Kemenlu Pastikan Fasilitasi 30 WNI yang Ikut Misi Kemanusiaan di Gaza
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI memastikan bakal memfasilitasi 30 warga negara Indonesia (WNI) yang akan mengikuti misi kemanusiaan Global Sumud Flotilla menuju Gaza, Palestina.
Juru Bicara Kemlu RI Vahd Nabyl Achmad mengatakan, Kemenlu sudah berkoordinasi dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tunisia untuk memfasilitasi puluhan WNI tersebut.
“Melalui KBRI Tunisia, pemerintah telah menyediakan fasilitas selama mereka berada di Tunisia dan menyampaikan mengenai gambaran risiko yang mungkin akan dihadapi ketika mereka berada di wilayah Gaza,” ujar Vahd dalam keterangan video yang diterima Kompas.com, Minggu (7/9/2025).
Selain dukungan di Tunisia, lanjut Vahd, Kemenlu juga menginstruksikan sejumlah perwakilan RI untuk terus memantau keberadaan kapal kemanusiaan itu.
“Kami juga telah meminta KBRI Kairo dan KBRI Roma untuk memonitor keberadaan flotilla tersebut,” kata Vahd.
Dia juga menegaskan pemerintah Indonesia tetap konsisten mendukung perjuangan bangsa Palestina.
Namun, dukungan itu dijalankan dengan memperhatikan prinsip hukum dan aturan internasional.
“Pemerintah Indonesia secara konsisten mendukung perjuangan bangsa Palestina sesuai dengan hukum dan aturan internasional,” tutur Vahd.
Diberitakan sebelumnya, pemerintah telah menerima informasi resmi dari Indonesia Global Peace Convoy (IGPC) mengenai rencana keberangkatan puluhan WNI tersebut.
Misi kemanusiaan yang diikuti sejumlah WNI itu dijadwalkan berangkat dari Tunisia pada 10 September 2025.
“Pemerintah Indonesia telah menerima informasi dari Indonesia Global Peace Convoy (IGPC) mengenai rencana keikutsertaan 30 WNI dalam misi kemanusiaan Global Sumud Flotilla. Rencananya, misi kemanusiaan ini akan berangkat dari Tunisia menuju Gaza pada 10 September 2025,” kata Vahd.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
kab/kota: Roma
-
/data/photo/2024/07/20/669b4b68d0caa.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Kemenlu Pastikan Fasilitasi 30 WNI yang Ikut Misi Kemanusiaan di Gaza Nasional 7 September 2025
-

Kementerian Luar Negeri Pastikan Pemerintah Pantau WNI yang akan Ikut Aksi Kemanusiaan ke Gaza
JAKARTA – Juru Bicara II Kementerian Luar Negeri RI Vahd Nabyl A. Mulachela memastikan Pemerintah Indonesia memantu warga negara Indonesia (WNI) yang akan mengikuti aksi kemanusiaan Global Sumud Flotilla yang berusaha menembus blokade Jalur Gaza, Palestina.
Dalam keterangan videonya pada Hari Minggu Nabyl mengatakan, pemerintah telah menerima informasi dari Koalisi Indonesia Global Peace Convoy (IPGC) mengenai rencana keikutsertaan 30 WNI dalam konvoi kemanusiaan tersebut.
Vahd mengungkapkan, rencananya misi kemanusiaan ini akan berangkat dari Tunisia menuju Gaza pada 10 September.
“Pemerintah telah berkomunikasi dengan pihak IPGC mengenai misi tersebut,” kata Nabyl dalam keterangan video Hari Minggu, 7 September.
“Melalui KBRI Tunis, Pemerintah menyediakan fasilitas selama mereka berada di Tunisia,” tambahnya.
Lebih jauh Nabyl menerangkan, pemerintah juga telah menyampaikan mengenai gambaran risiko yang mungkin akan dihadapi ketika para WNI tersebut berada di wilayah Gaza.
“Pemerintah Indonesia juga meminta KBRI Kairo dan KBRI Roma yang merangkap wilayah akreditasi Siprus untuk terus memonitor keberadaan flotilla tersebut,” kata Nabyl.
Jubir II Kemlu menambahkan, Indonesia konsisten mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina.
“Pemerintah Indonesia secara konsisten mendukung perjuangan kemerdekaan Bangsa Palestina sesuai dengan hukum dan aturan internasional,” tegas Nabyl.
Diketahui, sebanyak 30 relawan asal Indonesia akan bergabung dengan Global Sumud Flotilla. Delegasi Indonesia menyumbang lima kapal yang dinamai para pahlawan Indonesia, yakni Soekarno, Diponegoro, Malahayati, Pati Unus dan Hasanudin.
Pemantau kelaparan global untuk pertama kalinya menyatakan kelaparan telah melanda Jalur Gaza utara yang padat penduduk, sekitar 22 bulan setelah pecahnya perang di wilayah kantong tersebut menyusul invasi mematikan Hamas ke Israel pada Oktober 2023.
Sistem Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu (IPC) dalam laporannya bulan lalu memperkirakan 514.000 orang atau hampir seperempat populasi Gaza, mengalami kelaparan. Jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 641.000 pada akhir September.
IPC mengatakan kelaparan telah didorong oleh pertempuran dan blokade bantuan, dan diperparah oleh pengungsian yang meluas dan runtuhnya produksi pangan di Gaza, mendorong kelaparan ke tingkat yang mengancam jiwa di seluruh wilayah setelah 22 bulan perang.
Sejak 2 Maret 2025, otoritas pendudukan menutup semua jalur penyeberangan ke Jalur Gaza, menghalangi masuknya sebagian besar bantuan makanan dan medis, yang semakin mempercepat penyebaran kelaparan di wilayah tersebut.
Kementerian Kesehatan Gaza pada Hari Minggu mengonfirmasi, jumlah korban tewas Palestina di wilayah kantong tersebut sejak agresi Israel Oktober 2023 telah mencapai 64.368 orang – 387 di antaranya tewas karena kelaparan dan malnutrisi, termasuk 138 anak-anak, – sementara korban luka-luka mencapai 162.776 orang, dikutip dari WAFA.
-

Sancho Selangkah Lagi Dipinjamkan Mancheter United ke Aston Villa, di Luar Negosiasi Emiliano Martinez
JAKARTA – Jadon Sancho hampir memastikan kepindahannya ke Aston Villa dengan status pinjaman selama satu musim dari Manchester United.
Dalam laporan ESPN, kesepakatan dengan Aston Villa untuk Sancho terpisah dari negosiasi seputar kemungkinan transfer kiper Emiliano Martinez ke Old Trafford.
Sancho berpotensi menjadi agen bebas musim panas mendatang meskipun Manchester United memiliki opsi untuk memperpanjang kontraknya selama 12 bulan hingga 2027.
Pemain 25 tahun itu belum tampil untuk The Red Devils sejak Agustus 2023 setelah berselisih dengan Manajer Erik ten Hag.
Ia menghabiskan paruh kedua musim 2023/2024 dengan status pinjaman di Borussia Dortmund, membantu klub Bundesliga itu mencapai final Liga Champions.
Setelah berunding dengan Ten Hag, ia kembali ke skuad utama Manchester United dan menjadi bagian dari rombongan yang berangkat ke Amerika Serikat untuk tur pramusim klub pada 2024.
Namun, Sancho kemudian dipinjamkan ke Chelsea pada hari terakhir bursa transfer musim panas 2024/2025.
Ia bermain 41 kali untuk Chelsea musim lalu, tetapi mereka akhirnya membatalkan kesepakatan untuk mempermanenkan statusnya dan terpaksa membayar denda kepada Manchester United.
Pemain asal Inggris ini telah dikaitkan dengan kepindahan ke AS Roma dan Juventus musim panas ini, tetapi tampaknya akan tetap di Liga Inggris bersama Aston Villa.
Pembicaraan antara Manchester United dan Aston Villa tak cuma soal Sancho. The Red Devils juga sedang menjajaki kemungkinan merekrut Emiliano Martinez.
Manchester United tertarik merekrut kiper sebelum batas waktu transfer pada Senin, 1 September 2025, waktu setempat.
Kontak juga telah dilakukan dengan Royal Antwerp terkait kesepakatan untuk kiper berusia 23 tahun, Senne Lammens. Namun, petinggi klub juga terus memantau situasi Martinez setelah tawaran pinjamannya ditolak Villa pada awal musim panas.
Manchester United telah meningkatkan upaya mereka untuk mendatangkan kiper baru setelah Andre Onana dan Altay Bayindir mengalami awal musim yang kurang konsisten.
Onana menjadi penyebab gol saat timnya tersingkir secara mengejutkan di Carabao Cup dari Grimsby Town, sementara Bayindir, yang telah menjadi starter di ketiga pertandingan Liga Inggris, melakukan kesalahan saat melawan Arsenal dan Burnley.
Martinez tidak masuk dalam skuad Aston Villa untuk pertandingan Liga Inggris melawan Crystal Palace pada Minggu, 31 Agustus 2025, di tengah minat Manchester United.
Manajer The Red Devils, Ruben Amorim, ditanya tentang situasi kipernya setelah kemenangan 3-2 atas Burnley pada Sabtu, 30 Agustus 2025, dan berusaha sebaik mungkin untuk membela Bayindir dan Onana.
“Semua orang membicarakan kiper. Saya pikir sulit menjadi kiper Manchester United saat ini. Para pemain sedikit kesulitan dengan semua hal di sekitar klub.”
“Itu normal. Jadi, bukan hanya para kiper. Saya pikir semua orang harus meningkatkan diri,” kata pelatih asal Portugal itu.
Meski akhirnya Manchester United mendatangkan kiper baru, Onana dikabarkan tidak berharap meninggalkan Old Trafford sebelum bursa transfer berakhir.
Sementara itu, jika Sancho sedikit lagi menyelesaikan kepindahan ke Aston Villa dan negosiasi untuk Martinez tengah berlangsung, ada kabar lain yang menyangkut kedua klub.
The Villans ternyata teratarik juga merekrut Victor Lindelof dengan status bebas transfer. Sang bek tengah tersebut meninggalkan Manchester United pada musim panas setelah delapan tahun di Old Trafford.
-

PBB Nyatakan Bencana Kelaparan di Gaza, Warga Palestina: Terlambat
Jakarta –
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) secara resmi mengumumkan bencana kelaparan di Gaza, yang terus dilanda perang. Sehari setelahnya, warga Palestina berebut beras sambil memegang panci dan ember plastik, di dapur umum di Kota Gaza.
Dilansir AFP, Minggu (24/8/2025), berdasarkan rekaman AFP menunjukkan perempuan dan anak-anak kecil berada di antara kerumunan puluhan orang yang berdesakan dan berteriak meminta makanan di kota terbesar di Gaza.
Seorang anak laki-laki menggunakan tangannya untuk mengikis beberapa butir beras sisa dari dalam tong masak. Seorang anak perempuan lainnya duduk di tepi tenda dan menyendok beras dari kantong plastik di tanah.
“Kami tidak punya rumah lagi, tidak ada makanan, tidak ada penghasilan… jadi kami terpaksa beralih ke dapur amal, tetapi mereka tidak memuaskan rasa lapar kami,” kata Yousef Hamad, 58, yang mengungsi dari kota Beit Hanoun di utara.
Sementara itu, di sebuah dapur amal di Deir el-Balah, Umm Mohammad (34) mengatakan deklarasi PBB tentang kelaparan “terlalu terlambat”.
Anak-anak “terhuyung-huyung karena pusing, tidak bisa bangun karena kekurangan makanan dan air,” kata Umm Mohamad.
Sebelumnya, PBB secara resmi menyatakan kelaparan di Gaza. PBB menyalahkan “penghambatan sistematis” bantuan oleh Israel selama lebih dari 22 bulan perang.
Inisiatif Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu (IPC) yang berbasis di Roma mengatakan kelaparan memengaruhi 500.000 orang di Kegubernuran Gaza, yang mencakup sekitar seperlima wilayah Palestina termasuk Kota Gaza.
Israel Bantah
Sementara itu, Israel membantah PBB yang secara resmi mengumumkan bencana kelaparan di Gaza, berdasarkan laporan ketahanan pangan di wilayah tersebut. Tel Aviv bersikeras menyatakan bahwa tidak ada kelaparan di Gaza dan temuan PBB itu didasarkan pada “kebohongan Hamas”.
Bantahan disampaikan oleh Kementerian Luar Negeri Israel setelah panel Integrated Food Security Phase Classification (IPC) yang berkantor di Roma, Italia, dan didukung PBB melaporkan bahwa “dengan bukti yang memadai”, kelaparan saat ini “terkonfirmasi” di wilayah administrasi Gaza — Kota Gaza — yang mencakup sekitar 20 persen Jalur Gaza.
“Tidak ada kelaparan di Gaza,” tegas Kementerian Luar Negeri Israel dalam tanggapannya, seperti dilansir AFP, Jumat (22/8/2025).
Halaman 2 dari 2
(yld/knv)
-

Pertama Kalinya PBB Umumkan Bencana Kelaparan di Gaza
Jakarta –
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengumumkan bencana kelaparan di Gaza, Palestina. Ini merupakan pertama kalinya, bencana kelaparan dinyatakan oleh PBB di kawasan Timur Tengah.
seperti dilansir AFP, Jumat (22/8/2025), para pakar PBB menyebut sedikitnya 500.000 orang saat ini menghadapi “bencana besar” kelaparan.
Kepala bantuan PBB Tom Fletcher mengatakan bencana kelaparan di Gaza sepenuhnya dapat dicegah. Dia menuturkan bahwa makanan tidak dapat sampai ke daerah kantong Palestina tersebut “karena hambatan sistematis oleh Israel”.
Namun, Kementerian Luar Negeri Israel dengan cepat memberikan respons, dengan mengatakan: “Tidak ada bencana kelaparan di Gaza”.
Dalam pernyataannya, Tel Aviv mengecam laporan panel Integrated Food Security Phase Classification (IPC) yang berkantor di Roma, Italia, dengan menyebut laporan itu “didasarkan pada kebohongan Hamas yang ‘dicuci’ melalui organisasi-organisasi yang memiliki kepentingan pribadi”.
Badan-badan PBB telah berbulan-bulan memperingatkan tentang memburuknya situasi kemanusiaan di wilayah Palestina.
Dalam laporan terbarunya pada Jumat (22/8), IPC menyatakan “per 15 Agustus 2025, bencana kelaparan (IPC Fase 5) — dengan bukti yang memadai — telah terkonfirmasi di wilayah administrasi Gaza”, Kota Gaza yang mencakup sekitar 20 persen wilayah Jalur Gaza.
Kelaparan diproyeksikan akan meluas ke wilayah administrasi Deir al-Balah dan Khan Younis pada akhir September, yang akan mencakup sekitar dua pertiga wilayah Palestina.
“Setelah 22 bulan konflik yang tak henti-hentinya, lebih dari setengah juta orang di Jalur Gaza menghadapi kondisi bencana besar yang ditandai dengan kelaparan, kemiskinan, dan kematian,” sebut laporan IPC tersebut.
Jumlah tersebut, berdasarkan informasi yang dikumpulkan antara 1 Juli dan 15 Agustus, diperkirakan akan meningkat menjadi hampir 641.000 orang — hampir sepertiga populasi — pada akhir September.
IPC dalam laporannya mengatakan bahwa ini merupakan kemunduran paling parah dalam situasi tersebut, sejak mereka mulai menganalisis kelaparan di Jalur Gaza.
Diketahui, pada awal Maret, Israel sepenuhnya melarang pasokan bantuan masuk ke Gaza, sebelum mengizinkan masuknya bantuan dalam jumlah yang sangat terbatas pada akhir Mei, yang menyebabkan kekurangan makanan, obat-obatan, dan bahan bakar yang parah.
Berbicara di Jenewa, Fletcher mengatakan bahwa kelaparan ini seharusnya “menghantui kita semua”.
“Ini adalah kelaparan yang sebenarnya bisa kita cegah jika kita diizinkan. Namun, makanan menumpuk di perbatasan karena hambatan sistematis oleh Israel,” tegasnya saat berbicara kepada wartawan.
FILE PHOTO: Palestinians wait to receive food from a charity kitchen, in Khan Younis, southern Gaza Strip, August 21, 2025. REUTERS/Hatem Khaled/File Photo Foto: REUTERS/Hatem Khaled
Israel Bantah
Israel membantah PBB yang secara resmi mengumumkan bencana kelaparan di Gaza. Tel Aviv bersikeras menyatakan bahwa tidak ada kelaparan di Gaza dan temuan PBB itu didasarkan pada “kebohongan Hamas”.
“Tidak ada kelaparan di Gaza,” tegas Kementerian Luar Negeri Israel dalam tanggapannya, seperti dilansir AFP, Jumat (22/8/2025).
Kementerian Luar Negeri Israel juga menyebut laporan panel IPC itu “didasarkan pada kebohongan Hamas yang diproses melalui organisasi-organisasi yang memiliki kepentingan pribadi”.
“Dalam beberapa pekan terakhir, gelombang bantuan besar-besaran telah membanjiri Jalur Gaza dengan bahan pangan pokok dan menyebabkan penurunan harga pangan yang tajam,” kata Kementerian Luar Negeri Israel.
“Hasil penilaian ini juga akan dibuang ke tong sampah untuk dokumen politik yang tercela,” imbuh pernyataan Kementerian Luar Negeri Israel.
An Indonesian Hercules aircraft drops humanitarian aid packages over the Gaza Strip, as seen from Israel, August 21, 2025. REUTERS/Amir Cohen TPX IMAGES OF THE DAY Foto: REUTERS/Amir Cohen
Hamas Desak Akses Logistik Dibuka
Hamas menyerukan diakhirinya segera perang di Gaza dan pencabutan pengepungan Israel di wilayah tersebut. Dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan secara daring, kelompok tersebut menyerukan “tindakan segera oleh PBB dan Dewan Keamanan untuk menghentikan perang dan mencabut pengepungan”.
Hamas juga menuntut agar penyeberangan dibuka “tanpa batasan untuk memungkinkan masuknya makanan, obat-obatan, air, dan bahan bakar secara mendesak dan berkelanjutan”.
Kelompok tersebut melanjutkan dengan mengatakan bahwa deklarasi PBB tersebut mengonfirmasi “bencana kemanusiaan” di Gaza dan menuduh Israel menggunakan kelaparan sebagai “alat perang”.
“Kami di gerakan Hamas menekankan pentingnya deklarasi PBB ini, meskipun datangnya sudah sangat terlambat – setelah berbulan-bulan peringatan dan penderitaan yang dialami rakyat kami di bawah pengepungan dan kelaparan sistematis,” kata kelompok itu.
“Komunitas internasional dan seluruh lembaganya memikul tanggung jawab hukum dan moral yang mendesak untuk menghentikan kejahatan terhadap kemanusiaan dan menyelamatkan lebih dari dua juta orang yang menghadapi genosida, kelaparan, dan penghancuran sistematis di seluruh aspek kehidupan,” ujarnya.
Halaman 2 dari 3
(aik/aik)
-

PBB Umumkan Bencana Kelaparan di Gaza, Arab Saudi Kutuk Israel!
Jakarta –
Pemerintah Arab Saudi menyatakan keprihatinannya yang mendalam atas deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang bencana kelaparan di Gaza. Ini merupakan pertama kalinya, bencana kelaparan dinyatakan oleh PBB di kawasan Timur Tengah.
Para pakar PBB mengatakan sekitar 500.000 orang di wilayah kantong yang dihancurkan Israel tersebut, saat ini sedang menghadapi kelaparan parah.
Dilansir Al Arabiya, Sabtu (23/8/2025), dalam sebuah pernyataan yang disampaikan oleh Kementerian Luar Negeri Saudi, Riyadh juga mengutuk “kejahatan genosida yang dilakukan oleh pasukan pendudukan Israel terhadap warga sipil yang tak berdaya di Gaza”.
Kepala Bantuan PBB Tom Fletcher mengatakan bahwa hal ini sepenuhnya dapat dicegah. Dia mengatakan bahwa makanan tidak dapat sampai ke wilayah Palestina tersebut “karena hambatan sistematis oleh Israel.”
Kerajaan Saudi mengecam bencana kemanusiaan yang semakin memburuk di Gaza, yang dikatakannya merupakan akibat langsung “dari ketiadaan mekanisme untuk mencegah dan meminta pertanggungjawaban atas kejahatan pendudukan Israel yang berulang.”
Arab Saudi menyatakan hal ini akan “tetap menjadi noda” bagi komunitas internasional, khususnya anggota tetap Dewan Keamanan PBB. Kecuali, jika dilakukan upaya untuk segera mengakhiri kelaparan dan menghentikan perang “genosida dan kejahatan” yang dilakukan Israel terhadap Palestina.
Badan-badan PBB telah berbulan-bulan memperingatkan tentang memburuknya situasi kemanusiaan di wilayah Palestina. Namun, Kementerian Luar Negeri Israel dengan cepat memberikan respons, dengan mengatakan: “Tidak ada bencana kelaparan di Gaza”.
Dalam pernyataannya, Israel mengecam laporan panel Integrated Food Security Phase Classification (IPC) yang berkantor di Roma, Italia, dengan menyebut laporan itu “didasarkan pada kebohongan Hamas yang ‘dicuci’ melalui organisasi-organisasi yang memiliki kepentingan pribadi”.
Dalam laporan terbarunya pada Jumat (22/8), IPC menyatakan “per 15 Agustus 2025, bencana kelaparan (IPC Fase 5) — dengan bukti yang memadai — telah terkonfirmasi di wilayah administrasi Gaza”, Kota Gaza yang mencakup sekitar 20 persen wilayah Jalur Gaza.
Halaman 2 dari 2
(ita/ita)
-

Keberadaan Yesus Kristus Dibeberkan Ahli Arkeologi, Cek Faktanya
Jakarta, CNBC Indonesia – Yesus Kristus merupakan tokoh sentral dalam agama Kristen. Namun, keberadaan Yesus Kristus masih terus menjadi perdebatan hangat di tengah masyarakat.
Dalam survei 2015 lalu oleh Gereja Inggris, 22 persen orang dewasa Inggris tidak percaya Yesus Kristus merupakan sosok yang nyata. Profesor ilmu perpustakaan di Universitas Purdue dan penulis artiel Biblical Archaeology Review, Lawrence Mykytiuk, juga menegaskan bahwa tak ada bukti fisik soal keberadaan Yesus Kristus.
“Tidak ada yang konklusif, saya juga tidak berharap akan ada,” kata dia dikutip dari The History, Selasa (19/8/2025).
Bart D. Ehrman, seorang profesor studi agama di Universitas North Carolina, juga mengamini persepsi serupa. Ia menilai tidak ada catatan arkeologi yang mengklarifikasi keberadaan Yesus Kristus.
Namun, absennya bukti arkeologi tidak bisa diartikan sosoknya tidak ada. Kemungkinan, pada era tersebut memang kehidupan Yesus Kristus tidak meninggalkan catatan arkeologi.
“Kurangnya bukti bukan berarti seseorang pada saat itu tidak ada. Artinya, dia, seperti 99,99 persen penduduk dunia lain saat itu, tidak memberikan peninggalan apapun pada catatan arkeologi,” jelas Ehrman.
Catatan soal Yesus yang paling jelas terungkap dalam 20 jilid buku sejarah bangsa Yahudi yang ditulis Flavius Josephus, seorang sejawarawan Yahudi. Buku itu ditulis pada tahun 93 Masehi.
Josephus diperkirakan lahir setelah penyaliban Yesus sekitar tahun 37M. Dia merupakan bangsawan dan pemimpin militer, serta memiliki koneksi di Palestina.
Ia juga komandan di Galilea saat Pemberontakan Yahudi pertama melawan Roma tahun 66-70M. Namun Josephus disebut bukan pengikut Yesus.
“Dia ada saat gereja awal mulai berdiri, jadi mengenal orang yang melihat dan mendengar soal Yesus,” ucap Mykytiuk.
Pertanyaan-pertanyaan tentang keaslian terus menyelimuti peninggalan langsung yang terkait dengan Yesus, seperti mahkota duri yang konon dikenakan saat penyaliban, (salah satu contohnya disimpan di dalam Katedral Notre Dame di Paris), dan Kain Kafan Turin, kain kafan yang konon dihias dengan gambar wajah Yesus.
Namun, para arkeolog telah mampu menemukan beberapa bukti yang memperkuat kebenaran cerita yang dikisahkan di Alkitab.
Meskipun beberapa orang memperdebatkan keberadaan Nazaret kuno, kota masa kecil Yesus dalam Alkitab, para arkeolog telah menemukan sebuah rumah dengan halaman yang dipahat dari batu, beserta makam dan kolam.
Mereka juga menemukan bukti fisik penyaliban Romawi seperti yang digambarkan dalam Perjanjian Baru.
Menurut artikel yang dikutip oleh CNN Indonesia, catatan paling terperinci tentang kehidupan dan kematian Yesus berasal dari empat Injil dan tulisan-tulisan Perjanjian Baru lainnya.
“Semua buku-buku ini ditulis oleh orang Kristen dan jelas-jelas memiliki bias dalam apa yang mereka laporkan, dan harus dievaluasi dengan sangat kritis untuk mendapatkan informasi yang bisa diandalkan secara historis,” kata Ehrman. “Namun klaim utama mereka tentang Yesus sebagai tokoh sejarah – seorang Yahudi, dengan pengikut, yang dieksekusi atas perintah gubernur Romawi di Yudea, Pontius Pilatus, pada masa pemerintahan Kaisar Tiberius – didukung oleh sumber-sumber yang muncul belakangan dengan bias yang sama sekali berbeda.”
Catatan lain tentang Yesus muncul dalam Annals of Imperial Rome, sebuah sejarah abad pertama Kekaisaran Romawi yang ditulis sekitar tahun 116 Masehi oleh senator dan sejarawan Romawi, Tacitus.
Dalam catatannya tentang pembakaran kota Roma pada tahun 64 M, Tacitus mengungkap Kaisar Nero secara keliru menyalahkan “orang-orang yang biasa disebut orang Kristen, yang dibenci karena kebesaran mereka.”
“Christus, nama pendiri tersebut, dihukum mati oleh Pontius Pilatus, prokurator Yudea pada masa pemerintahan Tiberius.”
Ehrman mengatakan, sebagai seorang sejarawan Romawi, Tacitus tidak memiliki bias Kristen dalam diskusinya mengenai penganiayaan terhadap orang-orang Kristen oleh Nero.
Menurut Myktiuk, ketika Tacitus menulis sejarah, jika dia menganggap informasi itu tidak sepenuhnya dapat diandalkan, dia biasanya menulis beberapa indikasi tentang hal itu untuk para pembacanya. Namun ia menjamin nilai historis dari bagian tersebut.
“Tidak ada indikasi potensi kesalahan seperti itu dalam bagian yang menyebutkan Christus,” ujarnya.
Tak lama sebelum Tacitus menulis catatannya tentang Yesus, gubernur Romawi Pliny the Younger menulis kepada Kaisar Trajan bahwa orang-orang Kristen mula-mula “menyanyikan lagu-lagu pujian kepada Kristus seperti kepada dewa.”
Beberapa ahli juga percaya bahwa sejarawan Romawi, Suetonius, merujuk kepada Yesus dengan mencatat bahwa Kaisar Claudius telah mengusir orang-orang Yahudi dari Roma yang “terus menerus membuat kekacauan atas hasutan Chrestus.”
Ehrman mengatakan bahwa kumpulan cuplikan dari sumber-sumber non-Kristen ini mungkin tidak memberikan banyak informasi tentang kehidupan Yesus.
Sementara kedatangan agama Kristen di Arab telah diketahui melalui sumber-sumber literatur yang ditulis oleh orang luar, seperti ahli Alkitab dan penerjemah terkenal St. Jerome, penemuan-penemuan baru-baru ini menunjukkan bukti-bukti kekristenan dari Arab pra-Islam itu sendiri.
Petak-petak gurun yang luas di sebelah timur Sungai Yordan mengungkapkan ribuan prasasti kuno, beberapa di antaranya bergambar salib dan menggunakan istilah-istilah Kristen.
Ahmad Al-Jallad, profesor bahasa Arab di Ohio State University, dalam tulisannya di Biblical Archaeology Review menyajikan hasil yang menarik dari misi epigrafisnya pada tahun 2019 di Wadi al-Khudari di Yordania timur laut.
Mengutip Bliblical Archaeology, penelitian yang dilakukannya menghasilkan ratusan prasasti kuno, yang dicatat oleh para pengembara yang menjelajahi wilayah ini hampir dua ribu tahun lalu.
Jejak Kristen di Arab
Lokasi penemuan dan penyebaran prasasti-prasasti ini menunjukkan rute dan lokasi sementara yang digunakan suku-suku Arab ketika berburu hewan liar dan menggembalakan ternak dan unta mereka.
Setiap prasasti tersebut merupakan sumber informasi sejarah dan budaya yang berharga, tetapi salah satu di antaranya benar-benar luar biasa, karena mendokumentasikan penetrasi awal agama Kristen di Arab.
Kemungkinan berasal dari abad keempat, prasasti ini menyebut nama Yesus-dengan nama yang sama dengan nama Isa yang ada di dalam Al-Quran.
Al-Jallad menceritakan kisah penemuan ini dan memberikan analisis mendalam mengenai prasasti unik tersebut. Pertama-tama ia memperkenalkan Harra, gurun basal hitam di timur laut Yordania tempat prasasti itu ditemukan.
“Suku-suku yang tinggal di lingkungan marginal ini meninggalkan peninggalan arkeologi yang luas, mulai dari zaman Neolitikum hingga zaman modern. Ini termasuk instalasi pemakaman, kandang hewan, dan tempat perkemahan. Namun, mungkin saksi yang paling luar biasa dari masa lalu wilayah ini adalah catatan epigrafinya, termasuk prasasti dan seni cadas,” ungkap Al-Jallad.
“Tulisan mulai dikenal oleh para pengembara di Arab Utara sejak awal milenium pertama sebelum Masehi. Pada pergantian Era Umum, para pengembara di Harra telah menguasai tulisan. Mereka mengukir puluhan ribu prasasti batu dalam bahasa lokal mereka, sebuah dialek awal bahasa Arab, menggunakan abjad konsonan asli, yang oleh para ahli modern disebut sebagai Safaitik,” lanjutnya.
Boleh jadi merupakan saksi paling awal dari kekristenan di Arab, prasasti Yesus dari Wadi al-Khudari merupakan prasasti peringatan, yang berarti bahwa prasasti ini memperingati orang yang telah meninggal.
Prasasti ini terdiri dari tiga bagian: Pertama, prasasti ini memberikan nama dan silsilah si pembuat prasasti (Wahb-El).
Kemudian, menambahkan peringatan tentang pamannya yang telah meninggal, dan akhirnya diakhiri dengan sebuah doa religius yang unik – Isa, yang sesuai dengan nama yang diberikan kepada Yesus dalam Al-Quran: “Wahai Isa, tolonglah dia terhadap orang-orang yang mendustakanmu.”
Tidak diragukan lagi, kata dia, penulisnya, atau paling tidak pamannya, adalah seorang Kristen.
Nah, itu dia persilangan pendapat soal keberadaan Yesus Kristus. Semoga informasi ini bermanfaat!
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
-

Wujudkan Modernisasi Pertanian, Kementan Siapkan Kunci Sukses Kemandirian Pangan Berkelanjutan
Amin juga menegaskan peran sentral akademisi dalam menghasilkan pengetahuan yang aplikatif. Menurutnya, hasil riset perlu disinergikan dengan kebijakan publik dan kebutuhan lapangan agar memberi dampak nyata bagi pembangunan sektor pertanian.
“Oleh karena itu, forum ini juga menjadi media untuk mengintegrasikan sains, kebijakan, dan praktik,” tambahnya.
Lebih lanjut, ia mengajak seluruh peserta seminar untuk menjadikan momentum ini sebagai langkah konkret membangun jejaring internasional yang berkelanjutan. Kolaborasi global, tegasnya, menjadi kunci dalam menjawab tantangan bersama seperti krisis iklim, fluktuasi harga pangan, dan penurunan produktivitas lahan.
Seminar ini membahas berbagai konsep penting seperti pembentukan kawasan pertanian modern, kewirausahaan, proses bisnis sektor pertanian dan peternakan, serta penguatan peran petani milenial sebagai garda terdepan dalam menjaga Brigade Pangan Nasional.
Dalam konteks global, krisis pangan menjadi isu strategis yang turut dibahas. Sejumlah negara penghasil pangan telah mengambil langkah pengamanan cadangan pangan domestik demi menjamin ketersediaan nasional.
“Pangan adalah kebutuhan dasar utama yang menjadi hak setiap manusia, sebagaimana tertuang dalam UUD 1945 maupun Deklarasi Roma 1996. Ketidakmampuan negara dalam memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya dapat berujung pada instabilitas ekonomi, sosial, bahkan politik,” jelasnya.
Amin menyoroti empat pilar utama ketahanan pangan, yaitu ketersediaan, aksesibilitas, utilisasi (keragaman dan pemanfaatan), serta stabilitas. Pemerintah Indonesia, lanjutnya, terus mengupayakan strategi seperti optimalisasi lahan, cetak sawah, dan pompanisasi untuk menjaga kecukupan pangan di tengah ancaman perubahan iklim dan alih fungsi lahan.
-

Data Ngeri PBB Ungkap Sepertiga Warga Gaza Tak Makan Berhari-hari
Jakarta –
Penderitaan warga di Gaza seperti tak kunjung usai. Di tengah gempuran Israel, kelaparan massal kini turut mereka rasakan.
Badan bantuan pangan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan bahwa nyaris sepertiga warga Gaza “tidak makan selama berhari-hari” saat kelaparan massal menyelimuti daerah kantong Palestina yang dilanda perang sejak Oktober 2023 lalu.
Krisis kemanusiaan di Jalur Gaza, sebut badan bantuan pangan PBB Program Pangan Dunia (WFP), seperti dilansir AFP, Sabtu (26/7/2025), telah mencapai “tingkat keputusasaan yang baru dan mencengangkan”.
WFP yang berbasis di Roma, Italia, sebelumnya telah memperingatkan “risiko kelaparan kritis” di Jalur Gaza yang dilanda perang tanpa henti. Israel telah menuai kecaman internasional atas situasi terkini di wilayah tersebut.
“Hampir satu dari tiga orang tidak makan selama berhari-hari. Malnutrisi meningkat dengan 90.000 perempuan dan anak-anak sangat membutuhkan perawatan,” sebut WFP dalam pernyataannya pada Jumat (25/7).
470 Ribu Orang di Gaza Terancam Kelaparan
Disebutkan oleh WFP bahwa sekitar 470.000 orang di Jalur Gaza diperkirakan akan menghadapi “bencana kelaparan” atau “catastrophic hunger” — kategori paling parah dalam klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu PBB — antara Mei dan September tahun ini.
“Bantuan pangan adalah satu-satunya cara bagi masyarakat untuk mengakses makanan karena harga pangan sedang melambung tinggi,” kata WFP dalam pernyataannya.
“Banyak orang sekarat karena kurangnya bantuan kemanusiaan,” imbuh pernyataan WFP tersebut.
Palestinians inspect the damage at an UNRWA school sheltering displaced people that was hit in an Israeli air strike on Sunday, in Gaza City, June 30, 2025. REUTERS/Mahmoud Issa Foto: REUTERS/Mahmoud Issa
Kelompok-kelompok bantuan kemanusiaan telah memperingatkan akan melonjaknya jumlah anak-anak yang mengalami kekurangan gizi di Jalur Gaza, yang diblokade Israel pada Maret lalu di tengah perangnya melawan kelompok Hamas.
Israel sebelumnya membantah sebagai penyebab kelaparan massal di Jalur Gaza. Bantahan itu disampaikan setelah kritikan internasional semakin meningkat yang menuduh Tel Aviv berada di balik kekurangan pangan kronis yang memicu kelaparan massal yang kini menyelimuti berbagai wilayah Jalur Gaza.
Israel Bantah Jadi Pemicu Kelaparan
Sebanyak 111 organisasi kemanusiaan dan hak asasi manusia (HAM), dalam pernyataan bersama pada Rabu (23/7), menyatakan bahwa “kelaparan massal” sedang menyebar di Jalur Gaza.
Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, juga turut berkomentar mengatakan bahwa “sebagian besar penduduk Gaza mengalami kelaparan”. Dia bahkan menyebut kelaparan massal itu merupakan “buatan manusia”, namun tanpa menyebut nama Israel.
Reaksi keras diberikan Israel, dengan juru bicara pemerintah Israel, David Mencer, menegaskan Israel tidak memicu kelaparan massal di Jalur Gaza. Tel Aviv justru menyalahkan kelompok Hamas yang dituding secara sengaja menciptakan krisis kemanusiaan di wilayah Jalur Gaza.
“Tidak ada kelaparan yang disebabkan oleh Israel. Ada kekurangan (pasokan) buatan manusia yang diatur oleh Hamas,” tegas Mencer dalam pernyataannya.
25 Orang Tewas dalam Serangan Terbaru Israel, Mayoritas Korban Sedang Cari Bantuan
Sedikitnya 25 orang tewas akibat rentetan serangan udara dan tembakan pasukan Israel di Jalur Gaza pada Sabtu (26/7) dini hari. Sebagian besar korban kehilangan nyawa saat menunggu truk bantuan kemanusiaan.
Palestinians walk with aid supplies which they received from the U.S.-backed Gaza Humanitarian Foundation, in the central Gaza Strip, May 29, 2025. REUTERS/Ramadan Abed REFILE – CORRECTING LOCATION FROM “NEAR AN AREA OF GAZA KNOWN AS THE NETZARIM CORRIDOR” TO “IN THE CENTRAL GAZA STRIP”. Foto: REUTERS/Ramadan Abed
Staf rumah sakit Shifa, yang menjadi tempat jenazah korban dibawa, seperti dilansir Associated Press dan AFP, Sabtu (26/7/2025), melaporkan sebagian besar korban tewas akibat tembakan yang mengarah ke mereka saat menunggu truk bantuan kemanusiaan di dekat perlintasan perbatasan Zikim.
Badan pertahanan sipil Gaza juga melaporkan bahwa “pasukan Israel menembaki orang-orang yang menunggu bantuan kemanusiaan” di barat laut Gaza City. Para saksi mata mengatakan kepada AFP bahwa ribuan orang telah berkumpul di area tersebut untuk menunggu bantuan.
Salah satu saksi mata, Abu Hamir Hamoudeh, mengatakan bahwa militer Israel melepaskan tembakan “ketika orang-orang sedang menunggu untuk mendekati titik distribusi”, yang terletak di dekat pos militer Israel area Zikim, barat laut Sudaniyah.
Juru bicara badan pertahanan sipil Gaza, Mahmud Bassal, mengatakan kepada AFP bahwa empat warga Palestina tewas akibat serangan udara di area Al-Rimal, Gaza City, di bagian utara Jalur Gaza.
Satu orang lainnya tewas akibat serangan drone di dekat Khan Younis, Jalur Gaza bagian selatan. Sedangkan tembakan artileri di kamp Al-Bureij di Jalur Gaza bagian tengah, menurut badan pertahanan sipil Gaza, menewaskan satu orang lainnya.
Halaman 2 dari 3
(ygs/ygs)
