kab/kota: Roma

  • Vatikan Jawab Rumor Paus Fransiskus Mengundurkan Diri, Sudah Sepekan Lebih Dirawat di RS – Halaman all

    Vatikan Jawab Rumor Paus Fransiskus Mengundurkan Diri, Sudah Sepekan Lebih Dirawat di RS – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, VATIKAN – Dalam wawancara dengan surat kabar Italia Corriere della Sera, Sekretaris Negara Vatikan Kardinal Pietro Parolin menjawab isu yang beredar bahwa pemimpin umat Katolik, Paus Fransiskus, mengundurkan diri.

    Menurut dia satu-satunya hal yang perlu diperhatikan saat ini adalah kesehatan Paus Fransiskus.

    Bagaimana agar Paus segera pulih dari sakitnya dan kepulangannya ke Vatikan.

    Prefek Dikasteri untuk Doktrin Iman juga mengatakan berita tentang seruan agar Paus mengundurkan diri tidak berdasar.

    “Semua ini menurut saya hanya spekulasi yang tidak berdasar. Saat ini, fokus kami adalah pada kesehatan Bapa Suci, pemulihannya, dan kepulangannya ke Vatikan ini, hal-hal ini yang penting,” ujarnya dikutip dari Vatikan News. 

    Pietro Parolin  menanggapi laporan dalam beberapa hari terakhir yang membahas kemungkinan pengunduran diri Paus Fransiskus.

    Paus Fransiskus telah dirawat di Rumah Sakit Gemelli di Roma sejak Jumat, 14 Februari 2025 lalu, karena infeksi saluran pernapasan.

    Artinya sudah sepekan lebih Paus Fransiskus dirawat di rumah sakit.

    Rumor yang belum diverifikasi

    Ketika ditanya tentang suasana terkait penyebaran berita palsu dan spekulasi seputar Vatikan, Kardinal menjawab,

    “Sejujurnya, saya tidak mengetahui adanya manuver semacam itu, dan dalam hal apa pun, saya berusaha untuk tidak terlibat. Di sisi lain, saya pikir cukup normal dalam situasi seperti ini jika rumor yang tidak diverifikasi beredar atau komentar yang salah tempat dibuat—ini tentu bukan pertama kalinya. Namun, saya tidak yakin ada gerakan khusus dalam hal ini dan sejauh ini, saya belum mendengar hal semacam itu.”

    Kardinal Parolin, yang baru-baru ini kembali dari kunjungannya ke negara Afrika Barat Burkina Faso, telah meminta izin untuk mengunjungi Paus di rumah sakit.

    “”Tapi saat ini lebih baik baginya untuk tetap terlindungi dan melakukan kunjungan sesedikit mungkin sehingga ia dapat beristirahat, sehingga pengobatan dapat berjalan lebih efektif,” ujarnya.

    Tidak ada tekanan

    Sementara itu, Prefek Dikasteri untuk Doktrin Iman, Kardinal Víctor Manuel Fernández, dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Argentina La Nación , menyatakan bahwa “tidak masuk akal bagi beberapa kelompok tertentu untuk memberikan tekanan agar pengunduran diri dilakukan. 

    “Saya tidak merasakan adanya suasana pra-konklaf dan saya juga tidak melihat adanya lebih banyak diskusi tentang kemungkinan pengganti daripada yang terjadi setahun yang lalu—tidak ada yang luar biasa,” imbuhnya.

    Penjelasan tim dokter

    Dalam konferensi pers di rumah sakit Gemelli di Roma, Dr. Sergio Alfieri, kepala tim dokter yang merawat Paus, dan Dr. Luigi Carbone, Wakil Direktur layanan kesehatan Vatikan, berbicara selama sekitar empat puluh menit di hadapan wartawan yang memadati ruangan.

    Keduanya mengatakan bahwa mereka yakin Paus akan dirawat di rumah sakit “setidaknya” selama seminggu ke depan. 

    Dr. Alfieri menekankan bahwa Paus tidak menggunakan ventilator, meskipun ia masih kesulitan bernapas  akibat pergerakan fisiknya terbatas.

    Meski demikian, kata dokter tersebut, Paus duduk tegak di kursi, bekerja, dan bercanda seperti biasa.

    Alfieri mengatakan bahwa ketika salah seorang dokter menyapa Paus dengan mengatakan, “Halo, Bapa Suci”, ia menjawab dengan, “Halo, Putra Suci”.

    Ketika ditanya oleh seorang wartawan tentang ketakutan terbesar mereka, para dokter tersebut menyatakan bahwa ada risiko kuman di saluran pernapasan Paus dapat memasuki aliran darahnya, yang menyebabkan sepsis.

    Namun, Dr. Alfieri mengatakan bahwa ia yakin Paus Fransiskus akan meninggalkan rumah sakit pada suatu saat dan kembali ke Casa Santa Marta di Vatikan.

