kab/kota: Pyongyang

  • Kim Jong Un Nyatakan Dukungan Teguh untuk Putin

    Kim Jong Un Nyatakan Dukungan Teguh untuk Putin

    Pyongyang

    Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un menyatakan dukungan teguh dan solidaritas untuk Rusia dalam pesan terbaru yang berisi ucapan selamat kepada Presiden Vladimir Putin dalam rangka peringatan 79 tahun berakhirnya Perang Dunia II, atau yang disebut “Hari Kemenangan” oleh Moskow.

    Seperti dilansir Reuters, Kamis (9/5/2024), Rusia memperingati kemenangan Uni Soviet atas Nazi Jerman dalam Perang Dunia II silam pada Kamis (9/5) waktu setempat. Peringatan digelar saat hubungan antara Moskow dan negara-negara Barat semakin terjerumus ke dalam krisis akibat invasi ke Ukraina.

    “Saya menyatakan dukungan kuat dan solidaritas terhadap tujuan suci Rusia, mengharapkan Anda dan tentara Rusia yang pemberani dan rakyat Rusia akan meraih kemenangan baru dalam perjuangan mengalahkan kebijakan hegemoni imperialis,” tulis Kim Jong Un dalam suratnya kepada Putin, seperti dikutip kantor berita Korean Central News Agency (KCNA).

    Amerika Serikat (AS) negara-negara Barat lainnya menuduh Pyongyang mentransfer senjata ke Moskow untuk digunakan melawan Ukraina, yang mereka invasi sejak Februari 2022. Baik Rusia maupun Korut membantah tuduhan itu, namun sejak tahun lalu kedua negara berjanji memperdalam hubungan militer.

    Namun laporan pemantau sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kepada Dewan Keamanan PBB menyebut bahwa puing-puing dari rudal yang menghantam kota Kharkiv di Ukraina pada 2 Januari lalu berasal dari rudal balistik jenis Hwasong-11 buatan Korut.

    Pesan khusus dari Kim Jong Un itu disampaikan setelah Putin resmi dilantik kembali menjadi Presiden Rusia dalam seremoni mewah yang digelar di Kremlin pada Selasa (7/5) waktu setempat.

    Dengan pelantikan tersebut maka Putin resmi menjabat untuk enam tahun ke depan, dan memecahkan rekor masa jabatan kelima dengan kekuasaan yang lebih besar dari sebelumnya.

    Putin yang kini berusia 71 tahun ini telah memerintah Rusia sejak pergantian abad. Dia berkuasa baik sebagai Presiden atau Perdana Menteri (PM) Rusia sejak tahun 1999 silam.

    Putin mendapatkan mandat baru untuk menjabat Presiden Rusia selama enam tahun ke depan, setelah menang telak dalam pemilihan presiden (pilpres) yang digelar pada Maret lalu tanpa adanya oposisi.

    Masa jabatan kelima Putin dimulai sekitar dua tahun setelah dia memerintahkan pengerahan militer Rusia ke Ukraina, yang menuai kecaman dunia.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Senjata Korut Dipakai Rusia Serang Ukraina, Kenapa Temuan Ini Penting?

    Senjata Korut Dipakai Rusia Serang Ukraina, Kenapa Temuan Ini Penting?

    Jakarta

    Pada 2 Januari 2024, seorang peneliti senjata bernama Khrystyna Kimachuk mendapat kabar tentang rudal dengan bentuk tidak biasa menghantam sebuah gedung di Kota Kharkiv. Kimachuk menghubungi kontak-kontaknya di militer Ukraina supaya bisa memeriksanya secara langsung. Dalam waktu satu minggu, puing-puing misil yang remuk berserakan itu ada di hadapannya di lokasi yang aman di Kyiv.

    Perempuan muda itu mulai mempreteli puing-puing rudal dan memotret setiap serpihan termasuk baut-baut dan chip komputer yang lebih kecil dari kuku jarinya. Kimachuk langsung tahu rudal itu bukan buatan Rusia. Tapi, ada satu tantangan: bagaimana cara membuktikannya.

    Terkubur di antara tumpukan logam dan kabel yang menyeruak, mata Kimachuk tertuju pada sebaris aksara Korea. Dia kemudian menemukan detail lain yang lebih mencolok: cap 112 di bagian cangkang rudal. Di kalender Korea Utara, 112 merujuk tahun 2023.

    Kimachuk pun menyadari dirinya tengah melihat bukti pertama penggunaan senjata Korea Utara dalam invasi Ukraina.

    “Kami sudah dengar kalau mereka [Korea Utara] mengirim sejumlah senjata ke Rusia, tapi [sekarang] saya bisa melihatnya, memegangnya, dan menyelidikinya sebelumnya tidak ada yang bisa. Ini sungguh menarik,” ujar Kimachuk kepada saya.

    Sejak penemuan itu, militer Ukraina menyatakan puluhan rudal Korea Utara telah ditembakkan Rusia ke wilayah Ukraina. Senjata-senjata ini menewaskan setidaknya 24 orang dan melukai lebih dari 70 orang.

    Kim Jong Un baru-baru ini diyakini sedang bersiap memulai perang nuklir. Akan tetapi, ancaman yang lebih mendesak adalah Korea Utara kini mampu menyulut sejumlah perang yang sedang berlangsung serta mendorong ketidakstabilan global.

    Setelah semua puing rudal selesai dipotret dan ratusan komponen dianalisa, temuan mengejutkan baru bisa diperoleh.

    Dalam kasus rudal buatan Korea Utara yang ditembakkan ke Ukraina, Kimachuk mendapati bahwa rudal tersebut memiliki teknologi asing termutakhir. Sebagian besar perangkat elektronik diproduksi di AS dan Eropa dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan ada chip komputer AS yang dibuat pada Maret 2023.

    Ini artinya Korea Utara memperoleh komponen-komponen penting secara ilegal, menyelundupkannya ke wilayah Korut, merakitnya, dan mengirimnya ke Rusia secara diam-diam. Oleh Rusia, rudal buatan Korea Utara ini dikirim ke garis depan pertempuran lalu diluncurkan.

    Semuanya ini hanya memakan waktu beberapa bulan.

    “Ini adalah kejutan terbesar. Meski di bawah sanksi berat selama dua dekade, Korea Utara masih bisa mendapatkan apa yang diperlukan untuk memproduksi senjata, dalam waktu yang sungguh kilat,” tutur Damien Spleeters, wakil direktur CAR.

    BBC

    Di London, Joseph Byrne, pakar Korea Utara di lembaga kajian Royal United Services Institute (RUSI), juga terkesima akan temuan itu.

    “Tidak pernah terbersit di benak saya bahwa saya akan melihat rudal Korea Utara digunakan untuk membunuh orang-orang di daratan Eropa,” ujarnya.

    Baca juga:

    Byrne dan timnya di RUSI telah melacak pengiriman senjata Korea Utara ke Rusia semenjak Kim Jong Un bertemu dengan Vladimir Putin di Rusia pada September tahun lalu diduga guna menandatangani kesepakatan dalam bidang persenjataan.

    RUSI menggunakan foto-foto satelit untuk mengamati empat kapal kargo Rusia yang berjalan bolak-balik antara Korea Utara dan pelabuhan militer Rusia. Masing-masing kapal membawa ratusan kontainer sekali perjalanan.

    RUSI memperkirakan sebanyak 7.000 kontainer berisikan lebih dari satu juta amunisi dan roket grad – jenis yang dapat ditembakkan dari truk secara beruntun.

    Tinjauan ini didukung informasi intelijen AS, Inggris, dan Korea Selatan kendati Rusia dan Korea Utara membantah adanya perdagangan tersebut.

    BBC

    “Peluru dan roket ini termasuk yang paling dicari di dunia sekarang ini. Rusia menjadi mampu untuk terus menghancurkan kota-kota Ukraina pada saat AS dan Eropa ragu-ragu menentukan senjata apa yang akan mereka kirim,” ucap Byrne.

    Bagaimana Korut bisa memproduksi rudal?

    Yang paling menjadi perhatian Byrne dan kolega-koleganya adalah kehadiran rudal balistik Korea Utara di medan perang. Kenapa? Karena fakta ini mengungkap persenjataan Korea Utara.

    Sejak 1980-an, Korea Utara menjual senjatanya ke luar negeri kebanyakan ke negara-negara di Afrika Utara dan Timur Tengah, termasuk Libya, Suriah, dan Iran.

    Senjata Korea Utara cenderung berupa rudal tua ala Soviet dengan reputasi yang jelek. Terdapat bukti bahwa kelompok milisi Hamas kemungkinan menggunakan beberapa granat berpeluncur roket dari Pyongyang yang sudah uzur dalam serangan 7 Oktober silam.

    Namun, rudal yang ditembakkan pada 2 Januari 2024 yang dipreteli Khrystyna Kimachuk bisa dibilang merupakan rudal jarak dekat buatan Korut paling mutakhir Hwasong 11, yang mampu mencapai jarak 700 kilometer.

    Walaupun Ukraina meremehkan akurasi misil ini, Dr. Jeffrey Lewis, pakar senjata dan non-proliferasi Korea Utara di Middlebury Institute of International Studies, menyebut keakurasian rudal Korea Utara ini terlihat tidak jauh lebih buruk dibandingkan rudal buatan Rusia.

    Dr. Lewis mengatakan nilai plus rudal Korea Utara ini adalah harganya yang sangat murah. Ini artinya Rusia dapat membeli dan menembakkan lebih banyak rudal dengan harapan dapat melumpuhkan pertahanan udara Ukraina.

    BBC

    Pertanyaan selanjutnya adalah seberapa banyak Korea Utara bisa memproduksi rudal ini?

    Observasi pemerintahan Korea Selatan baru-baru ini menunjukkan Korea Utara telah mengirim 6.700 kontainer berisi amunisi ke Rusia. Lebih lanjut, Korea Selatan mengemukakan pabrik senjata Korea Utara beroperasi penuh.

    Dr. Lewis, yang telah mempelajari pabrik-pabrik ini melalui satelit, berpendapat Korea Utara dapat memproduksi beberapa ratus rudal per tahun.

    Damien Spleeters dan timnya di CAR yang masih tidak habis pikir atas temuan mereka kini berupaya mencari tahu bagaimana ini bisa terjadi mengingat perusahaan-perusahaan sudah dilarang menjual bahan baku dan suku cadang ke Korea Utara.

    Baca juga:

    Spleeters menjelaskan bahwa sebagian besar chip komputer pada senjata-senjata modern yang memandu senjata tersebut mencapai sasarannya adalah chip yang sama pada telepon genggam, mesin cuci, dan mobil.

    Chip-chip ini dijual di seluruh dunia dalam jumlah yang sangat besar. Produsen menjualnya ke distributor dalam jumlah miliaran, kemudian dijual lagi dalam jumlah jutaan. Artinya mereka seringkali tidak tahu ke mana produk mereka berujung.

    Sebagai penyelidik jaringan pengadaan Korea Utara, Byrne mengaku frustrasi begitu tahu seberapa banyak komponen rudal buatan Korut yang berasal dari Barat. Ini membuktikan bahwa jaringan Korea Utara lebih kuat dan efektif daripada yang disadarinya.

    Dari pengalaman Byrne, warga Korea Utara yang berbasis di luar negeri mendirikan perusahaan palsu di Hong Kong atau negara Asia Tengah lainnya untuk membeli komponen menggunakan uang tunai yang sebagian besar adalah hasil curian.

    Mereka kemudian mengirimnya ke Korea Utara, biasanya melalui perbatasan China. Jika sebuah perusahaan palsu ditemukan dan dikenai sanksi, perusahaan lain akan segera muncul menggantikannya.

    Sanksi sudah lama dipandang anggap sebagai alat yang tidak sempurna untuk memerangi jaringan ini. Meski begitu, supaya tetap bisa berfungsi, sanksi perlu diperbarui dan ditegakkan secara teratur.

    Baik Rusia maupun China menolak memberlakukan sanksi baru terhadap Korea Utara sejak 2017.

    Dengan membeli senjata buatan Korut, Moskow melanggar sanksi yang pernah mereka setujui sebagai anggota Dewan Keamanan PBB. Pada awal tahun ini, Rusia secara efektif membubarkan panel PBB yang memantau pelanggaran-pelanggaran sanksi kemungkinan untuk menghindari pengawasan.

    “Kita sedang menyaksikan runtuhnya sanksi PBB terhadap Korea Utara secara langsung ini memberi Pyongyang banyak ruang untuk bernapas,” ucap Byrne.

    Implikasi dari semua ini melampaui perang di Ukraina.

    “Pemenang sebenarnya di sini adalah Korea Utara”, ujar Byrne. “Korea Utara membantu Rusia secara signifikan, dan ini memberi mereka banyak pengaruh”.

    Pada bulan Maret, RUSI mendokumentasikan sejumlah besar minyak yang dikirim dari Rusia ke Korea Utara. Pada saat yang sama, gerbong kereta api yang diduga berisikan beras dan tepung terdeteksi melintasi perbatasan darat kedua negara.

    Kesepakatan yang diperkirakan bernilai ratusan juta pound ini tidak hanya akan meningkatkan ekonomi Pyongyang, tetapi juga sektor militernya.

    BBC

    Rusia juga bisa memasok Korea Utara dengan bahan baku supaya negara itu bisa terus membuat rudal atau bahkan peralatan militer seperti jet tempur. Yang paling ekstrem? Rusia bisa memberi bantuan teknis untuk meningkatkan senjata nuklir Korut.

    Selain itu, Korea Utara untuk pertama kali mendapat kesempatan untuk menguji rudal terbarunya dalam perang sungguhan. Dengan data berharga ini, ke depannya Korut bisa membuat rudal yang lebih baik.

    Pyongyang: Pemasok rudal utama?

    Yang lebih meresahkan adalah perang Ukraina seolah memberikan etalase bagi Korea Utara ke seluruh dunia.

    Setelah memproduksi senjata ini secara massal, Pyongyang tentu ingin menjualnya ke lebih banyak negara.

    Menurut Dr. Lewis, apabila rudal buatan Korut cukup bagus di mata Rusia, tentunya negara-negara lain bisa berpandangan sama apalagi Rusia sudah memberi contoh bahwa melanggar sanksi itu tidak apa-apa.

    Kim Jong Un hancurkan patung reunifikasi, mungkinkah Korut berperang dengan Korsel?

    Kisah anak muda Korsel yang ‘siap perang’ jika Korut menyerang

    Dr. Lewis memperkirakan ke depannya Korea Utara akan menjadi pemasok besar rudal ke negara-negara di blok China-Rusia-Iran.

    Setelah serangan Iran ke Israel bulan ini, AS mengatakan “sangat khawatir” bahwa Korea Utara bisa bekerja sama dengan Iran dalam program senjata nuklir dan balistiknya.

    “Saya melihat banyak wajah muram saat kita berbicara tentang masalah ini,” ujar Spleeters. “Tapi kabar baiknya adalah sekarang kita tahu betapa [Korea Utara] bergantung pada teknologi asing kita bisa melakukan sesuatu di sini.”

    Spleeters optimistis bahwa bekerja sama dengan pihak produsen dapat memutus rantai pasokan Korea Utara. Timnya sebelumnya sudah berhasil mengidentifikasi dan menutup sebuah jaringan ilegal sebelum jaringan tersebut menjual persenjataannya.

    Namun, Dr Lewis tidak yakin ini bisa dilakukan dalam konteks Korea Utara.

    “Kita bisa membuat prosesnya lebih sulit, lebih repot. Atau mungkin membuat biayanya lebih tinggi, tetapi semua ini tidak akan mencegah Korea Utara memproduksi senjata,” tutur Dr. Lewis.

    Dr. Lewis menambahkan bahwa Barat pada akhirnya gagal dalam upaya membendung negara itu.

    Selain itu, sambung dia, rudal-rudal Kim Jong Un sekarang tidak hanya menjadi sumber prestise dan kekuatan politik baginya, tetapi juga menghasilkan banyak uang.

    Kalau sudah begini, bagaimana mungkin Kim Jong Un menyia-nyiakannya?

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Intelijen Korsel Beberkan Rencana Korut Serang Kedutaannya

    Intelijen Korsel Beberkan Rencana Korut Serang Kedutaannya

    Seoul

    Badan intelijen Korea Selatan (Korsel) membeberkan rencana Korea Utara (Korut) untuk melancarkan serangan “teroris” menargetkan para pejabat diplomatik dan warga negara Korsel di luar negeri. Rencana serangan ini mendorong Seoul menaikkan level kewaspadaan pada misi diplomatiknya di sebanyak lima negara.

    Seperti dilansir AFP, Jumat (3/5/2024), Badan Intelijen Nasional (NIS) Korsel mengungkapkan bahwa pihaknya baru-baru ini “mendeteksi banyak tanda bahwa Korea Utara sedang mempersiapkan serangan teroris terhadap staf kedutaan atau warga negara kami di berbagai negara”.

    “Seperti China, Asia Tenggara, dan Timur Tengah,” sebut NIS dalam pernyataannya pada Jumat (3/5) waktu setempat.

    “Korea Utara telah mengirimkan agen-agennya ke negara-negara ini untuk memperluas pengintaian terhadap Kedutaan Besar Korea Selatan dan juga terlibat dalam aktivitas spesifik seperti mencari warga Korea Selatan yang berpotensi menjadi target teroris,” ungkap pernyataan NIS tersebut.

    Badan intelijen Korsel, dalam pernyataannya, menyebut hal itu tampaknya terkait dengan gelombang pembelotan warga elite Korut yang terjebak di luar negeri selama pandemi virus Corona (COVID-19), dan kini berusaha menghindari pulang ke negaranya setelah Pyongyang melonggarkan kontrol perbatasan yang ketat.

    Korut menganggap pembelotan sebagai tindak kejahatan serius dan diyakini telah memberikan hukuman berat kepada para pelanggar, keluarga mereka, dan bahkan orang-orang yang terkait insiden tersebut.

    Para pejabat Kedutaan Besar Korut, menurut laporan NIS, mungkin mengirimkan laporan palsu yang menyalahkan “faktor eksternal” atas pembelotan sukarela dari rekan-rekan mereka, dalam upaya menghindari hukuman.

    Akibatnya, sebut NIS, Pyongyang mungkin “merencanakan pembalasan” terhadap staf Kedutaan Besar Korsel dengan alasan seperti itu.

    Lihat juga Video ‘Korut Tembakkan Rudal Balistik ke Laut Jepang’:

    Dengan adanya informasi itu, maka Kementerian Luar Negeri Korsel mengumumkan pihaknya telah menaikkan status peringatan antiterorisme di sebanyak lima misi diplomatiknya di luar negeri, yakni Kedutaan Besar di Kamboja, Laos dan Vietnam, juga konsulat di Vladivostok, Rusia dan di Shenyang, China.

    Baik Seoul maupun Pyongyang sama-sama memiliki kedutaan besar atau konsulat di kelima lokasi tersebut.

    Menurut Kementerian Unifikasi di Seoul, Korut memiliki hubungan diplomatik dengan lebih dari 150 negara, namun jumlah misi diplomatik yang dijalankan di luar negeri telah menyusut sejak tahun 1990-an karena kendala keuangan.

    Akhir tahun lalu, Korut menutup beberapa kedutaannya termasuk di negara sekutu utamanya di Afrika, seperti Angola dan Uganda, serta di sejumlah negara mulai dari Spanyol hingga Hong Kong.

    Langkah itu dinilai oleh Seoul sebagai pertanda memburuknya kondisi perekonomian negara tersebut. Namun Pyongyang membela diri dengan menyebutnya sebagai perampingan birokrasi.

    Sementara itu, laporan Kementerian Unifikasi Seoul menyebut sebanyak 196 pembelot Korut tiba di wilayah Korsel sepanjang tahun lalu, dengan sekitar 10 pembelot di antaranya berasal dari kalangan elite Pyongyang seperti diplomat dan anak-anak mereka.

    Angka itu, menurut Seoul, merupakan yang tertinggi untuk jumlah pembelotan elite Korut ke Korsel sejak tahun 2017 lalu.

    Lihat juga Video ‘Korut Tembakkan Rudal Balistik ke Laut Jepang’:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Diawasi Kim Jong Un, Korut Uji Coba Roket Terbaru

    Diawasi Kim Jong Un, Korut Uji Coba Roket Terbaru

    Pyongyang

    Korea Utara (Korut) melakukan uji coba peluncuran roket multiple 240 mm yang diproduksi oleh unit industri pertahanan yang baru di negara tersebut. Peluncuran roket itu mendapatkan inspeksi langsung oleh pemimpin Korut Kim Jong Un.

    Seperti dilansir Reuters, Jumat (26/4/2024), aktivitas peluncuran terbaru Pyongyang yang digelar pada Kamis (25/4) waktu setempat itu diumumkan oleh kantor berita Korean Central News Agency (KCNA) dalam laporannya pada Jumat (26/4) waktu setempat.

    Laporan KCNA itu tidak menjelaskan lebih detail soal unit yang memproduksi artileri yang diuji coba.

    Namun Korut diyakini sedang meningkatkan produksi artilerinya di tengah tudingan yang dilontarkan Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel) bahwa negara terisolasi itu memasok persenjataan ke Rusia yang berperang melawan Ukraina dua tahun terakhir.

    Tudingan itu telah dibantah keras oleh Pyongyang dan Moskow.

    KCNA dalam laporannya mengklaim uji coba peluncuran yang digelar menunjukkan roket 240 mm itu memenuhi standar yang diperlukan untuk karakteristik dan akurasi penerbangan.

    Dalam inspeksinya, menurut laporan KCNA, Kim Jong Un mengatakan bahwa sistem peluncuran roket multiple 240 mm, yang menggabungkan teknologi baru, akan “membawa perubahan strategis dalam memperkuat kemampuan artileri militer kita”.

    Dalam laporan terpisah, KCNA menyebut Kim Jong Un juga mengunjungi Universitas Militer Kim Il Sung, yang diberi nama sesuai nama kakek Kim Jong Un yang juga pendiri Korut, untuk memperingati ulang tahun berdirinya tentara revolusioner — cikal bakal militer negara tersebut.

    Uji peluncuran roket yang diawasi Kim Jong Un itu diumumkan setelah Kim Yo Jong, adik perempuan sang pemimpin Korut, sesumbar mengatakan negaranya akan terus membangun kekuatan militer yang luar biasa dan paling kuat untuk melindungi kedaulatan negara, juga menjaga perdamaian regional.

    “Kami akan terus membangun kekuatan militer yang luar biasa dan paling kuat untuk menjaga kedaulatan, keamanan, dan perdamaian regional kami,” cetus Kim Yo Jong seperti dikutip KCNA.

    Komentar itu disampaikan Kim Yo Jong setelah militer AS dan Korsel menggelar rentetan latihan militer gabungan dengan skala dan intensitas yang lebih besar dalam beberapa bulan terakhir, berdasarkan tekad pemimpin kedua negara untuk meningkatkan kesiapan militer terhadap ancaman militer Korut.

    Menurut militer Korsel, sekitar 100 pesawat militer terlibat dalam latihan udara bersama yang berlangsung selama dua pekan sepanjang bulan ini.

    Pyongyang selalu menyebut latihan militer gabungan Washington dan Seoul sebagai persiapan perang nuklir untuk melawan negaranya. Namun AS dan Korsel menegaskan latihan gabungan mereka bersifat defensif dan dilakukan secara rutin untuk menjaga kesiapan militer.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Korut Bikin Lagu Khusus untuk Kim Jong Un, Liriknya Dipenuhi Pujian

    Korut Bikin Lagu Khusus untuk Kim Jong Un, Liriknya Dipenuhi Pujian

    Pyongyang

    Korea Utara (Korut) merilis lagu baru khusus untuk pemimpin mereka, Kim Jong Un. Lagu tersebut berisi pujian untuk Kim Jong Un yang disebut sebagai sosok “ayah yang ramah” dan “seorang pemimpin yang hebat”.

    Seperti dilansir Reuters, Sabtu (20/4/2024), dirilisnya lagu baru untuk pemimpin Korut itu tampaknya merupakan bagian dari upaya propaganda demi meningkatkan posisi Kim Jong Un di negara terisolasi tersebut.

    Lagu untuk Kim Jong Un itu dirilis lengkap dengan sebuah video musik yang ditayangkan oleh Korean Central Television yang dikuasai pemerintah Pyongyang pada Rabu (17/4) waktu setempat.

    Video musik itu menampilkan berbagai warga Korut dengan latar belakang berbeda-beda, mulai dari anak-anak hingga tentara dan staf medis yang tampak dengan penuh semangat menyanyikan lirik lagu untuk memuji Kim Jong Un tersebut.

    “Ayo bernyanyi, Kim Jong Un pemimpin besar,” demikian penggalan lirik lagu tersebut.

    “Mari kita pamer soal Kim Jong Un, seorang ayah yang ramah,” imbuh lirik lagu itu.

    Tidak hanya itu, lagu tersebut bahkan ditampilkan secara langsung dengan diiringi orkestra yang ditonton oleh Kim Jong Un, dan disiarkan oleh televisi pemerintah Korut sebagai bagian dari seremoni menandai selesainya pembangunan 10.000 rumah baru di negara tersebut.

    Dinasti keluarga Kim yang memerintah Korut sejak negara itu berdiri usai Perang Dunia II, berupaya memperkuat cengkeraman mereka pada kekuasaan dengan membangun kultus kepribadian di sekitar mereka.

    Dirilisnya lagu bertempo cepat dengan judul “Friendly Father” atau “Ayah yang Ramah” ini terjadi ketika media pemerintah Korut baru-baru ini mengganti nama yang digunakan untuk hari libur umum, yang memicu spekulasi bahwa langkah itu menjadi bagian dari upaya memperkuat posisi Kim Jong Un.

    Hari libur umum tahunan yang sebelumnya disebut sebagai “Hari Matahari” untuk memperingati kelahiran mendiang pendiri Korut Kim Il Sung, kini disebut sebagai “hari libur April” oleh media pemerintah. Sebutan baru itu dinilai lebih netral dibandingkan sebelumnya.

    Perubahan semacam itu, menurut pejabat Kementerian Unifikasi Korea Selatan (Korsel), dinilai sebagai upaya Kim Jong Un untuk berdiri sendiri tanpa bergantung pada pendahulunya.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Korut Uji Coba Hulu Ledak Super Besar untuk Rudal Strategis

    Korut Uji Coba Hulu Ledak Super Besar untuk Rudal Strategis

    Pyongyang

    Korea Utara (Korut) mengumumkan telah melakukan uji coba “hulu ledak super besar” yang dirancang untuk rudal jelajah strategis. Tidak hanya itu, Pyongyang juga meluncurkan rudal antipesawat jenis terbaru.

    “Otoritas Rudal DPRK telah melakukan uji kekuatan hulu ledak super besar yang dirancang untuk rudal jelajah strategis ‘Hwasal-1 Ra-3’,” demikian seperti dilaporkan kantor berita Korean Central News Agency (KCNA), seperti dilansir AFP, Sabtu (20/4/2024).

    DPRK merupakan kependekan dari Republik Demokratik Rakyat Korea, nama resmi Korut.

    Dilaporkan juga oleh KCNA bahwa Pyongyang juga melakukan uji peluncuran rudal antipesawat tipe baru ‘Pyoljji-1-2″ pada Jumat (19/4) sore waktu setempat. Uji peluncuran itu, sebut KCNA, digelar di Laut Barat Korea.

    KCNA dalam laporannya menyatakan bahwa “tujuan tertentu telah tercapai” melalui uji coba tersebut, namun tanpa memberikan rincian lebih lanjut.

    Kedua uji coba itu, menurut KCNA, merupakan bagian dari “aktivitas rutin pemerintah dan lembaga ilmu pertahanan yang berafiliasi dengannya”, merujuk pada operasional “sistem senjata tipe terbaru”.

    Ditambahkan juga bahwa uji coba tersebut “tidak ada hubungannya dengan situasi sekitar”.

    Awal April lalu, Korut mengklaim telah menguji coba rudal hipersonik berbahan bakar solid dengan jangkauan jarak menengah hingga jarak jauh. Media pemerintah Pyongyang merilis video yang disebut menunjukkan momen uji coba itu dengan diawasi langsung oleh pemimpin mereka, Kim Jong Un.

    Korut dihujani rentetan sanksi internasional sejak melakukan uji coba nuklir kedua tahun 2009 lalu. Namun pengembangan program nuklir dan persenjataan Pyongyang terus berlanjut.

    Sepanjang tahun ini, Korut yang memiliki senjata nuklir ini menyatakan Korea Selatan (Korsel) sebagai “musuh utama” dan membubarkan lembaga-lembaga yang berdedikasi untuk reunifikasi kedua Korea, serta mengancam perang jika terjadi pelanggaran teritorial “bahkan sebesar 0,001 mm” saja.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Bos Mata-mata Rusia Berkunjung ke Korut, Bahas Apa?

    Bos Mata-mata Rusia Berkunjung ke Korut, Bahas Apa?

    Jakarta

    Bos mata-mata Rusia mengunjungi Pyongyang, Korea Utara (Korut) awal pekan ini untuk membahas kerja sama keamanan. Kunjungan ini dilakukan seiring kedua sekutu tersebut memperdalam hubungan di tengah perang Moskow di Ukraina.

    Sergei Naryshkin, kepala dinas intelijen luar negeri Rusia, SVR bertemu dengan Menteri Keamanan Korea Utara Ri Chang Dae selama kunjungannya pada 25-27 Maret.

    Para pejabat membahas peningkatan kerja sama “untuk mengatasi tindakan mata-mata dan rencana kekuatan musuh yang terus meningkat,” kata kantor berita resmi Korut, KCNA dalam laporannya seperti dilansir AFP, Kamis (28/3/2024).

    Diketahui bahwa Rusia dan Korea Utara sama-sama terkena sanksi global — Moskow atas invasi mereka ke Ukraina, dan Pyongyang atas uji coba senjata nuklirnya.

    Pada bulan September tahun lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengadakan pertemuan di wilayah timur jauh Rusia. Dalam pertemuan itu, Kim menyatakan bahwa hubungan dengan Moskow adalah “prioritas nomor satu” negaranya.

    Amerika Serikat kemudian mengklaim Pyongyang mulai menyediakan senjata untuk Moskow.

    Sementara Korea Selatan menegaskan awal bulan ini, bahwa Korea Utara telah mengirimkan sekitar 7.000 kontainer senjata ke Rusia untuk perangnya dengan Ukraina sejak pengiriman dimulai sekitar bulan Juli lalu.

    Washington dan para ahli mengatakan bahwa sebagai imbalan pengiriman senjata tersebut, Pyongyang mencari berbagai bantuan militer, seperti teknologi satelit dan peningkatan peralatan militer era Uni Soviet.

    “Kedua belah pihak mencapai konsensus pandangan yang lengkap mengenai isu-isu yang dibahas dalam dua pembicaraan yang berlangsung dalam suasana bersahabat dan ramah,” kata laporan KCNA.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Korut Tembakkan Rudal Balistik saat Menlu AS Kunjungi Seoul

    Korut Tembakkan Rudal Balistik saat Menlu AS Kunjungi Seoul

    Jakarta

    Korea Utara menembakkan rudal balistik ke laut untuk pertama kalinya dalam dua bulan. Hal itu terjadi ketika Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengunjungi Seoul, Korea Selatan, untuk menghadiri konferensi yang diselenggarakan oleh Presiden Korsel Yoon Suk Yeol mengenai kemajuan demokrasi.

    Dilansir Reuters, Senin (18/3/2024) militer Korea Selatan mengatakan beberapa rudal jarak pendek ditembakkan dari wilayah selatan ibu kota Korea Utara, Pyongyang, dan mendarat di timur semenanjung Korea, hari ini. Pernyataan tersebut tidak memberikan rincian lebih lanjut dan mengatakan pihaknya berbagi informasi mengenai peluncuran tersebut dengan Amerika Serikat dan Jepang.

    Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengutuk peluncuran rudal balistik tersebut setelah penjaga pantai negaranya juga melaporkan penembakan yang tampaknya merupakan rudal balistik dan menyebutkan bahwa kapal tersebut telah mengakhiri penerbangannya.

    Jepang kemudian mengatakan bahwa mereka telah mendeteksi apa yang tampaknya merupakan peluncuran rudal balistik kedua oleh Korea Utara, dan keduanya berada di luar wilayah zona ekonomi eksklusifnya.

    “Serangkaian tindakan Korea Utara mengancam perdamaian dan keamanan kawasan kami dan komunitas internasional, dan benar-benar tidak dapat diterima,” kata Kishida, seraya menyebut peluncuran tersebut sebagai pelanggaran terhadap resolusi PBB.

    Militer Korea Utara telah melakukan latihan menggunakan senjata konvensional dalam beberapa pekan terakhir, sering kali diawasi secara pribadi oleh pemimpin Korut Kim Jong Un.

    Unjuk kekuatan yang dilakukan Pyongyang terjadi tepat setelah militer Korea Selatan dan Amerika Serikat menyelesaikan latihan militer gabungan tahunan skala besar selama 10 hari pada Kamis lalu.

    Diketahui, Blinken termasuk di antara pejabat senior dari seluruh dunia yang menghadiri konferensi KTT Demokrasi, yang dibuka pada hari Senin. Blinken juga akan bertemu dengan Menteri Luar Korsel, Cho Tae-yul.

    KTT ini merupakan inisiatif Presiden AS Joe Biden yang bertujuan untuk membahas cara-cara menghentikan kemunduran demokrasi dan erosi hak dan kebebasan di seluruh dunia.

    Dalam peluncuran balistik terakhirnya pada 14 Januari, Korea Utara menembakkan rudal hipersonik jarak menengah yang menggunakan bahan bakar padat untuk menguji mesin booster baru dan hulu ledak yang dapat bermanuver.

    Sebulan kemudian, Korut meluncurkan beberapa rudal jelajah di lepas pantai timurnya, termasuk yang dikatakan sebagai rudal anti-kapal baru.

    (yld/whn)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Putin Beri Hadiah Mobil Mewah untuk Kim Jong Un

    Putin Beri Hadiah Mobil Mewah untuk Kim Jong Un

    Pyongyang

    Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiahkan sebuah mobil mewah buatan Rusia kepada pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un. Pemberian Moskow ini berpotensi melanggar sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang dijatuhkan terhadap Pyongyang.

    Seperti dilansir AFP, Selasa (20/2/2024), pemberian mobil dari Putin kepada Kim Jong Un itu terjadi saat kedua negara memperkuat hubungan di berbagai bidang, mulai dari pariwisata hingga pertahanan. Korut diketahui semakin dekat dengan Rusia sejak Kim Jong Un mengunjungi Putin tahun lalu.

    Kantor berita resmi Korut, Korean Central News Agency (KCNA), menyebut hadiah mobil dari Putin itu dimaksudkan untuk “penggunaan pribadi” Kim Jong Un.

    “(Kim Jong Un) Diberi sebuah mobil buatan Rusia untuk penggunaan pribadinya oleh Vladimir Vladimirovich Putin, Presiden Federasi Rusia,” sebut KCNA dalam laporannya.

    Menurut KCNA, mobil buatan Rusia itu dikirimkan kepada ajudan top Kim Jong Un oleh pihak Rusia pada 18 Februari.

    Ucapan terima kasih, sebut KCNA, disampaikan kepada Putin oleh lewat Kim Yo Jong, adik perempuan Kim Jong Un.

    “(Kim Yo Jong) Dengan sopan menyampaikan rasa terima kasih Kim Jong Un kepada Putin, kepada pihak Rusia, menyebut hadiah itu berfungsi sebagai demonstrasi yang jelas dari hubungan pribadi yang khusus antara para pemimpin tertinggi,” demikian laporan KCNA.

    Lihat juga Video: 2 Remaja Korut Dihukum Kerja Paksa 12 Tahun gegara Nonton Drakor

    Kim Jong Un diyakini sebagai penggemar berat otomotif dan memiliki banyak koleksi kendaraan mewah merek asing yang diduga diselundupkan ke Pyongyang. Pemimpin Korut itu juga beberapa kali terlihat menggunakan mobil mewah, seperti SUV Lexus dan Mercedes-Benz model S-Class.

    Laporan PBB tahun 2021 menyoroti upaya pengiriman kendaraan mewah senilai lebih dari US$ 1 juta, termasuk model-model yang tersebut di atas, yang diduga berasal dari Uni Emirat Arab menuju ke Ningbo, China, untuk selanjutnya dikirimkan ke Korut.

    Impor kendaraan apa pun akan melanggar serangkaian sanksi PBB terhadap Pyongyang terkait program senjata yang dilarang.

    Selama kunjungan ke Rusia tahun lalu, Putin mengundang Kim Jong Un duduk di kursi belakang limusin kepresidenan Aurus Senat miliknya. Kim Jong Un sendiri membawa limusin Maybach miliknya saat berkunjung ke Rusia, yang diangkut dengan kereta khusus yang ditumpanginya dari Pyongyang.

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Korut Sukses Uji Coba Sistem Peluncur Roket Terbaru

    Korut Sukses Uji Coba Sistem Peluncur Roket Terbaru

    Pyongyang

    Otoritas Korea Utara mengklaim telah mengembangkan dan menguji coba sistem kendali terbaru untuk peluncur roket multipel. Pyongyang menyebut sistem peluncur roket terbaru itu akan memicu “perubahan kualitatif” dalam kemampuan pertahanan negaranya.

    Seperti dilansir AFP, Senin (12/2/2024), laporan kantor berita Korean Central News Agency (KCNA) menyebut Akademi Ilmu Pertahanan Pyongyang telah berhasil melakukan “uji kendali balistik dengan menembakkan beberapa peluru peluncur roket kaliber 240 mm” pada Sabtu (10/2) waktu setempat.

    Akademi Ilmu Pertahanan merupakan lembaga yang mengawasi pengembangan rudal di Korut.

    Uji coba itu, sebut KCNA, bertujuan untuk mengembangkan “sistem kendali peluru dan balistik yang bisa dikendalikan” untuk sistem peluncur tersebut.

    Disebutkan juga oleh KCNA bahwa peluncur roket terbaru itu sekarang akan “dievaluasi ulang” dan perannya dalam medan pertempuran “ditingkatkan” karena apa yang disebutnya sebagai “perbaikan teknis yang cepat”.

    Pengembangan peluru dan sistem kendali balistik, menurut KCNA, akan membuat “perubahan kualitatif” pada kekuatan peluncur roket multipel terbaru itu.

    Korut yang memiliki senjata nuklir ini, sebelumnya menetapkan Korea Selatan (Korsel) sebagai “musuh utama” negaranya. Pyongyang menutup lembaga-lembaga yang didedikasikan untuk reunifikasi dan interaksi kedua negara, juga mengancam perang jika terjadi pelanggaran teritorial “bahkan sebesar 0,001 milimeter”.

    Lihat juga Video ‘Tutup Rapat Pintu Rekonsiliasi Kim Jong Un untuk Korsel’:

    Pemimpin Korut Kim Jong Un menegaskan kembali pada Jumat (9/2) lalu bahwa Pyongyang tidak akan ragu untuk “mengakhiri” Korsel jika diserang. Dia menyebut Seoul sebagai “negara musuh paling berbahaya dan paling terutama, serta musuh bebuyutan yang tidak pernah berubah”.

    Pada Januari lalu, Korut menembakkan rentetan peluru artileri ke dekat dua pulau yang ada di area perbatasan dengan Korsel. Aksi itu memicu latihan tembak yang digelar Seoul dan perintah evakuasi bagi penduduk di pulau perbatasan itu.

    Kim Jong Un juga meningkatkan uji coba senjata, termasuk peluncuran rentetan rudal jelajah sepanjang tahun ini, dengan para analis menyebut Korut bisa saja memasoknya ke Rusia untuk digunakan dalam perang di Ukraina.

    Presiden Korsel Yoon Suk Yeol bersumpah akan memberikan respons keras jika Korut menyerang negaranya, dan menyerukan kepada militer Seoul untuk “bertindak terlebih dahulu, baru melapor kemudian” jika diprovokasi oleh negara tetangganya tersebut.

    Sejak menjabat tahun 2022 lalu, Presiden Yoon telah memperkuat kerja sama pertahanan dengan Amerika Serikat (AS) dan Jepang, termasuk memperluas latihan gabungan, untuk melawan ancaman Korut yang semakin berkembang.

    Lihat juga Video ‘Tutup Rapat Pintu Rekonsiliasi Kim Jong Un untuk Korsel’:

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini