kab/kota: Pyongyang

  • Sentilan Korut ke Korsel yang Katanya Ingin Baikan

    Sentilan Korut ke Korsel yang Katanya Ingin Baikan

    Jakarta

    Wacana normalisasi hubungan dua negara bersaudara di Semenanjung Korea masih terbilang jauh. Pasalnya, Korea Utara (Korut) mengecam Korea Selatan (Korsel) dengan anggapan bermuka dua karena menggelar latihan militer gabungan dengan Amerika Serikat (AS).

    Korut menilai kepemimpinan Korsel memiliki karakter ganda. Alasannya Korsel mengupayakan pendekatan diplomatik dengan Pyongyang, sekaligus latihan militer bareng dengan AS.

    Dilansir AFP, Rabu (20/8), sentilan itu dilontarkan oleh Kim Yo Jong, adik perempuan dari pemimpin Korut Kim Jong Un, saat Seoul dan Washington memulai latihan gabungan tahunan pada Senin (18/8) waktu setempat.

    “Latihan militer gabungan terkini (Korea Selatan), yang kembali dilakukan dengan kedok isyarat rekonsiliasi, melibatkan peninjauan rencana operasional baru yang bertujuan untuk segera menghapus kemampuan nuklir dan rudal kami,” kata Kim Yo Jong seperti dikutip kantor berita resmi Korean Central News Agency (KCNA).

    Latihan gabungan itu, sebut Kim Yo Jong, juga mengungkapkan niat Seoul untuk memperluas “serangan ke wilayah republik kami”.

    “Ini adalah bagian yang dengan jelas menunjukkan karakter ganda dari otoritas Seoul, yang bermuka dua di balik layar,” cetusnya, merujuk pada Presiden Korsel Lee Jae Myung dan pemerintahannya.

    Korut Tak Ingin Perbaiki Hubungan

    Pada pekan lalu, militer Korsel menyatakan Pyongyang telah mencopot pengeras suara propaganda di sepanjang perbatasan dalam upaya perbaikan hubungan. Membantah, Korut menegaskan tidak akan pernah mencopot pengeras suara itu.

    “Kami tidak pernah mencopot pengeras suara yang terpasang di wilayah perbatasan dan tidak bersedia mencopotnya,” kata Kim Yo Jong, adik perempuan penguasa Korea Utara Kim Jong Un, sebagaimana laporan KCNA yang dilansir AFP, Kamis (14/8).

    Namun, Kim Yo Jong menegaskan upaya Korsel untuk ‘meredakan ketegangan’ antara Korut dan Korsel melalui kabar penyingkiran pengeras suara propaganda di sisi perbatasan adalah sia-sia. Dia mengatakan hubungan Korut dan Korsel akan tetap seperti ini di masa mendatang.

    Kim Jong Un meminta tentara Korut mempersiapkan diri untuk perang. (AFP)

    “Baru-baru ini, Korea Selatan telah mencoba menyesatkan opini publik dengan mengatakan bahwa ‘tindakan niat baik’ dan ‘kebijakan peredaan’-nya mendapat respons, serta menciptakan opini publik bahwa hubungan DPRK-Korea Selatan sedang ‘dipulihkan’,” katanya.

    “Kami telah mengklarifikasi pada beberapa kesempatan bahwa kami tidak memiliki keinginan untuk memperbaiki hubungan dengan Korea Selatan, dan pendirian serta sudut pandang yang konklusif ini akan ditetapkan dalam konstitusi kami di masa mendatang,” sambungnya.

    Sejak terpilih pada Juni lalu, Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung telah berjanji untuk mendekati Korea Utara yang bersenjata nuklir dan mengupayakan dialog tanpa prasyarat, hal berbeda dari pendahulunya yang keras kepala.

    Kata Presiden Korsel soal Korut Ogah Baikan

    Presiden Lee Jae Myung berjanji untuk menghormati sistem politik Korut. Lee juga bertekad untuk membangun kepercayaan militer antara Seoul dan Pyongyang.

    Janji tersebut, seperti dilansir AFP, Jumat (15/8), disampaikan Lee sehari setelah Korut menyatakan mereka tidak berminat untuk memperbaiki hubungan dengan Korsel, negara tetangganya.

    Lee telah berjanji untuk membangun hubungan dengan Korut dan mengupayakan dialog tanpa prasyarat sejak terpilih menjadi Presiden Korsel pada Juni lalu. Langkah ini berkebalikan dengan kebijakan pendahulunya, mantan Presiden Yoon Suk Yeol, yang agresif.

    Presiden Korsel Lee Jae-myung dan istrinya Kim Hye-kyung. (REUTERS/Lee Jin-man)

    Berbicara dalam acara peringatan pembebasan Korsel dari penjajahan Jepang, Lee mengatakan bahwa pemerintah Korsel “akan mengambil langkah-langkah konsisten untuk secara substansial mengurangi ketegangan dan memulihkan kepercayaan” dengan Korut.

    Peringatan pembebasan Korsel dari Jepang yang jatuh pada 15 Agustus ini, menurut Institut Nasional untuk Pendidikan Unifikasi Seoul, menjadi satu-satunya hari libur umum yang dirayakan di Korut dan Korsel.

    “Kami menegaskan rasa hormat kami terhadap sistem Korea Utara saat ini,” kata Lee, sembari menambahkan bahwa Seoul “tidak berniat melakukan tindakan-tindakan permusuhan”.

    “Saya berharap Korea Utara akan membalas upaya kami untuk memulihkan kembali kepercayaan dan menghidupkan kembali dialog,” ucapnya.

    Halaman 2 dari 3

    (rfs/lir)

  • Kim Jong Un Serukan Peningkatan Kemampuan Senjata Nuklir Korut!

    Kim Jong Un Serukan Peningkatan Kemampuan Senjata Nuklir Korut!

    Jakarta

    Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un menyerukan “perluasan cepat” kemampuan senjata nuklir negaranya. Dia pun menyinggung tentang latihan militer Amerika Serikat-Korea Selatan yang sedang berlangsung, yang menurutnya dapat “memicu perang”.

    “Hubungan militer AS-Korea Selatan yang semakin intensif dan aksi pamer kekuatan merupakan manifestasi paling jelas dari keinginan mereka untuk memicu perang,” kata Kim seperti dikutip kantor berita resmi Korut, KCNA, dilansir AFP, Selasa (19/8/2025).

    “Situasi yang ada saat ini mengharuskan kita untuk membuat perubahan radikal dan cepat dalam teori dan praktik militer yang ada serta perluasan nuklirisasi yang cepat,” ujarnya.

    Komentar tersebut disampaikan saat Kim melihat kapal perusak angkatan laut, Choe Hyon, pada hari Senin (18/8) dan menerima laporan tentang sistem persenjataan kapal perang tersebut.

    Ia menyatakan kepuasannya bahwa “tugas-tugas utama untuk menjadikan angkatan laut berteknologi tinggi dan bersenjata nuklir berjalan sesuai rencana” menjelang target penilaian pada bulan Oktober, demikian menurut KCNA.

    Diketahui bahwa Amerika Serikat dan Korea Selatan pada hari Senin (18/8) memulai latihan gabungan tahunan, yang bertujuan untuk mempersiapkan diri menghadapi potensi ancaman dari Korea Utara yang bersenjata nuklir.

    Latihan selama 11 hari tersebut mencakup “beberapa acara latihan tembak langsung berskala besar,” demikian pernyataan Angkatan Darat AS. Latihan gabungan itu disebut sebagai “latihan yang berorientasi pertahanan”.

    Sebelumnya, Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung pada hari Jumat lalu berjanji untuk “menghormati” sistem politik Korea Utara dan membangun “kepercayaan militer”. Ini disampaikannya sehari setelah Pyongyang mengatakan tidak berminat untuk memperbaiki hubungan dengan Seoul.

    Lee telah berjanji untuk mengupayakan dialog dengan Korea Utara tanpa prasyarat sejak terpilih pada bulan Juni, sebuah perubahan sikap dari presiden Korsel sebelumnya yang berpandangan keras.

    Pidato Lee disampaikan sehari setelah adik perempuan Kim Jong Un, Kim Yo Jong, mengatakan Korea Utara “tidak memiliki keinginan untuk memperbaiki hubungan” dengan Korea Selatan.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Kesaksian Pilu Pekerja Korea Utara Bagai Budak di Rusia

    Kesaksian Pilu Pekerja Korea Utara Bagai Budak di Rusia

    Jakarta

    Ribuan warga Korea Utara dikirim untuk bekerja seperti budak di Rusia. Mereka dibawa untuk mengatasi kekurangan tenaga kerja akibat invasi Rusia ke Ukraina yang masih berlangsung, seperti dilaporkan BBC.

    Bantuan Pyongyang kepada Moskow semula berupa penggunaan misil, peluru artileri, dan tentara untuk melawan Ukraina.

    Kini, banyaknya pria Rusia yang tewas, masih berperang, atau melarikan diri dari negara itu membuat Moskow makin bergantung pada pekerja Korea Utara, kata pejabat intelijen Korea Selatan pada BBC.

    Enam pekerja yang namanya diubah untuk menyamarkan identitasnya menggambarkan hari kerja yang melelahkan.

    Mereka bangun pukul enam pagi dan dipaksa bekerja membangun gedung apartemen hingga pukul dua pagi, dengan hanya dua hari libur setahun.

    Harapan para pekerja ini menerima pekerjaan ke Rusia karena dijanjikan upah yang besar ketimbang di kampung halamannya. Dengan hasil kerja itu, mereka ingin lepas dari kemiskinan, membeli rumah untuk keluarga, dan memulai usaha sekembalinya dari Rusia.

    Akan tetapi, rencana itu sirna. Pendapatan mereka langsung disetor ke Korea Utara dan kehidupan selama di Rusia sama tersiksanya. “Saya merasa seperti berada di kamp kerja paksa; penjara tanpa dinding,” katanya.

    Kerja paksa, lumpuh, hingga tak boleh ke rumah sakit

    Mereka menjelaskan bagaimana para pekerja tersebut dipaksa bekerja dalam kondisi yang “mengenaskan”, dan bagaimana otoritas Korea Utara memperketat kontrol atas para pekerja untuk mencegah mereka melarikan diri.

    Salah satu pekerja, Jin, mengatakan kepada BBC ketika tiba di bagian timur Rusia, dia dikawal dari bandara ke lokasi konstruksi oleh agen keamanan Korea Utara.

    Sepanjang perjalanan, ia diperintahkan untuk tidak berbicara dengan siapa pun atau melihat apa pun.

    “Dunia luar adalah musuh kita,” kata agen tersebut kepadanya.

    Dia langsung dipaksa bekerja membangun gedung apartemen bertingkat tinggi selama lebih dari 18 jam sehari, katanya.

    Seorang pekerja konstruksi lain, Tae, mengaku tangannya kaku, tidak bisa dibuka, dan lumpuh di pagi hari setelah pekerjaan hari sebelumnya.

    “Bangun tidur terasa menakutkan, menyadari bahwa kamu harus mengulang hari yang sama lagi,” kata Tae, yang berhasil melarikan diri dari Rusia tahun lalu.

    Pekerja lain, Chan, bercerita mereka akan dipukul oleh para pengawas saat kedapatan curi-curi tidur berdiri di siang hari. “Benar-benar seperti kita sedang mati,” kata pekerja lain, Chan.

    Kang Dong-wan, seorang profesor di Universitas Dong-A Korea Selatan yang telah berkali-kali bepergian ke Rusia untuk mewawancarai pekerja Korea Utara, mengungkapkan “kondisi yang mengerikan”.

    “Para pekerja terpapar situasi yang sangat berbahaya. Pada malam hari lampu dimatikan dan mereka bekerja dalam kegelapan, dengan sedikit peralatan keselamatan.”

    Para pekerja yang berhasil melarikan diri ini juga menceritakan para pekerja dikurung di lokasi konstruksi siang dan malam dan diawasi oleh agen dari departemen keamanan negara Korea Utara.

    Kim Jong Un telah mengirimkan senjata dan tentara kepada Vladimir Putin untuk berperang di Ukraina (Getty Images)

    Mereka tidur di dalam peti kemas yang kotor, sempit, dan dipenuhi serangga. Kadang mereka juga tidur di lantai blok apartemen yang belum selesai, dengan terpal ditarik di atas kusen pintu untuk menahan dingin.

    Seorang pekerja, Nam, mengatakan pernah jatuh empat meter dari lokasi konstruksinya dan “menghancurkan” wajahnya hingga membuatnya tidak bisa bekerja. Namun, atasan mereka tidak mengizinkannya meninggalkan lokasi untuk pergi ke rumah sakit.

    Sejak kapan pekerja Korea Utara masuk ke Rusia?

    Di masa lalu, puluhan ribu warga Korea Utara bekerja di Rusia dan menghasilkan jutaan poundsterling per tahun untuk pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, dan rezimnya yang kekurangan dana.

    Pada 2019, PBB melarang negara-negara menggunakan pekerja-pekerja Korut untuk memotong aliran dana Kim dan menghentikan pembangunan senjata nuklirnya, sehingga kebanyakan pekerja Korut dikirim pulang.

    Namun, menurut seorang pejabat intelijen Korea Selatan, tahun lalu lebih dari 10.000 pekerja dikirim ke Rusia. Bahkan rencananya lebih dari 50.000 pekerja akan dikirim dari Pyongyang.

    Artinya, pekerja Korea Utara saat ini “ada di setiap penjuru Rusia”, kata pejabat tersebut.

    Mayoritas bekerja di proyek konstruksi berskala besar. Sebagian lainnya ditugaskan ke pabrik pakaian dan pusat IT. Hal ini melanggar larangan PBB terkait penggunaan tenaga kerja Korea Utara.

    BBC

    Data pemerintah Rusia menunjukkan bahwa lebih dari 13.000 warga Korea Utara masuk ke negara tersebut pada tahun 2024, meningkat 12 kali lipat dibandingkan tahun sebelumnya.

    Hampir 8.000 di antaranya masuk dengan visa pelajar, tapi menurut pejabat intelijen dan para ahli, ini merupakan taktik yang digunakan Rusia untuk menghindari larangan PBB.

    Pada bulan Juni, pejabat Rusia senior, Sergei Shoigu, untuk pertama kalinya mengakui bahwa 5.000 warga Korea Utara akan dikirim untuk membangun kembali Kursk, wilayah Rusia yang sempat direbut oleh pasukan Ukraina tahun lalu.

    KCNABunga-bunga ini dikirimkan kepada Kim Jong Un oleh berbagai perusahaan konstruksi Rusia pada bulan April, menurut media pemerintah Korea Utara

    Pejabat Korea Selatan juga mengatakan “sangat mungkin” beberapa warga Korea Utara akan segera dikerahkan untuk bekerja pada proyek rekonstruksi di wilayah Ukraina yang diduduki Rusia.

    “Rusia saat ini mengalami kekurangan tenaga kerja yang parah, dan warga Korea Utara menawarkan solusi yang sempurna. Mereka murah, pekerja keras, dan tidak menimbulkan masalah,” kata Andrei Lankov, profesor di Universitas Kookmin di Seoul dan pakar terkemuka dalam hubungan Korea Utara-Rusia.

    Berharap hidup lebih baik

    Pekerjaan konstruksi di luar negeri ini sangat diminati di Korea Utara karena menjanjikan gaji yang lebih baik daripada pekerjaan di dalam negeri.

    Para pekerja pergi dengan harapan lepas dari kemiskinan, mampu membeli rumah untuk keluarga mereka, atau memulai usaha saat kembali. Hanya pria-pria terpilih yang berangkat meninggalkan keluarga setelah melalui seleksi ketat.

    Namun, sebagian besar penghasilan mereka langsung dikirim ke negara Korea Utara sebagai “biaya loyalitas”. Sisa penghasilan biasanya antara US$100-US$200 (Rp1,6 juta-Rp3,2 juta) per bulan dicatat dalam buku besar.

    Pekerja hanya menerima kumpulan sisa penghasilan ini saat kembali ke rumah. In taktik baru, kata para ahli, untuk mencegah mereka melarikan diri.

    Ketika para pekerja menyadari kenyataan kerja yang keras dan kurangnya upah, hal itu sangat menghancurkan.

    Tae mengatakan dia merasa “malu” ketika mengetahui bahwa pekerja konstruksi lain dari Asia Tengah dibayar lima kali lipat lebih banyak darinya untuk sepertiga pekerjaan.

    Pekerja Jin masih kesal ketika mengingat bagaimana pekerja lain menyebut mereka budak. “Kalian bukan manusia, hanya mesin yang bisa bicara,” mereka mengejek.

    Pada suatu saat, manajer Jin memberitahunya bahwa dia mungkin tidak akan menerima uang saat kembali ke Korea Utara karena negara membutuhkannya. Saat itulah dia memutuskan untuk mempertaruhkan nyawanya untuk melarikan diri.

    Tae memutuskan untuk kabur setelah menonton video YouTube yang menunjukkan seberapa besar gaji pekerja di Korea Selatan.

    Suatu malam, ia mengemas barang-barangnya ke dalam kantong plastik, menyembunyikan selimut di bawah seprai tempat tidurnya agar terlihat seolah-olah ia masih tidur, dan diam-diam keluar dari lokasi konstruksi.

    Ia memanggil taksi dan menempuh ribuan kilometer melintasi negara untuk bertemu dengan seorang pengacara yang membantu mengatur perjalanannya ke Seoul.

    Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah kecil pekerja berhasil merencanakan pelarian mereka menggunakan ponsel bekas yang dilarang. Mereka membelinya dengan menabung dari uang saku harian yang mereka terima untuk rokok dan alkohol.

    BBCSejumlah buruh berhasil melarikan diri dari Rusia selama perang dan mencapai Seoul.

    Dalam upaya untuk mencegah pelarian ini, beberapa sumber memberitahu otoritas Korea Utara kini memperketat pembatasan terhadap kebebasan pekerja yang sudah terbatas.

