kab/kota: Pyongyang

  • Panas! AS dan Rusia Saling Tuding soal Korut-Ukraina di Rapat DK PBB

    Panas! AS dan Rusia Saling Tuding soal Korut-Ukraina di Rapat DK PBB

    New York

    Situasi pertemuan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) membahas soal perang di Ukraina berlangsung memanas, dengan Amerika Serikat (AS) dan Rusia saling melontarkan tudingan.

    Seperti dilansir Reuters, Rabu (7/2/2024), Washington menuding Moskow telah menembakkan setidaknya sembilan rudal yang dipasok Korea Utara (Korut) ke wilayah Ukraina. Sedangkan Rusia melabeli AS sebagai “kaki tangan langsung” dalam insiden jatuhnya pesawat angkut militer Moskow bulan lalu.

    Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia dan Wakil Duta Besar AS untuk PBB Robert Wood saling melontarkan tudingan tersebut dalam pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB membahas Ukraina yang digelar pada Selasa (6/2) waktu setempat. Rapat itu diusulkan oleh Moskow.

    “Sampai saat ini, Rusia telah meluncurkan rudal-rudal balistik yang dipasok DPRK terhadap wilayah Ukraina setidaknya sembilan kali,” sebut Wood dalam rapat Dewan Keamanan PBB yang dihadirinya 15 negara anggotanya. Dia menggunakan nama resmi Korut yakni Republik Demokratik Rakyat Korea.

    Rusia telah menginvasi Ukraina, negara tetangganya, selama dua tahun terakhir. Invasi itu semakin memperburuk hubungan antara Moskow dan Washington yang sudah sejak lama memburuk akibat berbagai konflik.

    “Rusia dan DPRK harus bertanggung jawab atas tindakan mereka, yang melemahkan kewajiban jangka panjang berdasarkan resolusi Dewan Keamanan PBB,” tegas Wood dalam pernyataannya.

    Baik Moskow maupun Pyongyang membantah tudingan Washington. Namun tahun lalu, kedua negara berjanji untuk saling memperdalam hubungan militer.

    Wakil Duta Besar AS untuk PBB Robert Wood Foto: REUTERS/Brendan McDermid/ File photo Purchase Licensing Rights

    Sebuah pesawat angkut militer Il-76 milik Angkatan Udara Rusia jatuh pada 24 Januari lalu di wilayah Rusia yang terletak dekat Ukraina. Moskow menyebut seluruh penumpang pesawat itu, totalnya 74 orang, tewas.

    Korban tewas itu termasuk 65 tentara Ukraina yang ditahan Rusia, dan dalam perjalanan ke lokasi pertukaran tahanan dengan tawanan perang Rusia saat insiden itu terjadi. Moskow menyalahkan Kyiv sebagai dalang yang menembak jatuh pesawat militer tersebut.

    Dalam forum yang sama, Nebenzia menyebut Washington turut terlibat dalam insiden tersebut.

    “Kami memiliki bukti tidak terbantahkan bahwa rudal permukaan-ke-udara Patriot digunakan untuk melancarkan serangan tersebut, sehingga tidak ada keraguan bahwa Washington juga merupakan kaki tangan dalam kejahatan ini,” tuding Nebenzia di hadapan forum Dewan Keamanan AS.

    Rudal Patriot merupakan senjata buatan AS yang dipasok ke Ukraina. Pekan lalu, para penyelidik Rusia menyebut pihaknya memiliki bukti yang menunjukkan militer Ukraina menembak jatuh pesawat angkut militer tersebut dengan rudal Patriot buatan AS.

    Rusia meminta Dewan Keamanan PBB menggelar pertemuan pada Selasa (6/2) waktu setempat, setelah menyebut Ukraina telah menewaskan sedikitnya 28 orang ketika menggunakan roket-roket yang dipasok negara-negara Barat untuk menyerang toko roti dan restoran di wilayah Ukraina bagian timur yang dikuasai Rusia.

    Diplomat senior Ukraina untuk PBB, Serhii Dvornyk, menuduh balik Rusia telah menyalahgunakan Dewan Keamanan PBB untuk “menyebarkan informasi palsu”.

    Dalam tanggapannya, Wood menyatakan AS tidak bisa memverifikasi informasi tersebut secara independen karena kurangnya pemberitaan media independen. Namun dia menyesalkan banyaknya korban sipil yang berjatuhan.

