kab/kota: Pyongyang

  • Pakar Blak-blakan Nasib Korea Usai Donald Trump Jadi Presiden AS

    Pakar Blak-blakan Nasib Korea Usai Donald Trump Jadi Presiden AS

    Jakarta, CNBC Indonesia – Donald Trump dipastikan akan kembali ke Gedung Putih sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) ke-47 tahun depan. Kemenangan Trump dari Partai Republik ini diyakini bakal berdampak besar terhadap ekonomi dan tata politik dunia.

    Kemenangan Trump disebut-sebut dapat memberikan efek positif hingga negatif bagi proses perdamaian antara Korea Selatan (Korsel) dan Korea Utara (Korut). Hal ini disampaikan oleh Sheen Seong Ho, dekan sekaligus profesor di Sekolah Pascasarjana Studi Internasional Universitas Nasional Seoul (SNU).

    “Trump kembali ke Gedung Putih, apakah ini baik atau buruk bagi situasi di Semenanjung Korea? Saya pikir, ironisnya, Trump dapat memberikan efek positif,” katanya dalam diskusi bertajuk ‘Membayangkan Kembali Peran Indonesia: Menetapkan Jalan Baru untuk Keterlibatan Antar-Korea dan Stabilitas Regional’ yang digelar oleh FPCI dan Korea Foundation di Jakarta Pusat, dikutip Jumat (15/11/2024).

    Menurut Sheen, efek positif akan terjadi jika Trump berusaha untuk kembali terlibat dengan pemimpin Korut, Kim Jong Un. Sebagai informasi, Kim masih terus mengembangkan program nuklirnya sejak kegagalan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Amerika Serikat-Korea Utara di Hanoi, Vietnam pada 2019.

    “Jika Trump berunding dengan Kim Jong Un, dan Kim Jong Un mencoba berunding lagi dengan Trump, setidaknya harus ada semacam negosiasi atau kesepakatan untuk menghentikan atau menangani program nuklir Korea Utara,” ujar Sheen.

    Tentu saja Sheen menyebut tidak yakin atau berharap bahwa penyelesaian masalah nuklir Korea Utara akan tuntas secara permanen lewat negosiasi Trump-Kim. “Tetapi setidaknya mungkin hal itu dapat memberikan beberapa hal hebat pada program Korea Utara yang sedang berlangsung. Dengan demikian, hal itu akan menjadi pengembangan yang positif,” ujarnya.

    Di sisi lain, kata Sheen, jika Kim akan melanjutkan pertemuan atau pembicaraannya dengan Trump, itu pasti akan membantu meredakan ketegangan di Semenanjung Korea. Selama ini Korut disebut terus menciptakan tekanan dan ketegangan militer kepada Korsel.

    Meski begitu, Sheen tidak menutup mata terkait perkembangan negatif jika pertemuan Trump dan Kim tidak berjalan dengan baik.

    “Jika Anda ingat sebelum pertemuan puncak terakhir antara Kim Jong Un dan Trump, ada periode meningkatnya ketegangan antara kita dan Korea Utara karena kedua pemimpin ini saling mengancam. Jadi itu bisa menjadi kemungkinan lain yang berbeda,” katanya.

    “Dalam hal itu, mungkin itu akan menjadi semacam perkembangan negatif.”

    Saat Trump menjabat sebagai presiden AS ke-45, hubungannya dengan Kim sempat memanas. Pada 2020, Korut sempat mengeluarkan peringatan ke AS, di mana Pyongyang mengatakan akan sulit mempertahankan hubungan pribadi yang terjalin antara Kim dan Trump.

    Pasalnya Washington, dianggap Korut, selalu mengeluarkan kebijakan yang bermusuhan dengan Pyongyang. Bahkan, kebijakan AS dianggap bukti bahwa negeri itu akan jadi ancaman panjang bagi Korut dan rakyatnya.

    Meski begitu, keduanya pernah bertemu sebanyak tiga kali di tiga wilayah berbeda, yaitu di Singapura, Vietnam dan Zona Demiliterisasi (DMZ) yang membagi Korea Utara dan Selatan. Itu merupakan salah satu momen bersejarah yang berhasil dicapai AS dan untuk dunia.

    (fab/fab)

  • Perintah Kim Jong Un Produksi Massal Senjata Udara Mematikan

    Perintah Kim Jong Un Produksi Massal Senjata Udara Mematikan

    Jakarta

    Kim Jong Un memerintahkan militer Korea Utara (Korut) memproduksi massal drone bunuh diri. Pemimpin Korut itu bahkan mengawasi langsung uji coba senjata udara yang mematikan tersebut.

    Dirangkum detikcom, Jumat (15/11/2024), Kim Jong Un yang sebelumnya mengawasi uji coba drone bunuh diri pada awal tahun ini, saat kerja sama militer berkembang pesat dengan Rusia. Hal ini menimbulkan pertanyaan soal apakah Pyongyang menerima bantuan teknis dari Moskow untuk mengembangkan drone-drone tersebut.

    Drone bunuh diri yang juga dikenal sebagai loitering munitions, merupakan senjata yang banyak digunakan dalam perang di Ukraina dan juga di Timur Tengah.

    “(Kim Jong Un) Menggarisbawahi perlunya membangun sistem produksi secara bersambungan sedini mungkin dan melakukan produksi massal skala penuh,” sebut kantor berita resmi Korut, Korean Central News Agency (KCNA) dalam laporannya, seperti dilansir Reuters.

    Dalam pernyataannya, Kim Jong Un menyebut kompetisi penggunaan drone untuk tujuan militer semakin meningkat di seluruh dunia, dengan otoritas militer kemungkinan besar mengakui keberhasilan mereka dalam konflik berbagai skala.

    “Perubahan objektif seperti itu sangat mendesak untuk memperbarui banyak bagian teori, praktik dan pendidikan militer,” ucap Kim Jong Un sebelum dikutip KCNA.

  • Kim Jong Un Perintahkan Produksi Massal Drone Bunuh Diri!

    Kim Jong Un Perintahkan Produksi Massal Drone Bunuh Diri!

    Pyongyang

    Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un mengawasi uji coba drone bunuh diri yang diproduksi oleh negaranya baru-baru ini. Kim Jong Un kemudian memerintahkan produksi massal senjata udara yang mematikan tersebut.

    Kim Jong Un mengatakan bahwa pengenalan drone semacam itu di seluruh dunia membutuhkan pembaruan teori militer yang mendesak.

    Kim Jong Un sebelumnya mengawasi uji coba drone bunuh diri pada awal tahun ini, saat kerja sama militer berkembang pesat dengan Rusia. Hal ini menimbulkan pertanyaan soal apakah Pyongyang menerima bantuan teknis dari Moskow untuk mengembangkan drone-drone tersebut.

    Drone bunuh diri yang juga dikenal sebagai loitering munitions, merupakan senjata yang banyak digunakan dalam perang di Ukraina dan juga di Timur Tengah.

    “(Kim Jong Un) Menggarisbawahi perlunya membangun sistem produksi secara bersambungan sedini mungkin dan melakukan produksi massal skala penuh,” sebut kantor berita resmi Korut, Korean Central News Agency (KCNA) dalam laporannya, seperti dilansir Reuters, Jumat (15/11/2024).

    Dalam pernyataannya, Kim Jong Un menyebut kompetisi penggunaan drone untuk tujuan militer semakin meningkat di seluruh dunia, dengan otoritas militer kemungkinan besar mengakui keberhasilan mereka dalam konflik berbagai skala.

    “Perubahan objektif seperti itu sangat mendesak untuk memperbarui banyak bagian teori, praktik dan pendidikan militer,” ucap Kim Jong Un sebelum dikutip KCNA.

  • Korut Sahkan Perjanjian Pertahanan Penting dengan Rusia

    Korut Sahkan Perjanjian Pertahanan Penting dengan Rusia

    Jakarta

    Korea Utara (Korut) telah meratifikasi pakta pertahanan penting dengan Rusia, yang mengukuhkan kerja sama keamanan yang semakin erat antara kedua negara, di tengah perang Moskow di Ukraina.

    Kesepakatan itu “diratifikasi sebagai dekrit” Kim Jong Un, kata kantor berita pemerintah Korut, Korean Central News Agency (KCNA), dilansir AFP, Selasa (12/11/2024).

    Pengumuman itu disampaikan setelah para anggota parlemen Rusia memberikan suara bulat minggu lalu untuk meratifikasi kesepakatan itu, yang kemudian ditandatangani oleh Presiden Vladimir Putin.

    .

    “Perjanjian itu akan berlaku sejak hari ketika kedua belah pihak bertukar instrumen ratifikasi,” kata KCNA.

    Korea Utara telah menjadi salah satu pendukung paling vokal dan penting dari serangan besar-besaran Rusia terhadap Ukraina.

    Pyongyang telah lama dituduh oleh negara-negara Barat memasok Moskow dengan peluru artileri dan rudal untuk digunakan di Ukraina. Namun, dukungan itu telah meningkat dalam beberapa minggu terakhir, dengan laporan kedatangan ribuan tentara Korea Utara yang siap terlibat dalam pertempuran.

    Putin memuji kesepakatan itu sebagai “dokumen terobosan.”

  • Korut Serang Sinyal GPS di Korsel, Operasional Kapal-Pesawat Terdampak

    Korut Serang Sinyal GPS di Korsel, Operasional Kapal-Pesawat Terdampak

    Seoul

    Korea Utara (Korut) melancarkan serangan untuk mengganggu sinyal GPS di wilayah Korea Selatan (Korsel) pada Sabtu (9/11) waktu setempat. Serangan Pyongyang itu berdampak pada operasional sejumlah kapal dan puluhan pesawat sipil di wilayah Korsel.

    Dugaan serangan Korut terhadap sinyal GPS itu, seperti dilansir AFP, Sabtu (9/11/2024), terdeteksi oleh militer Korsel pada Jumat (8/11) dan Sabtu (9/11) waktu setempat di beberapa wilayahnya.

    “Korea Utara melakukan provokasi gangguan GPS di Haeju dan Kaesong kemarin (8/11) dan hari ini (9/11),” sebut Kepala Staf Gabungan Korsel (JCS) dalam pernyataannya.

    Disebutkan JCS bahwa akibat gangguan sinyal GPS itu, sejumlah kapal dan puluhan pesawat sipil di wilayah tersebut mengalami “beberapa gangguan operasional”.

    Militer Korsel telah memperingatkan kapal dan pesawat yang beroperasi di sekitar Laut Kuning untuk mewaspadai serangan semacam itu.

    “Kami sangat mendesak Korea Utara untuk segera menghentikan provokasi GPS-nya dan memperingatkan bahwa mereka akan bertanggung jawab atas masalah apa pun yang muncul akibat hal ini,” tegas militer Korsel dalam pernyataannya.

    Ditambahkan oleh militer Seoul bahwa Pyongyang juga berupaya mengganggu sinyal GPS di wilayahnya pada Mei lalu. Namun ditegaskan bahwa insiden pada saat itu tidak berdampak pada operasi militer apa pun di wilayah Korsel.

  • Daftar 9 Kepala Negara yang Untung-Rugi Trump Jadi Presiden AS Lagi

    Daftar 9 Kepala Negara yang Untung-Rugi Trump Jadi Presiden AS Lagi

    Daftar Isi

    Mereka yang Untung

    Mereka yang Dirugikan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kembalinya Donald Trump untuk duduk sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) membawa ramalan baru terkait arah geopolitik Negeri Paman Sam. Pasalnya, kemenangannya mungkin akan membawa keuntungan bagi sejumlah negara dunia, namun juga dapat menjadi bumerang bagi sebagian negara.

    Berikut daftar pemimpin yang diuntungkan dan dirugikan oleh kemenangan Trump dikutip Hindustan Times, Sabtu (9/11/2024):

    Mereka yang Untung

    1. Perdana Menteri (PM) India Narendra Modi.

    Kembalinya Trump dipandang sebagai perkembangan positif bagi Modi, yang telah menjalin hubungan yang kuat dengan mantan presiden AS tersebut. Kedua pemimpin saling memuji di depan umum dan membangun hubungan pribadi selama bertahun-tahun.

    Dengan kembalinya Modi menjadi PM, kemungkinan besar Modi akan terus diuntungkan dari posisi yang menguntungkan, karena fokus pada hubungan bilateral yang kuat akan sejalan dengan kebijakan Trump.

    Sikap Trump dalam merundingkan perdamaian dengan Rusia dapat memungkinkan Modi untuk mempertahankan hubungan dekat dengan Moskow, yang merupakan mitra utama bagi India dalam hal energi dan pertahanan.

    2. Putra Mahkota Saudi, Mohammed Bin Salman (MBS).

    Penguasa de facto Saudi MBS itu akan melihat peluang untuk menghidupkan kembali upaya pakta keamanan dengan AS. Trump, yang memainkan peran kunci dalam Perjanjian Abraham yang menormalisasi hubungan diplomatik antara Israel dan beberapa negara Arab, diperkirakan akan fokus pada perluasan kerangka kerja ini untuk mencakup Arab Saudi.

    Jika Trump berhasil menjadi perantara kesepakatan damai antara Israel dan kerajaan, hal itu dapat membuka jalan bagi AS untuk memperluas dukungan keamanannya ke Arab Saudi. Hal ini akan memungkinkan kerajaan untuk mengalihkan fokusnya ke pembangunan ekonomi dan mengurangi kekhawatiran atas potensi ancaman dari Iran.

    3. PM Israel Benjamin Netanyahu.

    Ia memiliki hubungan yang tegang dengan Presiden Joe Biden yang akan lengser, tetapi diperkirakan akan menyambut kedatangan sekutu lama di Gedung Putih.

    Donald Trump kemungkinan akan memperkuat dukungan AS untuk Israel. Ini berbeda dengan Biden, yang menghentikan sebagian bantuan militer karena kekhawatiran tentang penderitaan warga sipil Palestina dalam konteks perang Israel terhadap Hamas.

    Trump diperkirakan akan lebih bersimpati terhadap sikap Netanyahu dalam memerangi proksi Iran dan menentang pembentukan negara Palestina, meskipun ada risiko memicu konflik regional yang lebih besar.

    Foto: Calon presiden dari Partai Republik dan mantan Presiden AS Donald Trump muncul di papan iklan ucapan selamat atas Pemilihan Presiden AS 2024, di Tel Aviv, Israel, 6 November 2024. (REUTERS/Thomas Peter)
    Calon presiden dari Partai Republik dan mantan Presiden AS Donald Trump muncul di papan iklan ucapan selamat atas Pemilihan Presiden AS 2024, di Tel Aviv, Israel, 6 November 2024. (REUTERS/Thomas Peter)

    4. Presiden Rusia Vladimir Putin.

    Putin melihat kembalinya Donald Trump sebagai kesempatan untuk memanfaatkan perpecahan di Barat dan meraup keuntungan lebih lanjut di Ukraina. Presiden AS yang baru diharapkan akan melemahkan persatuan sekutu NATO dan membuat masa depan bantuan untuk Ukraina diragukan dengan kebijakannya yang mengutamakan Amerika.

    Namun, ketidakpastiannya telah menimbulkan kekhawatiran di Kremlin bahwa Trump dapat, dalam jangka pendek, meningkatkan konflik untuk memaksakan penyelesaian pada Putin, dengan konsekuensi yang berpotensi membawa bencana, termasuk konfrontasi nuklir.

    5. PM Italia Giorgia Meloni.

    Meloni telah memposisikan dirinya dengan kuat sebagai pemimpin pro-Atlantik, namun ia tetap menjadi politikus sayap kanan. Meskipun ia telah berjanji untuk bekerja sama dengan kandidat mana pun yang memenangkan pemilihan AS, hubungan dekatnya dengan Elon Musk diharapkan akan memberinya pengaruh terhadap presiden AS yang baru.

    Meloni kemungkinan akan melihat dirinya sebagai jembatan antara NATO, UE, dan Gedung Putih.

    6. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

    Turki mungkin berharap hubungan yang lebih baik di bawah kepemimpinan Trump. Erdogan dan Trump telah menjaga hubungan yang baik, sering berkomunikasi melalui telepon, dan Erdogan bahkan memanggilnya ‘sahabatku’.Tidak seperti pemerintahan Biden, kembalinya Trump dapat memberi Erdogan akses yang lebih langsung ke Washington.

    Sikap anti perang Trump dan fokus pada perdagangan dapat menguntungkan Erdogan, tetapi kritiknya terhadap Israel dapat menciptakan ketegangan. Selain itu, langkah-langkah terbaru Turki untuk memperkuat hubungan dengan China dapat menimbulkan tantangan dalam menyeimbangkan hubungannya dengan AS.

    7. Pemimpin Tertinggi Korea Utara (Korut), Kim Jong Un.

    Selama masa jabatan pertama Trump, Kim dan Trump mengembangkan hubungan yang baik, ditandai dengan surat-surat dan dua pertemuan puncak. Meski begitu, belum ada kesepakatan yang dibuat untuk menghentikan program rudal nuklir Pyongyang.

    Sejak saat itu, Kim telah menolak upaya AS untuk berdialog dan malah memperkuat hubungan dengan Putin, sambil memperluas persenjataan Korut. Dengan kembalinya Trump ke jabatannya, Kim mungkin berharap untuk mengurangi kehadiran militer Amerika di wilayah tersebut dan melemahkan kerja sama militer yang sedang berkembang antara AS, Jepang, dan Korea Selatan.

    8. PM Hungaria Viktor Orban.

    Sebagai pemimpin nasionalis selama lima periode, Orban telah menjadi salah satu sekutu Trump yang paling setia di Eropa. Orban bahkan memuji Trump saat figur 78 tahun itu terpilih kembali saat dirinya terkena kasus-kasus kriminal yang sedang berlangsung di AS.

    Sekarang, Orban memposisikan dirinya sebagai perwakilan Trump di Eropa, berharap bahwa hubungan pribadinya yang kuat dengan presiden AS yang akan datang akan meningkatkan posisinya di dalam UE.

    Orban telah menghadapi kritik atas kecenderungan otokratisnya dan sikap pro-Rusia. Dia berharap Trump akan segera mengakhiri perang Rusia di Ukraina dan mengurangi tekanan AS terhadap Hungaria terkait kemunduran demokrasinya.

    9. Presiden Argentina Javier Millei.

    Millei mengambil resiko besar atas kemenangan Trump dan berhasil. Selama pertemuan pertama mereka di bulan Februari, Millei memuji Trump sebagai ‘presiden yang sangat hebat’ dan menyampaikan harapannya agar ia terpilih kembali.

    Milei kini berharap masa jabatan kedua Trump dapat membantu Argentina mengamankan kesepakatan yang lebih baik di Dana Moneter Internasional (IMF), terutama karena negara tersebut berupaya mengganti programnya yang saat ini bernilai US$ 44 miliar (Rp 685 triliun).

    Pemimpin Argentina tersebut juga telah memperkuat hubungan dengan Elon Musk, bertemu dengannya beberapa kali tahun ini, saat miliarder tersebut menjajaki peluang investasi di Argentina.

    Mereka yang Dirugikan

    1. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

    Meskipun Zelensky termasuk di antara para pemimpin dunia pertama yang memberi selamat kepada Trump, ada kekhawatiran yang berkembang di Kyiv atas kemenangan kader Republikan tersebut. Ukraina khawatir Trump mungkin mendorong konsesi lahan dalam perundingan damai dengan Rusia dan mengurangi dukungan finansial dan militer.

    Pergeseran kepemimpinan AS ini terjadi saat Rusia terus maju dalam kampanyenya untuk mendapatkan lebih banyak wilayah Ukraina di empat wilayah yang telah dianeksasinya. Sementara Biden berhati-hati dalam mendukung aspirasi Ukraina untuk bergabung ke NATO, Trump berjanji untuk mengakhiri perang dalam “24 jam” menunjukkan prioritasnya untuk menyelesaikan krisis dengan cepat.

    2. Presiden Iran Masoud Pezeshkian.

    Iran sejauh ini meremehkan dampak kembalinya Trump. Namun kepresidenan Trump telah menutup pintu bagi diplomasi mengenai program nuklir Teheran, yang diharapkan Negeri Persia dapat meringankan ekonominya yang dilanda sanksi.

    Sebagai pendukung kuat Israel, Trump menerapkan kebijakan “tekanan maksimum” terhadap Iran selama masa jabatan pertamanya. Ia mungkin akan semakin mengisolasi Iran dengan memperketat sanksi AS yang sebelumnya ia kenakan.

    Namun, Trump akan menghadapi kawasan yang berubah, karena Iran baru-baru ini memperkuat hubungan dengan Arab Saudi dan UEA.

    Foto: Pertemuan G-20 Trump-Xi (REUTERS/Kevin Lamarque)
    U.S. President Donald Trump poses for a photo with China’s President Xi Jinping before their bilateral meeting during the G20 leaders summit in Osaka, Japan, June 29, 2019. REUTERS/Kevin Lamarque

    3. Presiden China Xi Jinping.

    Kemenangan Trump datang di saat yang sulit bagi Xi. Ancaman tarif menyeluruh sebesar 60% terhadap barang-barang China dapat menghancurkan perdagangan dengan AS, sehingga merugikan ekonomi Negeri Tirai Bambu.

    Hal ini menambah ketidakpastian karena pemerintah Xi meluncurkan stimulus besar untuk meningkatkan pertumbuhan dan kepercayaan diri.

    Namun, ada beberapa hal positif. Elon Musk, yang memiliki hubungan bisnis yang kuat dengan China, dikatakan menarik perhatian Trump. Selain itu, Trump mempertanyakan komitmen AS untuk membela Taiwan, yang dapat sejalan dengan kepentingan China.

    4. PM Jepang Shigeru Ishiba.

    Kemenangan Trump menambah tekanan baru pada pemimpin Jepang, terutama setelah koalisi yang berkuasa kehilangan mayoritas dalam pemilihan umum baru-baru ini. Trump sering mengkritik surplus perdagangan Jepang dengan AS dan mendesak Jepang untuk membayar lebih untuk kehadiran militer AS yang berjumlah sekitar 55.000 tentara.

    Jepang sebelumnya menolak tuntutan tersebut, tetapi perjanjian saat ini akan berakhir pada tahun 2026, masa di mana Trump masih menjadi presiden. Selain itu, Jepang mungkin menghadapi tekanan atas ekspor peralatan pembuatan chip ke China, yang ingin dibatasi oleh AS.

    5. Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum.

    Meksiko sedang mengambil persiapan untuk melihat bagaimana Trump akan melaksanakan rencana tarifnya, yang dapat menjadi hambatan bagi Mexico City untuk meningkatkan ekspor ke negara tetangganya di Utara itu melalui nearshoring.

    Sumber kecemasan lainnya adalah tinjauan yang diharapkan pada tahun 2026 atas perjanjian perdagangan bebas antara negara-negara Amerika Utara. Imigrasi juga merupakan isu yang hangat, dengan Trump mengancam akan memberikan tekanan finansial pada Meksiko meskipun tindakan kerasnya telah membantu AS mengurangi migrasi perbatasan menjelang pemilihan.

    6. PM Inggris Keir Starmer.

    Hanya sedikit sekutu Barat tradisional Amerika yang memulai hubungan dari posisi yang lebih sulit dengan Trump daripada Starmer. Baru empat bulan menjabat, Starmer sudah berselisih paham dengan Trump, setelah tim kampanye Republik menuduh partainya yang condong ke kiri mengirim relawan untuk berkampanye bagi kandidat Demokrat Kamala Harris.

    Starmer menyebut penyerbuan Gedung Capitol AS yang dilakukan pendukung Trump pada 6 Januari 2021 lalu sebagai ‘serangan langsung terhadap demokrasi’. Menteri Luar Negerinya, David Lammy, pada tahun 2017 menyebut presiden AS saat itu sebagai ‘sosiopat pembenci wanita dan bersimpati pada neo-Nazi’.

    Baru-baru ini, ia terlibat perseteruan publik dengan Musk, setelah miliarder industri itu mengatakan di Twitter bahwa kerusuhan sayap kanan di Inggris akan menyebabkan perang saudara.

    7. Presiden Prancis Emmanuel Macron.

    Macron sudah memiliki pengalaman bekerja dengan Trump, yang memberinya pengalaman berharga dibandingkan dengan rekan-rekannya di Eropa.

    Memang, selama masa jabatan pertama Trump, kedua pemimpin tersebut memproyeksikan aliansi yang mencolok, termasuk dengan makan malam di atas menara Eiffel.

    “Siap bekerja sama seperti yang telah kami lakukan selama empat tahun,” tulis Macron di X.

    Foto: Emmanuel Macron bertemu Trump (AP Photo/ Evan Vucci)
    An interpreter translates for President Donald Trump as French President Emmanuel Macron speaks during a meeting at Winfield House during the NATO summit, Tuesday, Dec. 3, 2019, in London. (AP Photo/ Evan Vucci)

    8. Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva.

    Sekutu Trump di Brasil adalah mantan Presiden Jair Bolsonaro, pesaing politik utama Lula. Lula khawatir bahwa kembalinya Trump dapat memperkuat gerakan politik konservatif yang dipimpin Bolsonaro, yang para pendukungnya berupaya melakukan pemberontakan terhadap pemerintahannya hanya satu minggu setelah pelantikannya tahun lalu.

    Menjelang pemilu AS, Lula mengatakan dia berdoa untuk kemenangan Harris, seraya menambahkan bahwa Trump telah mendorong kerusuhan antidemokrasi di Capitol setelah kalah dalam pemilihan ulang pada tahun 2021.

    9. Kanselir Jerman Olaf Scholz.

    Kebencian Trump terhadap pendahulu Scholz, Angela Merkel, memberikan tekanan besar pada hubungan AS-Jerman. Saat itu, Scholz adalah Menteri Keuangan di era Merkel, sehingga akan sulit baginya untuk melepaskan diri dari hubungan itu.

    Jerman telah menjadi sasaran obsesi Trump selama puluhan tahun dengan mobil dan surplus perdagangannya dan akan kembali menjadi sasaran. Sektor otomotif Jerman adalah industri terbesar di ekonomi terbesar Eropa dan sangat rentan terhadap tarif impor AS yang tinggi, yang saat ini direncanakan Trump.

    (dce/dce)

  • Asia Panas, Korsel Balas Korut Tembak Rudal Balistik

    Asia Panas, Korsel Balas Korut Tembak Rudal Balistik

    Jakarta, CNBC Indonesia – Semenanjung Korea memanas. Korea Utara (Korut) dan Korea Selatan (Korsel) terlibat saling tembak rudal balistik ke arah perairan di dekat dua negara itu.

    Pada Jumat (8/11/2024), Seoul menyebutkan bahwa pihaknya telah menembakkan sebuah rudal jarak pendek permukaan-ke-permukaan, Hyunmoo, ke arah Laut Barat. Peluncuran ini dilakukan dalam sebuah sesi latihan militer.

    “Latihan ini diadakan untuk penguatan kemampuan dan kesiapan untuk melakukan serangan presisi terhadap asal provokasi musuh,” kata Kepala Staf Gabungan (JCS) Korsel dikutip AFP.

    Peluncuran ini dilakukan setelah Korut, yang bersenjata nuklir, menguji apa yang disebutnya sebagai rudal balistik antarbenua (ICBM) berbahan bakar padat tercanggih dan terkuat selama dua minggu terakhir. Selain ICBM, Pyongyang juga tercatat meluncurkan sejumlah rudal balistik jarak pendek dalam latihan terpisah.

    JCS mengatakan latihan ini sendiri memang ditujukan untuk merespon pengujian Korut. Aksi Korut digolongkannya sebagai ‘provokasi’.

    “Latihan tembak langsungnya ditujukan untuk menunjukkan tekad kuat untuk menanggapi dengan tegas setiap provokasi Korut,” tambahnya.

    Korsel memulai produksi rudal balistik jarak pendek pada tahun 1970-an untuk melawan ancaman Korut. Hyunmoo adalah serangkaian sistem serangan pendahuluan ‘Kill Chain’ negara tersebut, yang memungkinkan Seoul untuk melancarkan serangan pendahuluan jika ada tanda-tanda serangan Korut akan terjadi.

    Pada awal Oktober, negara tersebut untuk pertama kalinya memamerkan rudal balistik terbesarnya, Hyunmoo-5. Rudal tersebut diketahui mampu menghancurkan bunker bawah tanah.

    Sementara itu, ketegangan antara Korut dan Korsel sendiri terus memuncak. Pada hari minggu lalu, Korsel, Jepang, dan Amerika Serikat (AS) melakukan latihan udara gabungan yang melibatkan pesawat pengebom B-1B AS, jet tempur F-15K dan KF-16 Korea Selatan, dan jet F-2 Jepang, sebagai tanggapan atas peluncuran ICBM Korut.

    Latihan gabungan semacam itu membuat Pyongyang marah, yang menganggapnya sebagai latihan untuk invasi. Kim Yo Jong, saudara perempuan pemimpin negara tersebut Kim Jong Un, menyebut latihan AS-Korea Selatan-Jepang sebagai sesuatu yang sangat berbahaya.

    “Penjelasan berbasis tindakan tentang sifat agresif musuh yang paling bermusuhan dan berbahaya terhadap Republik kita. Latihan ini merupakan bukti mutlak mengenai validitas dan urgensi garis pembangunan kekuatan nuklir yang telah kita pilih dan praktikkan,” tambahnya.

    (sef/sef)

  • Respons Korut, AS-Korsel Latihan Militer Pakai Pesawat Pengebom

    Respons Korut, AS-Korsel Latihan Militer Pakai Pesawat Pengebom

    Jakarta

    Korea Selatan, Jepang dan Amerika Serikat melakukan latihan udara gabungan dengan melibatkan pesawat pengebom. Latihan digelar sebagai tanggapan atas uji coba rudal jarak jauh terbaru Korea Utara.

    Dilansir AFP, Minggu (3/11/2024), latihan itu berlangsung tiga hari setelah Pyongyang meluncurkan salah satu rudal balistik antarbenua (ICBM) berbahan bakar padat terkuat dan tercanggihnya, yang menurut para ahli dapat mencapai target di daratan AS.

    Militer Korsel mengatakan latihan tersebut memobilisasi pesawat pengebom B-1B milik AS, jet tempur F-15K dan KF-16 milik Korea Selatan, dan jet F-2 milik Jepang.

    “Latihan tersebut menunjukkan komitmen aliansi ROK-AS untuk pencegahan terpadu yang diperluas sebagai tanggapan atas ancaman nuklir dan rudal yang terus meningkat dari Korea Utara,” kata Kepala Staf Gabungan Korea Selatan dalam siaran pers.

    Selama manuver udara tersebut, jet Korea Selatan dan Jepang mengawal pesawat pengebom strategis AS ke lokasi yang ditentukan di selatan semenanjung Korea.

    “Menunjukkan kemampuan luar biasa untuk menyerang target simulasi dengan cepat dan akurat,” imbuh Kepala Staf Gabungan Korea Selatan itu.

    B-1B Lancer adalah pesawat pengebom berat supersonik yang dikenal karena kinerja kecepatan tinggi dengan muatan 75.000 pon (34.000 kilogram) amunisi, termasuk senjata konvensional dan berpemandu presisi.

    Peluncuran ICBM terbaru Korea Utara dikatakan telah terbang lebih tinggi dan lebih jauh daripada rudal sebelumnya, menurut Korea Utara serta militer Seoul dan Tokyo, yang melacaknya secara langsung.

    Kantor Berita Pusat Korea resmi memujinya sebagai “rudal strategis terkuat di dunia,”. Pemimpin Korut Kim Jong Un “menyatakan kepuasan yang luar biasa” atas peluncuran yang sukses tersebut.

    “Korea Utara tidak akan pernah mengubah garis pertahanannya untuk memperkuat kekuatan nuklirnya,” kata kantor berita tersebut.

    Peluncuran tersebut dilakukan di tengah meningkatnya pengawasan internasional atas dugaan pengerahan ribuan pasukan Pyongyang ke Rusia untuk mendukung upaya perang Moskow di Ukraina, yang menimbulkan kekhawatiran bahwa tentara Korea Utara berseragam Rusia akan segera terlibat dalam pertempuran.

    (yld/knv)

  • Terungkap Sosok Jenderal Senior Korut yang Diterjunkan ke Rusia

    Terungkap Sosok Jenderal Senior Korut yang Diterjunkan ke Rusia

    Jakarta

    Teka-teki sosok jenderal Korea Utara (Korut) yang diterjunkan ke Rusia kini terjawab. Ternyata dia adalah jenderal senior yang memimpin komando pasukan khusus.

    Dilansir Reuters, Jumat (1/11/2024), pemerintah Ukraina mengungkapkan nama tiga jenderal militer Korut yang kini mendampingi ribuan tentara Pyongyang yang dikerahkan ke Rusia untuk membantu perang di Ukraina. Salah satu jenderal Korut itu merupakan seorang jenderal senior yang memimpin komando pasukan khusus.

    Dalam pernyataan kepada Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), delegasi Ukraina mengatakan ketiga jenderal Korut itu termasuk di antara 500 perwira Tentara Rakyat Korea (KPA) -nama resmi militer Korut- yang dikirimkan ke Rusia.

    Kyiv mengatakan pasukan Korut itu direncanakan untuk dibentuk menjadi setidaknya lima formasi, yang masing-masing terdiri atas 2.000 tentara hingga 3.000 tentara, dan diintegrasikan ke dalam unit pasukan Rusia untuk menyembunyikan kehadiran mereka.

    Ukraina mengidentifikasi salah satu jenderal Korut di Rusia sebagai Kolonel Jenderal Kim Yong Bok, yang merupakan seorang jenderal senior dengan komando pasukan khusus termasuk Korps XI, yang juga dikenal sebagai Korps Badai, yang menurut intelijen Korea Selatan (Korsel), telah dikirim ke Rusia.

    Pakar kepemimpinan Korut dari Stimson Center di Amerika Serikat (AS), Michael Madden, menyebut peran Kim Yong Bok tampaknya lebih besar, dengan mengelola Biro Bimbingan Pelatihan Infanteri Ringan KPA, yang mencakup Korps Xi dan unit infanteri ringan yang dikerahkan ke unit korps KPA dan diperbantukan untuk misi khusus bagi Biro Umum Pengintaian, yang merupakan agen mata-mata utama Korut.

    Sosok Kim Yong Bok telah muncul di sebanyak tujuh acara bersama pemimpin Korut Kim Jong Un sepanjang tahun ini, termasuk latihan pasukan khusus.

    “Oleh karena itu, ada sejumlah tugas administratif dan penghubung sehingga Kim Jong Un mengirimkan Kim Yong Bok sebagai wakil pengambil keputusan sampai kehadiran unit KPA benar-benar kuat,” ujarnya.

    Menurut Madden, Kim Yong Bok pada akhirnya mungkin akan menyerahkan komando kepada perwira bawahannya di KPA yang berpangkat Kolonel atau Mayor Jenderal Senior.

    Baca halaman selanjutnya>>

  • Asia Makin Panas, Jepang & Eropa Keluarkan Tanda Siap Perang

    Asia Makin Panas, Jepang & Eropa Keluarkan Tanda Siap Perang

    Jakarta, CNBC Indonesia – Jepang dan Uni Eropa (UE) akan mengumumkan kemitraan keamanan baru pada Jumat (1/11/2024). Menurut laporan media lokal, pakta ini akan mencakup lebih banyak latihan militer bersama, dialog tingkat senior, dan kerja sama industri pertahanan.

    Kepala kebijakan luar negeri UE Josep Borrell akan bertemu dengan mitranya dari Jepang Takeshi Iwaya. Ia mengatakan kepada wartawan minggu ini bahwa pakta tersebut muncul “saat Jepang dan UE menghadapi lingkungan keamanan yang semakin menantang”.

    Sebenarnya, ia tidak menyebut China. Tetapi Jepang sebelumnya menyebut tetangganya sebagai tantangan keamanan terbesarnya saat Beijing membangun kapasitas militer di kawasan tersebut.

    “Kunjungan saya ke dua mitra terdekat kami di Indo-Pasifik merupakan tonggak penting dalam upaya kami selama lima tahun terakhir untuk memperkuat keterlibatan aktif UE,” kata Borrell dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis, seperti dikutip AFP.

    “Kami telah mengamankan keselarasan pada isu-isu geopolitik dan memajukan nilai-nilai yang kami miliki bersama,” katanya, menjanjikan “babak baru dalam hubungan kami yang semakin dekat”.

    Setelah pembicaraan Tokyo, Borrell akan menuju Korea Selatan (Korsel) untuk membahas Korea Utara (Korut) sebagai agenda utama. Amerika Serikat (AS) sebelumnya mengatakan ribuan tentara Korea Utara berada di Rusia dan siap bertempur di Ukraina.

    Pyongyang juga menguji coba salah satu rudal terbarunya dan terkuat pada hari Kamis. Ini menunjukkan ancamannya terhadap daratan AS beberapa hari menjelang pemilihan umum.

    Sementara Iwaya pada Selasa mengatakan Kemitraan Keamanan dan Pertahanan Jepang-UE diumumkan bertujuan untuk lebih mengembangkan, memperdalam, dan memperkuat kerja sama dan dialog di semua bidang keamanan dan pertahanan. Secara khusus, ia membayangkan kerja sama di bidang keamanan maritim, ruang angkasa, keamanan siber, dan ancaman hibrida, termasuk disinformasi dan campur tangan asing.

    “Keamanan kawasan Asia-Pasifik tidak dapat dipisahkan dari keamanan Eropa dan Atlantik”, tambah Iwaya.

    Jepang telah meningkatkan pengeluaran pertahanan ke standar NATO sebesar dua persen dari PDB pada tahun 2027. Sebagian untuk melawan China, yang meningkatkan tekanan militer terhadap Taiwan.

    Beijing mengklaim pulau yang diperintah sendiri itu sebagai bagian dari wilayahnya dan tidak mengesampingkan kemungkinan menggunakan kekerasan untuk menguasainya. Jepang, yang selama beberapa dekade bergantung pada AS untuk perangkat keras militer, juga sedang mengembangkan jet tempur baru dengan anggota UE Italia dan Inggris yang akan mengudara pada tahun 2035.

    (sef/sef)