    Menurut Prof Kang dari Universitas Dong-A, salah satu cara rezim tersebut mencoba mengendalikan pekerja selama setahun terakhir adalah dengan memaksa mereka mengikuti pelatihan ideologis dan sesi kritik diri yang lebih sering. Selama pelatihan, mereka diwajibkan menyatakan loyalitas kepada Kim Jong Un dan mencatat kelemahan mereka.

    Kesempatan langka untuk meninggalkan lokasi konstruksi juga telah dikurangi. “Para pekerja dulu bisa keluar berkelompok sekali sebulan, tetapi belakangan ini perjalanan tersebut hampir tidak ada lagi,” tambah Prof Kang.

    Kim Seung-chul, seorang aktivis berbasis di Seoul yang membantu menyelamatkan pekerja Korea Utara dari Rusia, mengatakan bahwa perjalanan tersebut kini dikontrol lebih ketat.

    “Dulu mereka diizinkan keluar berpasangan, tetapi sejak 2023 mereka harus bepergian dalam kelompok lima orang dan diawasi lebih ketat.”

    Dalam situasi ini, semakin sedikit pekerja yang berhasil melarikan diri. Pemerintah Korea Selatan memberitahu jumlah warga Korea Utara yang berhasil keluar dari Rusia setiap tahun dan tiba di Seoul telah berkurang setengah sejak 2022 – dari sekitar 20 orang per tahun menjadi hanya 10 orang.

    Andrei Lankov, pakar hubungan Korea Utara-Rusia, mengatakan tindakan ini kemungkinan sebagai persiapan untuk kedatangan lebih banyak pekerja.

    “Para pekerja ini akan menjadi warisan abadi persahabatan Kim dan Putin selama perang,” katanya, sambil menjelaskan bahwa para pekerja akan terus datang setelah perang berakhir dan penempatan pasukan serta senjata dihentikan.

    Laporan tambahan oleh Jake Kwon dan Hosu Lee

    (ita/ita)

  • Korut Tak Minat Berbaikan, Presiden Korsel Bilang Gini

    Korut Tak Minat Berbaikan, Presiden Korsel Bilang Gini

    Seoul

    Presiden Korea Selatan (Korsel), Lee Jae Myung, berjanji untuk “menghormati” sistem politik Korea Utara (Korut). Lee juga bertekad untuk membangun “kepercayaan militer” antara Seoul dan Pyongyang.

    Janji tersebut, seperti dilansir AFP, Jumat (15/8/2025), disampaikan Lee sehari setelah Korut menyatakan mereka tidak berminat untuk memperbaiki hubungan dengan Korsel, negara tetangganya.

    Lee telah berjanji untuk membangun hubungan dengan Korut dan mengupayakan dialog tanpa prasyarat sejak terpilih menjadi Presiden Korsel pada Juni lalu. Langkah ini berkebalikan dengan kebijakan pendahulunya, mantan Presiden Yoon Suk Yeol, yang agresif.

    Berbicara dalam acara peringatan pembebasan Korsel dari penjajahan Jepang, Lee mengatakan bahwa pemerintah Korsel “akan mengambil langkah-langkah konsisten untuk secara substansial mengurangi ketegangan dan memulihkan kepercayaan” dengan Korut.

    Peringatan pembebasan Korsel dari Jepang yang jatuh pada 15 Agustus ini, menurut Institut Nasional untuk Pendidikan Unifikasi Seoul, menjadi satu-satunya hari libur umum yang dirayakan di Korut dan Korsel.

    “Kami menegaskan rasa hormat kami terhadap sistem Korea Utara saat ini,” kata Lee, sembari menambahkan bahwa Seoul “tidak berniat melakukan tindakan-tindakan permusuhan”.

    “Saya berharap Korea Utara akan membalas upaya kami untuk memulihkan kembali kepercayaan dan menghidupkan kembali dialog,” ucapnya.

    Pidato Lee itu disampaikan sehari setelah Kim Yo Jong, adik perempuan pemimpin Korut Kim Jong Un, mengatakan Pyongyang “tidak memiliki keinginan untuk memperbaiki hubungan” dengan Seoul.

    Dia juga membantah laporan yang menyebut Korut sedang mencopot pengeras suara atau speaker propaganda di perbatasan kedua negara.

    Militer Korsel mengatakan pada Juni lalu bahwa kedua negara telah menghentikan siaran propaganda di sepanjang zona demiliterisasi. Pekan lalu, militer Seoul menambahkan bahwa pihaknya mendeteksi pasukan Korut sedang mencopot pengeras suara yang ada di perbatasan.

    Lihat juga Video ‘Korsel Bongkar Pengeras Suara Anti-Korut di Perbatasan’:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Uluran Tangan Korsel Agar Baikan Ditepis Adik Kim Jong Un

    Uluran Tangan Korsel Agar Baikan Ditepis Adik Kim Jong Un

    Jakarta

    Uluran tangan Korea Selatan (Korsel) ditepis Korea Utara (Korut). Adik pimpinan Korut Kim Jong Un, Kim Yo Jong, bersikeras tidak mau berbaikan dengan tetangganya itu.

    Dirangkum detikcom dilansir kantor berita AFP, Kamis (14/8/2025), Korut dalam pernyataan barunya membantah laporan militer Korsel yang menyatakan Pyongyang telah mencopot pengeras suara propaganda di sepanjang perbatasan. Korut menegaskan tidak akan pernah mencopot pengeras suara itu.

    “Kami tidak pernah mencopot pengeras suara yang terpasang di wilayah perbatasan dan tidak bersedia mencopotnya,” kata Kim Yo Jong, adik perempuan penguasa Korea Utara Kim Jong Un, sebagaimana laporan KCNA.

    Namun, Kim Yo Jong menegaskan upaya Korsel untuk ‘meredakan ketegangan’ antara Korut dan Korsel melalui kabar penyingkiran pengeras suara propaganda di sisi perbatasan adalah sia-sia. Dia mengatakan hubungan Korut dan Korsel akan tetap seperti ini di masa mendatang.

    “Baru-baru ini, Korea Selatan telah mencoba menyesatkan opini publik dengan mengatakan bahwa ‘tindakan niat baik’ dan ‘kebijakan peredaan’-nya mendapat respons, serta menciptakan opini publik bahwa hubungan DPRK-Korea Selatan sedang ‘dipulihkan’,” katanya.

    “Kami telah mengklarifikasi pada beberapa kesempatan bahwa kami tidak memiliki keinginan untuk memperbaiki hubungan dengan Korea Selatan, dan pendirian serta sudut pandang yang konklusif ini akan ditetapkan dalam konstitusi kami di masa mendatang,” sambungnya.

    Diketahui, sejak terpilih pada Juni lalu, Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung telah berjanji untuk mendekati Korea Utara yang bersenjata nuklir dan mengupayakan dialog tanpa prasyarat, sebuah pembalikan dari pendahulunya yang keras kepala.

    Korea Selatan telah menyiarkan K-pop dan laporan berita dengan keras ke Korea Utara sebagai tanggapan terhadap Pyongyang yang menyiarkan suara-suara aneh dan meresahkan di sepanjang perbatasan yang telah menjadi gangguan besar bagi penduduk lokal Korea Selatan.

    Sebelumnya, militer Korsel beberapa waktu lalu melaporkan kedua negara telah menghentikan siaran propaganda di sepanjang zona demiliterisasi. Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengatakan pada 5 Agustus mereka telah mulai menyingkirkan pengeras suara dari sisi perbatasannya sebagai “langkah praktis yang bertujuan untuk membantu meredakan ketegangan dengan Korea Utara”.

    Mengenai pencopotan pengeras suara yang dilakukan Korsel itu, Kim Yo Jong mengaku tidak peduli. Dia menegaskan hubungan Korsel dan Korut tidak akan berubah.

    “Terlepas dari apakah Korea Selatan menarik pengeras suaranya atau tidak, menghentikan siaran atau tidak, menunda latihan militernya atau tidak, dan mengurangi skalanya atau tidak, kami tidak peduli dan tidak tertarik pada mereka,” kata Kim.

    “Saya yakin bahwa kebijakan Seoul terhadap DPRK tetap tidak berubah dan tidak akan pernah berubah,” imbuhnya.

    Kedua negara secara teknis masih berperang karena Perang Korea 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai.

    Simak juga Video: Korsel Copot Pengeras Suara Anti-Korut di Perbatasan, Ingin Baikan?

    Halaman 2 dari 3

    (whn/ygs)

  • Video: Korea Utara: Damai dengan Korea Selatan Hanya Mimpi Belaka

    Video: Korea Utara: Damai dengan Korea Selatan Hanya Mimpi Belaka

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kim Yo Jong, adik pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengatakan pada Kamis (14/8) bahwa Korut belum pernah mematikan pengeras suara propaganda dan tidak akan melakukannya.

    Kim Menegaskan keyakinan Korea Selatan bahwa Pyongyang merespons upaya perdamaiannya sebagai “mimpi belaka.”

  • Putin Telepon Kim Jong Un Sebelum Bertemu Trump, Bahas Apa?

    Putin Telepon Kim Jong Un Sebelum Bertemu Trump, Bahas Apa?

    Moskow

    Presiden Rusia, Vladimir Putin, melakukan percakapan telepon dengan pemimpin Korea Utara (Korut), Kim Jong Un, sebelum pertemuan dengan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, digelar di Alaska pada Jumat (15/8) mendatang. Apa yang dibahas keduanya?

    Kremlin atau kantor kepresidenan Rusia, seperti dilansir Reuters, Rabu (13/8/2025), mengungkapkan bahwa Putin memberikan informasi terbaru mengenai rencana pembicaraan antara dirinya dan Trump pekan ini.

    Kantor berita resmi Korut, Korean Central News Agency (KCNA), juga melaporkan soal percakapan telepon kedua pemimpin itu, namun tanpa menyebutkan soal rencana pertemuan Putin-Trump.

    Kim Jong Un dan Putin, menurut laporan KCNA, membahas perkembangan hubungan kedua negara di bawah perjanjian kemitraan strategis yang ditandatangani tahun lalu.

    Disebutkan oleh KCNA dalam laporannya bahwa kedua pemimpin “menegaskan tekad mereka untuk memperkuat kerja sama di masa depan”.

    Putin, sebut laporan KCNA, menyampaikan apresiasinya atas bantuan Korut dalam “membebaskan” wilayah Kursk di Rusia bagian barat dalam perang melawan Ukraina.

    Disebutkan juga bahwa Putin juga mengapresiasi “keberanian, kepahlawanan, dan semangat pengorbanan diri yang ditunjukkan oleh para personel Tentara Rakyat Korea” — nama resmi militer Korut.

    Berdasarkan laporan intelijen Korea Selatan (Korsel), Korut telah mengirimkan lebih dari 10.000 tentaranya untuk mendukung operasi militer Rusia di bagian barat wilayahnya dalam konflik dengan Ukraina.

    Laporan intelijen Seoul menambahkan bahwa Pyongyang diyakini sedang merencanakan pengerahan pasukan lainnya ke Rusia.

    Sementara itu, pertemuan puncak antara Trump dan Putin yang dijadwalkan pada Jumat (15/8) di Alaska akan membahas perang Ukraina yang berkecamuk sejak Februari 2022, yang dipicu oleh invasi skala besar oleh Moskow. Pertemuan itu menjadi bagian dari upaya Trump untuk mengakhiri perang tersebut.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Korut Kecam Keras Rencana Israel Kuasai Kota Gaza

    Korut Kecam Keras Rencana Israel Kuasai Kota Gaza

    Pyongyang

    Otoritas Korea Utara (Korut) mengecam keras rencana Israel menguasai Kota Gaza, Palestina. Korut menilai rencana tersebut melanggar hukum internasional.

    “‘Keputusan’ Kabinet Israel tentang pendudukan penuh Jalur Gaza, Palestina, merupakan tindakan yang jelas melanggar hukum internasional,” ujar seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri kepada Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) dilansir dari Aljazeera, Rabu (13/8/2025).

    Juru bicara tersebut mengatakan rencana ini “jelas menunjukkan niat jahat Israel untuk merebut wilayah Palestina yang diakui secara internasional”. Ia menekankan Gaza merupakan bagian tak terpisahkan dari wilayah Palestina.

    Korea Utara “dengan keras mengecam dan menolak tindakan kriminal Israel yang merebut wilayah tersebut, yang memperburuk krisis kemanusiaan di Jalur Gaza dan secara sewenang-wenang melanggar perdamaian dan stabilitas di kawasan Timur Tengah”.

    “Kami menuntut agar Israel segera menghentikan serangan bersenjata ilegal terhadap warga Palestina dan sepenuhnya menarik diri dari Jalur Gaza,” sambungnya.

    Kabinet keamanan Israel pekan lalu menyetujui rencana yang diusulkan oleh Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu agar militer Tel Aviv “mengambil alih kendali” atas Kota Gaza, kota terbesar di Jalur Gaza. Rencana itu disebut bertujuan untuk “mengalahkan” Hamas di Jalur Gaza.

    (isa/isa)

  • ‘Kiamat’ Baru Ancam Korsel: Pria Ini Nyusut, Bisa Kalah dari Korut

    ‘Kiamat’ Baru Ancam Korsel: Pria Ini Nyusut, Bisa Kalah dari Korut

    Jakarta, CNBC Indonesia – ‘Kiamat’ baru kini mengancam Korea Selatan (Korsel). Bukan karena petaka iklim melainkan populasi.

    Populasi pria usia wajib militer di negara itu yang rendah, berdampak pada militer di Negeri Ginseng. Militer Korsel menyusut 20% dalam enam tahun terakhir.

    Saat ini jumlah tentara adalah 450.000. Di 2000, angkanya mencapai 690.000.

    “Sebagian besar disebabkan oleh penurunan tajam populasi pria usia wajib militer di negara dengan angka kelahiran terendah di dunia,” tulis sebuah laporan Kementerian Pertahanan Korsel akhir pekan kemarin, dimuat Reuters, Senin (11/8/2025).

    “Penurunan drastis jumlah pria yang tersedia untuk dinas militer juga menyebabkan kekurangan jumlah perwira dan dapat mengakibatkan kesulitan operasional jika terus berlanjut,” tambah laporan itu.

    Menurut data pemerintah, dalam periode antara 2019 dan 2025, populasi pria berusia 20 tahun menurun 30% menjadi 230.000 jiwa. Di Korsel, ini adalah usia ketika sebagian besar pria yang lulus pemeriksaan fisik mendaftar untuk dinas militer, dengan durasi 18 bulan.

    Militer Korsel masih kekurangan 50.000 tentara dari jumlah yang memadai untuk menjaga kesiapan pertahanan. Apalagi negeri itu masih dalam status perang dengan Korea Utara (Korut).

    Sekitar 21.000 dari kekurangan tersebut terdapat pada jajaran bintara. Perlu diketahui Korsel sendiri adalah salah satu negara dengan masyarakat dengan tingkat penuaan tercepat di dunia dan memiliki tingkat kesuburan terendah di dunia, yaitu 0,75 pada tahun 2024, yang menunjukkan jumlah rata-rata bayi yang diharapkan dimiliki seorang perempuan selama masa reproduksinya.

    Sementara itu, angka yang berbeda terlihat dari data Korut. Di mana Pyongyang memiliki militer aktif sekitar 1,2 juta jiwa, merujuk data militer tahun 2022.

    (sef/sef)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Pembelot Korut Nekat Berenang Lintasi Perbatasan Laut Demi Capai Korsel

    Pembelot Korut Nekat Berenang Lintasi Perbatasan Laut Demi Capai Korsel

    Seoul

    Seorang pembelot Korea Utara (Korut) nekat berenang melintasi perbatasan laut dengan Korea Selatan (Korsel). Sang pembelot Korut itu berhasil diselamatkan oleh militer Korsel dan kini dalam penahanan otoritas Seoul.

    Kepala Staf Gabungan Korsel (JCS) dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Kamis (7/8/2025), mengatakan bahwa seorang pembelot Korut itu berhasil berenang melintasi perbatasan maritim de-facto di lepas pantai barat Semenanjung Korea pada 30 Juli malam hari.

    Selama berenang, dia mengikatkan tubuhnya pada styrofoam yang mengapung.

    Perbatasan maritim itu dikenal sebagai Garis Batas Utara dan terkadang menjadi rute bagi para pembelot Korut yang nekat berenang ke Pulau Ganghwa yang ada di wilayah Korsel.

    Seorang pejabat militer Korsel, yang enggan disebut namanya, mengatakan kepada wartawan bahwa “militer mengidentifikasi invididu tersebut di dekat bagian utara batas tengah” perbatasan maritim kedua Korea.

    Menurut pejabat militer Korsel tersebut, pembelot Korut itu melambaikan tangan meminta bantuan dan mengatakan dirinya ingin membelot ke Korsel ketika ditanya oleh seorang perwira Angkatan Laut Korsel.

    Operasi penyelamatan pembelot Korut itu, menurut militer Seoul, memakan waktu sekitar 10 jam, dengan individu itu diselamatkan pada 31 Juli dini hari, sekitar pukul 04.00 waktu setempat.

    Kementerian Pertahanan Korsel menambahkan bahwa pembelot Korut itu kini dalam penahanan dan telah menyatakan keinginan untuk membelot.

    Pulau Ganghwa, yang terletak di barat laut Seoul, merupakan salah satu wilayah Korsel yang letaknya paling dekat dengan Korut, dengan beberapa bagian laut di sekitarnya hanya berjarak 10 kilometer dari perbatasan laut antara kedua negara.

    Puluhan ribu warga Korut telah melarikan diri ke wilayah Korsel sejak semenanjung tersebut terbagi akibat perang pada tahun 1950-an silam. Kebanyakan mereka yang kabur nekat melintasi jalur darat ke wilayah China terlebih dahulu, lalu memasuki negara ketiga seperti Thailand sebelum akhirnya tiba di Korsel.

    Pembelotan melintasi perbatasan darat antara kedua Korea relatif jarang terjadi, karena area tersebut diselimuti hutan lebat, dipenuhi ranjau, dan diawasi oleh pasukan militer kedua negara.

    Tonton juga Video: Pembelot Kirim Pesan Anti-Pyongyang-Flashdisk Isi Drakor ke Korut

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)