    “Yang jelas, Rusia adalah satu-satunya agresor dalam perang ini, dan satu-satunya yang bisa mengakhiri perang saat ini,” tegasnya.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Berulang Kali Pyongyang Pamer Kekuatan Perang

    Berulang Kali Pyongyang Pamer Kekuatan Perang

    Jakarta

    Pyongyang kembali memamerkan kekuatan perangnya. Korea Utara (Korut) diketahui kembali terdeteksi menembakkan sejumlah rudal jelajah dari wilayahnya, yang diarahkan ke perairan Laut Barat.

    Aktivitas peluncuran Pyongyang ini terdeteksi setelah pemimpin negara itu, Kim Jong Un, dilaporkan menginspeksi kapal perang. Inspeksi ini dilakukan sebagai upaya “peningkatan perang”.

    Dilansir AFP, Jumat (2/2/2024), peluncuran rudal jelajah Korut itu dilaporkan oleh Kepala Staf Gabungan militer Korea Selatan (Korsel) atau JCS dalam pernyataan terbaru. Disebutkan Seoul bahwa ada sejumlah rudal jelajah yang diluncurkan Pyongyang, namun jumlah pastinya tidak dijelaskan.

    “Militer mendeteksi beberapa rudal jelajah tak teridentifikasi ditembakkan sekitar pukul 11.00 waktu setempat,” sebut JCS dalam pernyataannya.

    Dilaporkan bahwa rudal-rudal jelajah itu ditembakkan ke arah lautan di lepas pantai barat Korut.

    JCS menambahkan bahwa militer Korsel telah meningkatkan pengawasan.

    “meningkatkan pengawasan melalui koordinasi erat dengan Amerika Serikat (AS)”.

    Tonton juga Video: 2 Remaja Korut Dihukum Kerja Paksa 12 Tahun gegara Nonton Drakor

    Dalam pernyataannya, JCS menyebut militer Korsel “memantau dengan cermat untuk tanda-tanda aktivitas tambahan” oleh militer Korut.

    Disebutkan juga Seoul sedang “menganalisis secara saksama” peluncuran terbaru Pyongyang tersebut.

    Peluncuran rudal jelajah pada Jumat (2/2) waktu setempat itu, menurut Reuters, menjadi aktivitas peluncuran keempat yang dilakukan Korut dalam sepekan terakhir.

    Pada Minggu (28/1) lalu, Kim Jong Un mengawasi peluncuran rudal rudal jelajah strategis jenis terbaru, yang bernama Pulhwasal-3-31, yang diklaim diluncurkan dari kapal selam Korut. Bulan ini, Pyongyang juga mengklaim telah menguji coba “sistem senjata nuklir bawah laut” dan rudal balistik hipersonik berbahan bakar solid.

    Berbeda dengan uji coba rudal balistik, pengujian rudal jelajah tidak dilarang berdasarkan sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang dijatuhkan terhadap Korut.

    Rudal jelajah cenderung bertenaga jet dan mengudara pada ketinggian yang lebih rendah dibandingkan rudal balistik yang lebih canggih, sehingga lebih sulit untuk dideteksi dan ditembak jatuh.

    simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya

    Sementara itu, para analisis memperingatkan bahwa Pyongyang mungkin menguji coba rudal jelajah sebelum mengirimkannya ke Rusia untuk digunakan dalam perang di Ukraina. AS dan Korsel sebelumnya mengklaim Kim Jong Un memasok senjata ke Moskow sebagai bagian dari kesepakatan terlarang, yang dilarang berdasarkan sanksi-sanksi PBB.

    Kim Jong Un Inspeksi Kapal Perang Saat Korut Tingkatkan Persiapan Perang

    Peluncuran rudal terbaru Korut itu dilakukan setelah Korean Central News Agency (KCNA) melaporkan bahwa Kim Jong Un menginspeksi kapal-kapal perang buatan Korut di galangan kapal Nampho. Inspeksi itu dilakukan setelah Kim Jong Un memerintahkan militernya untuk meningkatkan “persiapan perang”.

    “Memperkuat kekuatan Angkatan Laut merupakan isu paling penting dalam mempertahankan kedaulatan maritim negara dan meningkatkan persiapan perang saat ini,” tegas Kim Jong Un saat menginspeksi kapal perang Korut di galangan kapal Nampho, seperti dilaporkan KCNA.

