kab/kota: Pyongyang

  • Pelan-pelan Korsel Ajak Korut Baikan

    Pelan-pelan Korsel Ajak Korut Baikan

    Jakarta

    Korea Selatan (Korsel) mengajak Korea Utara (Korut) baikan. Korsel melangkah pelan-pelan demi berbaikan dengan tetangganya itu.

    Dirangkum detikcom, Senin (4/8/2025), Korsel pelan-pelan mengajak baikan Korut dengan mencopot speaker atau pengeras suara propaganda. Di mana pengeras suara itu menyiarkan berita dan musik K-pop, di area perbatasan dengan Korut.

    Kedua Korea secara teknis masih berperang karena Perang Korea tahun 1950-1953 silam diakhiri dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.

    Militer Korsel dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, menyebut kedua negara telah menghentikan siaran propaganda di area perbatasan, tepatnya di sepanjang zona demiliterisasi setelah terpilihnya Presiden Lee Jae Myung dalam pemilu awal Juni lalu.

    Disebutkan oleh militer Korsel, pada Juni lalu, bahwa Pyongyang telah berhenti menyiarkan suara-suara aneh dan meresahkan di sepanjang perbatasan, yang selama ini menjadi gangguan besar bagi penduduk lokal Korsel, sehari setelah speaker Korsel tidak lagi berfungsi.

    “Mulai hari ini, militer telah mulai mencopot pengeras suara,” ucap juru bicara Kementerian Pertahanan Korsel, Lee Kyung Ho, kepada wartawan pada Senin (4/8) waktu setempat.

    “Ini adalah langkah praktis yang bertujuan untuk membantu meredakan ketegangan dengan Korea Utara, asalkan tindakan tersebut tidak membahayakan kesiapan militer,” imbuhnya.

    Lee mengatakan bahwa semua pengeras suara yang dipasang di sepanjang perbatasan kedua Korea akan dibongkar pada akhir minggu ini. Namun dia tidak mengungkapkan jumlah pasti pengeras suara yang dibongkar.

    Presiden Lee Jae Myung telah memerintahkan militer Korsel untuk menghentikan siaran propaganda di perbatasan dalam upaya untuk “memulihkan kepercayaan”.

    Hubungan antara kedua Korea berada di salah satu titik terendah dalam beberapa tahun terakhir, dengan Seoul mengambil sikap keras terhadap Pyongyang, yang semakin dekat dengan Moskow setelah invasi militer Rusia ke Ukraina.

    Pemerintah Korsel sebelumnya memulai siaran propaganda di perbatasan sejak tahun lalu sebagai tanggapan atas rentetan balon berisi sampah yang diterbangkan ke selatan oleh Korut.

    Namun, Presiden Lee Jae Myung berjanji untuk memperbaiki hubungan dengan Korut dan mengurangi ketegangan di Semenanjung Korea.

    Terlepas dari upaya diplomatik Korsel, Korut menolak untuk berdialog dengan negara tetangganya itu.

    “Jika ROK (Republik Korea-nama resmi Korsel)… berharap dapat membalikkan semua hasil yang telah dicapainya hanya dengan beberapa kata sentimental, tidak ada kesalahan perhitungan yang lebih serius daripada itu,” tegas Kim Yo Jong, adik perempuan pemimpin Korut Kim Jong Un, pekan lalu.

    Presiden Lee Jae Myung mengatakan dirinya akan mengupayakan perundingan dengan Korut tanpa prasyarat, menyusul pembekuan yang mendalam di bawah pendahulunya.

    Halaman 2 dari 3

    (whn/dek)

  • Pelan-pelan Korsel Ajak Korut Baikan

    Ingin Baikan dengan Korut, Korsel Copot Speaker Propaganda di Perbatasan

    Seoul

    Otoritas Korea Selatan (Korsel) mulai mencopot speaker atau pengeras suara propaganda, yang menyiarkan berita dan musik K-pop, di area perbatasan dengan Korea Utara (Korut). Langkah ini menyusul tekad pemerintahan baru Korsel untuk meredakan ketegangan dengan negara tetangganya tersebut.

    Kedua Korea secara teknis masih berperang karena Perang Korea tahun 1950-1953 silam diakhiri dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.

    Militer Korsel dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Senin (4/8/2025), menyebut kedua negara telah menghentikan siaran propaganda di area perbatasan, tepatnya di sepanjang zona demiliterisasi setelah terpilihnya Presiden Lee Jae Myung dalam pemilu awal Juni lalu.

    Disebutkan oleh militer Korsel, pada Juni lalu, bahwa Pyongyang telah berhenti menyiarkan suara-suara aneh dan meresahkan di sepanjang perbatasan, yang selama ini menjadi gangguan besar bagi penduduk lokal Korsel, sehari setelah speaker Korsel tidak lagi berfungsi.

    “Mulai hari ini, militer telah mulai mencopot pengeras suara,” ucap juru bicara Kementerian Pertahanan Korsel, Lee Kyung Ho, kepada wartawan pada Senin (4/8) waktu setempat.

    “Ini adalah langkah praktis yang bertujuan untuk membantu meredakan ketegangan dengan Korea Utara, asalkan tindakan tersebut tidak membahayakan kesiapan militer,” imbuhnya.

    Lee mengatakan bahwa semua pengeras suara yang dipasang di sepanjang perbatasan kedua Korea akan dibongkar pada akhir minggu ini. Namun dia tidak mengungkapkan jumlah pasti pengeras suara yang dibongkar.

    Presiden Lee Jae Myung telah memerintahkan militer Korsel untuk menghentikan siaran propaganda di perbatasan dalam upaya untuk “memulihkan kepercayaan”.

    Hubungan antara kedua Korea berada di salah satu titik terendah dalam beberapa tahun terakhir, dengan Seoul mengambil sikap keras terhadap Pyongyang, yang semakin dekat dengan Moskow setelah invasi militer Rusia ke Ukraina.

    Pemerintah Korsel sebelumnya memulai siaran propaganda di perbatasan sejak tahun lalu sebagai tanggapan atas rentetan balon berisi sampah yang diterbangkan ke selatan oleh Korut.

    Namun, Presiden Lee Jae Myung berjanji untuk memperbaiki hubungan dengan Korut dan mengurangi ketegangan di Semenanjung Korea.

    Terlepas dari upaya diplomatik Korsel, Korut menolak untuk berdialog dengan negara tetangganya itu.

    “Jika ROK (Republik Korea-nama resmi Korsel)… berharap dapat membalikkan semua hasil yang telah dicapainya hanya dengan beberapa kata sentimental, tidak ada kesalahan perhitungan yang lebih serius daripada itu,” tegas Kim Yo Jong, adik perempuan pemimpin Korut Kim Jong Un, pekan lalu.

    Presiden Lee Jae Myung mengatakan dirinya akan mengupayakan perundingan dengan Korut tanpa prasyarat, menyusul pembekuan yang mendalam di bawah pendahulunya.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Adik Kim Jong Un Beri Pesan ke Trump, Sebut Hubungan Pribadi & Nuklir

    Adik Kim Jong Un Beri Pesan ke Trump, Sebut Hubungan Pribadi & Nuklir

    Jakarta, CNBC Indonesia – Saudari perempuan pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un, Kim Yo Jong, kembali memberikan pesan kepada negara rivalnya, Amerika Serikat (AS). Hal ini terkait kekuatan nuklir negara itu.

    Mengutip AFP, Selasa (29/7/2025), dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh media pemerintah, Kim memperingatkan AS agar tidak mengejar denuklirisasi. Ia meminta Washington untuk segera mengakui Pyongyang sebagai negara berkekuatan nuklir.

    “Setiap upaya untuk menyangkal posisi DPRK sebagai negara bersenjata nuklir… akan ditolak mentah-mentah,” kata Kim Yo Jong, merujuk Korut dengan akronim nama resminya.

    Kim mengatakan “hubungan pribadi” antara saudara laki-lakinya dan Trump berada dalam situasi yang baik buruk. Tetapi ia memperingatkan bahwa hal itu tidak boleh digunakan untuk menekan Korut dalam melakukan denuklirisasi.

    “Saya tidak ingin menyangkal fakta bahwa hubungan pribadi antara kepala negara kita dan presiden AS saat ini tidaklah buruk. Namun, saya menghimbau dan memperingatkan Washington agar tidak mencoba memanfaatkannya untuk mencapai denuklirisasi.”

    Pernyataan ini dilontarkan Kim setelah seorang pejabat Gedung Putih dikutip mengatakan bahwa Presiden Donald Trump terbuka untuk berdialog dengan Kim Jong Un terkait denuklirisasi. Menurutnya, hal ini justru mendiskreditkan dan meremehkan kekuatan negara pimpinannya.

    “Jika digunakan untuk tujuan tersebut, hal itu dapat diartikan sebagai ejekan terhadap pihak lain,” ujarnya.

    Trump dan Pemimpin Tertinggi Korut Kim Jong Un bertemu tiga kali selama masa jabatan pertama presiden AS dalam upaya mencapai kesepakatan tentang denuklirisasi Korut. Dalam seluruh pertemuan itu, keduanya terlihat berada dalam situasi yang sejuk tanpa ketegangan, menghadirkan harapan perdamaian di Semenanjung Korea.

    Namun, sejak pertemuan puncak kedua mereka di Hanoi pada tahun 2019 gagal karena kegagalan menyepakati imbalan yang akan diterima Korut, Pyongyang telah mempercepat program nuklirnya. Ini sekaligus memutus interaksi langsung antara Trump dan Kim.

    (tps/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Puan: DPR Sudah Bersurat ke Prabowo Soal 24 Calon Dubes RI, Tinggal Pelantikan

    Puan: DPR Sudah Bersurat ke Prabowo Soal 24 Calon Dubes RI, Tinggal Pelantikan

    Bisnis.com, JAKARTA — Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI sudah bersurat kepada pemerintah terkait nama 24 calon dubes RI untuk negara sahabat dan organisasi internasional.

    Ketua DPR RI Puan Maharani mengatakan bahwa Komisi I DPR mengatakan bahwa pihaknya telah menyelesaikan proses uji kepatutan dan kelayakan (fit and proper test) terhadap 24 calon tersebut.

    “Proses fit and proper dubes sudah selesai di komisi 1 dan DPR sudah bersurat kembali kepada pemerintah atau kepada presiden,” katanya di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, pada Selasa (15/7/2025).

    Dengan demikian, Puan berujar mekanisme selanjutnya saat ini ada di pemerintah. Mulai dari proses surat menyurat dengan negara tujuan hingga proses pelantikan nantinya.

    “Jadi sekarang bolanya ada di eksekutif atau ada di pemerintah,” tegas politisi PDI Perjuangan (PDIP) tersebut.

    Sebelumnya, Komisi I DPR RI telah merampungkan fit and proper test 24 calon dubes RI selama dua hari, mulai sejak Sabtu (5/7/2025) hingga Minggu (6/7/2025). Fit and proper test ini dilakukan dengan empat sesi dan setiap sesinya ada sebanyak 6 calon yang diuji.

    Ketua Komisi I DPR, Utut Adianto menilai selama uji tersebut berlangsung, ke-24 calon dubes RI semuanya memiliki kualitas yang baik. Dia mengaku bahwa dalam internal Komisi I DPR tidak ada masalah berkenaan profiling ke-24 calon dubes RI. Ini karena, tidak ada debat-debat panjang antar fraksi. 

    “Dugaan saya tidak [ada masalah] ya. Sebab kalau ada, pasti ada debat-debat panjang. Tapi kalau ada satu dua yang nggak pas, namanya manusia,” ungkapnya di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Minggu (6/7/2025).

    Berikut 24 Calon Dubes yang Sudah diproses di Komisi I DPR Sabtu, 5 Juli 2025: 

    Dubes RI untuk Jerman (Berlin), Abdul Kadir Jaelani
    Dubes RI untuk Slovakia (Bratislava), Redianto Heru Nurcahyo
    Dubes RI untuk PTRI New York, Umar Hadi
    Dubes RI untuk Singapura, Hotmangaradja Pandjaitan
    Dubes RI untuk Jepang (Tokyo), Nurmala Kartini Sjahrir
    Dubes RI untuk AS (Washington DC), Indroyono Soesilo
    Dubes RI untuk Vietnam (Hanoi), Adam Mulawarman Tugio
    Dubes RI untuk Belanda (Den Haag), Laurentius Amrih Jinangkung
    Dubes RI untuk UAE, Judha Nugraha
    Dubes RI untuk PBB Jenewa, Sidharto Reza Suryodipuro
    Dubes RI untuk Qatar, Syahda Guruh Langkah Samudera
    Dubes RI untuk Brasil, Andhika Chrisnayudhanto

    Minggu, 6 Juli 2025

    Dubes RI untuk Algeria (Alger), Yusron Bahauddin Ambary
    Dubes RI untuk Azerbaijan (Baku), Berlian Helmy
    Dubes RI untuk Thailand (Bangkok), Hari Prabowo
    Dubes RI untuk Belgia (Brussel), Andi Rachmianto
    Dubes RI untuk Suriah (Damascus), Lukman Hakim Siregar
    Dubes RI untuk Bangladesh dan Nepal (Dhaka), Listyowati
    Dubes RI untuk Mesir (Kairo), Kuncoro Giri Waseso
    Dubes RI untuk Malaysia (Kuala Lumpur), Raden Dato Mohammad Iman Hascarya Kusumo
    Dubes RI untuk Oman (Muscat), Andi Rahardian
    Dubes RI untuk Papua Nugini (Port Moresby), Okto Dorinus Manik
    Dubes RI untuk Korea Utara (Pyongyang), Mayjen (Purn) Gina Yoginda
    Dubes RI untuk Ekuador (Quito), Imam As’ari

  • Latihan AS-Korsel-Jepang Bikin Korut Marah, Ancam Aksi Militer!

    Latihan AS-Korsel-Jepang Bikin Korut Marah, Ancam Aksi Militer!

    Pyongyang

    Korea Utara (Korut) menegaskan siap mengambil aksi militer untuk melawan segala ancaman keamanan terhadap negaranya. Penegasan ini disampaikan saat Pyongyang merasa geram dengan latihan udara gabungan yang digelar Amerika Serikat (AS), Korea Selatan (Korsel), dan Jepang baru-baru ini.

    Ancaman tersebut, seperti dilansir Reuters dan kantor berita Korsel, Yonhap News Agency, Senin (14/7/2025), dilontarkan oleh Kementerian Pertahanan Korut pada Minggu (13/7) setelah AS dan kedua sekutunya mengelar latihan pertahanan terbaru pada Jumat (11/7) waktu setempat.

    Latihan gabungan itu melibatkan penerbangan sebuah pesawat pengebom strategis B-52 AS di dekat wilayah Korsel dengan dikawal jet-jet tempur ketiga negara tersebut.

    Kementerian Pertahanan Korut, dalam pernyataannya yang dirilis melalui kantor berita Korean Central News Agency (KCNA), mengecam latihan gabungan ketiga negara itu, yang disebutnya sebagai “faktor bahaya utama yang meningkatkan ketegangan militer” di Semenanjung Korea dan wilayah sekitarnya.

    “Kami menyatakan keprihatinan serius atas tindakan permusuhan mereka yang terus-menerus melakukan tindakan militer yang provokatif dan mengancam, sementara dengan sengaja mengabaikan masalah keamanan Republik Rakyat Demokratik Korea dan dengan tegas memperingatkan konsekuensi serius yang akan ditimbulkan oleh mereka terhadap situasi regional,” kata kepala kantor kebijakan pada Kementerian Pertahanan Korut dalam pernyataannya.

    Republik Rakyat Demokratik Korea atau DPRK merupakan nama resmi Korut. Pyongyang yang bersenjata nuklir sebelumnya telah mengeluarkan ancaman serupa.

    Pada Jumat (11/7), Kementerian Pertahanan Korsel mengatakan ketiga negara telah menggelar latihan udara gabungan di perairan internasional di lepas pantai Pulau Jeju dan melibatkan setidaknya satu pesawat pengebom B-52H AS — pengerahan pertama pesawat pengebom strategis itu di dekat Semenanjung Korea tahun ini.

    Pejabat Kementerian Pertahanan Korut juga menuduh aliansi militer tripartit tersebut telah “berubah total menjadi aliansi militer segitiga berbasis nuklir”.

    “Tindakan tidak bertanggung jawab dari AS, Jepang, dan ROK (Korsel) yang terus meningkatkan ketegangan dan bahaya di Semenanjung Korea harus diawasi dengan ketat dan ditangkal,” demikian pernyataan Kementerian Pertahanan Korut.

    “Merupakan hak kedaulatan kami untuk mengambil tindakan balasan terhadap aksi militer provokatif seperti langkah-langkah untuk memperkuat aliansi militer multilateral yang mengancam keamanan kawasan dan latihan militer gabungan yang jelas-jelas bersifat agresif,” tegas pernyataan tersebut.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Putin Makin Kuat! Kim Jong Un Dukung Rusia Tanpa Syarat di Ukraina

    Putin Makin Kuat! Kim Jong Un Dukung Rusia Tanpa Syarat di Ukraina

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengatakan kepada Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov bahwa pihaknya siap mendukung Rusia tanpa syarat dalam perangnya di Ukraina. Hal ini disampaikan langsung pada saat bertemu di Wonsan, Korea Utara, Minggu (13/7/2025).

    Mengutip Reuters, Kim memberi tahu Lavrov bahwa langkah-langkah yang diambil oleh persekutuan antara dua negara dalam menanggapi geopolitik global yang berubah secara radikal akan berkontribusi besar dalam menjaga perdamaian dan keamanan di seluruh dunia.

    “Kim Jong Un menegaskan kembali bahwa DPRK (Republik Rakyat Demokratik Korea) siap mendukung dan mendorong tanpa syarat semua langkah yang diambil oleh kepemimpinan Rusia terkait penanggulangan akar penyebab krisis Ukraina,” lapor kantor berita pemerintah Korea Utara, KCNA.

    Lavrov sebelumnya telah mengadakan pembicaraan dengan mitranya dari Korea Utara, Choe Son Hui, di Wonsan. Mereka mengeluarkan pernyataan bersama yang menjanjikan dukungan untuk menjaga kedaulatan nasional dan integritas wilayah masing-masing negara.

    Pada hari Sabtu, media Rusia melaporkan bahwa Lavrov menggambarkan hubungan kedua negara sebagai “persaudaraan tempur yang tak terkalahkan” dalam pertemuannya dengan Kim dan berterima kasih kepadanya atas pasukan yang dikerahkan ke Rusia.

    Hubungan antara Rusia dan Korea Utara telah meningkat secara dramatis selama dua tahun terakhir perang di Ukraina, yang dimulai pada Februari 2022, dengan Pyongyang mengerahkan lebih dari 10.000 tentara dan senjata ke Rusia untuk mendukung kampanye militer Moskow.

    Pada hari Minggu, badan intelijen Kementerian Pertahanan Korea Selatan melaporkan kepada parlemen bahwa Korea Utara terus memasok amunisi artileri ke Rusia dan sejauh ini telah mengirimkan sekitar 12 juta butir amunisi.

    (tps/tps)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Kim Jong Un Tawarkan Dukungan Penuh ke Rusia terkait Perang Ukraina

    Kim Jong Un Tawarkan Dukungan Penuh ke Rusia terkait Perang Ukraina

    Jakarta – Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, bertemu dengan Pemimpin Korea Utara (Korut), Kim Jong Un, di Korut. Kim Jong un menawarkan dukungan penuh kepada Moskow terkait perang di Ukraina.

    Hal itu disampaikan Kim Jong Un selama perundingan dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov, dilaporkan media pemerintah Korut, KCNA dilansir AFP, Minggu (13/7/2025).

    Pertemuan Kim dan Lavrov dilakukan pada Sabtu dalam “suasana yang penuh dengan rasa saling percaya yang hangat,”, demikian lapor kantor berita KCNA.

    Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Rusia melalui Telegram mengunggah video yang memperlihatkan Lavrov dan Kim Jong un berjabat tangan dan saling berpelukan. Keduanya mengatakan bahwa perundingan tersebut diadakan di Wonsan, sebuah kota di pesisir timur Korea Utara tempat sebuah resor besar dibuka awal bulan ini.

    Kim mengatakan kepada Lavrov bahwa Pyongyang “siap mendukung dan mendorong tanpa syarat semua langkah yang diambil oleh kepemimpinan Rusia terkait penanggulangan akar penyebab krisis Ukraina”, demikian lapor KCNA.

    “Keyakinan kuat bahwa tentara dan rakyat Rusia pasti akan meraih kemenangan dalam mencapai tujuan suci membela martabat dan kepentingan dasar negara,” tambah Kim Jong Un.

    Kim Jong Un juga memuji “kepemimpinan luar biasa” Putin dalam pertemuan itu.

    Lebih lanjut, keduanya juga membahas “hal-hal penting untuk melaksanakan dengan komitmen kesepakatan yang dicapai pada pertemuan puncak bersejarah DPRK-Rusia pada Juni 2024”, demikian KCNA.

    Sementara itu, Lavrov menyampaikan kepada Kim, bahwa Putin “berharap untuk melanjutkan kontak langsung dalam waktu dekat”, menurut kantor berita milik pemerintah Rusia, TASS.

    Media pemerintah Rusia dan Korea Utara melaporkan bahwa Lavrov akan berada di Korut hingga Minggu.

    Kunjungan Lavrov ke Korea Utara merupakan yang terbaru dari serangkaian kunjungan tingkat tinggi oleh para pejabat tinggi Rusia seiring kedua negara mempererat hubungan militer dan politik di tengah serangan Rusia terhadap Kyiv.

    Pyongyang mengirim ribuan pasukan ke wilayah Kursk Rusia untuk mengusir pasukan Ukraina dan menyediakan peluru artileri serta rudal bagi tentara Rusia.

    Tonton juga video “Kim Jong Un Resmikan Wisata Pantai Megah di Korut, Tertarik Mampir?” di sini:

    (yld/knv)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Forum ASEAN Desak Negara Pemilik Nuklir Segera Lucuti Senjata

    Forum ASEAN Desak Negara Pemilik Nuklir Segera Lucuti Senjata

    JAKARTA – Pertemuan Forum Regional ASEAN (ASEAN Regional Forum/ARF) mendesak negara-negara pemilik senjata nuklir untuk memenuhi kewajiban mereka dalam memajukan perlucutan senjata nuklir dan mengakui perlunya penghapusan total senjata nuklir.

    ASEAN, bersama beberapa negara lain termasuk Amerika Serikat, dalam Forum Regional ASEAN ke-32 yang digelar di Kuala Lumpur, Malaysia, pada Jumat (11/7), menegaskan kembali pentingnya memperkuat kerja sama internasional dan regional dalam non-proliferasi nuklir, menurut pernyataan dari ketua pertemuan.

    ARF turut menegaskan kembali komitmen ASEAN untuk menjaga kawasan Asia Tenggara sebagai Zona Bebas Senjata Nuklir.

    Forum tersebut menekankan pentingnya memperkuat rasa saling percaya dan keyakinan serta menahan diri dalam melakukan aktivitas yang dapat memperumit atau meningkatkan eskalasi sengketa dan memengaruhi perdamaian dan stabilitas, serta menghindari tindakan yang dapat memperumit situasi di Laut China Selatan.

    Pertemuan itu juga menyampaikan keprihatinan mendalam atas eskalasi konflik dan situasi kemanusiaan di Myanmar, serta mengecam kekerasan yang terus berlanjut terhadap warga sipil dan fasilitas publik, sembari menyerukan semua pihak untuk segera mengambil langkah nyata untuk menghentikan kekerasan tanpa pandang bulu.

    Tak sampa di situ, ARF juga menekankan pentingnya melanjutkan dialog damai di antara semua pihak terkait untuk mewujudkan perdamaian dan stabilitas yang berkelanjutan di Semenanjung Korea yang bebas nuklir, sekaligus menyatakan keprihatinan mendalam atas meningkatnya uji coba rudal balistik antarbenua Korea Utara.

    Penghentian segera permusuhan dan keterlibatan serius dalam dialog sejati untuk penyelesaian damai konflik di Ukraina, turut dibahas dalam pertemuan itu.

    Dibahas pula gencatan senjata segera dan permanen di Gaza serta pembebasan segera dan tanpa syarat semua sandera, khususnya perempuan, anak-anak, orang sakit, dan lansia, sambil mengutuk semua serangan terhadap warga sipil dan infrastruktur sipil.

    Mereka juga menegaskan kembali dukungan jangka panjang terhadap hak-hak yang tidak dapat dicabut dari rakyat Palestina, termasuk hak untuk menentukan nasib sendiri dan tanah air mereka sendiri, serta menyerukan semua pihak untuk berupaya mencapai resolusi damai dengan tujuan mewujudkan solusi dua negara sesuai hukum internasional.

    Forum keamanan yang diperluas ini dihadiri oleh Amerika Serikat, China, Jepang, Korea Selatan, Korea Utara, dan Uni Eropa, serta negara-negara lain di Asia Selatan dan Pasifik selain anggota ASEAN.

    Pyongyang tidak menghadiri pertemuan tahun ini, untuk pertama kalinya sejak tahun 2000, menurut laporan Yonhap News.

  • Kim Jong Un Tawarkan Dukungan Penuh ke Rusia terkait Perang Ukraina

    Menlu Rusia Bertemu Kim Jong Un, Bahas Kerja Sama Militer-Konflik Ukraina

    Jakarta – Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, hari ini bertemu dengan Pemimpin Korea Utara (Korut), Kim Jong Un, di Korut. Keduanya membahas mengenai sejumlah isu, termasuk konflik Ukraina dan Rusia.

    “Lavrov disambut oleh Kim Jong Un,” tulis pernyataan Kementerian Luar Negeri Rusia di Telegram, dilansir AFP, Sabtu (12/7/2025).

    Pertemuan dengan Kim Jong Un merupakan bagian dari lawatan Lavrov di Korut. Dia dijadwalkan akan tinggal di Korut hingga 13 Juli mendatang.

    “Lavrov mengatakan kepada Kim bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin berharap untuk melanjutkan kontak langsung dalam waktu dekat,” menurut kantor berita negara Rusia, TASS.

    Kunjungan ini merupakan yang terbaru dari serangkaian kunjungan tingkat tinggi oleh para pejabat tinggi Moskow seiring kedua negara mempererat hubungan militer dan politik terkait serangan Rusia di Ukraina. Pyongyang mengirim ribuan pasukan ke wilayah Kursk Rusia untuk mengusir pasukan Kyiv dan memasok peluru artileri dan rudal kepada tentara Rusia.

    Sebelum bertemu Kim Jong Un, Lavrov telah bertemu dengan Menlu Korut, Choe Son Hui. Dalam pertemuan itu, pejabat Korut telah menegaskan dukungan penuh terhadap Rusia dalam konflik di Ukraina.

    “Kedua belah pihak menekankan tekad mereka untuk bersama-sama melawan aspirasi hegemoni para pemain ekstra-regional, yang menyebabkan meningkatnya ketegangan di Asia Timur Laut dan di seluruh kawasan Asia-Pasifik,” kata Kementerian Luar Negeri Rusia.

    Lavrov bertemu dengan mitranya di Wonsan, sebuah kota di pesisir timur negara itu, tempat sebuah resor besar dibuka awal bulan ini. Menjelang kunjungan tersebut, Rusia mengumumkan akan memulai penerbangan dua kali seminggu antara Moskow dan Pyongyang.

    (ygs/imk)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Lawan Rusia-China-Korut, Korsel-AS-Jepang Tiba-Tiba Bertemu di Seoul

    Lawan Rusia-China-Korut, Korsel-AS-Jepang Tiba-Tiba Bertemu di Seoul

    Jakarta, CNBC Indonesia – Para petinggi militer Korea Selatan (Korsel), Amerika Serikat (AS), dan Jepang menggelar pertemuan trilateral di Seoul pada Jumat (11/7/2025). Hal itu dilakukan untuk memperkuat kerja sama keamanan di tengah meningkatnya ketegangan kawasan, terutama terkait Korea Utara (Korut) dan China.

    Jenderal Dan Caine dari militer AS bertemu dengan Ketua Gabungan Kepala Staf Korsel Jenderal Kim Myung-soo, serta Kepala Staf Gabungan Jepang Jenderal Yoshihide Yoshida. Pertemuan ini merupakan bagian dari forum tahunan untuk membahas tantangan keamanan regional.

    Dalam pernyataan bersama, ketiga pejabat militer mengungkapkan kekhawatiran atas kerja sama militer antara Moskow dan Pyongyang, termasuk potensi alih teknologi militer dari Rusia ke Korut.

    “Kami mendesak Korea Utara untuk segera menghentikan semua aktivitas ilegal, termasuk dukungan militer terhadap Rusia,” demikian isi pernyataan tersebut, seperti dikutip AFP.

    Jenderal Caine juga menyoroti bahwa Korut an China tengah melakukan ekspansi militer dalam skala besar dengan ambisi yang jelas.

    “China dan Korea Utara sedang membangun kekuatan militer mereka secara belum pernah terjadi sebelumnya, dengan tujuan yang tegas untuk melanjutkan agenda masing-masing,” kata Caine.

    Ia mengatakan semua pihak harus sadar akan ancaman itu. Karenanya, perlu tekad, sikap proaktif, dan kemitraan inovatif untuk itu.

    Pada hari yang sama, ketiga negara juga menggelar latihan udara gabungan di wilayah udara sekitar Pulau Jeju, Korsel. Latihan itu melibatkan pesawat pengebom strategis AS, B-52H.

    AS saat ini menempatkan sekitar 28.500 personel militer di Korea Selatan. Meski kedua negara telah menyepakati pembagian biaya pasukan dalam perjanjian lima tahun yang dimulai 2024, mantan Presiden Donald Trump kembali melontarkan kritik.

    “(Korsel) membayar sangat sedikit untuk militer. Mereka seharusnya membayar untuk militer mereka sendiri,” kata Presiden AS Donald Trump, seperti dikutip sejumlah media.

    Ia bahkan mengancam akan mengenakan tarif 25% terhadap Korsel jika tidak tercapai kesepakatan dagang baru.

    (sef/sef)

    [Gambas:Video CNBC]