     

  • Paus Fransiskus Lewatkan Doa Angelus 2 Pekan Berturut Karena Sakit

    Paus Fransiskus Lewatkan Doa Angelus 2 Pekan Berturut Karena Sakit

    Jakarta

    Pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia sekaligus Kepala Negara Vatikan, Paus Fransiskus, bakal melewatkan Doa Angelus pada Minggu di pekan kedua. Paus kini masih dirawat di rumah sakit karena pneumonia.

    Dilansir kantor berita AFP, Minggu (23/2/2025), Vatikan mengatakan pria berusia 88 tahun masih dirawat di rumah sakit Gemelli, Roma. Vatikan menyebut Doa Angelus nantinya hanya dipublikasikan.

    “Paus Fransiskus akan melewatkan Doa Angelus pada hari Minggu untuk minggu kedua berturut-turut karena pria berusia 88 tahun itu dirawat di rumah sakit karena pneumonia,” kata kantor Vatikan

    “Teks tersebut hanya akan dipublikasikan, tidak dibacakan, seperti yang terjadi akhir pekan lalu,” imbuhnya.

    Paus Fransiskus dirawat di rumah sakit Gemelli di Roma sejak 14 Februari karena menderita bronkitis. Namun, penyakit tersebut berkembang menjadi pneumonia di kedua paru-parunya, sehingga menimbulkan kekhawatiran luas.

    Para dokter Paus mengatakan pada konferensi pers bahwa tidak ada risiko yang mengancam nyawanya tetapi belum keluar dari bahaya. Laporan terbaru Vatikan pada Sabtu pagi menyatakan dengan singkat bahwa Paus Fransiskus beristirahat dengan baik.

    “Paus Fransiskus beristirahat dengan baik,” ujarnya.

    (whn/gbr)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Trombosit Rendah, Paus Fransiskus Jalani Transfusi Darah

    Trombosit Rendah, Paus Fransiskus Jalani Transfusi Darah

    Jakarta

    Kesehatan Paus Fransiskus telah memburuk selama 24 jam terakhir, kata Vatikan dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu. Lebih dari seminggu setelah ia dirawat di rumah sakit karena kesulitan bernapas.

    Dokter harus memberikan aliran tinggi oksigen karena ‘krisis’ pernapasan yang dialami Paus. Ia juga menjalani transfusi darah karena tes menunjukkan bahwa Paus memiliki jumlah trombosit rendah yang terkait dengan anemia.

    “Bapa Suci tetap waspada dan menghabiskan hari di kursi, meskipun kondisinya lebih buruk daripada kemarin. Saat ini, prognosisnya masih belum jelas,” tulis Vatikan, dikutip DW.

    “Kondisi Bapa Suci masih kritis lanjut pernyataan itu. “Paus belum sepenuhnya aman.”

    Sebelumnya, pemimpin agama itu dibawa ke rumah sakit di Roma pada hari Jumat, minggu lalu karena pneumonia dan infeksi paru-paru kompleks. Pneumonia ganda dapat menyebabkan peradangan dan jaringan parut pada kedua paru-paru, sehingga menyulitkan pernapasan.

    Vatikan sebelumnya menggambarkan infeksi yang dialami Paus sangat “kompleks”, yang disebabkan oleh dua atau lebih mikroorganisme.

    Vatikan juga mengumumkan bahwa Fransiskus tidak akan tampil di depan umum pada hari Minggu untuk memimpin doa Angelis bersama para peziarah.

    Riwayat Kesehatan Paus Fransiskus

    Paus Fransiskus telah menjadi kepala Gereja Katolik sejak 2013. Ia telah mengalami sejumlah masalah kesehatan dalam beberapa tahun terakhir, termasuk operasi usus besar dan operasi hernia.

    Paus juga mengalami nyeri pinggul dan lutut yang konstan, yang memaksanya menggunakan kursi roda hampir sepanjang waktu.

    Penyakit terbarunya ini telah menimbulkan keraguan atas kemampuannya untuk melanjutkan kepemimpinan hampir 1,4 miliar umat Katolik di dunia, sehingga memicu spekulasi tentang siapa yang akan mengambil alih.

    Menteri Luar Negeri Vatikan Pietro Parolin mengatakan kepada harian Italia Corriere della Sera bahwa diskusi semacam itu adalah hal yang wajar, tetapi ia mengatakan ia tidak akan terlibat.

    Sebelum sakit terakhirnya, Paus menjalani jadwal kerja yang padat, yang membuatnya menyelesaikan tour 12 hari di Asia-Pasifik pada bulan September.

    (suc/suc)

  • Paus Fransiskus Dalam Kondisi Kritis karena Pneumonia, tapi Masih Sadar

    Paus Fransiskus Dalam Kondisi Kritis karena Pneumonia, tapi Masih Sadar

    Jakarta

    Pemimpin umat Katolik, Paus Fransiskus, dalam kondisi kritis akibat menderita penyakit pneumonia. Pihak Vatikan menyatakan Paus Fransiskus dalam keadaan yang kritis.

    “Kondisi Paus Fransiskus terus kritis setelah menderita krisis pernapasan seperti asma yang berkepanjangan” kata Vatikan dilansir BBC, Minggu (23/2/2025).

    “Paus lebih tidak sehat daripada kemarin dan telah menerima transfusi darah,” lanjut pernyataan itu.

    Meski begitu, Vatikan memastikan pria berusia 88 tahun itu tetap sadar dan duduk di kursinya. Namun, Paus Fransiskus membutuhkan aliran oksigen yang tinggi dan prognosisnya masih belum pasti.

    “Paus sedang dirawat karena pneumonia di kedua paru-parunya di Rumah Sakit Gemelli di Roma. Transfusi darah dianggap perlu karena jumlah trombosit yang rendah, yang terkait dengan anemia,” kata Vatikan.

    “Kondisi Bapa Suci masih kritis. Paus belum keluar dari bahaya. Bapa Suci terus waspada dan menghabiskan hari di kursi meskipun dia menderita lebih dari kemarin,” tambah pernyataan itu.

    Paus telah meminta keterbukaan tentang kesehatannya, jadi Vatikan telah mulai merilis pernyataan harian. Nada dan panjang pengumuman tersebut bervariasi, terkadang membuat para pengamat Paus mencoba membaca yang tersirat.

    Namun, ini adalah penilaian yang paling tajam sejauh ini dan sangat terperinci. Penilaian tersebut menolak memberikan prognosis apa pun. Hal ini terjadi hanya sehari setelah dokter yang merawat Paus mengatakan untuk pertama kalinya bahwa ia merespons pengobatan, meskipun mereka jelas bahwa kondisinya rumit.

    Mereka mengatakan pada hari Jumat bahwa perubahan keadaan sekecil apa pun akan mengganggu apa yang disebut sebagai keseimbangan yang rapuh.

    Sebagai informasi, Paus pertama kali dirawat di rumah sakit pada tanggal 14 Februari setelah mengalami kesulitan bernapas selama beberapa hari. Ia sangat rentan terhadap infeksi paru-paru karena mengalami radang selaput dada, peradangan di sekitar paru-paru, saat dewasa dan menjalani operasi pengangkatan sebagian paru-paru pada usia 21 tahun.

    Selama 12 tahun menjadi pemimpin gereja Katolik Roma, pria Argentina tersebut telah dirawat di rumah sakit beberapa kali termasuk pada bulan Maret 2023 ketika ia menghabiskan tiga malam di rumah sakit karena bronkitis. Berita terbaru ini akan membuat umat Katolik di seluruh dunia khawatir, yang mengikuti berita tentang kondisi Paus dengan saksama.

    (maa/knv)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Legenda Cinta dalam Sejarah yang Terkenal dan tak Dikenal – Halaman all

    Legenda Cinta dalam Sejarah yang Terkenal dan tak Dikenal – Halaman all

    Mereka mungkin hanya “teman tapi mesra”. Apakah Aleksander Agung dan penasihat yang juga pengawalnya, Hephaestion, terlibat asmara masih menjadi perdebatan di kalangan sejarawan hingga kini. Selama masa kepemimpinan Aleksander, yakni pada abad ke-4 sebelum masehi, hubungan sesama jenis bukanlah hal yang aneh. Ada juga bukti sejarah yang menyatakan bahwa Aleksander dan Hephaestion sering bekerja sama dalam pertempuran-pertempuran besar.

    Tulisan-tulisan sejarawan kuno mengklaim bahwa Aleksander sangat berduka atas kematian Hephaestion. Aleksander memberikan gelar manusia setengah dewa padanya, tidak mengizinkan festival dilangsungkan di seluruh kerajaan, membantai seluruh suku karena kesedihannya, hingga memerintahkan untuk menyiksa dan membunuh dokter pribadi Hephaistion. Tapi sulit memverifikasi kisah-kisah sejarah ini.

    Cleopatra dan Caesar: Hubungan cinta dan aliansi politik

    Tahun 48 Sebelum Masehi, perebutan kekuasaan di Mesir Kuno antara Cleopatra dan saudara laki-lakinya yang juga adalah suaminya, Ptolemy, telah meletus menjadi perang saudara yang sengit. Mencari dukungan dari Roma, Cleopatra berusaha memikat jenderal Romawi setempat, Julius Caesar, dengan pesona dan kecantikannya. Caesar menerima bujukan itu: selain terhubung dengan perempuan “tercantik dan terkuat “di zamannya, ia juga bisa mendapatkan kekuatan yang lebih besar, karena aliansi Romawi dengan Mesir akan memungkinkannya mempertahankan kekuasaan di Mediterania timur.

    Dengan pasukannya, Julius Caesar mengakhiri perang saudara di Mesir untuk kepentingan Cleopatra. Ptolemy mengalami kecelakaan mematikan. Caesar kemudian tinggal bersama Cleopatra di Roma, di mana hubungan dekatnya dengan sang ratu ‘asing’ tersebut menimbulkan kegemparan di Roma. Namun, banyak orang Romawi mengakui manfaat politik dari hubungan tersebut – yang berakhir dengan pembunuhan Caesar pada tahun 44 SM. Cleopatra kemudian memulai hubungan cinta lainnya di Roma, yang secara politis tidak kalah hebat.

    Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    Heloise dan Abelard: Kisah cnta abad pertengahan yang penuh pesona

    Abad ke-12: Peter Abelard, 40 tahun, dianggap sebagai cendekiawan paling cerdas di seluruh Eropa, sedangkan Heloise, 18 tahun, adalah gadis tercantik di Paris. Abelard ingin memenangkan hati si gadis cantik ini, tetapi harus melewati paman dan pelindungnya, sang pendeta Fulbert. Abelard pun memberikan pengajaran privat kepada Heloise. Abelard tidak hanya mengajarkan Heloise sains, tapi juga seni cinta. Heloise menunjukkan kemampuan yang berkembang pesat, sehingga Abelard turut membanggakan hal itu kepada murid-muridnya yang lain. Tak lama kemudian, seluruh Paris mengetahui hal ini – dan Fulbert adalah orang terakhir yang mengetahuinya.

    Ketika kemarahan Fulbert mereda, dia dan Abelard menegosiasikan sebuah kesepakatan: pernikahan segera Abelard dengan Heloise. Pernikahan itu harus tetap dirahasiakan, karena peran sebagai suami di abad pertengahan akan merusak reputasi Abelard sebagai bintang di antara kaum cendekiawan. Hal yang sama dirasakan Heloise. Ketika Fulbert mengingkari janjinya dan mengumumkan pernikahan Abelard dan Heloise kepada publik, Abelard yang jengkel mengirim Heloise ke sebuah biara. Fulbert kembali marah dan melihat hal ini sebagai upaya Abelard untuk menghindari kewajiban pernikahan dengan Heliose. Dia memerintahkan agar cendekiawan itu dikebiri. Abelard melarikan diri ke sebuah biara dan menjadi seorang biarawan, sedang Heloise tidak punya banyak pilihan selain menjadi biarawati. Meskipun dipisahkan oleh jarak dan sumpah agama, keduanya tetap erat terhubung selama sisa hidup mereka.

    Anne Boleyn dan Henry VIII: Cinta di ujung tanduk

    Tahun 1527: Raja Henry VIII dari Inggris menikah dengan Catherine dari Aragon. Namun, ia belum dapat melahirkan seorang putra bagi Henry. Sang raja pun merasa bahwa dayang-dayangnya, Anne Boleyn jauh lebih menarik dari istrinya. Dia merayu Anne dengan surat-surat cinta yang membara, tetapi Anne menjelaskan kepadanya bahwa dia tidak akan meneruskan hubungan lebih jauh sebelum mereka menikah. Henry sangat terobsesi dengan Anne, ia meninggalkan Gereja Katolik Roma lantas menceraikan Catherine dan menikahi Anne. Namun pernikahan itu juga gagal melahirkan pewaris takhta laki-laki. Pasangan ini pun terasing dan Henry mengetahui kabar perselingkuhan Anne. Dia memenjarakan mantan dayang-dayangnya tersebut di Menara London.

    Anne kemudian dinyatakan bersalah atas pengkhianatan besar dan dieksekusi di pagi hari tanggal 19 Mei 1536. Ribuan orang menyaksikan algojo memenggal kepala Anne Boleyn dengan pedang. Henry tidak termasuk di antara para penonton. Setelahnya, Henry menikah empat kali lagi. Ia juga memenggal kepala istri kelimanya karena selingkuh.

    Shah Jahan dan Mumtaz Mahal: Kisah cinta yang monumental

    Ini adalah kisah cinta pada pandangan pertama yang terjadi di tahun 1607, ketika Pangeran Khurram, 15 tahun, bertemu Arjumand Banu Begum, yang berusia 14 tahun. Lima tahun kemudian, mereka menikah. Sejak saat itu, Arjumand dijuluki “Mumtaz Mahal” – permata istana – dan menjadi istri kesayangan Shah Jahan. Sepanjang hayat, Arjumand menemani suaminya dan melahirkan 14 anak. Setelah kelahiran anak terakhir, ia mengalami pendarahan parah hingga akhirnya meninggal. Di ranjang kematiannya, dia meminta sebuah makam besar dan megah yang belum pernah ada di dunia.

    Pangeran Khurram pun menjadi Raja Dinasti Mughal India. Sepeninggal istrinya, ia menyiapkan sebuah masoleum terindah dalam sejarah yang dinamakan Taj Mahal. Berlokasi di Agra, India, Taj Mahal hingga saat ini masih merefleksikan cahaya marmer putih yang cemerlang.

    Gertrude Stein dan Alice B. Toklas: Pasangan yang berkuasa di Paris

    Para tokoh dan seniman terbaik Paris biasanya bertemu di Salon 27 rue de Fleurus yang dimiliki seorang Yahudi-Amerika, Gertude Stein, yang lahir 3 Februar 1874 dan meninggal 27 Juli 1946 di Paris. Gertrude Stein merupakan seorang penulis dan kolektor seni yang sangat peka terhadap tren. Di dinding salonnya tergantung lukisan-lukisan karya pelukis ternama seperti Gauguin, Picasso dan Delacroix. Para penulis terkenal seperti Ernest Hemingway, T.S. Eliot, menjadi pengunjung tetap salonnya. Di belakang kesuksesan Gertrude Stein ada seorang wanita lain yang merupakan cinta sejatinya: penulis Alice B. Toklas.

    Kedua perempuan telah jatuh cinta pada tahun 1907. Namun Alice bukan hanya kekasih Gertrude, dia juga juru masak, sekretaris, penasihat, editor, dan kritikusnya – dan mereka hidup bersama selama hampir 40 tahun hingga kematian Gertrude pada tahun 1946. Alice hidup 21 tahun lebih lama dari Gertrude. Alice dimakamkan di samping makam Gertrude di Paris, namanya tertera dalam huruf emas di bagian belakang batu nisan Gertrude Stein.

    Diadaptasi dari artikel DW Bahasa Inggris.

  • Paus Fransiskus Lewatkan Doa Angelus 2 Pekan Berturut Karena Sakit

    Kondisi Terkini Paus Fransiskus yang Belum Sepenuhnya Pulih

    Jakarta

    Dokter menyebut kondisi Paus Fransiskus masih perlu diawasi secara intensif, lantaran kondisi kesehatannya belum benar-benar stabil. Tim medis di rumah sakit Gemelli Roma mengatakan Bapa Suci yang berusia 88 tahun itu harus tetap berada di rumah sakit.

    “Rawat inap akan berlangsung sampai Paus bisa kembali dengan sehat ke Santa Marta [kediamannya di Vatikan],” kata Alfieri, salah satu tim medis, kepada wartawan pada hari Jumat.

    “Ia akan tinggal di sini setidaknya sepanjang satu pekan ke depan. Ia sudah lebih baik, tetapi bisa saja situasinya berubah.”

    Bapa Suci, menurut Alfieri, memintanya untuk mengatakan ia adalah seorang pria tua dengan penyakit kronis, tetapi memiliki pemikiran selayaknya pria berusia 50 tahun. Artinya, ia tetap ingin bekerja melanjutkan pekerjaannya merawat Gereja universal.

    “Pada usia 88 tahun, ia memimpin Gereja dan tidak mengampuni dirinya sendiri; ia menjadi lelah,” kata Alfieri.

    “Mikroorganisme telah berhasil diisolasi, ada virus, miosit, dan bakteri [dan] ada penyakit kronis yang dapat diatasi.”

    Kepala tim medis Gemelli mengonfirmasi Paus masih bisa membaca, sedikit bekerja, dan menandatangani dokumen saat berada di rumah sakit.

    “Ia mengeluarkan nanah akibat infeksi saluran pernapasan. Awalnya tidak ada pneumonia [tetapi] pada hari-hari berikutnya kami melihat dengan pemindaian CT pneumonia bilateral yang masih ada.”

    Meskipun Paus tidak bergantung pada mesin, ia terkadang menggunakan dukungan oksigen untuk membantu pernapasannya.

    “Ia tahu bahwa ia dalam bahaya, risikonya bisa berupa sepsis, yaitu kuman yang masuk ke dalam darah. Namun, saat ini tidak ada situasi seperti itu.”

    Di Gemelli, laporan medis Paus ditulis oleh Alfieri, Carbone, dan tim yang terdiri dari ahli penyakit menular, ahli gastroenterologi, ahli jantung, dan ahli paru-paru.

    Carbone, dokter Paus di Vatikan, mengatakan kepada wartawan pada hari Jumat kondisi Paus Fransiskus rapuh dan belum sepenuhnya aman.

    “Paus memiliki penyakit kronis, seperti bronkitis asma, yang dapat kambuh,” katanya. “Paus menanggapi terapi yang telah ditingkatkan dan tidak diubah.”

    “Paus bukanlah seorang yang mudah menyerah,” kata Carbone kepada wartawan menjelang akhir konferensi pers.

    Sejak 14 Februari, Paus Fransiskus telah menjalani serangkaian tes diagnostik harian dan terapi antibiotik kortison kompleks untuk mengobati infeksi pernapasan dan pneumonia di samping penyakit kronis lainnya.

    (naf/kna)

  • Kondisi Paus Fransiskus Berangsur Stabil, Bisa Bangun dari Tempat Tidur Lalu Sarapan Sambil Duduk – Halaman all

    Kondisi Paus Fransiskus Berangsur Stabil, Bisa Bangun dari Tempat Tidur Lalu Sarapan Sambil Duduk – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kondisi Paus Fransiskus berangsur stabil.

    Saat ini pemimpin gereja Katolik itu dirawat di Rumah Sakit Gemelli Roma, setelah mengalami bronkitis yang berkembang menjadi pneumonia ganda, VOA melaporkan.

    Pada Kamis (20/2/2025) pagi, Vatikan mengonfirmasi Paus Fransiskus bisa “menghabiskan malam dengan tenang” dan setelah bangun dari tempat tidurnya, ia sarapan di kursi berlengan.

    Kondisi klinisnya dinyatakan stabil oleh juru bicara Vatikan, Matteo Bruni, yang juga menyatakan bahwa Paus bernapas sendiri dan jantungnya stabil.

    Pada hari yang sama, Bruni menginformasikan Paus menderita pneumonia fokal, yang berarti infeksi terbatas pada area tertentu di paru-parunya.

    Dikutip dari Sky News, tes darah menunjukkan sedikit perbaikan, terutama pada indeks peradangan, meskipun para dokter masih memantau efek dari terapi yang diberikan.

    Paus Fransiskus saat ini mengonsumsi kombinasi antibiotik dan kortison untuk mengobati infeksi tersebut.

    Perawatan Paus mendapat perhatian dari banyak tokoh penting, termasuk Perdana Menteri Italia, Giorgia Meloni, yang mengunjungi Paus pada Rabu (19/2/2025) malam.

    Meloni melaporkan selama kunjungan, mereka bercanda seperti biasa, menandakan bahwa Paus masih memiliki selera humor meski dalam kondisi kesehatan yang cukup serius.

    Uskup Agung Giuseppe Satriano dari Bari, Italia, mengaku yakin Paus Fransiskus akan pulih karena “karakter kuatnya sebagai seorang pejuang”.

    Paus Fransiskus, yang kini berusia 88 tahun, memiliki riwayat penyakit pernapasan dan pernah kehilangan sebagian paru-parunya akibat radang selaput dada saat muda.

    Meskipun pernah mengalami pneumonia akut pada 2023, Paus Fransiskus selalu menunjukkan ketangguhan dalam menghadapi masalah kesehatan.

    Dalam memoarnya, ia bahkan mengungkapkan menulis surat pengunduran diri jika suatu saat nanti kondisinya tidak memungkinkan untuk menjalankan tugasnya sebagai Paus.

    Meski dalam perawatan, ia tetap melanjutkan tugas kepausannya.

    Kardinal Jean-Marc Aveline dari Marseille menanggapi pertanyaan terkait kemungkinan pengunduran diri Paus Fransiskus.

    Ia mengatakan bahwa “semuanya mungkin,” mengingat kondisi kesehatannya.

    Infeksi Polimikroba

    Dikutip dari NBC, Paus Fransiskus mengalami infeksi polimikroba, yang merupakan gabungan dari beberapa virus, bakteri, jamur, dan parasit yang menyerang saluran pernapasan

    Penyakit ini menyebabkan pneumonia di kedua paru-parunya, yang memperburuk kondisi Paus Fransiskus.

    Selain itu, Paus juga didiagnosis dengan bronkitis asma, yang membutuhkan pengobatan dengan kortikosteroid dan antibiotik.

    Meskipun penyakit ini cukup kompleks, hasil tes darah menunjukkan sedikit perbaikan pada penanda inflamasi, yang menjadi tanda bahwa pengobatan Paus mulai memberikan hasil positif.

    Paus juga sudah bisa bernapas tanpa bantuan ventilator dan dapat duduk di kursi berlengan di kamar rumah sakit.

    Kondisi Kesehatan Paus yang Rentan

    Paus Fransiskus berusia 88 tahun, memiliki riwayat masalah kesehatan, terutama terkait dengan saluran pernapasan.

    Di masa mudanya, ia pernah menderita radang selaput dada yang mengharuskannya menjalani operasi pengangkatan sebagian paru-paru.

    Kondisi ini membuatnya lebih rentan terhadap infeksi paru-paru, seperti yang sedang ia alami saat ini.

    Paus juga sering menggunakan kursi roda akibat nyeri punggung dan lutut.

    Baru-baru ini sempat menjalani operasi untuk masalah hernia.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Paus Fransiskus Dijenguk PM Italia di RS, Sarapan Pagi hingga Terima Telepon

    Paus Fransiskus Dijenguk PM Italia di RS, Sarapan Pagi hingga Terima Telepon

    JAKARTA – Paus Fransiskus, yang menghabiskan hari ketujuh di rumah sakit saat ia berjuang melawan pneumonia.

    Paus bangun dari tempat tidurnya dan sarapan pada Kamis pagi, kata Vatikan.

    Paus berusia 88 tahun itu menjalani perawatan di rumah sakit Gemelli Roma sejak 14 Februari setelah mengalami kesulitan bernapas selama beberapa hari.

    Juru bicara Vatikan Matteo Bruni mengatakan Paus tidur nyenyak dan sarapan sambil duduk di kursi berlengan.

    Kondisi Paus stabil dan menunjukkan “sedikit perbaikan” dalam hasil tes darahnya baru-baru ini, kata Vatikan dilansir Reuters, Kamis, 20 Februari.

    Paus Fransiskus menderita pneumonia ganda, infeksi serius yang dapat meradang dan melukai kedua paru-paru serta membuat sulit bernapas.

    Dua uskup senior Katolik menyatakan harapannya untuk kesembuhan Paus.

    “Saya pikir ada harapan, dan dia akan berhasil melewatinya, terima kasih Tuhan,” kata Kardinal Spanyol Juan Jose Omella. Uskup Agung Italia Giuseppe Satriano menyebut Paus sebagai “pejuang” dan mengatakan, “Dia akan memenangkan pertempuran ini.”

    Vatikan mengatakan sebelumnya Paus menderita infeksi polimikroba, yang terjadi ketika dua atau lebih mikroorganisme terlibat.

    Paus Fransiskus akan dirawat di rumah sakit selama diperlukan untuk mengatasi “situasi klinis yang kompleks”.

    Paus dapat beraktivitas di sekitar kamar rumah sakitnya, menerima beberapa panggilan telepon dan terus mengerjakan beberapa dokumen.

    Gelombang pesan dukungan terhadap Paus Fransiskus datang dari seluruh dunia, lapor media resmi Vatikan.

    Adele Cucinotta, warga Roma, berada di luar rumah sakit Gemelli pada hari Kamis dan mengatakan dia bersyukur mendengar kondisinya membaik.

    “Saya sangat senang dia sedikit lebih baik,” katanya.

    Paus Fransiskus menerima kunjungan pada Rabu dari Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni, pengunjung VIP pertamanya yang diketahui di rumah sakit.

    Paus bercanda dengan Meloni tentang beberapa orang yang bertaruh pada kematiannya, surat kabar Italia Corriere della Sera melaporkan pada Kamis.

    “Dia tidak kehilangan selera humornya,” kata Meloni.

    Penyakit terbaru Paus ini merupakan penyakit terbaru dalam sejarah panjang masalah kesehatan yang dideritanya selama bertahun-tahun.

  • Dunia Hari Ini: Ledakan Bus di Israel Diduga ‘Serangan Teror’

    Dunia Hari Ini: Ledakan Bus di Israel Diduga ‘Serangan Teror’

    Dunia Hari Ini kembali dengan laporan dari beberapa belahan dunia selama 24 jam terakhir.

    Berita utama dalam edisi Jumat, 21 Februari 2025 kami hadirkan dari Israel.

    Serangkaian ledakan bus di Israel

    Serangkaian ledakan bus di Israel dilaporkan kepolisian Israel, Kamis kemarin, yang mereka sebut sebagai “dugaan serangan teror.”

    “Banyak laporan diterima tentang ledakan yang melibatkan beberapa bus di lokasi berbeda di Bat Yam,” katanya.

    Sejauh ini belum ada laporan korban yang meninggal maupun cedera.

    Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengonfirmasi insiden ledakan di wilayah Tel Aviv dalam sebuah pernyataan dan akan segera mengadakan penilaian situasi keamanan.

    Paus dalam keadaan ‘sadar’

    Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni mengatakan Paus Fransiskus “sadar dan tanggap” ketika dia mengunjunginya di rumah sakit di Roma.

    “Kami bercanda seperti biasa. Dia tidak kehilangan selera humornya,” bunyi pernyataannya.

    Paus berusia 88 tahun itu dirawat karena komplikasi pneumonia ganda dan infeksi bronchitis.

    Vatikan mengatakan secara umum kondisi Paus tetap stabil dengan “sedikit perbaikan” dalam tes darahnya.

    Mereka juga tidak memberikan informasi apa pun tentang berapa lama Paus akan dirawat di rumah sakit.

    Mantan kepala sepak bola dinyatakan bersalah

    Pengadilan Tinggi Spanyol menyatakan mantan kepala sepak bola Spanyol Luis Rubiales bersalah karena mencium bibir striker Jenni Hermoso tanpa izin.

    Rubiales, 47 tahun, dituduh melakukan pelecehan seksual dan pemaksaan atas tuduhan mencoba menekan Hermoso untuk menyatakan ciuman itu atas dasar suka sama suka.

    Pengadilan memerintahkannya untuk membayar denda senilai lebih dari 10.000 euro ($16.300), tetapi membebaskannya dari tuduhan pemaksaan.

    “Hakim memahami, mengingat dampak serangan berupa ciuman … ia tidak perlu direhabilitasi khusus untuk kejahatannya, kami menjatuhkan hukuman uang, yang tidak seberat hukuman kurungan,” bunyi putusan tersebut.

    Loyalis Trump menjadi direktur FBI

    Senat Amerika Serikat memberikan suara untuk mengonfirmasi Kash Patel sebagai direktur FBI.

    Pemungutan suara dilakukan di tengah keraguan dari Demokrat tentang kualifikasinya.

    Muncul juga kekhawatiran ia akan menaati perintah Presiden Donald Trump untuk mengejar musuh-musuh presiden dari Partai Republik.

    “Saya tidak dapat membayangkan pilihan yang lebih buruk,” ujar Senator Demokrat Dick Durbin dari Illinois.

    Sebagai loyalis Presiden Trump yang sudah mengkritik keras badan tersebut, Kash akan mewarisi FBI yang dilanda kekacauan karena Departemen Kehakiman selama sebulan terakhir telah memaksa keluar sekelompok pejabat senior biro tersebut.

    Lihat Video ‘ 3 Bom Meledak di Bus yang Terparkir di Israel’:

  • Update Kondisi Paus Fransiskus, Hasil Tes Darah Ungkap Kabar Baik – Halaman all

    Update Kondisi Paus Fransiskus, Hasil Tes Darah Ungkap Kabar Baik – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kondisi Paus Fransiskus dilaporkan semakin stabil.

    Paus Fransiskus saat ini dirawat di Rumah Sakit Policlinico Agostino Gemelli, Roma, Italia akibat pneumonia dan infeksi saluran pernapasan.

    Pada Rabu (19/2/2025) malam, Kantor Pers Tahta Suci melaporkan hasil tes darah Paus Fransiskus terbaru menunjukkan sedikit perbaikan, terutama pada tingkat peradangan.

    Pemimpin umat Katolik itu dirawat sejak 14 Februari karena kesulitan bernapas, kini mulai kembali melanjutkan beberapa aktivitas rutin.

    Meskipun masih dalam pemulihan, ia tampak cukup bugar.

    Dikutip dari Vatican News, setelah sarapan, Paus Fransiskus meluangkan waktu untuk membaca surat kabar.

    Ia kemudian melanjutkan bekerja dengan rekan-rekannya.

    Sebelum makan siang, Paus juga menerima sakramen Ekaristi.

    Pada sore harinya, Perdana Menteri Italia, Giorgia Meloni, mengunjungi Paus Fransiskus.

    Mereka bertemu secara pribadi selama 20 menit.

    Meloni mengungkapkan Paus Fransiskus tetap ceria dan tidak kehilangan selera humornya meski sedang dalam perawatan.

    Infeksi Polimikroba

    Dikutip dari NBC, Paus Fransiskus mengalami infeksi polimikroba, yang merupakan gabungan dari beberapa virus, bakteri, jamur, dan parasit yang menyerang saluran pernapasan

    Penyakit ini menyebabkan pneumonia di kedua paru-parunya, yang memperburuk kondisi Paus Fransiskus.

    Selain itu, Paus juga didiagnosis dengan bronkitis asma, yang membutuhkan pengobatan dengan kortikosteroid dan antibiotik.

    Meskipun penyakit ini cukup kompleks, hasil tes darah menunjukkan sedikit perbaikan pada penanda inflamasi, yang menjadi tanda bahwa pengobatan Paus mulai memberikan hasil positif.

    Paus juga sudah bisa bernapas tanpa bantuan ventilator dan dapat duduk di kursi berlengan di kamar rumah sakit.

    Doa dan Dukungan Moral

    Kunjungan Perdana Menteri Italia, Giorgia Meloni, memberikan dukungan moral kepada Paus Fransiskus.

    Meloni mengungkapkan kebahagiaannya melihat Paus tetap waspada dan bercanda meskipun tengah berjuang dengan kondisi kesehatannya.

    Ia berharap Paus segera pulih.

    Meloni juga mendoakan agar Paus dapat segera sembuh, mewakili pemerintah dan seluruh rakyat Italia.

    Dikutip dari Al Jazeera, umat Katolik yang datang ke Vatikan pada Rabu (19/2/2025) mendoakan kesembuhan Paus.

    Beberapa turis, termasuk Victoria Darmody dari Inggris, mengungkapkan keinginan mereka untuk mendekatkan diri kepada Paus dengan datang ke Rumah Sakit Gemelli.

    Mereka berharap Paus segera pulih agar dapat kembali melaksanakan tugasnya.

    Kondisi Kesehatan Paus yang Rentan

    Paus Fransiskus berusia 88 tahun, memiliki riwayat masalah kesehatan, terutama terkait dengan saluran pernapasan.

    Di masa mudanya, ia pernah menderita radang selaput dada yang mengharuskannya menjalani operasi pengangkatan sebagian paru-paru.

    Kondisi ini membuatnya lebih rentan terhadap infeksi paru-paru, seperti yang sedang ia alami saat ini.

    Paus juga sering menggunakan kursi roda akibat nyeri punggung dan lutut.

    Baru-baru ini sempat menjalani operasi untuk masalah hernia.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)