kab/kota: Pyongyang

  • Puja Puji Putin Jelang Kunjungan ke Korut Usai 24 Tahun

    Puja Puji Putin Jelang Kunjungan ke Korut Usai 24 Tahun

    Pyongyang

    Presiden Rusia Vladimir Putin melontarkan pujian ke Korea Utara (Korut) jelang kunjungannya. Kunjungan ke Korut ini jadi yang pertama dilakukan Putin dalam 24 tahun terakhir.

    Dilansir BBC, Selasa (18/6/2024), Putin memuji Korut yang dianggapnya ‘dengan tegas mendukung’ perang di Ukraina. Putin diperkirakan melakukan kunjungan di Korut selama 2 hari, yakni 18 dan 19 Juni.

    Putin juga diprediksi akan bertemu dengan Pemimpin Korut, Kim Jong Un. Kedua pemimpin terakhir kali bertemu pada bulan September 2023 di kosmodrom Vostochny di timur jauh Rusia. Kunjungan Putin ini merupakan kunjungan pertama Putin ke Pyongyang sejak tahun 2000.

    Dalam surat yang diterbitkan di media pemerintah Korea Utara, Putin berjanji membangun sistem perdagangan dan keamanan dengan Pyongyang ‘yang tidak dikendalikan oleh Barat’.

    Putin juga disebut berjanji mendukung upaya Pyongyang untuk membela kepentingannya meskipun ada apa yang disebutnya sebagai ‘tekanan, pemerasan, dan ancaman militer AS’, dalam artikel yang dicetak di Rodong Sinmun, corong partai berkuasa di Korea Utara. Putin mengatakan kedua negara terus ‘menentang dengan tegas’ apa yang dia gambarkan sebagai ambisi Barat ‘menghalangi pembentukan tatanan dunia multipolarisasi berdasarkan rasa saling menghormati keadilan’.

    Kremlin sendiri menggambarkan kunjungan itu sebagai ‘kunjungan kenegaraan persahabatan’ dengan media Rusia melaporkan bahwa Putin dan Kim mungkin menandatangani perjanjian kemitraan, termasuk mengenai masalah keamanan, dan akan memberikan pernyataan bersama kepada media. Sebuah parade di alun-alun Kim Il Sung sudah disiapkan untuk menyambut Putin.

    Putin juga diperkirakan akan menonton konser dan mengunjungi Gereja Ortodoks Tritunggal Pemberi Kehidupan di Pyongyang, satu-satunya gereja ortodoks di Korea Utara. Ada laporan bahwa Putin akan menginap di wisma Kumsusan di Pyongyang, tempat terakhir kali pemimpin Tiongkok Xi Jinping menginap selama kunjungan kenegaraannya ke Korut pada tahun 2019.

    Putin diperkirakan akan tiba bersama Menteri Pertahanan baru, Andrei Belousov, sementara Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov dan Wakil Perdana Menteri Alexander Novak juga akan menjadi bagian dari delegasi tersebut. Kim mengatakan pekan lalu bahwa hubungan dengan Rusia telah ‘berkembang menjadi hubungan kawan seperjuangan yang tidak dapat dipatahkan’.

    Dalam pertemuan mereka tahun lalu, Putin mengatakan dia melihat ‘kemungkinan’ untuk kerja sama militer dengan Korea Utara, sementara Kim berharap presiden Rusia ‘menang’ di Ukraina.

    Gedung Putih mengaku tak khawatir dengan kunjungan Putin. Namun, AS prihatin dengan hubungan yang lebih erat antara Rusia dan Korut.

    “Kami tidak khawatir dengan perjalanan yang dilakukan Putin,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby kepada wartawan pada hari Senin.

    “Yang kami khawatirkan adalah semakin dalamnya hubungan antara kedua negara,” sambungnya.

    Pada awal karir kepresidenannya di tahun 2000, Putin bertemu dengan ayah Kim, Kim Jong Il, yang masih menjadi pemimpin tertinggi Korut. Hubungan antara kedua negara ini meningkat dalam beberapa tahun terakhir, terutama sejak invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina.

    Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Korut diketahui membutuhkan bantuan dalam bidang teknologi luar angkasa setelah kegagalannya baru-baru ini dalam menempatkan satelit mata-mata kedua ke orbit – serta makanan, bahan bakar, dan mata uang asing. Sementara, Rusia terus menghadapi kekurangan senjata dalam perangnya di Ukraina.

    Washington dan Seoul menuduh Pyongyang memasok artileri dan peralatan lainnya ke Moskow, kemungkinan besar dengan imbalan makanan, bantuan militer, dan teknologi. Baik Korea Utara maupun Rusia menyangkal adanya kesepakatan senjata.

    Penerbangan Jadi Jadi Teka-teki

    Rencana perjalanan Putin, termasuk pesawat yang membawa Putin pun masih menjadi teka-teki. Otoritas Rusia dan Korut belum memberi penjelasan kapan tepatnya pemimpin Rusia itu akan tiba di Pyongyang. Meski demikian, kunjungannya dijadwalkan dimulai pada Selasa malam.

    Pesawat apa yang akan dinaiki Putin juga masih menjadi teka-teki. Hal ini membuat para pengamat di seluruh dunia terus memantau situs pelacak penerbangan.

    Media Rusia mengatakan Putin akan singgah di kota Yakutsk, Rusia, di Siberia timur. Putin diperkirakan akan menghabiskan beberapa jam di sana dan dijadwalkan bertemu dengan kepala daerah Yakutia serta menghadiri berbagai pameran. Dia mungkin berada di RSD201, yang sebelumnya lepas landas dari Moskow.

    Pesawat tersebut kini telah mendarat di Yakutsk dan diperkirakan akan mendarat di Pyongyang dalam waktu sekitar 3 jam. Namun, ada kemungkinan dia berada di dalam pesawat RSD 389, yang juga lepas landas dari Moskow dan kini terbang di atas Rusia. Pesawat itu baru akan tiba di Pyongyang sekitar 6 jam.

    Putin diperkirakan melakukan banyak hal penting di Korut pada Rabu (19/6) besok. Upacara penyambutan resmi antara delegasi kedua negara, di mana Putin juga akan menerima pengawal kehormatan bakal digelar besok.

    Pembicaraan besar akan dimulai setelah itu. Sebagai bagian dari kunjungan dua hari tersebut – Putin akan disuguhi konser gala.

    Dia juga dijadwalkan mengunjungi satu-satunya gereja ortodoks di Korea Utara – Gereja Tritunggal Pemberi Kehidupan – dalam perjalanan kembali ke bandara. Pemimpin Rusia tersebut diperkirakan akan langsung melakukan perjalanan ke Vietnam untuk kunjungan kenegaraan lainnya.

    Pyongyang Bersolek Sambut Putin

    Korut pun telah bersiap menyambut Putin. Foto Putin dan bendera Rusia terlihat menghiasi jalanan di ibu kota Korut, Pyongyang.

    Pyongyang telah didekorasi untuk menyambut Putin. Jalan-jalan di kota dipenuhi bendera Rusia dan potret Putin.

    Gambar dan rekaman yang dibagikan oleh kantor berita milik negara Rusia, RIA Novosti, menunjukkan spanduk menyambut Putin di sepanjang jalan bebas hambatan, dilapisi dengan poster propaganda Korea Utara.

    “Persahabatan antara Korea Utara dan Rusia abadi,” demikian tulisan salah satu spanduk di luar Bandara Internasional Sunan Pyongyang.

    “Kami dengan hangat menyambut Kamerad Presiden Rusia Vladimir Vladimirovich Putin,” demikian isi spanduk lainnya.

    Halaman 2 dari 2

    (haf/haf)

  • Foto Putin-Bendera Rusia Hiasi Jalanan Pyongyang Jelang Kunjung Langka

    Foto Putin-Bendera Rusia Hiasi Jalanan Pyongyang Jelang Kunjung Langka

    Pyongyang

    Korea Utara (Korut) bersiap menyambut Presiden Rusia Vladimir Putin. Foto Putin dan bendera Rusia terlihat menghiasi jalanan di ibu kota Korut, Pyongyang.

    Dilansir BBC, Selasa (18/6/2024), Pyongyang telah didekorasi untuk menyambut Putin. Jalan-jalan di kota dipenuhi bendera Rusia dan potret Putin.

    Gambar dan rekaman yang dibagikan oleh kantor berita milik negara Rusia, RIA Novosti, menunjukkan spanduk menyambut Putin di sepanjang jalan bebas hambatan, dilapisi dengan poster propaganda Korea Utara.

    “Persahabatan antara Korea Utara dan Rusia abadi,” demikian tulisan salah satu spanduk di luar Bandara Internasional Sunan Pyongyang.

    “Kami dengan hangat menyambut Kamerad Presiden Rusia Vladimir Vladimirovich Putin,” demikian isi spanduk lainnya.

    NK News, sebuah situs spesialis yang berpusat di Korea Utara, melaporkan otoritas Korut telah membersihkan landasan pacu di luar bandara Pyongyang seminggu yang lalu. Hal itu diketahui dari rekaman satelit.

    Jadwal Putin tiba di Korut sendiri masih menjadi teka-teki. Meski demikian, kunjungannya dijadwalkan dimulai pada Selasa malam.

    Putin mungkin berada di RSD201, yang sebelumnya lepas landas dari Moskow. Pesawat tersebut kini telah mendarat di Yakutsk dan diperkirakan akan mendarat di Pyongyang dalam waktu sekitar 3 jam.

    Namun, ada kemungkinan dia berada di dalam pesawat RSD 389, yang juga lepas landas dari Moskow dan kini terbang di atas Rusia. Pesawat itu baru akan tiba di Pyongyang sekitar 6 jam.

    Putin diperkirakan melakukan banyak hal penting di Korut pada Rabu (19/6) besok. Upacara penyambutan resmi antara delegasi kedua negara, di mana Putin juga akan menerima pengawal kehormatan bakal digelar besok.

    (haf/imk)

  • Putin Bakal Kunjungi Korut, Penerbangannya Jadi Teka-teki

    Putin Bakal Kunjungi Korut, Penerbangannya Jadi Teka-teki

    Pyongyang

    Presiden Rusia Vladimir Putin bakal melakukan kunjungan langka ke Korea Utara (Korut). Rencana perjalanan, termasuk pesawat yang membawa Putin pun masih menjadi teka-teki.

    Dilansir BBC, Selasa (18/6/2024), belum ada penjelasan kapan tepatnya pemimpin Rusia itu akan tiba di Pyongyang. Meski demikian, kunjungannya dijadwalkan dimulai pada Selasa malam.

    Pesawat apa yang akan dinaiki Putin juga masih menjadi teka-teki. Hal ini membuat para pengamat di seluruh dunia terus memantau situs pelacak penerbangan.

    Rusia belum mengungkapkan penerbangan apa yang akan membawa Putin ke Korea Utara. Meski demikian, media Rusia mengatakan Putin akan singgah di kota Yakutsk, Rusia, di Siberia timur.

    Putin diperkirakan akan menghabiskan beberapa jam di sana. Dia dijadwalkan bertemu dengan kepala daerah Yakutia dan menghadiri berbagai pameran. Dia mungkin berada di RSD201, yang sebelumnya lepas landas dari Moskow.

    Pesawat tersebut kini telah mendarat di Yakutsk dan diperkirakan akan mendarat di Pyongyang dalam waktu sekitar 3 jam. Namun, ada kemungkinan dia berada di dalam pesawat RSD 389, yang juga lepas landas dari Moskow dan kini terbang di atas Rusia. Pesawat itu baru akan tiba di Pyongyang sekitar 6 jam.

    Putin diperkirakan melakukan banyak hal penting di Korut pada Rabu (19/6) besok. Upacara penyambutan resmi antara delegasi kedua negara, di mana Putin juga akan menerima pengawal kehormatan bakal digelar besok.

    Dia juga dijadwalkan mengunjungi satu-satunya gereja ortodoks di Korea Utara – Gereja Tritunggal Pemberi Kehidupan – dalam perjalanan kembali ke bandara. Pemimpin Rusia tersebut diperkirakan akan langsung melakukan perjalanan ke Vietnam untuk kunjungan kenegaraan lainnya.

    (haf/imk)

  • Putin Puji Korut Jelang Kunjungan Pertamanya dalam 24 Tahun

    Putin Puji Korut Jelang Kunjungan Pertamanya dalam 24 Tahun

    Pyongyang

    Presiden Rusia Vladimir Putin melontarkan pujian ke Korea Utara (Korut) jelang kunjungannya. Ini merupakan kunjungan pertama Putin ke Korut dalam 24 tahun terakhir.

    Dilansir BBC, Selasa (18/6/2024), Putin memuji Korea Utara karena ‘dengan tegas mendukung’ perang Moskow di Ukraina. Putin diperkirakan tiba di ibu kota Korut untuk bertemu dengan Pemimpin Korut, Kim Jong Un, Selasa malam.

    Kedua pemimpin terakhir kali bertemu pada bulan September 2023 di kosmodrom Vostochny di timur jauh Rusia. Kunjungan ini merupakan kunjungan pertama Putin ke Pyongyang sejak tahun 2000.

    Dalam surat yang diterbitkan di media pemerintah Korea Utara, Putin berjanji untuk membangun sistem perdagangan dan keamanan dengan Pyongyang ‘yang tidak dikendalikan oleh Barat’.

    Putin juga berjanji mendukung upaya Pyongyang untuk membela kepentingannya meskipun ada apa yang disebutnya sebagai ‘tekanan, pemerasan, dan ancaman militer AS’, dalam artikel yang dicetak di Rodong Sinmun, corong partai berkuasa di Korea Utara. Putin mengatakan kedua negara akan terus ‘menentang dengan tegas’ apa yang dia gambarkan sebagai ambisi Barat ‘untuk menghalangi pembentukan tatanan dunia multipolarisasi berdasarkan rasa saling menghormati keadilan’.

    Amerika Serikat mengatakan pihaknya prihatin dengan ‘mendalamnya hubungan antara kedua negara’. Kremlin sendiri menggambarkan kunjunga tersebut sebagai ‘kunjungan kenegaraan persahabatan’ dengan media Rusia melaporkan bahwa Putin dan Kim mungkin menandatangani perjanjian kemitraan, termasuk mengenai masalah keamanan, dan akan memberikan pernyataan bersama kepada media.

    Sebuah parade di alun-alun Kim Il Sung sudah disiapkan untuk menyambut Putin. Putin juga diperkirakan akan menonton konser dan mengunjungi Gereja Ortodoks Tritunggal Pemberi Kehidupan di Pyongyang, satu-satunya gereja ortodoks di Korea Utara.

    Putin diperkirakan akan tiba bersama Menteri Pertahanan baru, Andrei Belousov, sementara Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov dan Wakil Perdana Menteri Alexander Novak juga akan menjadi bagian dari delegasi tersebut.

    Kim mengatakan pekan lalu bahwa hubungan dengan Rusia telah ‘berkembang menjadi hubungan kawan seperjuangan yang tidak dapat dipatahkan’.

    Dalam pertemuan mereka tahun lalu, Putin mengatakan dia melihat ‘kemungkinan’ untuk kerja sama militer dengan Korea Utara, sementara Kim berharap presiden Rusia ‘menang’ di Ukraina.

    Gedung Putih mengatakan AS prihatin dengan hubungan yang lebih erat antara Rusia dan Korea Utara.

    “Kami tidak khawatir dengan perjalanan yang dilakukan Putin,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby kepada wartawan pada hari Senin.

    “Yang kami khawatirkan adalah semakin dalamnya hubungan antara kedua negara,” sambungnya.

    John Nilsson-Wright, kepala program Jepang dan Korea di Pusat Geopolitik Universitas Cambridge, mengatakan Putin ‘memperkuat hubungan dengan mitra lamanya dalam Perang Dingin’ dalam upaya untuk ‘melawan anggapan bahwa AS dan sekutunya telah mampu melakukan hal tersebut untuk mengisolasi Moskow’.

    “Dia memperkuat hubungan antara rezim otoriter pada saat pemerintahan demokratis berada dalam posisi defensif, menghadapi tantangan keamanan global di Timur Tengah, Asia Timur dan Ukraina,” ujarnya.

    Pada tahun 2000, di awal karir kepresidenannya, Putin bertemu dengan ayah Kim, Kim Jong Il, yang masih menjadi pemimpin tertinggi Korut. Hubungan antara kedua negara ini meningkat dalam beberapa tahun terakhir, terutama sejak invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina.

    Korea Utara membutuhkan bantuan dalam bidang teknologi luar angkasa setelah kegagalannya baru-baru ini dalam menempatkan satelit mata-mata kedua ke orbit – serta makanan, bahan bakar, dan mata uang asing. Sementara, Rusia terus menghadapi kekurangan senjata dalam perangnya di Ukraina.

    Washington dan Seoul menuduh Pyongyang memasok artileri dan peralatan lainnya ke Moskow, kemungkinan besar dengan imbalan makanan, bantuan militer, dan teknologi. Baik Korea Utara maupun Rusia menyangkal adanya kesepakatan senjata.

    Setelah Korea Utara, Putin diperkirakan akan mengunjungi Vietnam, negara Komunis dan sekutu lamanya, di mana kedua negara diperkirakan akan membahas isu-isu seperti perdagangan.

    (haf/imk)

  • Korsel Lepas Tembakan Peringatan gegara Tentara Korut Lintasi Perbatasan Lagi

    Korsel Lepas Tembakan Peringatan gegara Tentara Korut Lintasi Perbatasan Lagi

    Seoul

    Korea Selatan (Korsel) melepaskan tembakan peringatan usai lusinan tentara Korea Utara (Korut) melintasi perbatasan yang dijaga ketat. Insiden ini merupakan yang kedua dalam dua minggu terakhir ketika Pyongyang memperkuat perbatasannya dengan Korsel.

    Dilansir AFP, Selasa (18/6/2024), ledakan ranjau darat di dekat perbatasan juga melukai beberapa tentara Korea Utara. Kepala Staf Gabungan Korsel mengatakan Pyongyang baru-baru ini mengerahkan pasukan di daerah tersebut untuk membersihkan semak belukar dan memasang ranjau, seiring dengan memburuknya hubungan antara kedua Korea.

    Negara-negara tersebut secara teknis masih berperang karena konflik tahun 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata. Zona Demiliterisasi yang membagi semenanjung sudah menjadi salah satu tempat yang paling banyak mengandung ranjau di muka bumi.

    Namun, Korea Utara berupaya memperkuat hal tersebut dengan memasang lebih banyak ranjau darat. Korsel menyebut Korut hendak memperkuat jalan taktis dan menambahkan apa yang tampak sebagai penghalang anti-tank.

    Korsel mengatakan pihaknya yakin penyeberangan pada hari Selasa – seperti penyeberangan sebelumnya pada tanggal 9 Juni – tidak disengaja dan sekitar 20 hingga 30 tentara Korea Utara membawa peralatan kerja terlibat dalam insiden yang terjadi sekitar pukul 08.30 waktu setempat.

    “Puluhan tentara Korea Utara melintasi Garis Demarkasi Militer hari ini… (dan) mundur ke utara setelah tembakan peringatan” dilepaskan, kata seorang pejabat JCS.

    Tentara Korea Utara yang bertugas memperkuat perbatasan telah menderita ‘banyak korban akibat insiden ledakan ranjau darat yang berulang kali’.

    Selama periode hubungan yang lebih hangat pada tahun 2018, kedua Korea memindahkan ranjau darat di sepanjang bagian perbatasan yang dijaga ketat dalam upaya meredakan ketegangan militer. Awal bulan ini, sekitar 20 tentara Korea Utara melintasi garis demarkasi militer antara kedua negara di bagian perbatasan yang ‘ditumbuhi pepohonan’.

    Penyeberangan itu terjadi ketika Korea Utara mengirimkan lebih dari seribu balon berisi sampah ke arah selatan – sebuah respons, katanya, terhadap balon-balon yang membawa propaganda anti-Pyongyang yang dikirim ke utara oleh para aktivis.

    Pemerintah Korea Selatan pada gilirannya menangguhkan perjanjian militer yang mengurangi ketegangan pada tahun 2018 dan memulai kembali siaran propaganda melalui pengeras suara di sepanjang perbatasan. Hal itu membuat marah Korea Utara, yang memperingatkan bahwa Seoul sedang menciptakan ‘krisis baru’.

    Ahn Chan-il, seorang pembelot yang menjadi peneliti yang menjalankan Institut Dunia untuk Studi Korea Utara, mengatakan kepada AFP bahwa militer Korea Utara sedang mencoba melakukan survei di daerah perbatasan untuk memasang lebih banyak penghalang.

    “Unit teknik dan observasi telah meningkatkan kehadiran mereka di daerah tersebut. Dipercaya bahwa tindakan tidak tertib dari mereka yang tidak terbiasa dengan ladang ranjau telah menyebabkan kecelakaan terkait ranjau ini,” ujarnya.

    profesor emeritus studi Korea Utara di Universitas Dongguk, Koh Yu-hwan, mengatakan langkah Korut itu menunjukkan tidak akan ada rekonsiliasi dengan Korsel. Dia mengatakan Korut juga memblokir jalan dan jalur kereta api.

    “Dengan memasang ranjau, Korea Utara sekali lagi menunjukkan bahwa, sesuai instruksi pemimpin tertinggi (Kim Jong Un), tidak akan ada rekonsiliasi dengan Korea Selatan,” ujarnya.

    “Korea Utara tidak memasang ranjau di seluruh garis depan, melainkan di wilayah yang mudah terlihat oleh Korea Selatan. Mereka juga memblokir jalan dan jalur kereta api yang sebelumnya merupakan wilayah kerja sama antar-Korea,” sambung Koh.

    (haf/imk)

  • Tembakan dari Korsel Buntut Tentara Korut ‘Main-main’ di Perbatasan

    Tembakan dari Korsel Buntut Tentara Korut ‘Main-main’ di Perbatasan

    Seoul

    Situasi di perbatasan Korea Selatan (Korsel) dan Korea Utara (Korut) memanas. Pihak Korsel melepaskan tembakan gara-gara tentara Korut sempat melintasi perbatasan.

    Dilansir AFP, Selasa (11/6/2024), Korsel menuding beberapa tentara Korut yang bekerja di zona demarkasi militer (DMZ) sempat melintasi perbatasan. Korsel pun berang dengan aksi itu.

    “Beberapa tentara Korea Utara yang bekerja di DMZ di front tengah sempat melintasi Garis Demarkasi Militer,” kata militer Korsel, JCS dalam sebuah pernyataan, mengacu pada garis kendali di perbatasan antara kedua Korea yang dijaga ketat.

    “Setelah militer kami mengeluarkan siaran peringatan dan tembakan peringatan, mereka mundur ke utara,” katanya, seraya menambahkan bahwa insiden itu terjadi pada 9 Juni lalu.

    Korsel menyatakan tidak ada pergerakan aneh lain yang terlihat di lokasi itu. Militer Korsel terus memantau dengan cermat pasukan di perbatasan.

    “Terlepas dari mundurnya tentara Korea Utara setelah tembakan peringatan kami, tidak ada pergerakan tidak biasa yang terlihat,” kata JCS, seraya menambahkan bahwa militer memantau dengan cermat pasukan di dekat perbatasan.

    Ketegangan Terus Meningkat

    Ketegangan antara kedua Korea terus meningkat dalam beberapa pekan terakhir. Kondisi ini merupakan titik terendah dalam hubungan keduanya dalam beberapa tahun terakhir.

    Kedua negara secara teknis masih berperang sejak konflik 1950-1953. Perang itu berakhir dengan gencatan senjata dan bukan perjanjian damai.

    Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Dalam beberapa minggu terakhir, Korut telah mengirimkan ratusan balon berisi sampah seperti puntung rokok dan tisu toilet ke arah Korsel. Korut menyebut aksi itu sebagai balasan atas balon-balon yang membawa propaganda anti-Pyongyang yang dikirim ke utara oleh para aktivis Korsel.

    Aktivis Korsel kembali membalas ‘serangan’ balon sampah dari Korut dengan mengirim balon berisi USB berisi musik K-Pop. Mereka juga menyertakan rekaman pidato Presiden Korsel.

    Pemerintah Korsel telah sepenuhnya menangguhkan perjanjian militer yang dibuat untuk mengurangi ketegangan pada tahun 2018. Korsel pun memulai kembali siaran propaganda melalui pengeras suara di sepanjang perbatasan sebagai tanggapan terhadap balon sampah Korut tersebut.

    Hal ini membuat marah Korea Utara. Korut memperingatkan bahwa Seoul sedang menciptakan ‘krisis baru’. Militer Korsel mengaku telah mendeteksi tanda-tanda bahwa Korut juga memasang pengeras suara mereka sendiri.

    Korea Utara telah menggunakan pengeras suara di sepanjang perbatasan sejak tahun 1960-an, yang biasanya menyiarkan pujian terhadap keluarga Kim. Namun, Korut menghentikan penggunaannya pada tahun 2018 ketika hubungan kedua negara menghangat.

    Para ahli telah memperingatkan bahwa keputusan untuk membatalkan perjanjian tahun 2018 dan memulai kembali siaran melalui pengeras suara dapat mempunyai implikasi yang serius.

    Halaman 2 dari 2

    (haf/taa)

  • Korut Kembali Kirim 600 Balon Isi Sampah ke Perbatasan Arah Korsel

    Korut Kembali Kirim 600 Balon Isi Sampah ke Perbatasan Arah Korsel

    Jakarta

    Korea Utara mengirimkan lagi sekitar 600 balon berisi sampah melintasi perbatasan. Militer Korea Selatan mengatakan sampah tersebut berisi puntung rokok hingga plastik, kini personel keamanan berupaya mengumpulkan balon-balon tersebut saat mendarat.

    “Korea Utara telah kembali meluncurkan balon sampah ke arah Korea Selatan,” kata Kepala Staf Gabungan Seoul (JCS) dalam sebuah pernyataan, dilansir kantor berita AFP, Minggu (6/2/2024).

    Balon berisi sampah itu dikirim ke perbatasan arah Korsel sejak sekitar jam 8 malam (11.00 GMT) Sabtu malam.

    Kemudian hingga sekitar pukul 10 pada Minggu pagi ini, “sekitar 600 balon telah diidentifikasi, dengan sekitar 20 hingga 50 balon per jam bergerak di udara,” tambahnya.

    Balon-balon tersebut mendarat di provinsi-provinsi Korea Selatan bagian utara, termasuk ibu kota Seoul dan wilayah Gyeonggi yang berdekatan, yang secara kolektif merupakan rumah bagi hampir setengah populasi Korea Selatan.

    Korea Utara mulai mengirimkan ratusan balon yang membawa kantong-kantong sampah pada awal pekan ini. Korsel lalu menganggap tindakan tersebut sebagai balon “kelas rendah”. Korsel memperingatkan akan adanya tindakan balasan yang tegas kecuali Pyongyang menghentikan provokasi “tidak rasional” tersebut.

    JCS mengatakan sejak kampanye dimulai pada hari Selasa, sekitar 900 balon telah diluncurkan.

    “Militer kami melakukan pengawasan dan pengintaian dari titik peluncuran balon, melacaknya melalui pengintaian udara, dan mengumpulkan puing-puing yang jatuh, dengan memprioritaskan keselamatan publik,” katanya.

    “Kami mendesak masyarakat untuk menghindari kontak dengan limbah balon yang jatuh dan melaporkannya ke unit militer atau kantor polisi terdekat,” tambahnya.

    Sementara itu, Pemerintah kota Seoul mengirimkan peringatan teks kepada warga Korsel pada hari Sabtu. Pemerintah kota Seoul memperingatkan adanya “benda tak dikenal yang dianggap sebagai selebaran propaganda Korea Utara”.

    Pyongyang membela atas pelepasan balon-balon tersebut awal pekan ini. Korut mengatakan bahwa “hadiah tulus” tersebut adalah pembalasan atas balon-balon yang dikirim ke Korea Utara dengan tujuan propaganda melawan pemimpin Kim Jong Un.

    (yld/gbr)

  • Korut Kembali Kirim 600 Balon Isi Sampah ke Perbatasan Arah Korsel

    Amarah Korsel Gara-gara Balon Raksasa Isi Tinja dari Korea Utara

    Jakarta

    Korea Selatan (Korsel) menyampaikan kemarahannya kepada Korea Utara (Korut) yang dituduh telah mengirimkan balon udara berisi berbagai benda, termasuk kotoran atau tinja. Balon-balon tersebut melintasi perbatasan negara dan jatuh di wilayah Korsel.

    Seperti dilansir Reuters, Rabu (29/5/2024), otoritas Korsel yang merasa berang dengan Korut. Mereka menyebut tindakan negara tetangganya itu sebagai aksi rendahan dan berbahaya.

    Unit persenjataan dan peledak militer Korsel, serta tim tanggap perang kimia dan biologi, dikerahkan. Tim itu memeriksa dan mengumpulkan benda-benda yang dijatuhkan oleh balon-balon udara dari Korut tersebut.

    This photo provided by South Korea Defense Ministry, shows balloons with trash presumably sent by North Korea, in South Chungcheong Province, South Korea, Wednesday, May 29, 2024. In another sign of tensions between the war-divided rivals, South Korea’s Joint Chiefs of Staff said North Korea also has been flying large numbers of balloons carrying trash toward the South since Tuesday night, in an apparent retaliation against South Korean activists for flying anti-Pyongyang propaganda leaflets across the border. (South Korea Presidential Office via AP) Foto: (South Korea Presidential Office via AP)

    Otoritas Seoul juga merilis peringatan agar penduduk setempat menjauh dan melaporkan penampakan apa pun kepada otoritas berwenang.

    Hingga Rabu (29/5) waktu setempat, menurut laporan media lokal yang mengutip sumber-sumber militer, lebih dari 150 balon udara terdeteksi. beberapa di antaranya telah mendarat di atas tanah dan yang lainnya masih berada di udara.

    Sejumlah foto yang dirilis oleh militer Korsel pada Rabu (29/5) waktu setempat menunjukkan balon-balon berukuran besar mengudara dengan kantong plastik terpasang pada bagian bawahnya.

    Beberapa foto lainnya menunjukkan sampah berserakan di sekitar balon-balon yang terjatuh, dengan kata-kata berbunyi “kotoran” tertulis pada salah satu kantong plastik itu.

    Pada Minggu (26/5), Wakil Menteri Pertahanan Korut merilis pernyataan yang isinya bersumpah untuk menggunakan “kekuatan yang kuat untuk mempertahankan diri” dan memperingatkan bahwa “gundukan kertas bekas dan kotoran” akan dikirimkan ke Korsel sebagai respons atas “barang-barang kotor” dari negara itu.

    Selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Pengiriman Balon Udara Antara Korsel dan Korut

    Balon-balon udara seringkali dikirimkan oleh para aktivis Korsel ke wilayah Korut, dengan beberapa aksi semacam itu dipimpin oleh para pembelot Korut.

    Balon-balon semacam itu biasanya membawa selebaran berisi pesan-pesan kritis terhadap Pyongyang, yang kemudian memicu ketegangan antara kedua negara yang bertetangga, termasuk insiden ketika Korut dilaporkan berusaha menembak jatuh balon-balon dari Korsel.

    Korut memberikan reaksi kemarahan terhadap balon-balon yang dikirimkan para aktivis Korsel ke wilayahnya. Balon-balon itu juga memuat informasi soal masyarakat demokratis di Korsel dan bahkan disertai USB yang berisi video musik K-pop.

    Pemerintah Korsel berupaya menghentikan para aktivis yang melakukan aksi semacam itu, dengan alasan bahwa tindakan tersebut tidak membantu dalam memajukan perdamaian dan membahayakan keselamatan para penduduk di dekat perbatasan kedua negara.

    Larangan mengirimkan balon ke Korut sempat diberlakukan tahun 2021 lalu, namun kemudian dinyatakan inkonstitusional oleh pengadilan tinggi Korsel, karena dianggap melanggar prinsip kebebasan berpendapat.

    Halaman 2 dari 2

    (aik/aik)

  • Korut Gagal Luncurkan Satelit Mata-mata, Roket Meledak di Udara

    Korut Gagal Luncurkan Satelit Mata-mata, Roket Meledak di Udara

    Pyongyang

    Otoritas Korea Utara (Korut) mengumumkan bahwa upayanya meluncurkan satelit mata-mata militer terbaru berujung kegagalan pada Senin (27/5) waktu setempat. Pyongyang mengakui bahwa mesin roket yang baru dikembangkan meledak di udara.

    Seperti dilansir Reuters, Selasa (28/5/2024), upaya itu dilakukan hanya beberapa jam setelah Korut merilis peringatan bahwa mereka berencana meluncurkan satelit pada 4 Juni mendatang, yang akan menjadi satelit mata-mata kedua Pyongyang di orbit luar angkasa.

    Namun ternyata, peluncuran itu menjadi kegagalan terbaru Korut, menyusul dua insiden besar lainnya tahun lalu. Pyongyang sebelumnya berhasil menempatkan satelit mata-mata pertamanya di orbit luar angkasa pada November tahun lalu.

    “Peluncuran roket pembawa satelit terbaru gagal ketika roket meledak di udara saat penerbangan tahap pertama,” tutur wakil direktur jenderal Otoritas Teknologi Dirgantara Nasional Korea Utara dalam laporan yang dikutip oleh media pemerintah Pyongyang.

    Analisis awal menunjukkan bahwa penyebab ledakan itu adalah motor roket berbahan bakar cair yang baru dikembangkan. Namun demikian, dugaan penyebab lainnya sedang diselidiki.

    Para pejabat Korea Selatan (Korsel) dan Jepang sebelumnya melaporkan bahwa peluncuran satelit Korut tampaknya gagal.

    Kepala Staf Gabungan Korsel (JCS) melaporkan bahwa Pyongyang meluncurkan proyektil ke arah selatan dari pantai baratnya pada Senin (27/5) malam, sekitar pukul 22.44 waktu setempat. JCS menyebut pihaknya mendeteksi sejumlah besar puing roket di lautan hanya sekitar dua menit setelah peluncuran dilakukan.

    Sementara Kepala Sekretaris Kabinet Jepang, Yoshimasa Hayashi, mengatakan kepada wartawan bahwa objek yang diluncurkan oleh Korut menghilang di atas perairan Laut Kuning.

    “Peluncuran ini melanggar resolusi Dewan Keamanan (Perserikatan Bangsa-Bangsa/PBB) yang relevan dan merupakan masalah serius terkait keselamatan rakyat kami,” ucap Hayashi dalam pernyataannya.

    Televisi nasional Jepang, NHK, menayangkan video yang menunjukkan objek yang tampak seperti titik oranye yang terbang di langit malam dan kemudian terbakar di area dekat perbatasan China dan Korut. Peluncuran itu sempat memicu peringatan publik di beberapa wilayah Jepang, sebelum akhirnya dicabut kembali setelah jelas diketahui bahwa roket itu tidak akan terbang di atas pulau-pulau Jepang.

    Sementara itu, Amerika Serikat (AS) mengecam aktivitas peluncuran Korut tersebut, yang oleh juru bicara Departemen Luar Negeri AS disebut “menggunakan teknologi yang berhubungan langsung dengan program rudal balistik DPRK (nama resmi Korut) dan melanggar beberapa resolusi Dewan Keamanan PBB”.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Putin Akan Lakukan Kunjungan ke Korea Utara, Dalam Rangka Apa?

    Putin Akan Lakukan Kunjungan ke Korea Utara, Dalam Rangka Apa?

    Moskow

    Kremlin atau kantor kepresidenan Rusia mengungkapkan bahwa kunjungan resmi Presiden Vladimir Putin ke Korea Utara (Korut) sedang dipersiapkan. Kunjungan Putin ini dimaksudkan untuk memenuhi undangan yang sebelumnya diberikan oleh pemimpin Korut Kim Jong Un.

    Seperti dilansir AFP, Sabtu (25/5/2024), rencana kunjungan itu diumumkan Kremlin saat kedua negara, yang sama-sama berada di bawah sanksi berat dari Barat itu, menjalin hubungan yang semakin dekat sejak Rusia melancarkan invasi militer skala penuh ke Ukraina pada Februari 2022 lalu.

    Baru-baru ini, Pyongyang dituduh memasok persenjataan penting ke Moskow untuk digunakan dalam perang di Ukraina. Tuduhan itu dibantah keras oleh Korut.

    Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, dalam pernyataan kepada kantor berita pemerintah RIA Novosti pada Jumat (24/5) waktu setempat mengatakan bahwa kunjungan resmi Putin ke Pyongyang “sedang dipersiapkan” dengan tanggalnya akan diumumkan kemudian.

    “Presiden Putin mendapatkan undangan aktif untuk kunjungan resmi ke Korea Utara. Kunjungan tersebut sedang dipersiapkan,” ucap Peskov.

    “Kami akan mengumumkan tanggal kunjungan tersebut pada waktunya,” imbunya.

    Laporan intelijen Korea Selatan (Korsel) sebelumnya menyebut Pyongyang telah memasok jutaan peluru artileri penting ke Rusia untuk mendukung serangan-serangan Moskow terhadap Ukraina, dengan imbalan pasokan makanan.

    Ukraina bersama sekutunya, Amerika Serikat (AS), juga menuduh Moskow telah menembakkan rudal-rudal balistik yang dipasok Korut ke wilayah Ukraina.

    Tahun lalu, Kim Jong Un mengunjungi wilayah Rusia untuk melakukan pertemuan puncak dengan Putin di wilayah Timur Jauh. Kunjungan itu bertujuan mempererat hubungan yang lebih mendalam antara kedua negara, di mana sang pemimpin Korut menempuh perjalanan darat ke luar negeri yang jarang dilakukannya.

    Putin terakhir kali mengunjungi Pyongyang tahun 2000 silam, hanya beberapa bulan setelah dia menjabat di Kremlin. Pada saat itu, Putin bertemu langsung dengan mendiang Kim Jong Il, ayah Kim Jong Un.

    Kunjungan Putin ke Korut ini akan menjadi salah satu kunjungan langka, mengingat Presiden Rusia itu telah mengurangi perjalanan ke luar negeri dalam beberapa tahun terakhir, baik karena pandemi virus Corona maupun karena Moskow menjadi lebih terisolasi usai menginvasi Ukraina.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)