    Kim Jong Un dalam beberapa pekan terakhir menyatakan Korsel sebagai “musuh utama” negaranya dan mengancam perang jika terjadi pelanggaran teritorial “bahkan untuk 0,001 mm” saja. Dia juga menghapus lembaga-lembaga yang berdedikasi untuk reunifikasi dan interaksi dengan Seoul.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Korut Lagi-lagi Tembakkan Rudal Jelajah, Korsel-AS Memantau

    Korut Lagi-lagi Tembakkan Rudal Jelajah, Korsel-AS Memantau

    Seoul

    Korea Utara (Korut) kembali menembakkan sejumlah rudal jelajah pada Selasa (30/1) waktu setempat. Rudal-rudal Pyongyang itu dilaporkan ditembakkan ke arah lepas pantai barat negara terisolasi tersebut.

    Seperti dilansir Reuters dan kantor berita Yonhap, Selasa (30/1/2024), Kepala Staf Gabungan militer Korea Selatan (JCS) melaporkan bahwa pihaknya mendeteksi aktivitas peluncuran terbaru Korut pada Selasa (30/1) pagi, sekitar pukul 07.00 waktu setempat.

    Tidak disebutkan lebih lanjut soal jumlah rudal yang diluncurkan Pyongyang. Hanya disebutkan bahwa rudal-rudal itu ditembakkan ke arah lepas pantai barat Korut.

    Otoritas intelijen Korsel dan sekutunya, Amerika Serikat (AS), memantau situasi dengan cermat dan menganalisis detail aktivitas peluncuran Korut tersebut.

    “Sembari memperkuat pemantauan dan kewaspadaan, militer kami telah berkoordinasi erat dengan Amerika Serikat untuk memantau tanda-tanda tambahan dari provokasi Korea Utara,” sebut JCS dalam pernyataannya kepada wartawan setempat.

    Peluncuran itu menjadi uji coba rudal jelajah ketiga yang dilakukan Korut dalam waktu kurang dari sepekan terakhir.

    Peluncuran rudal terbaru Korut itu dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan di Semenanjung Korea, juga menyusul rentetan rudal jelajah lainnya yang ditembakkan oleh Pyongyang ke arah lepas pantai timurnya pada Minggu (28/1) waktu setempat.

    Saksikan juga ‘Saat Tutup Rapat Pintu Rekonsiliasi Kim Jong Un untuk Korsel’:

    Korut menggelar uji coba rudal jelajah yang diluncurkan dari kapal selam (SLCM), yang disebut rudal “Pulhwasal-3-31” pada Minggu (28/1) waktu setempat, dengan diawasi langsung oleh pemimpin negara tersebut, Kim Jong Un.

    Pekan lalu atau tepatnya pada Rabu (24/1) lalu, menurut laporan Korean Central News Agency (KCNA), Pyongyang meluncurkan rudal-rudal jelajah Pulhwasal-3-31 yang disebut sebagai senjata “strategis’ — sebutan yang biasanya mengacu pada senjata berkemampuan nuklir.

    Para pejabat militer Korsel meyakini bahwa rentetan uji coba rudal jelajah itu dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja sistem persenjataan baru tersebut.

    Korut mengklaim pada saat itu bahwa rudal Pulhwasal-3-31 yang diluncurkan dari kapal selam itu mampu mengudara selama dua jam pada Minggu (28/1) dan mengenai target yang ditentukan. Namun militer Korsel berspekulasi bahwa Korut mungkin melebih-lebihkan waktu terbang rudal tersebut.

    “Waktu terbang rudal jelajah yang diluncurkan hari ini, mengudara lebih lama dibandingkan dengan yang diluncurkan pada 28 Januari, yang diyakini terbang pada jarak normal,” sebut seorang pejabat JCS yang enggan disebut namanya.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Korut Hancurkan Monumen Simbol Persatuan dengan Korsel

    Korut Hancurkan Monumen Simbol Persatuan dengan Korsel

    Pyongyang

    Korea Utara (Korut) menghancurkan monumen besar di ibu kota Pyongyang yang menyimbolkan tujuan rekonsiliasi dengan Korea Selatan (Korsel). Penghancuran monumen itu dilakukan atas perintah langsung pemimpin Korut, Kim Jong Un, yang pekan lalu menegaskan reunifikasi kedua Korea tidak mungkin dilakukan.

    Seperti dilansir Reuters, Rabu (24/1/2024), laporan terbaru NK News menyebut bahwa citra satelit ibu kota Pyongyang yang diambil pada Selasa (23/1) waktu setempat menunjukkan monumen, yang secara resmi disebut Monumen Tiga Piagam Reunifikasi Nasional, itu sudah tidak ada lagi.

    Monumen yang berbentuk lengkungan menjulang ke udara itu melambangkan harapan untuk reunifikasi kedua Korea. Monumen yang secara tidak resmi disebut sebagai “Gapura Reunifikasi” itu, selesai dibangun setelah pertemuan puncak antara Pyongyang dan Seoul tahun 2000 lalu.

    Menurut catatan pemerintah Korsel, monumen setinggi 30 meter itu menyimbolkan tiga piagam, yaitu kemandirian, perdamaian, dan kerja sama nasional.

    Reuters tidak bisa mengonfirmasi secara independen soal laporan penghancuran monumen tersebut.

    Kim Jong Un, dalam pidatonya di hadapan Majelis Rakyat Tertinggi pada 15 Januari lalu, menyebut monumen itu “merusak pemandangan”.

    Dalam pidato yang sama, Kim Jong Un memerintahkan amandemen konstitusi untuk menyebut Korsel sebagai “musuh utama”.

    Saksikan juga ‘Tutup Rapat Pintu Rekonsiliasi Kim Jong Un untuk Korsel’:

    Ketegangan semakin meningkat di Semenanjung Korea menyusul intensifnya manuver militer yang dilakukan oleh Korsel dan sekutunya, Amerika Serikat (AS), dalam merespons uji coba senjata Korut, yang menyatakan sedang bersiap untuk “perang nuklir” dengan musuh-musuhnya.

    Presiden Korsel Yoon Suk Yeol yang menjabat sejak tahun 2022 lalu telah mengambil posisi keras terhadap Korut. Dia menyerukan respons segera yang tegas untuk tindakan militer Korut yang meningkatkan ketegangan di Semenanjung Korea.

    Pyongyang sendiri bersumpah untuk “memusnahkan” Seoul jika diserang oleh pasukan Korsel dan AS. Akhir tahun lalu, Korut menyatakan perjanjian penting yang ditandatangani dengan Korsel tahun 2018, yang bertujuan meredakan ketegangan militer, tidak lagi berlaku.

    Menyusul pidato Kim Jong Un pekan lalu, majelis rakyat Korut menghapuskan lembaga-lembaga penting pemerintah yang telah berperan penting dalam interaksi dengan Korsel selama beberapa dekade terakhir.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Para Pelarian dari Utara Mengaku Bahagia Berada di Korea Selatan

    Para Pelarian dari Utara Mengaku Bahagia Berada di Korea Selatan

    Jakarta

    Mayoritas pembelot Korea Utara merasa bahagia dengan kehidupan baru mereka di Korea Selatan, menurut sebuah studi baru. Kebebasan tampaknya menjadi faktor utama, bahkan lebih penting dari makanan cukup atau kesempatan kerja dan pendidikan.

    “Bagi saya, setiap bagian hidup saya lebih baik di Korea Selatan, dan saya percaya bahwa pembelot seperti saya yang tinggal di sini dan bekerja keras dapat mencapai apa pun yang mereka inginkan,” kata Kim Eujin, yang lari dari Korea Utara pada usia 21 tahun ke Korea Selatan pada 2007. Dia sekarang tinggal di Seoul.

    “Kita bisa belajar apa saja yang kita inginkan di universitas, kita tidak perlu khawatir tentang kekurangan makanan dan kita bisa bepergian – tapi menurut saya, bagi sebagian besar warga Korea Utara, hal yang paling kita nikmati adalah kebebasan,” katanya kepada DW.

    Pernyataannya didukung oleh studi tahunan terbaru yang dilakukan Korea Hana Foundation. Organisasi nirlaba yang berbasis di Seoul ini didirikan oleh Kementerian Unifikasi Korea Selatan pada tahun 2010 untuk membantu para pelarian menyesuaikan diri dengan kehidupan baru mereka di Korea Selatan.

    Lebih dari 30.000 warga Korea Utara melarikan diri ke Korea Selatan sejak tahun 1950an. Namun, Korea Selatan mencatat jumlah kedatangan yang jauh lebih sedikit dalam beberapa tahun terakhir dibandingkan sebelumnya. Hal ini karena rezim di Pyongyang memperkuat penjagaan perbatasannya untuk menghentikan warganya melarikan diri.

    ‘Bekerja keras, manfaatkan peluang’

    Korea Hana Foundation mewawancarai 2.500 pelarian Korea Utara yang tiba sejak Januari 1997. Para peneliti menemukan bahwa 79,3% persen dari mereka “merasa puas” dengan kehidupan barunya, naik dari 72,5% pada tahun 2018. Sekitar 41% responden mengaitkan kebahagiaan mereka dengan “kemampuan untuk hidup dalam kebebasan.”

    Studi itu juga menunjukkan bahwa semakin banyak pelarian yang mendapat pekerjaan, 65,3% diantaranya yang mempunyai pekerjaan – peningkatan besar sejak tahun 2011, ketika itu kurang dari separuhnya bekerja penuh waktu.

    Kim Eujin saat ini sedang mengerjakan tesis masternya yang berfokus pada kondisi ekonomi dan sosial perempuan Korea Utara yang menetap di Korea Selatan. Penelitiannya menunjukkan bahwa para perempuan itu sebagian besar lebih kaya secara ekonomi dibandingkan imigran dari negara-negara Asia Selatan yang menikah dengan pria Korea Selatan.

    “Ada lebih banyak bantuan yang tersedia dari pemerintah bagi orang-orang yang datang dari Korea Utara, termasuk kesempatan pendidikan dan bantuan untuk mencari tempat tinggal dan pekerjaan,” katanya.

    “Saya pikir.., jika Anda mau bekerja keras dan mengambil peluang, maka Anda bisa sukses di Korea Selatan dan mencapai impian Anda untuk kehidupan yang lebih baik,” tambahnya.

    Ada juga tantangan sehari-hari

    Lee Eunkoo, salah satu pendiri Freedom Speakers International, sebuah LSM yang berbasis di Seoul, yang membantu para pembelot belajar bahasa Inggris, mengatakan bahwa masyarakat Korea Utara yang dia ajak bicara memang menikmati tinggal di Korea Selatan. Namun, mereka juga menghadapi tantangan sehari-hari yang cukup berat.

    “Tentu saja hal ini bervariasi dari orang ke orang, tetapi warga Korea Utara yang saya kenal senang dengan bantuan dan dukungan yang mereka terima,” katanya. “Mereka mempunyai kebebasan dan mereka semua mengatakan bahwa hal itu sangat berarti bagi mereka. Namun sering kali, ada permasalahan yang lebih dalam,” tambahnya.

    “Bagi sebagian orang, mungkin sulit untuk menyesuaikan diri dengan masyarakat yang sangat berbeda. Bahasa bisa menjadi masalah karena ada perbedaan antara bahasa Korea yang digunakan di Utara dan di Selatan,” jelasnya. Selain itu, warga Korea Selatan bisa langsung mengenali orang yang datang dari Korea Utara karena aksen mereka atau frasa tertentu yang mereka gunakan.

    Para pelarian Korea Utara memang cenderung menjalin ikatan dengan orang-orang dari Korea Utara juga. Hal ini membuat mereka tidak dapat berintegrasi sepenuhnya, kata Lee. “Jadi, memang ada tantangannya, tapi saya berharap pemerintah akan menemukan lebih banyak cara untuk membantu orang-orang ini menetap di sini dan menjadi bahagia.”

    (hp/yf)

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Memanas! Kim Jong Un Umumkan Bye-bye Rekonsiliasi dengan Korsel

    Memanas! Kim Jong Un Umumkan Bye-bye Rekonsiliasi dengan Korsel

    Jakarta

    Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un mengumumkan negaranya tidak akan lagi mengupayakan rekonsiliasi dengan Korea Selatan (Korsel). Kim pun menyerukan penyusunan ulang konstitusi Korut untuk menghilangkan gagasan kenegaraan bersama antara dua Korea yang terpecah akibat perang itu.

    Langkah bersejarah untuk membatalkan upaya unifikasi yang telah berlangsung selama puluhan tahun ini, terjadi di tengah meningkatnya ketegangan di Semenanjung Korea.

    Media pemerintah Korut, KCNA, melaporkan, dalam pidatonya di sidang parlemen Korut, Majelis Rakyat Tertinggi pada Senin (15/1) waktu setempat, Kim menyalahkan Korea Selatan dan Amerika Serikat karena meningkatkan ketegangan di kawasan, dengan perluasan latihan militer gabungan mereka, pengerahan aset militer strategis AS, dan kerja sama keamanan trilateral dengan Jepang. Kim menyebut tindakan tersebut telah mengubah Semenanjung Korea menjadi zona risiko perang yang berbahaya.

    Dilansir Associated Press, Selasa (16/1/2024), Kim mengatakan bahwa mustahil bagi Korea Utara untuk melakukan rekonsiliasi dan reunifikasi secara damai dengan Korea Selatan, yang digambarkannya sebagai “antek kelas atas” dari kekuatan luar yang terobsesi dengan manuver konfrontatif.

    Dia pun menyerukan agar parlemen menulis ulang konstitusi Korea Utara untuk mendefinisikan Korea Selatan sebagai “musuh utama” bagi Korea Utara.

    Kim juga memerintahkan penghapusan simbol-simbol rekonsiliasi antar-Korea di masa lalu, untuk “sepenuhnya menghilangkan konsep-konsep seperti ‘reunifikasi’, ‘rekonsiliasi’ dan ‘saudara sebangsa’ dari sejarah nasional republik kita.”

    Kim Jong Un secara khusus menuntut pemotongan jalur kereta api lintas batas dan merobohkan sebuah monumen di Pyongyang untuk menghormati upaya reunifikasi, yang oleh Kim digambarkan sebagai hal yang merusak pemandangan.

    “Ini adalah kesimpulan akhir yang diambil dari sejarah pahit hubungan antar-Korea bahwa kita tidak bisa menempuh jalan pemulihan nasional dan reunifikasi bersama-sama,” katanya.

    Kim juga mengumumkan untuk membubarkan lembaga-lembaga penting pemerintah yang ditugaskan mengelola hubungan dengan Korea Selatan.

    “Komite Reunifikasi Damai Negara, Biro Kerja Sama Ekonomi Nasional dan Badan Pariwisata Internasional (Diamond Mountain), alat-alat yang ada untuk dialog, negosiasi dan kerja sama (Utara-Selatan), dihapuskan,” kata Majelis Rakyat Tertinggi dalam sebuah pernyataan.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Kim Jong Un Anggap Korsel Musuh Utama, Ancam Perang!

    Kim Jong Un Anggap Korsel Musuh Utama, Ancam Perang!

    Jakarta

    Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un menyerukan agar konstitusi negara itu diubah untuk memastikan bahwa Korea Selatan (Korsel) dipandang sebagai “musuh utama”. Dia pun mengingatkan bahwa negaranya tidak berniat menghindari perang jika hal itu terjadi.

    Dilansir Reuters dan The Star, Selasa (16/1/2024), media pemerintah Korut, KCNA melaporkan, dalam pidatonya di parlemen Korut, Majelis Rakyat Tertinggi pada Senin (15/1) waktu setempat, Kim mengatakan ia telah menyimpulkan bahwa unifikasi (penyatuan) dengan Korsel tidak lagi mungkin dilakukan. Dia pun menuduh Seoul berupaya untuk menumbangkan pemerintahannya.

    Kim mengatakan konstitusi harus diamandemen untuk mendidik warga Korea Utara bahwa Korea Selatan adalah “musuh utama” dan mendefinisikan wilayah Korea Utara sebagai wilayah yang terpisah dari Korea Selatan.

    “Kita tidak menginginkan perang tetapi kita tidak punya niat untuk menghindarinya,” kata Kim seperti dikutip KCNA.

    Kim menambahkan bahwa Korea Utara juga harus merencanakan untuk “menduduki, menundukkan, dan merebut kembali” Korea Selatan jika terjadi perang, dan warga Korea Selatan juga tidak boleh lagi disebut sebagai rekan senegaranya. Dia pun menyerukan pemutusan semua komunikasi antar-Korea dan penghancuran monumen reunifikasi di Pyongyang.

    Tiga organisasi yang menangani unifikasi dan pariwisata antar-Korea juga akan ditutup, demikian dilaporkan KCNA.

    Seruan Kim untuk melakukan perubahan konstitusi ini muncul seiring ketegangan semakin memburuk di Semenanjung Korea baru-baru ini. Ketegangan terjadi di tengah serangkaian uji coba rudal dan dorongan dari Pyongyang untuk menghentikan kebijakan yang telah berlaku selama beberapa dekade dan mengubah hubungannya dengan Korea Selatan.

    Sementara itu, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol, pada rapat kabinet, mengatakan Pyongyang bersikap “anti-nasional” karena menyebut Korea Selatan sebagai negara musuh.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Korsel Gelar Latihan Militer Usai Korut Tembakkan Ratusan Artileri

    Korsel Gelar Latihan Militer Usai Korut Tembakkan Ratusan Artileri

    Seoul

    Marinir Korea Selatan (Korsel) menggelar latihan tembak dengan peluru artileri di pulau perbatasan Yeonpyeong. Latihan militer itu digelar beberapa jam setelah Korea Utara (Korut) menembakkan ratusan peluru artileri ke dua pulau perbatasan, yang salah satunya Pulau Yeonpyeong.

    Seperti dilansir AFP, Jumat (5/1/2024), kantor berita Yonhap melaporkan bahwa pasukan militer dari Marinir Korsel menggelar “latihan tembak artileri langsung dengan howitzer self-propelled K9” di Pulau Yeonpyeong.

    Latihan itu menandai latihan militer pertama di pulau perbatasan tersebut sejak Korsel dan Korut membatalkan perjanjian militer pada November tahun lalu.

    Seoul memberikan reaksi keras terhadap aksi terbaru Pyongyang menembakkan lebih dari 200 peluru artileri ke dua pulau perbatasan, Pulau Baengnyeong dan Pulau Yeonpyeong, pada Jumat (5/1) pagi waktu setempat. Kedua pulau itu merupakan bagian wilayah Korsel yang ada di dekat perbatasan Korut.

    Kementerian Pertahanan Korsel menyebutnya sebagai “aksi provokatif yang mengancam perdamaian di Semenanjung Korea” dan mendesak Korut untuk “segera menghentikan aksi ini”.

    Seoul juga memperingatkan bahwa pihaknya akan mengambil “langkah-langkah yang tepat” sebagai respons atas aksi Pyongyang tersebut.

    Peluru-peluru artileri Korut itu jatuh ke zona penyangga di lautan, namun perintah evakuasi telah dikeluarkan untuk penduduk yang tinggal di pulau-pulau tersebut.

    Pejabat lokal Yeonpyeong mengatakan kepada AFP bahwa warga sipil telah diminta untuk mengungsi, dan menyebut perintah tersebut sebagai “tindakan pencegahan”. Para penduduk Pulau Baengnyeong juga telah diminta untuk mengungsi ke tempat aman.

    Korut terakhir kali menembakkan peluru artileri ke zona penyangga maritim di Laut Timur pada 6 Desember 2022. Sementara pada November 2010 lalu, Pyongyang menembakkan 170 peluru artileri ke pulau Yeonpyeong hingga menewaskan empat orang, termasuk dua warga sipil.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Korsel Geram Korut Tembakkan 200 Peluru Artileri: Aksi Provokatif!

    Korsel Geram Korut Tembakkan 200 Peluru Artileri: Aksi Provokatif!

    Seoul

    Pemerintah Korea Selatan (Korsel) memberikan reaksi keras atas aksi terbaru Korea Utara (Korut) menembakkan lebih dari 200 peluru artileri ke dua pulau perbatasan kedua negara. Seoul geram dan menyebut tindakan Pyongyang itu sebagai “aksi provokatif” dan menyerukannya untuk segera dihentikan.

    Seperti dilansir AFP, Jumat (5/1/2024), laporan pejabat Kementerian Pertahanan Korsel, yang enggan disebut namanya, menyebut lebih dari 200 tembakan artileti dilepaskan oleh militer Korut ke dekat dua pulau di sisi perbatasan Korsel pada Jumat (5/1) pagi waktu setempat.

    “Ini merupakan aksi provokatif yang mengancam perdamaian di Semenanjung Korea,” tegas Kementerian Pertahanan Korsel dalam pernyataannya.

    Lebih lanjut, Kementerian Pertahanan Korsel mendesak Korut untuk “segera menghentikan aksi ini”.

    Seoul juga memperingatkan bahwa pihaknya akan mengambil “langkah-langkah yang tepat” sebagai respons atas aksi Pyongyang tersebut.

    Sebelumnya, seorang pejabat Kementerian Pertahanan Korea Selatan dalam sebuah briefing melaporkan bahwa militer Korut menembakkan lebih dari 200 peluru artileri ke wilayah Jangsan-got di bagian utara Pulau Baengnyeong dan ke wilayah utara Pulau Yeonpyeong.

    Kedua pulau itu merupakan wilayah Korsel yang ada di dekat perbatasan Korut.

    Perintah evakuasi telah dikeluarkan untuk penduduk yang tinggal di pulau-pulau tersebut. Pejabat lokal Yeonpyeong mengatakan kepada AFP bahwa warga sipil telah diminta untuk mengungsi, dan menyebut perintah tersebut sebagai “tindakan pencegahan”.

    Pulau Yeonpyeong diketahui terletak di Laut Kuning, tepatnya sekitar 80 kilometer sebelah barat Incheon dan sekitar 12 kilometer sebelah selatan garis pantai Provinsi Hwanghae yang ada di Korut.

    Para penduduk Pulau Baengnyeong juga telah diminta untuk mengungsi ke tempat aman.

    Sejauh ini belum ada pernyataan resmi Korut soal aksinya menembakkan rentetan peluru artileri tersebut.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Panas! Korut Tembakkan 200 Peluru Artileri ke Dua Pulau Korsel

    Panas! Korut Tembakkan 200 Peluru Artileri ke Dua Pulau Korsel

    Jakarta

    Panas! Militer Korea Utara (Korut) menembakkan lebih dari 200 peluru artileri ke dekat dua pulau Korea Selatan (Korsel) pada hari Jumat (5/1). Perintah evakuasi pun dikeluarkan untuk penduduk di pulau-pulau tersebut.

    “Militer Korea Utara melakukan lebih dari 200 tembakan hari ini sekitar pukul 09:00 hingga 11:00 (1200 hingga 0200 GMT) di wilayah Jangsan-got di bagian utara Pulau Baengnyeong dan wilayah utara… Pulau Yeonpyeong,” kata seorang pejabat Kementerian Pertahanan Korea Selatan dalam sebuah briefing, seperti dilansir kantor berita AFP, Jumat (5/1/2024).

    Pejabat lokal Yeonpyeong mengatakan kepada AFP bahwa warga sipil telah diminta untuk mengungsi, dan menggambarkan perintah tersebut sebagai “tindakan pencegahan”.

    Pulau Yeonpyeong Korea Selatan terletak di Laut Kuning. Letaknya sekitar 80 kilometer sebelah barat Incheon dan 12 kilometer sebelah selatan garis pantai Provinsi Hwanghae, Korea Utara.

    Penduduk Pulau Baengnyeong juga telah diminta untuk mengungsi, kata pejabat setempat kepada AFP.

    “Kami sedang membuat pengumuman evakuasi saat ini,” kata seorang pejabat distrik setempat di Pulau Baengnyeong.

    Sebelumnya, Pyongyang menembakkan 170 peluru artileri ke pulau Yeonpyeong pada November 2010. Serangan itu menewaskan empat orang termasuk dua warga sipil dalam serangan Korea Utara pertama di wilayah sipil sejak Perang Korea tahun 1950-53.

    Hubungan antara kedua Korea tersebut berada pada titik terendah dalam beberapa dekade, setelah Kim menetapkan status negara tersebut sebagai negara bertenaga nuklir ke dalam konstitusi saat melakukan uji coba beberapa rudal balistik antar benua (ICBM) canggih.

    Pada pertemuan kebijakan penting Pyongyang di akhir tahun lalu, Kim memperingatkan akan adanya serangan nuklir di Korea Selatan dan menyerukan peningkatan persenjataan militer negara tersebut menjelang konflik bersenjata yang ia ingatkan dapat “terjadi kapan saja”.

    Pada tahun 2023, Korea Utara berhasil meluncurkan satelit pengintai, setelah menerima apa yang diklaim Seoul sebagai bantuan dari Rusia, sebagai imbalan atas pengiriman senjata untuk membantu perang Rusia di Ukraina.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini