • KPU harus jadi lembaga publik yang terbuka

    KPU harus jadi lembaga publik yang terbuka

    Sumber foto: Pranoto/elshinta.com.

    Yesaya Tiluata: KPU harus jadi lembaga publik yang terbuka
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Rabu, 13 Agustus 2025 – 15:13 WIB

    Elshinta.com – Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Salatiga, Jawa Tengah Yesaya Tiluata begitu melekat namanya pada saat tahapan Pilkada Serentak 2024 digelar. Hampir 11 bulan selama tahapan Pilkada serentak tahun 2024, KPU Kota Salatiga berhasil melaksanakan tahapan Pilkada dengan baik sampai dengan terpilihnya kepala daerah yang baru di kota Salatiga dengan aman dan lancar. Atas dedikasi itu KPU Kota Salatiga  juga mendapatkan penghargaan dari Komisi Informasi Publik Provinsi Jawa Tengah sebagai Badan Publik Menuju Informasi Publik pada 9 Desember 2024.

    “Ini semua berkat dukungan dari semua pihak, baik pemerintah, TNI Polri, tokoh masyarakat, tokoh agama dan semua unsur kelompok masyarakat di Kota Salatiga dan khususnya kerjasama yang baik dan solid di jajaran KPU Kota Salatiga,” ujar Yesaya, Selasa (12/8/2025). 

    Yesaya yang lahir di Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku 1985 itu dapat diterima sebagai sosok penyelenggara pemilu di kota kecil yang heterogen, yakni Kota Salatiga.

    Menurut Yesaya, semestinya KPU sebagai penyelenggara pemilu dalam melayani publik atau pemilih harus selalu mengabarkan apa yang sedang dan akan dilakukan oleh lembaganya dalam setiap tahapan Pemilu maupun Pilkada.

    “Media massa itu sangat strategis dan harus menjadi mitra KPU jadi jangan dijauhi malah harusnya dirangkul, karena sekarang itu era informasi, tidak perlu ada yang ditutup-tutupi, masyarakat berhak mengakses dan mendapatkan informasi pada saat tahapan Pilkada 2024 lalu,” jelas Yesaya. 

    Undang-undang nomor 14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik, lanjut Yesaya adalah jelas sebagai acuan bagi lembaga pemerintah seperti KPU dalam memberikan keterbukaan informasi kepada masyarakat atau publik, selain itu media massa sangat strategis sebagai corong pemberitaan kepada masyarakat luas, dan media massa ini sangat penting sebagai bagian dari pilar keempat demokrasi, karena media memiliki peran penting dalam mengawasi dan mengontrol jalannya setiap program pemerintahan maupun pada tata kelola demokrasi itu sendiri. 

    “KPU sebagai lembaga publik, tidak bisa lagi tertutup dengan pers dalam memberikan kepastian informasi, ini adalah cara pandang lama yang konservatif, dan kita harus membuka diri dengan media massa,” imbuh Yesaya seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Pranoto, Rabu (13/8). 

    “KPU mengelola kebijakan-kebijakan publik di mana itu adalah informasi yang harus diketahui oleh masyarakat, bagaimana kalau masyarakat tidak mengetahui program dan kerja KPU sedangkan media yang dimiliki oleh KPU itu namanya media pemerintah terbatas jangkauannya, jadi dibutuhkan media massa yang mainstream yang memiliki rujukan bacaan yang persebarannya luas di masyarakat,” tegas Yesaya.

    Selama tahapan Pilkada 2024 lalu Yesaya yang sebelum aktif di penyelenggara pemilu adalah seorang pegiat LSM di Kekal Berdikari maupun di Community Development Bethesda ini kembali  menegaskan, bahwa  KPU Kota Salatiga membuat program kegiatan Media Gathering dan melibatkan wartawan-wartawan di Kota Salatiga dalam diskusi-diskusi tahapan Pemilu maupun tahapan Pilkada serentak tahun 2024.

    “Pers ini kan jaringannya kan sangat luas tiap hari itu banyak berhubungan dengan kelompok-kelompok sosial yang ada di Kota Salatiga, bisa punya relasi ke sana-sana dengan lembaga pemerintah di Kota Salatiga maupun simpul-simpul sosial lainnya, sehingga ya KPU harus menjalin komunikasi dengan media massa,” pungkas Yesaya.

    Sumber : Radio Elshinta