kab/kota: Riyadh

  • Utusan Trump untuk Ukraina Tiba di Kyiv, Siap Dengar Keluh Kesah Zelensky – Halaman all

    Utusan Trump untuk Ukraina Tiba di Kyiv, Siap Dengar Keluh Kesah Zelensky – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Utusan khusus Presiden AS Donald Trump untuk Ukraina, Keith Kellogg akhirnya tiba di Ibu Kota Ukraina, Kyiv pada Rabu (19/2/2025).

    Kedatangan Keith Kellogg ke Ukraina sebagai bagian dari upaya Washington untuk mengakhiri perang skala penuh Rusia.

    Saat tiba di Kyiv, Kellogg mengatakan misinya terutama untuk “mendengarkan” kekhawatiran Ukraina dan menyampaikan temuannya ke Gedung Putih.

    “Kami memahami perlunya jaminan keamanan. Kami memahami pentingnya kedaulatan negara ini,” kata Kellogg, dikutip dari Kyiv Independent.

    “Salah satu misi saya adalah duduk dan mendengarkan serta melihat apa saja kekhawatiran Anda,” lanjutnya.

    Kellogg mengunjungi Kyiv tak lama setelah delegasi AS dan Rusia mengadakan pembicaraan untuk mengakhiri perang di Arab Saudi — tanpa partisipasi Ukraina.

    Utusan Trump untuk Ukraina itu sebelumnya pernah bertemu dengan Presiden Volodymyr Zelensky dan pejabat tinggi lainnya selama Konferensi Keamanan Munich.

    Perkembangan terkini menunjukkan bahwa Kellogg dikesampingkan dalam upaya perdamaian Trump, karena ia tidak terlibat dalam perundingan di Arab Saudi.

    Beberapa pakar mengaitkan hal ini dengan kecenderungan Kellogg yang pro-Ukraina dan dugaan keberatan Rusia terhadapnya.

    Harapan Rusia

    Rusia meyakini bahwa pemerintahan Trump berfokus pada upaya mengamankan kemenangan kebijakan luar negeri yang cepat dan dramatis.

    Trump, menurut para pejabat Rusia, tengah mencari momen simbolis yang akan memungkinkannya mengklaim bahwa ia secara pribadi telah mengakhiri perang di Ukraina.

    Moskow, pada gilirannya, melihat ini sebagai peluang untuk mengamankan keuntungan yang telah lama dicari.

    Pada saat yang sama, mereka mengakui bahwa posisi Amerika dapat berubah seiring kemajuan negosiasi dan pembentukan kelompok kerja setelah pertemuan Riyadh.

    Bagi Rusia, prioritasnya adalah memulihkan dialog bilateral penuh dengan Washington, memperluas diskusi jauh melampaui Ukraina untuk memungkinkan Kremlin menegaskan kembali kepentingan nasionalnya di panggung dunia.

    Di antara tuntutan utama Moskow adalah pemulihan penuh operasi diplomatik, termasuk mendapatkan kembali akses ke kompleks diplomatik Rusia di Maryland dan New York.

    Pemerintahan Obama menyita properti-properti ini pada akhir tahun 2016, dengan alasan kekhawatiran bahwa properti-properti tersebut digunakan untuk pengumpulan intelijen.

    Dikutip dari The Moscow Times, Rusia juga berupaya menghidupkan kembali saluran komunikasi yang dibekukan terkait isu-isu seperti pengendalian senjata, nonproliferasi nuklir, dan stabilitas strategis. 

    Selain itu, Kremlin mendesak pencabutan sanksi parsial, termasuk mencabut pembatasan terhadap pejabat Rusia tertentu dan mencairkan aset Rusia.

    Sejak dimulainya invasi, AS telah memblokir sedikitnya $6 miliar cadangan mata uang asing Rusia.

    “Trump tidak membahas masalah-masalah ini secara terbuka — ia tampaknya tidak terlalu tertarik pada masalah-masalah ini — tetapi masalah-masalah ini penting bagi (Presiden) Putin.”

    “Ada keyakinan bahwa kesepakatan mengenai masalah-masalah seperti itu dapat dicapai,” kata salah satu sumber.

    Kremlin mengandalkan “chemistry” pribadi antara Trump dan Putin untuk menguntungkannya, kata beberapa sumber.

    Mengakhiri perang di Ukraina merupakan isu utama dalam agenda pertemuan puncak.

    Moskow berharap dapat mencapai penyelesaian dengan persyaratan yang serupa dengan yang dimintanya sebelum melancarkan invasi, yakni status non-blok Ukraina, pembentukan pemerintah pro-Rusia, pengurangan drastis pasukan militer Ukraina, dan pengakuan resmi Krimea dan wilayah Zaporizhzhia, Kherson, Luhansk, dan Donetsk sebagai wilayah Rusia.

    “Ukraina, pengakuan teritorial, ‘demiliterisasi’, ‘denazifikasi’ — termasuk pemilihan umum yang membawa tokoh-tokoh pro-Rusia ke tampuk kekuasaan — dan pencabutan sanksi. Itulah hal minimum yang diinginkan Putin,” kata mantan diplomat Rusia, Boris Bondarev, yang mengundurkan diri dari misi diplomatik Rusia untuk PBB di Jenewa sebagai protes terhadap invasi tersebut.

    Bondarev menambahkan, dalam langkah tawar-menawar yang potensial, Kremlin mungkin mencoba meyakinkan Trump bahwa Moskow bersedia mengurangi hubungannya dengan China sebagai imbalan atas konsesi dari Washington.

    “Amerika akan terusik dengan pembicaraan tentang kemungkinan penilaian ulang hubungan Moskow dengan Beijing,” kata Bondarev. (*)

  • Bela Putin, Donald Trump: Rusia Tak Mau Hancurkan Ukraina meski Bisa Melakukannya 100 Persen – Halaman all

    Bela Putin, Donald Trump: Rusia Tak Mau Hancurkan Ukraina meski Bisa Melakukannya 100 Persen – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengatakan Rusia tidak ingin menghancurkan kota-kota di Ukraina meski mereka bisa melakukannya 100 persen.

    Menurutnya, dengan kekuatan yang dimiliki Rusia, mereka bisa dengan cepat menghancurkan kota-kota termasuk Kyiv.

    “Jika mereka (Rusia) ingin melakukannya 100 persen, maka itu mungkin akan terjadi dengan sangat cepat,” kata Donald Trump kepada wartawan dalam konferensi pers pada Selasa (18/2/2025), mengomentari kehancuran yang dialami Ukraina.

    Pada saat yang sama, kepala Gedung Putih mencatat Rusia dapat mengubah Ukraina menjadi tempat kehancuran berskala besar, tetapi juga tidak ingin melakukan ini.

    Sikap AS terhadap perang Rusia-Ukraina mulai berubah setelah Donald Trump kembali ke Gedung Putih.

    Donald Trump sebelumnya mengusulkan untuk menengahi perundingan antara Rusia dan Ukraina dalam upaya mengakhiri perang yang berlangsung sejak 2022, seperti diberitakan RIA Novosti.

    Perwakilan tinggi Rusia dan AS bertemu di Riyadh, Arab Saudi, pada Selasa (18/2/2025) untuk menindaklanjuti usulan Donald Trump.

    Pihak Rusia diwakili oleh Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, dan ajudan Kremlin, Yuriy Ushakov, bertemu dengan delegasi AS di Arab Saudi.

    Sementara, AS diwakili oleh Menteri Luar Negeri, Marco Rubio; Penasihat Keamanan Nasional, Mike Waltz; dan Utusan Khusus untuk Urusan Timur Tengah, Steve Witkoff.

    Delegasi AS dan Rusia, selama pertemuan di Riyadh, sepakat untuk mengatasi hal-hal yang mengganggu hubungan bilateral dan terus berupaya mempersiapkan pembicaraan mengenai perang Rusia melawan Ukraina.

    Mereka juga sepakat untuk menunjuk tim tingkat tinggi untuk pembicaraan terkait Ukraina.

    Koresponden Gedung Putih Fox News, Jacqui Heinrich, melaporkan AS dan Rusia sedang membahas rencana perdamaian tiga fase untuk Ukraina, yang mencakup gencatan senjata, pemilihan umum di Ukraina, dan akhirnya penandatanganan perjanjian akhir.

    Donald Trump: Zelensky Pilih Perang 3 Tahun daripada Negosiasi di Awal

    Donald Trump mengomentari kekesalan Volodymyr Zelensky karena Ukraina tidak diundang dalam dialog antara perwakilan tinggi Rusia-AS di Riyadh, Arab Saudi, mengenai upaya mengakhiri perang Rusia-Ukraina.

    Ia menyatakan kekecewaannya karena Ukraina gagal memanfaatkan peluang untuk negosiasi dengan Rusia selama tiga tahun terakhir.

    “Saya sangat kecewa. Saya dengar mereka (otoritas Ukraina) tidak senang karena tidak diundang (dalam perundingan). Namun, mereka punya waktu tiga tahun untuk duduk di meja perundingan. Ini bisa diselesaikan saat itu,” kata Donald Trump, saat berpidato di kediamannya di Mar-a-Lago, Florida, Amerika Serikat pada Selasa (18/2/2025).

    Ia menekankan penyelesaian perang bisa saja dicapai tanpa menimbulkan kerugian teritorial bagi Ukraina beberapa tahun lalu, jika proses tersebut dipimpin oleh “negosiator yang biasa-biasa saja.”

    “Sebuah kesepakatan bisa saja dibuat untuk menyelamatkan hampir seluruh wilayah Ukraina, tanpa kehancuran, tanpa jatuhnya korban jiwa, dan tanpa hancurnya kota-kota,” kata Donald Trump, seperti diberitakan Pravda.

    Sebelumnya, Donald Trump berulang kali menegaskan kembali perang Rusia-Ukraina tidak akan terjadi di bawah kepemimpinannya dan menyebut pendahulunya Joe Biden “tidak kompeten.”

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia VS Ukraina

  • Dialog 5 Jam Rusia dan AS di Riyadh Telah Selesai, Perang Rusia vs Ukraina akan Segera Berakhir? – Halaman all

    Dialog 5 Jam Rusia dan AS di Riyadh Telah Selesai, Perang Rusia vs Ukraina akan Segera Berakhir? – Halaman all

    Rusia dan AS Bahas Solusi Berkelanjutan untuk Perang Ukraina di Pertemuan Bersejarah di Riyadh

    TRIBUNNEWS.COM- Pertemuan tingkat tinggi antara delegasi AS dan Rusia pada tanggal 18 Februari, yang diselenggarakan di ibu kota Arab Saudi, Riyadh, telah berakhir setelah hampir lima jam. 

    Yang hadir dalam pembicaraan tersebut adalah Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, ajudan presiden Rusia Yury Ushakov, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio, Penasihat Keamanan Nasional AS Mike Waltz, utusan khusus Washington untuk Asia Barat Stephen Witkoff, dan pejabat lainnya. Menteri Luar Negeri Saudi Faisal bin Farhan juga hadir.

    Selama pertemuan puncak tersebut, disepakati sejumlah kesepakatan untuk membentuk “mekanisme konsultasi guna mengatasi berbagai hambatan terhadap hubungan bilateral kita dengan tujuan mengambil langkah-langkah yang diperlukan guna menormalisasi operasi misi diplomatik kita masing-masing,” menurut pernyataan dari Gedung Putih. 

    Mereka juga sepakat untuk membangun “jalur untuk mengakhiri konflik di Ukraina sesegera mungkin dengan cara yang bertahan lama, berkelanjutan, dan dapat diterima oleh semua pihak,” serta “landasan untuk kerja sama di masa mendatang mengenai masalah-masalah yang menjadi kepentingan geopolitik bersama dan peluang-peluang ekonomi dan investasi yang bersejarah.”

    Rubio mengatakan kepada AP bahwa kesepakatan telah dibuat untuk memulihkan kedutaan besar AS dan Rusia di Moskow dan Washington. Namun, secara terpisah, menteri luar negeri mengatakan, “mengakhiri konflik di Ukraina akan membutuhkan konsesi dari semua pihak,” dan akan membutuhkan “diplomasi yang kompleks dan intens.”

    Pembicaraan itu terjadi saat pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin sedang dibahas, meskipun tanggalnya belum ditetapkan. 

    “Kami tidak menetapkan tanggalnya, tetapi kedua presiden berbicara tentang pertemuan dan berharap untuk bertemu,” kata Waltz.

    Trump baru-baru ini menyatakan bahwa ia mengadakan percakapan telepon yang positif dengan Putin, dan bahwa ia mengharapkan pertemuan mendatang mereka akan diadakan di Arab Saudi.

    Sementara itu, beberapa pemimpin Eropa telah menyatakan rasa frustrasinya terhadap upaya cepat Trump untuk memulihkan hubungan AS–Rusia. 

    “Bahkan jika kita merasa marah, kita harus tetap berpikiran jernih. Kita tidak boleh membuat kesalahan besar dengan membantu Putin dengan mengatakan bahwa pembicaraan ini lebih penting daripada yang sebenarnya. Tidak akan ada perdamaian yang langgeng jika itu bukan perdamaian bagi kita, orang Eropa,” kata Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock . 

    Rubio dan pihak lain mengatakan bahwa Kiev akan menjadi bagian dari proses negosiasi apa pun untuk mengakhiri perang. 

    Namun, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menolak perundingan tersebut dan mengatakan bahwa perundingan tersebut “tidak akan membuahkan hasil apa pun.”

    Presiden Ukraina juga mengatakan bahwa ia tidak mengetahui adanya perundingan AS-Rusia. 

    Pernyataannya disampaikan saat berkunjung ke UEA pada 17 Februari – saat ia menandatangani kesepakatan perdagangan dengan Presiden Emirat Mohammad bin Zayed (MbZ). 

    SUMBER: THE CRADLE

  • Rencana Arab di Gaza Mungkin Membutuhkan 20 Miliar Dolar atau Rp 327 Triliun untuk Rekonstruksi – Halaman all

    Rencana Arab di Gaza Mungkin Membutuhkan 20 Miliar Dolar atau Rp 327 Triliun untuk Rekonstruksi – Halaman all

    Rencana Arab di Gaza Mungkin Membutuhkan 20 Miliar Dolar atau Rp 327 Triliun untuk Rekonstruksi

    TRIBUNNEWS.COM- Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi diperkirakan akan mengunjungi Riyadh untuk membahas rencana Arab untuk Gaza, yang dapat melibatkan pendanaan regional hingga 20 miliar dolar atau Rp 327 Triliun untuk rekonstruksi.

    Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi kemungkinan akan mengunjungi Riyadh pada hari Kamis, menurut dua pejabat keamanan Mesir, untuk membahas rencana Arab untuk Gaza, yang mungkin melibatkan hingga $20 miliar atau Rp 327 Triliun dari wilayah tersebut untuk rekonstruksi.

    Negara-negara Arab bersiap untuk memperdebatkan rencana untuk Gaza sehari setelahnya sebagai tanggapan atas saran Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk membangun kembali wilayah di bawah kendali AS sambil membersihkan etnis Palestina.

    Berita ini muncul saat Kementerian Keamanan Israel mengumumkan rencana untuk membentuk direktorat untuk pemindahan paksa dan pembersihan etnis di Gaza dengan nama “emigrasi sukarela dari Gaza.”

    Rencana tersebut akan mencakup “pilihan keberangkatan,” yaitu cara mengusir warga Palestina dari tanah mereka , melalui darat, laut, dan udara. 

    Arab Saudi, Mesir, Yordania, Uni Emirat Arab, dan Qatar akan mengevaluasi dan membahas proposal Arab di Riyadh sebelum menyampaikannya pada pertemuan puncak Arab yang dijadwalkan di Kairo pada tanggal 4 Maret, empat orang yang mengetahui masalah tersebut mengatakan kepada Reuters. 

    Pada hari Jumat, pertemuan para pemimpin negara Arab, termasuk Yordania, Mesir, UEA, dan Qatar, dijadwalkan di Arab Saudi, yang mendorong upaya Arab pada rencana Trump, tetapi beberapa sumber mengindikasikan tanggalnya belum ditetapkan.

    Pada konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa Amerika Serikat “akan mengambil alih,” “memiliki,” dan mengubah Jalur Gaza menjadi “Riviera Timur Tengah.”  

    Lebih buruknya lagi, ia mengungkapkan minggu lalu bahwa warga Palestina tidak akan memiliki hak untuk kembali ke Gaza, dan menyatakan bahwa wilayah tersebut, “Saya akan memilikinya.”

    Usulan Arab, yang terutama didasarkan pada rencana Mesir, menyerukan pembentukan komite nasional Palestina untuk mengelola Gaza tanpa keterlibatan Hamas, serta keterlibatan internasional dalam rehabilitasi tanpa pemindahan warga Palestina ke luar negeri.

    Menurut peneliti Emirat Abdulkhaleq Abdullah, komitmen sebesar $20 miliar atau Rp 327 Triliun dari pemerintah Arab dan Teluk untuk dana tersebut, yang telah diidentifikasi oleh dua sumber sebagai jumlah yang masuk akal, mungkin menjadi motivasi yang efektif bagi Trump untuk mengadopsi konsep tersebut.

    Kabinet Otoritas Palestina menyatakan hari Selasa bahwa tahap pertama dari rencana yang sedang dipertimbangkan akan menelan biaya sekitar $20 miliar atau Rp 327 Triliun selama tiga tahun, sementara sumber-sumber Mesir mengungkapkan kepada Reuters bahwa pembicaraan tentang kontribusi keuangan kawasan itu masih berlangsung.

    Menurut orang dalam, rencana itu mengharuskan pembangunan kembali diselesaikan dalam waktu tiga tahun.

    Senator Richard Blumenthal mengatakan kepada wartawan di Tel Aviv pada hari Senin bahwa pembicaraannya dengan para pemimpin Arab, khususnya Raja Abdullah, menunjukkan bahwa “mereka memiliki penilaian yang sangat realistis tentang apa peran mereka seharusnya.”

     

     

     

    SUMBER: AL MAYADEEN

  • Zelensky Batal ke Arab Saudi Usai Kesal Tak Diajak Perundingan AS-Rusia

    Zelensky Batal ke Arab Saudi Usai Kesal Tak Diajak Perundingan AS-Rusia

    Ankara

    Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, menunda rencana kunjungannya ke Arab Saudi, setelah pemerintahnya tidak dilibatkan dalam pertemuan para pejabat Amerika Serikat (AS) dan Rusia di Riyadh, Saudi pekan ini. Pertemuan yang membahas perang Ukraina itu sama sekali tidak melibatkan para pejabat Ukraina.

    Zelensky yang saat ini sedang berkunjung ke Turki, seperti dilansir Reuters, Rabu (19/2/2025), mengumumkan sendiri penundaan kunjungannya ke Saudi. Awalnya dia dijadwalkan berkunjung ke Riyadh pada Rabu (19/2) waktu setempat.

    Diumumkan Zelensky bahwa kunjungannya ke Saudi ditunda hingga 10 Maret mendatang. Dia mengaku tidak ingin ada “kebetulan-kebetulan apa pun”.

    Menurut dua sumber yang memahami situasi terkini, penundaan kunjungan itu diambil Zelensky agar tidak memberikan “legitimasi” terhadap pertemuan pejabat Washington-Moskow yang digelar di Riyadh pada Selasa (18/2) waktu setempat.

    “(Ukraina) Tidak ingin memberikan legitimasi apa pun terhadap hal apa pun yang terjadi di Riyadh,” ungkap salah satu sumber itu saat berbicara kepada Reuters.

    Zelensky mengatakan di Ankara bahwa dirinya tidak diundang ke pertemuan di Riyadh pada Selasa (18/2) antara delegasi pejabat tinggi AS dan Rusia, yang dihadiri oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) kedua negara.

    Washington dan Moskow mengatakan setelah pembicaraan itu bahwa mereka sepakat untuk terus melanjutkan upaya dalam mengakhiri perang di Ukraina.

    “Kami tidak ingin siapa pun memutuskan apa pun di belakang kami… Tidak ada keputusan yang dapat dibuat tanpa Ukraina mengenai cara mengakhiri perang di Ukraina,” tegas Zelensky dalam pernyataannya.

    Presiden AS Donald Trump, sejak menjabat pada 20 Januari lalu, telah berulang kali berjanji untuk segera mengakhiri perang antara Rusia dan Ukraina. Dia mendorong dimulainya perundingan damai, namun komentar dari para pejabat tinggi AS memicu pertanyaan mengenai apa yang sebenarnya dia rencanakan.

    Menteri Pertahanan (Menhan) AS Pete Hegseth mengatakan kepada sekutu-sekutu NATO pekan lalu bahwa tidak realistis bagi Ukraina untuk bergabung dengan aliansi militer tersebut, sebagai bagian dari penyelesaian yang dinegosiasikan dengan Rusia.

    Dia juga menyebut harapan Kyiv untuk memulihkan perbatasannya yang diakui secara internasional sebagai “tujuan ilusi”.

    Hegseth sempat berusaha mencabut kembali pernyataannya itu sehari usai melontarkannya, namun komentar semacam itu memicu kekhawatiran sebagian warga Ukraina bahwa AS akan menentukan nasib negara mereka tanpa sepengetahuan mereka.

    Tidak hanya itu, Trump juga melakukan percakapan telepon terpisah dengan Zelensky dan Presiden Rusia Vladimir Putin pekan lalu, sehingga meningkatkan kekhawatiran di antara sekutu Ukraina di Eropa bahwa negara itu tidak akan diikutsertakan dalam proses perdamaian.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Kenapa Trump Pilih Arab Saudi Jadi Tempat Perundingan AS-Rusia?

    Kenapa Trump Pilih Arab Saudi Jadi Tempat Perundingan AS-Rusia?

    Jakarta

    Ketika Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengatakan bahwa ia dapat mengadakan perundingan mengenai cara mengakhiri perang di Ukraina dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, di Arab Saudi, banyak orang bertanya-tanya mengapa ia memilih negara tersebut sebagai tempat perundingan.

    Trump tidak menyebutkan tanggal pertemuan, tetapi hanya bilang tatap muka dapat terjadi dalam waktu dekat.

    Trump bahkan menyarankan agar Putra Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman alias MBS, juga berpartisipasi.

    Pernyataan Trump tersebut disampaikan hanya beberapa jam setelah berbincang melalui telepon dengan Putin dan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky.

    Arab Saudi memuji panggilan telepon antara Trump dan Putin serta kemungkinan soal pertemuan antara keduanya di kerajaan tersebut.

    “Kerajaan menegaskan upaya berkelanjutannya untuk mencapai perdamaian abadi antara Rusia dan Ukraina,” kata pernyataan Kerajaan Arab Saudi.

    Pertemuan delegasi AS dan Rusia

    Delegasi AS dan Rusia bertemu di Arab Saudi. (Reuters)

    Sebelum Trump dan Putin bertemu, kedua pemimpin mengutus delegasi ke Riyadh, Arab Saudi.

    Pertemuan demi mengakhiri konflik “secepat mungkin” terjadi beberapa hari menjelang peringatan tiga tahun dimulainya invasi Rusia ke Ukraina.

    Amerika Serikat diwakili tiga orang, sedangkan Rusia diwakili dua orang.

    Dari pihak AS terdapat Menteri Luar Negeri, Marco Rubio; Penasihat Keamanan Nasional AS, Mike Waltz; dan Utusan Trump untuk urusan Timur Tengah, Steve Witkoff.

    Reuters

    Rusia mengutus dua diplomat veteran dan sangat memahami AS, yakni penasihat kebijakan luar negeri Yuri Ushakov serta Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov yang telah menjabat sejak 2004.

    Keduanya telah membantu Putin di bidang kebijakan luar negeri, khususnya selama tiga tahun perang di Ukraina.

    Reuters

    Adapun Arab Saudi selaku tuan rumah diwakili dua sosok. Mereka akan memulai pertemuan tapi tidak akan menetap di ruangan selagi perundingan berlangsung.

    Menteri Luar Negeri Pangeran Faisal bin Farhan telah memainkan peran aktif sebagai diplomat utama Saudi tahun ini. Dia telah mengunjungi Lebanon dan Eropa serta menjadi tuan rumah pertemuan internasional yang bertujuan mencabut sanksi terhadap Suriah.

    Penasihat keamanan nasional Saudi, Musaed al-Aiban, juga telah memainkan peran penting dalam mempromosikan hubungan Saudi dengan pemimpin baru Suriah, Ahmed al-Sharaa.

    Meskipun Putra Mahkota Mohammed bin Salman memimpin kebijakan luar negeri, kedua pria ini selalu berada di sisinya.

    Reuters

    Pertemuan yang dimulai pada Selasa (18/02) diharapkan dapat menemukan solusi yang “berkelanjutan, berkelanjutan, dan dapat diterima bersama”.

    Pertemuan antara Rubio dan Lavrov adalah yang pertama sejak Vladimir Putin meluncurkan apa yang disebutnya “operasi militer khusus” terhadap Ukraina pada 22 Februari 2022.

    Dalam pertemuan di Riyadh, perwakilan Ukraina atau negara Eropa mana pun tidak diundang. Menurut Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, ini merupakan “kejutan”.

    BBC

    BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.

    Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

    BBC

    Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, mengatakan negaranya tidak akan menerima pasukan penjaga perdamaian dari negara-negara NATO di Ukraina menyusul pembicaraan tingkat tinggi dengan AS di Arab Saudi.

    “Setiap kehadiran pasukan bersenjata di bawah bendera lain tidak mengubah apa pun. Tentu saja itu sama sekali tidak dapat diterima,” katanya.

    “Hari ini adalah langkah pertama dari perjalanan yang panjang dan sulit, tetapi penting”, kata Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio setelah pertemuan tersebut.

    Tempat netral

    Negara-negara lain, seperti China dan Uni Emirat Arab, sejatinya sudah menawarkan untuk menjadi tuan rumah pertemuan Trump-Putin.

    Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengatakan bahwa ia dapat mengadakan perundingan mengenai cara mengakhiri perang di Ukraina dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin, di Arab Saudi. (Reuters)

    “Arab Saudi adalah pilihan yang logis untuk pertemuan Trump-Putin karena menyediakan tempat yang netral,” kata Paul Salem, wakil presiden lembaga kajian Middle East Institute di Washington.

    Salem mengatakan bahwa negara Eropa tidak akan bisa menjadi tuan rumah pertemuan Putin-Trump karena sikap Eropa yang kuat dalam perang Ukraina.

    “Secara tradisional, lokasi netral seperti Jenewa akan dipilih untuk pertemuan puncak semacam itu. Namun, hubungan Rusia yang memburuk dengan Swiss dan negara-negara Eropa lainnya kemungkinan telah menyebabkan pilihan alternatif ini,” kata Dr. Khattar Abou Diab, seorang profesor hubungan internasional.

    Baca juga:

    Ia juga menilai bahwa Arab Saudi berhasil membangun kepercayaan dan kepentingan bersama dengan Putin dan bahwa negara itu bukan penanda tangan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC).

    Pada 2023, ICC mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Putin dengan tuduhan kejahatan perang terkait dengan perang Ukraina.

    Analis mencatat bahwa Putin dapat melakukan perjalanan ke Arab Saudi tanpa risiko ditangkap.

    Peran sebagai penengah

    Arab Saudi berpengalaman menjadi penengah dalam pertukaran tahanan antara Rusia dan Ukraina. Oleh sebab itu, Saudi memperoleh kepercayaan dari kedua negara.

    EPA-EFE/REX/ShutterstockPutra Mahkota Arab Saudi memainkan peranan penting dalam pembebasan guru Amerika bernama Marc Fogel, menurut sejumlah pejabat AS.

    Dalam pertukaran tahanan baru-baru ini yang difasilitasi oleh Riyadh, Rusia membebaskan guru Amerika bernama Marc Fogel setelah lebih dari tiga tahun ditahan.

    Putra Mahkota Saudi memainkan peran penting dalam mengamankan pembebasannya, menurut utusan AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff.

    Arab Saudi juga telah menyambut baik Zelensky dan Putin pada beberapa kesempatan dan telah mendorong perjanjian perdamaian yang langgeng antara kedua negara.

    Arab Saudi bahkan menyelenggarakan pertemuan internasional di Jeddah yang dihadiri sejumlah perwakilan dari beberapa negara.

    Selama kunjungan Putin ke Riyadh pada Desember 2023, MBS menyebutnya sebagai “tamu istimewa dan sangat terhormat di Arab Saudi, baik di tingkat pemerintah maupun publik.”

    Pakar urusan Teluk, Abdullah Baaboud, meyakini bahwa Arab Saudi bercita-cita untuk terlibat dalam upaya mediasi, seperti yang dilakukan Oman, Qatar, dan Uni Emirat Arab (UEA).

    Arab Saudi, menurutnya, ingin meningkatkan pengaruhnya sebagai pemain regional utama.

    Reuters Saudi Arabia bukan penanda tangan Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) sehingga, menurut sejumlah pengamat, Putin bisa ke sana tanpa risiko ditangkap. EPA-EFE/REX/ShutterstockPresiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, berkunjung ke Jeddah pada 2023 untuk menghadiri pertemuan Liga Arab ke -32.

    Baaboud berpendapat bahwa menjadi tuan rumah pertemuan Trump-Putin dapat bermanfaat bagi Arab Saudi.

    Menurutnya, hal ini membuat Riyadh bisa lebih banyak terlibat dalam kepentingan strategis AS, seperti penandatanganan Perjanjian Abraham, yang menormalisasi hubungan antara empat negara Arab dan Israel.

    Paul Salem yakin bahwa Trump sangat ingin memperkuat hubungan AS-Saudi karena alasan ekonomi, keuangan, investasi, dan strategis. Dia menilai Trump berminat mengamankan potensi kesepakatan AS-Saudi-Israel di masa mendatang.

    Dr Nidal Choucair, seorang profesor komunikasi strategis, mengatakan bahwa Arab Saudi sangat penting bagi Trump dalam merancang kebijakan Timur Tengah, terutama terkait Israel-Palestina.

    Ia juga menyoroti tekanan AS baru-baru ini terhadap Arab Saudi, terutama setelah usulan Perdana Menteri Israel Netanyahu untuk merelokasi warga Gaza ke Saudi ditolak Riyadh.

    Faktor minyak bumi

    Amerika Serikat adalah produsen minyak terbesar di dunia. Peringkat selanjutnya diduduki oleh Arab Saudi dan Rusia.

    Karena perang Rusia-Ukraina memengaruhi pasar energi global, para ahli menilai bahwa Arab Saudi berperan dalam menjaga stabilitas harga minyak.

    Arab Saudi adalah produsen minyak terbesar kedua di dunia. (Getty Images)

    Pada Desember 2024, delapan anggota aliansi OPEC+ yang beranggotakan 22 negara pengekspor minyak, termasuk Arab Saudi dan Rusia, memutuskan untuk menunda peningkatan produksi minyak karena jumlah permintaan lebih rendah dari perkiraan. Belum lagi adanya persaingan produksi dari negara-negara non-sekutu.

    Arab Saudi dan Rusia memiliki kepentingan yang sama sebagai produsen minyak utama, kata Abdullah Baaboud. Ia berharap pertemuan puncak Trump-Putin tidak hanya berfokus pada upaya mengakhiri perang di Ukraina, tetapi juga menyentuh harga minyak global dan kerja sama ekonomi.

    “Trump mungkin berupaya mengamankan harga minyak mentah yang menguntungkan bagi perusahaan-perusahaan energi Amerika, terutama setelah sebelumnya menyerukan harga yang lebih rendah,” katanya.

    Ia menilai bahwa Trump memprioritaskan produksi bahan bakar fosil daripada energi bersih, sejalan dengan peran Arab Saudi sebagai produsen minyak terbesar kedua di dunia.

    Kepentingan strategis

    Lawatan kenegaraan pertama Trump sebagai presiden pada 2017 adalah ke Arab Saudi, yang meningkatkan status diplomatik global kerajaan tersebut.

    EPA/SAUDI PRESS AGENCY HANDOUTTrump mengatakan Arab Saudi setuju untuk membeli produk AS senilai US$450 miliar pada tahun 2017. Setelah itu, Trump melakukan perjalanan luar negeri pertamanya sebagai presiden ke Arab Saudi.

    Trump telah mengisyaratkan bahwa perjalanan luar negeri pertamanya dalam masa jabatan keduanya bisa jadi ke Arab Saudi. Dia bahkan telah menetapkan harga untuk perjalanan itu.

    “Jika Arab Saudi ingin membeli produk kami senilai US$450 miliar atau US$500 Saya rasa saya mungkin akan melakukannya,” katanya kepada wartawan di Ruang Oval bulan lalu.

    Beberapa hari kemudian, Putra Mahkota Arab Saudi mengatakan kerajaan itu ingin berinvestasi US$600 miliar di AS selama empat tahun ke depan.

    “Tetapi saya akan meminta Putra Mahkota, yang merupakan orang yang fantastis, untuk membulatkannya menjadi sekitar US$1 triliun,” kata Trump kepada Forum Ekonomi Dunia di Davos tak lama setelah itu.

    “Saya rasa mereka akan melakukannya karena kami telah bersikap sangat baik kepada mereka,” katanya.

    Dr Nidal Choucair yakin bahwa Trump melihat Arab Saudi sebagai mitra strategis dan ekonomi utama.

    Ia juga menunjukkan bahwa Trump berupaya untuk mengamankan peran ekonomi AS yang dominan di Teluk, khususnya setelah mantan presiden Joe Biden mengalihkan fokus ke Asia.

    Trump juga berupaya memperkuat pengaruh AS di Arab Saudi dan kawasan yang lebih luas sebagai bagian dari persaingan strategis Washington dengan China, menurut Dr. Khattar Abou Diab, seorang profesor hubungan internasional.

    Walau Arab Saudi telah dikritik karena catatan hak asasi manusianya, baik Abou Diab maupun Choucair berpendapat bahwa reformasi terkini di kerajaan tersebut, seperti penghapusan polisi agama atau mengizinkan perempuan mengemudi, telah memperbaiki citra globalnya, sehingga tidak mudah terpengaruh oleh potensi tekanan politik pemerintahan Trump.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Di Turki, Zelensky Ungkap Alasan Pilih Tunda Kunjungan ke Arab Saudi, Reschedule Ketemu MBS – Halaman all

    Di Turki, Zelensky Ungkap Alasan Pilih Tunda Kunjungan ke Arab Saudi, Reschedule Ketemu MBS – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mengumumkan penundaan kunjungannya ke Arab Saudi hingga 10 Maret 2025.

    Keputusan tersebut disampaikan dalam sebuah konferensi pers setelah pertemuannya dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Suspilne melaporkan.

    Di Turki, Zelensky menjelaskan alasan penundaan kunjungannya adalah karena adanya pertemuan delegasi Rusia dan Amerika Serikat di Arab Saudi pada tanggal 18 Februari.

    Zelensky mengungkapkan rasa kecewanya setelah mengetahui bahwa Ukraina tidak diundang dalam pembicaraan tersebut.

    “Anda tidak dapat membuat keputusan tanpa Ukraina mengenai bagaimana mengakhiri perang di Ukraina,” kata Zelensky.

    “Kami tidak diundang ke pertemuan Rusia-AS di Arab Saudi. Itu mengejutkan kami, seperti halnya bagi banyak orang,” ungkap Zelensky.

    Pembicaraan yang berlangsung di Arab Saudi menandai negosiasi langsung pertama antara AS dan Rusia sejak dimulainya invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina.

    Delegasi Rusia, yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov, bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio dan sejumlah pejabat AS lainnya.

    Seperti diketahui, pada Selasa (18/2/2025), delegasai AS dan Rusia menggelar pertemuan di Arab Saudi untuk membahas berbagai isu, termasuk hubungan ekonomi dan diplomatik antara kedua negara.

    Dalam pertemuan tersebut, perwakilan Federasi Rusia dan Amerika Serikat sepakat untuk melanjutkan misi diplomatik mereka serta menunjuk duta besar masing-masing negara.

    Pembicaraan juga mencakup perang Rusia-Ukraina.

    Perwakilan Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa “semua pihak” dalam perang harus melakukan konsesi untuk mencapai kesepakatan damai.

    Perwakilan Rusia menekankan pentingnya upaya diplomatik untuk mengakhiri konflik ini.

    Ukraina tidak diundang untuk berpartisipasi dalam negosiasi tersebut, yang menambah kekecewaan di pihak Kyiv.

    Zelensky menegaskan tidak ada keputusan mengenai masa depan Ukraina yang dapat diambil tanpa melibatkan negara tersebut.

    “Setiap negara memiliki hubungan bilateral dengan negara lain. Anda boleh membahas apa saja, tetapi Anda tidak bisa membuat keputusan mengenai bagaimana mengakhiri perang di Ukraina tanpa Ukraina,” tegas Zelensky, seperti yang dilansir dari Kyiv Independent.

    Belum jelas sejauh mana Ukraina akan terlibat dalam diskusi masa depan antara Amerika Serikat dan Rusia mengenai penyelesaian konflik.

    Zelensky telah menyampaikan keinginannya agar Ukraina menjadi bagian dari pembicaraan apapun yang berhubungan dengan penyelesaian perang.

    Pertemuan Zelensky-MBS Dijadwalkan Ulang

    Selain itu, Zelensky juga mengungkapkan bahwa dia telah berbicara dengan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman dan telah menjadwalkan ulang kunjungannya ke Riyadh pada tanggal 10 Maret mendatang.

    Dalam wawancara dengan jaringan media Jerman ARD pada Senin (17/2/2025), Zelensky memperingatkan tentang potensi kesepakatan damai yang mungkin dibahas secara terburu-buru tanpa partisipasi penuh Ukraina.

    Ia menegaskan bahwa Ukraina tidak akan menerima perjanjian damai yang tidak melibatkan negara tersebut.

    Keith Kellogg ke Ukraina

    Sementara itu, pada Rabu (19/2/2025), Perwakilan Khusus Administrasi Kepresidenan AS untuk Ukraina, Keith Kellogg dijadwalkan tiba di Ukraina.

    Kellogg akan bertemu dengan Zelensky serta Panglima Angkatan Bersenjata Ukraina, Oleksandr Syrsky.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Mengapa Arab Saudi Dipilih sebagai Tempat Pertemuan Dialog Rusia-Ukraina? – Halaman all

    Mengapa Arab Saudi Dipilih sebagai Tempat Pertemuan Dialog Rusia-Ukraina? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pada Rabu (12/2/2025), Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan Washington dan Rusia akan mulai melakukan negosiasi untuk mengakhiri perang di Ukraina.

    Tempat yang diajukan untuk pertemuan pertama adalah Arab Saudi, Al Jazeera melaporkan.

    Riyadh langsung menyatakan dukungannya terhadap rencana ini.

    Keputusan untuk memilih Arab Saudi sebagai lokasi pertemuan ini bukan tanpa alasan.

    Ada beberapa faktor yang menjadikan Arab Saudi pilihan strategis untuk menjadi mediator dalam konflik Ukraina-Rusia.

    Apa saja itu? simak rangkumannya berikut ini.

    Faktor-Faktor Pemilihan Arab Saudi sebagai Tempat Pertemuan

    1. Hubungan Diplomatik yang Baik dengan Semua Pihak

    Arab Saudi memiliki hubungan diplomatik yang sangat baik dengan AS, Rusia, dan Ukraina.

    Negara ini dikenal karena kemampuannya dalam menjembatani ketegangan antara pihak-pihak yang terlibat dalam konflik, berkat sikap netralnya.

    Arab Saudi tidak terlibat langsung dalam perang Ukraina dan tidak mengkritik Rusia atas invasi yang terjadi.

    Hal ini menjadikannya pilihan yang diterima oleh semua pihak yang bertikai.

    Arab Saudi juga dikenal memiliki hubungan yang dekat dengan Donald Trump dan Vladimir Putin, yang menambah alasan mengapa negara ini dapat menjadi mediator yang diterima.

    2. Netralitas dalam Konflik Ukraina

    Sejak dimulainya perang Ukraina, Arab Saudi memutuskan untuk mempertahankan sikap netral.

    Berbeda dengan negara-negara lain yang lebih jelas berpihak pada satu pihak, Arab Saudi tidak memihak kepada Ukraina maupun Rusia.

    Negara ini tidak mengirimkan bantuan militer kepada Ukraina, serta tidak bergabung dalam sanksi internasional yang diterapkan terhadap Rusia.

    Netralitas ini memberikan Arab Saudi posisi unik yang diterima oleh semua pihak yang terlibat dalam konflik ini.

    3. Peran Ekonomi dan Energi

    Salah satu alasan mengapa Donald Trump memilih Arab Saudi adalah karena hubungan negara ini dengan pasar energi global.

    Arab Saudi adalah salah satu negara penghasil minyak terbesar di dunia dan memiliki pengaruh yang sangat besar dalam pasar energi global.

    Dengan peran vital ini, Arab Saudi berpotensi memainkan peran penting dalam meredakan ketegangan ekonomi yang timbul akibat perang Ukraina.

    Arab Saudi dapat mempengaruhi harga minyak dunia, yang bisa berdampak pada perekonomian Rusia dan mempercepat penyelesaian konflik.

    Jika harga minyak turun, ini bisa memberi tekanan ekonomi pada Rusia, yang menjadi salah satu dampak yang diinginkan oleh AS.

    4. Pengaruh di Timur Tengah dan Diplomasi Global

    Selain itu, Arab Saudi berusaha untuk memperluas pengaruhnya di luar wilayah Timur Tengah.

    Menjadi mediator dalam konflik besar seperti Ukraina-Rusia memberi kesempatan bagi Saudi untuk memperkuat posisi diplomatik mereka di panggung internasional.

    Saudi ingin dikenal sebagai aktor utama dalam diplomasi global, bersaing dengan negara-negara lain seperti Qatar yang sudah lama terlibat dalam peran serupa.

    Dengan menjadi mediator yang sukses dalam konflik besar, Arab Saudi dapat meningkatkan pengaruh politik dan ekonominya di seluruh dunia.

    Peran Arab Saudi dalam Konflik Ukraina dan Rusia

    Arab Saudi menunjukkan keterlibatannya dalam diplomasi terkait konflik Ukraina sejak awal.

    Beberapa langkah diplomatik yang telah diambil Saudi menunjukkan komitmennya untuk mencari solusi damai bagi konflik ini, antara lain:

    Pertukaran Tahanan:

    Arab Saudi terlibat dalam membebaskan sepuluh warga negara asing yang ditahan oleh Rusia dan memfasilitasi pertukaran tahanan antara Rusia dan Ukraina pada tahun 2022.

    Ini merupakan langkah pertama Arab Saudi dalam mendekatkan kedua negara.

    Diplomasi dengan Ukraina dan AS:

    Pada 2023, Arab Saudi menjadi tuan rumah pertemuan antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS).

    Pertemuan ini menunjukkan peran Saudi dalam mencoba menjembatani ketegangan dan membantu memperlancar komunikasi antar pihak.

    Pertukaran Tahanan AS-Rusia:

    Pada tahun 2024, Arab Saudi juga memfasilitasi pertukaran tahanan antara Amerika Serikat dan Rusia.

    Dengan memfasilitasi pertukaran tahanan AS-Rusia, citra Saudi sebagai mediator internasional yang dapat dipercaya dalam upaya penyelesaian konflik internasional yang kompleks semakin meningkat.

    Mengapa Arab Saudi Menyelenggarakan Pertemuan Ini?

    Dikutip dari CNBC, menurut banyak pihak, pertemuan ini di Riyadh dianggap sebagai kemenangan diplomatik besar bagi Putra Mahkota Mohammed bin Salman.

    Dalam beberapa tahun terakhir, dia mengubah kebijakan luar negeri Arab Saudi, menjadikan negara ini lebih terbuka untuk berperan aktif dalam menyelesaikan konflik global.

    Putra Mahkota bin Salman sangat fokus pada netralitas dalam konflik internasional dan berharap dapat menarik investasi besar melalui rencananya yang dikenal sebagai Visi 2030.

    Dalam kerangka tersebut, Arab Saudi berharap dapat menonjol sebagai kekuatan diplomatik besar, yang mampu mengatur pertemuan dan menghasilkan solusi yang lebih damai untuk dunia.

    Komentar dari Ali Shihabi, seorang komentator Saudi, menyebutkan bahwa bagi Arab Saudi, acara ini sangat bergengsi.

    Keberhasilan menggelar pertemuan semacam ini dapat meningkatkan soft power Saudi, baik di regional maupun global.

    Peran Rusia dalam Perundingan

    Rusia sendiri berharap pertemuan ini dapat memberikan peluang untuk meringankan sanksi internasional yang membebani negara tersebut.

    Kepala Dana Investasi Langsung Rusia, Kirill Dmitriev memimpin perundingan ekonomi.

    Ia berharap pembicaraan ini akan membuka jalan untuk perusahaan internasional kembali berinvestasi di Rusia setelah sanksi diterapkan. Ini adalah salah satu tujuan utama Rusia dalam perundingan ini.

    Putin Siap Bertemu Zelensky

    Pada pertemuan yang digelar di Riyadh, Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov menyatakan Presiden Putin siap untuk berbicara dengan Presiden Ukraina Zelensky jika diperlukan.

    Peskov menegaskan isu terkait legitimasi dan perjanjian harus dibahas lebih lanjut.

    Belum ada kesepakatan final terkait jadwal atau syarat pembicaraan tersebut.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Ukraina Mangkir dari Dialog Penghentian Perang yang Dihadiri Rusia dan AS di Arab Saudi – Halaman all

    Ukraina Mangkir dari Dialog Penghentian Perang yang Dihadiri Rusia dan AS di Arab Saudi – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Harapan agar konflik antara Ukraina dan Rusia berakhir sepertinya masih jauh dari realisasi.

    Hal ini terjadi setelah perwakilan Ukraina menolak untuk menghadiri perundingan damai dengan Rusia yang dijembatani oleh Amerika Serikat (AS) dan Arab Saudi di Riyadh pada Selasa (19/2/2025) waktu setempat.

    Hal ini dibenarkan oleh Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky yang mengatakan bahwa tak ada satu pun perwakilan dari negaranya yang akan hadir di Riyadh.

    Zelensky mengaku juga bakal menunda kunjungan ke Arab Saudi yang direncanakan pada hari Rabu hingga bulan depan.

    Sumber-sumber yang mengetahui masalah ini menyebutkan bahwa keputusan tersebut diambil untuk menghindari pemberian “legitimasi” terhadap pembicaraan antara Amerika Serikat dan Rusia.

    Dikutip dari Reuters, Kiev juga kembali menegaskan bahwa pembicaraan mengenai cara mengakhiri perang tidak boleh dilakukan tanpa melibatkan Ukraina.

    Sementara itu, Rusia memperkeras tuntutannya dalam pertemuan yang berlangsung selama 4,5 jam tersebut.

    Kremlin menegaskan bahwa mereka tidak akan mentolerir keinginan Ukraina untuk bergabung dengan aliansi NATO.

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, mengatakan kepada wartawan di Moskow bahwa langkah NATO yang tidak menerima Ukraina sebagai anggota “tidak cukup”. 

    Ia menekankan bahwa aliansi itu harus melakukan tindakan lebih jauh dengan mencabut janji yang diberikan pada KTT di Bucharest pada tahun 2008.

    Pada saat itu, NATO menjanjikan Ukraina bahwa mereka akan bergabung dengan organisasi tersebut pada masa mendatang, meskipun tanggalnya tidak ditentukan.

    “Jika tidak, masalah ini akan terus meracuni atmosfer di benua Eropa,” sambung Maria.

    Zelenskiy secara konsisten menuntut keanggotaan NATO sebagai satu-satunya cara untuk menjamin kedaulatan dan kemerdekaan Kiev dari tetangganya yang bersenjata nuklir.

    Sebelumnya pada tahun 1994, Ukraina telah menyerahkan senjata nuklir era Soviet sebagai imbalan atas jaminan kemerdekaan dan kedaulatan dalam batas-batas wilayahnya yang ada dari Rusia, Amerika Serikat, dan Inggris.

    Sementara itu, AS terus menyatakan komitmennya untuk segera mengakhiri perang yang sudah berlarut-larut di Ukraina dan Rusia.

    Penasihat Keamanan Nasional AS, Mike Waltz, mengatakan kepada wartawan di Riyadh bahwa perang harus segera berakhir secara permanen, dan hal ini akan melibatkan negosiasi terkait wilayah yang terdampak.

    “Realitas praktisnya adalah akan ada beberapa pembahasan mengenai wilayah dan juga jaminan keamanan,” ujarnya.

    AS Pastikan Bahwa Uni Eropa Bakal Terus Dilibatkan

    Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Marco Rubio, pada hari Minggu (16/2/2025) menegaskan bahwa Uni Eropa akan turut serta dalam setiap “perundingan nyata” untuk mengakhiri konflik antara Rusia dan Ukraina.

    Pernyataan ini disampaikan oleh Rubio sebagai tanggapan atas berbagai tudingan yang muncul sebelum AS bertemu dengan Rusia di Riyadh, Arab Saudi. 

    Rubio membantah klaim yang menyebutkan bahwa Uni Eropa tidak akan dilibatkan dalam negosiasi damai di Ukraina, meskipun ada rencana pertemuan antara Rusia dan Amerika Serikat di Arab Saudi dalam beberapa hari ke depan.

    Dalam wawancaranya dengan CBS, Rubio menjelaskan bahwa proses perundingan serius belum dimulai ketika kedua negara bertemu di Saudi pekan ini. Diplomat senior AS itu menambahkan bahwa Uni Eropa baru akan dilibatkan jika pembicaraan terkait negosiasi damai mulai berkembang lebih lanjut.

    Rubio memastikan bahwa Ukraina dan negara-negara Eropa lainnya akan menjadi bagian dari setiap perundingan yang bermakna. “Pada akhirnya, kita harus menunggu hingga mencapai titik di mana pertemuan ini (dengan Rusia) menghasilkan sebuah perundingan nyata, dan kita belum sampai di sana,” ungkap Rubio dalam acara “Meet the Press” di CBS.

    “Akan tetapi, jika kesepakatan itu terjadi, Ukraina harus dilibatkan karena mereka negara yang diserang, dan Eropa harus dilibatkan karena mereka juga memberlakukan sanksi terhadap Putin dan Rusia,” lanjut Rubio.

    “Tapi terus terang, kita belum sampai di tahapan sana,” pungkas mantan senator Florida tersebut.

    Kekhawatiran Uni Eropa

    EMMANUEL MACRON – Tangkapan layar YouTube Al Jazeera English pada Jumat (14/2/2025) yang menampilkan Presiden Prancis Emmanuel Macron. Emmanuel Macron menghelat KTT darurat Uni Eropa pada hari Senin (17/2/2025) terkait perang di Ukraina. (Tangkap layar YouTube Al Jazeera English)

    Prasangka buruk terhadap pertemuan antara AS dan Rusia ini secara terang-terangan disampaikan oleh sejumlah pemimpin di negara-negara Uni Eropa.

    Hal ini terlihat dari upaya Presiden Prancis, Emmanuel Macron yang menghelat KTT darurat Uni Eropa pada hari Senin (17/2/2025) terkait perang di Ukraina.

    KTT darurat tersebut, digelar karena banyak pejabat di Uni Eropa yang mengaku terkejut dan “terguncang” oleh langkah-langkah administrasi Trump terkait Ukraina, Rusia, dan pertahanan Eropa dalam beberapa hari terakhir.

    Kekhawatiran utama mereka adalah bahwa mereka tidak lagi dapat mengandalkan perlindungan militer AS.

    Selain itu, sejumlah petinggi Uni Eropa menilai Trump akan berusaha menandatangani kesepakatan damai dengan Putin secara sepihak tanpa mengikutsertakan masukan dari Uni Eropa di dalamnya.

    Upaya tersebut, diyakini Uni Eropa dilakukan Trump dan Putin untuk melemahkan Kyiv dan keamanan kontinental Eropa secara keseluruhan.

    Adapun pembicaraan yang direncanakan di Arab Saudi pada minggu ini, juga bertepatan dengan upaya AS untuk mencapai kesepakatan dengan Kyiv guna menguasai kekayaan sumber daya alam Ukraina.

    Dalam wawancara dengan NBC yang disiarkan pada hari Minggu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mempertanyakan apakah mineral di wilayah yang dikuasai Rusia akan diberikan kepada Putin.

    Trump, yang melakukan panggilan dengan Putin pada hari Rabu (12/2/2025) menyatakan bahwa pemimpin Rusia itu menginginkan perdamaian.

    Ia juga mengatakan pada hari Minggu bahwa Putin tidak akan berusaha menguasai seluruh wilayah Ukraina.

    “Itu akan menjadi masalah besar bagi saya, karena Anda tidak bisa membiarkan hal itu terjadi. Saya pikir dia ingin mengakhirinya,” kata Trump kepada wartawan di West Palm Beach, Florida.

    Trump menambahkan bahwa Zelenskyy akan dilibatkan dalam pembicaraan untuk mengakhiri konflik tersebut.

    (Tribunnews.com/Bobby)

    Artikel Lain Terkait Donald Trump dan Konflik Rusia vs Ukraina

  • Zelensky Tak Diajak Berunding, Trump Yakin Bisa Akhiri Perang Rusia-Ukraina

    Zelensky Tak Diajak Berunding, Trump Yakin Bisa Akhiri Perang Rusia-Ukraina

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan bahwa jauh lebih yakin dengan kesepakatan untuk mengakhiri perang Rusia dan Ukraina. Padahal pembicaraan AS dan Rusia menuai teguran keras dari Kyiv atas pengecualiannya.

    Seperti dilansir AFP, Rabu (19/2/2025), Trump juga menyarankan bahwa dapat bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin segera setelah Amerika Serikat merombak pendiriannya terhadap Rusia, perubahan tersebut telah membuat khawatir para pemimpin Eropa.

    Pada pembicaraan di Riyadh, Rusia dan Amerika Serikat sepakat untuk membentuk tim untuk merundingkan jalan untuk mengakhiri perang yang dimulai ketika Rusia menginvasi Ukraina pada bulan Februari 2022.

    Trump mengatakan bahwa ia “jauh lebih yakin” dengan kesepakatan setelah pembicaraan, menambahkan “perundingan itu sangat bagus. Rusia ingin melakukan sesuatu. Mereka ingin menghentikan barbarisme yang biadab.”

    “Saya pikir saya memiliki kekuatan untuk mengakhiri perang ini, dan saya pikir itu berjalan dengan sangat baik,” kata Trump, menegur Ukraina karena mengeluh bahwa mereka telah dikeluarkan dari diskusi.

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengecam keras pengecualian negaranya dari pertemuan di Riyadh, yang berlangsung lebih dari empat jam.

    “Saya sangat kecewa, saya dengar mereka kesal karena tidak diberi tempat duduk,” kata Trump kepada wartawan ketika ditanya apa yang akan dia katakan kepada warga Ukraina yang merasa “dikhianati.”

    “Hari ini saya dengar, oh, baiklah, kami tidak diundang. Nah, Anda sudah berada di sana selama tiga tahun… Anda seharusnya tidak pernah memulainya. Anda seharusnya bisa membuat kesepakatan,” katanya.

    Beberapa pemimpin Eropa khawatir Washington akan membuat konsesi besar kepada Moskow dan menulis ulang pengaturan keamanan benua itu. Ketika ditanya apakah dia akan bertemu Putin sebelum akhir bulan, Trump berkata “mungkin.”

    (rfs/rfs)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu