kab/kota: Pyongyang

  • Update Perang Rusia di Ukraina: Muncul Bantuan Baru untuk Moskow

    Update Perang Rusia di Ukraina: Muncul Bantuan Baru untuk Moskow

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perang antara Rusia dan Ukraina telah memasuki hari ke-1.005 pada Senin (25/11/2024). Saling serang antara dua negara tetangga tersebut terus menjadi perhatian dunia lantaran muncul bantuan internasional untuk Moskow.

    Saat ini Rusia mendapatkan bantuan internasional dari negara sahabat Korea Utara (Korut). Hal ini pun menimbulkan kekhawatiran baru, salah satunya dari Amerika Serikat (AS) yang selama ini menyokong Ukraina.

    Berikut update terbaru perang antara Rusia dan Ukraina, seperti dihimpun CNBC Indonesia dari berbagai sumber.

    Putin Panggil Negara Arab Ini Ikut Perang Rusia-Ukraina

    Selain warga Korut, Rusia dilaporkan kembali memanggil warga negara asing untuk terlibat dalam perangnya melawan Ukraina. Hal ini dilaporkan oleh Financial Times (FT), Minggu (24/11/2024).

    Dalam laporannya, FT menyebut negara tersebut adalah Yaman, yang saat ini dilanda perang saudara. Mereka dijanjikan upah yang besar hingga kewarganegaraan Rusia bila menyanggupi untuk mengikuti perang Moskow itu.

    “Warga Yaman dijanjikan upah tinggi dan kewarganegaraan Rusia sebelum melakukan perjalanan ke Rusia untuk direkrut secara paksa ke dalam tentara Moskow dan dikirim ke garis depan di Ukraina. Perjalanan tersebut difasilitasi oleh sebuah perusahaan yang terkait dengan pemberontak Houthi Yaman,” tulis laporan itu, yang juga dikutip Newsweek.

    Sebelumnya diketahui, Yaman berada dalam perang saudara yang melibatkan antara pemerintah dan pemberontak Houthi, yang berhaluan syiah dan pro-Iran. Hingga saat ini, Houthi telah berhasil menguasai sejumlah besar wilayah Negeri Hadramaut itu.

    Tidak jelas seberapa dekat Rusia dengan Houthi. Namun konflik ini telah membuat Moskow menjalin hubungan dengan negara-negara yang memusuhi Amerika Serikat (AS) dan sekutunya.

    Serangan Rudal Ukraina ke Wilayah Rusia

    Sistem pertahanan udara Rusia menghancurkan tujuh rudal Ukraina di wilayah Kursk pada Minggu malam, menurut gubernur wilayah Kursk, Alexei Smirnov, di saluran Telegram miliknya.
    Sementara gubernur wilayah Vladislav Shapsha menyebut puing-puing yang jatuh dari pesawat nirawak Ukraina yang hancur memicu kebakaran di fasilitas industri di Kaluga, Rusia. Ia mengatakan tidak ada korban luka dan tiga pesawat nirawak hancur.

    Di sisi lain, Wali Kota Vitali Klitschko di Telegram menyebut pertahanan udara sedang beroperasi di Kyiv sebagai tanggapan atas serangan pesawat nirawak Rusia yang baru.

    Pertahanan udara Ukraina sebelumnya telah menjatuhkan 50 dari 73 pesawat nirawak Rusia yang diluncurkan ke berbagai target, menurut militer Ukraina.

    China Pening Gegara Rusia dan Korut ‘Main Belakang’

    Pemerintah China dilaporkan makin resah dengan kerja sama pertahanan yang kian erat antara Rusia dan Korea Utara (Korut). Hal ini disampaikan Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Kurt Campbell pada Minggu.

    Dalam pernyataannya, Campbell mengatakan Beijing sangat khawatir dengan bagaimana Pyongyang, dalam kerangka kerja sama ini, mengirimkan pasukannya untuk bertempur dengan Rusia di Ukraina. Menurutnya, China khawatir langkah ini akan membuat Korut mengambil langkah yang tidak sesuai dengan kepentingan nasionalnya.

    “Dalam beberapa diskusi yang telah kami lakukan, tampaknya kami memberitahu mereka tentang hal-hal yang tidak mereka ketahui terkait dengan kegiatan Korut, dan mereka khawatir bahwa dorongan Rusia dapat menyebabkan Korut mempertimbangkan tindakan atau aksi militer yang mungkin tidak sesuai dengan kepentingan China,” ungkapnya dikutip The Guardian.

    “China tidak secara langsung mengkritik Rusia, tetapi kami yakin bahwa meningkatnya koordinasi antara Pyongyang dan Moskow membuat mereka gelisah.”

    Sebelumnya, Korut diketahui telah mengirimkan 10 ribu pasukannya untuk bertempur melawan Ukraina membela Rusia. Hal ini terjadi setelah Presiden Rusia Vladimir Putin dan Pemimpin Tertinggi Korut Kim Jong Un menandatangani perjanjian keamanan antara kedua negara.

    Jenderal Korea Utara Terluka Imbas Serangan Rudal Ukraina

    Seorang jenderal senior Korea Utara dikabarkan terluka dalam serangan Ukraina baru-baru ini di wilayah Kursk, Rusia. Hal itu disampaikan seorang pejabat dari negara Barat seperti dikutip dari Wall Street Journal pada Minggu.

    Kabar ini menjadi pertama kalinya seorang perwira tinggi militer Korea Utara menjadi korban dalam konflik Rusia-Ukraina. Seperti diketahui, lebih dari 10.000 tentara Korea dikerahkan di Kursk saat Kremlin mencoba mengusir pasukan Ukraina yang melancarkan serangan di sana pada Agustus.

    Misi Korea Utara untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) belum menanggapi ihwal kabar jenderalnya yang menjadi korban ini. Pyongyang telah mengirim seorang perwira senior, Kolonel Jenderal Kim Yong Bok ke Rusia untuk mengawasi upaya Korea Utara untuk berkoordinasi dengan Rusia.

    Putin Disebut Sakit, Nampak Tanda Tak Biasa dari Tangannya

    Informasi mengenai kondisi kesehatan Presiden Rusia Vladimir Putin terus menerus diberitakan. Pasalnya, orang nomor satu di Rusia itu saat ini sedang banyak disorot lantaran keputusannya untuk menyerang tetangganya, Ukraina.

    Pada Kamis (21/11/2024), sebuah video yang mengunggah pernyataan terkait Putin yang mengonfirmasi penggunaan rudal hipersonik dalam serangan ke Ukraina menunjukkan sebuah gejala tak biasa bagi Presiden Rusia itu. Nampak Putin duduk dengan kedua tangan dalam posisi hampir tak bergerak selama lebih dari 20 menit.

    Hal ini telah memicu spekulasi liar di internet berdasarkan rumor yang beredar tentang kesehatannya. Penasihat Dalam Negeri Ukraina Anton Gerashchenko menyebut, ada yang tidak sinkron antara badannya dengan kepala dan tangan.

    “Jika Anda mempercepat video, terlihat bahwa tangan Putin tidak bergerak dan tampak terpisah dari tubuhnya. Suara dan gerakan bibir terkadang tidak sesuai,” ujarnya di X, seperti dikutip dari Newsweek.

    Gerashchenko kemudian berkomentar, tanggapan dari apa yang disebutnya ‘para bot dan troll Rusia’ membuatnya berpikir ‘memang ada sesuatu di sana’, menunjuk kejadian ini pada kesehatan Putin.

    Pembuat film Patrick Hölscher juga membuat komentar serupa. Menurutnya, banyak editan dalam video konfirmasi Putin itu yang akhirnya menimbulkan pertanyaan terkait apa yang benar-benar terjadi dengan orang nomor satu Negeri Beruang Putih itu.

    Pada Oktober, Kremlin mengeluarkan pernyataan bahwa Putin tidak memiliki masalah kesehatan setelah ia mengunjungi Rumah Sakit Klinik Pusat. Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan bahwa Putin sebenarnya berada di sana untuk pemeriksaan medis biasa.

    Putin sebelumnya menyebutkan bahwa ia rutin menjalani pemeriksaan di rumah sakit Moskow.

    “Dokter di Rumah Sakit Klinik Pusat, tempat saya menjalani berbagai pemeriksaan rutin, juga merekomendasikan vaksinasi dengan obat-obatan yang diproduksi di dalam negeri,” katanya kepada menteri kesehatannya Mikhail Murashko.

    Update dari Politik Rusia

    Rusia akan segera menunjuk Alexander Darchiev, yang saat ini menjabat sebagai kepala departemen Amerika Utara Kementerian Luar Negeri, sebagai duta besar barunya untuk Washington, demikian dilaporkan surat kabar Kommersant.

    Sementara Presiden Rusia Vladimir Putin telah menandatangani undang-undang yang memungkinkan mereka yang mendaftar untuk berperang di Ukraina untuk menghapus utang yang belum dibayar senilai hampir US$100.000.

    (pgr/pgr)

  • Ribuan Tentara Korut di Rusia Segera Masuki Perang Ukraina

    Ribuan Tentara Korut di Rusia Segera Masuki Perang Ukraina

    Suva

    Pentagon atau Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) menyebut ribuan tentara Korea Utara (Korut) yang berkumpul di Rusia akan “segera” memasuki pertempuran melawan Ukraina. Tentara-tentara Pyongyang itu dilaporkan menyatu dengan formasi pasukan militer Moskow.

    Menteri Pertahanan (Menhan) AS Lloyd Austin dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP, Sabtu (23/11/2024), menyebut sekitar 10.000 tentara Korut diyakini kini bermarkas di Kursk, wilayah perbatasan Rusia, di mana mereka “diintegrasikan ke dalam formasi Rusia”.

    “Berdasarkan apa yang telah mereka dapatkan dalam pelatihan, cara mereka diintegrasikan ke dalam formasi Rusia, saya sepenuhnya memperkirakan akan melihat mereka terlibat dalam pertempuran segera,” kata Austin saat berbicara kepada wartawan saat singgah di Fiji, negara kepulauan di Pasifik.

    Austin mengatakan dirinya “belum melihat laporan signifikan” mengenai pasukan Korut yang “terlibat secara aktif dalam pertempuran” sejauh ini.

    Para pejabat pemerintah Korea Selatan (Korsel) dan kelompok penelitian setempat melaporkan pada Kamis (21/11) waktu setempat bahwa Rusia telah memasok rudal anti-pesawat, memberikan minyak dan bantuan ekonomi sebagai imbalan atas pengiriman pasukan Korut ke Moskow.

    Penasihat keamanan utama Korsel Shin Won Sik menyebut Seoul mendeteksi “peralatan dan rudal anti-pesawat yang bertujuan untuk memperkuat sistem pertahanan udara Pyongyang yang rentan” telah dikirimkan ke Korut.

    Menurut Menteri Luar Negeri (Menlu) Inggris David Lammy, seperti dikutip BBC, pasokan minyak itu merupakan “pembayaran” untuk persenjataan dan pasukan yang dikirimkan Pyongyang ke Moskow.

  • Rusia Pasok Rudal Pertahanan Udara ke Korut, Imbalan Pengiriman Pasukan

    Rusia Pasok Rudal Pertahanan Udara ke Korut, Imbalan Pengiriman Pasukan

    Moskow

    Rusia dilaporkan telah memasok rudal pertahanan udara dan memberikan pasokan minyak serta bantuan ekonomi kepada Korea Utara (Korut), sebagai imbalan atas pengiriman pasukan oleh Pyongyang untuk mendukung perang Moskow melawan Ukraina.

    Korea Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat (AS) menuduh Korut telah mengirimkan lebih dari 10.000 tentaranya ke Rusia untuk membantu pertempuran melawan Ukraina, dalam perang yang berkecamuk sejak invasi militer pada Februari 2022 lalu.

    Para pakar menyebut pemimpin Korut, Kim Jong Un, sangat ingin mendapatkan teknologi canggih dan pengalaman bertempur untuk pasukannya, sebagai imbalan.

    Diungkapkan oleh penasihat keamanan utama Korsel Shin Won Sik, seperti dilansir AFP dan Associated Press, Jumat (22/11/2024), bahwa Seoul mendapati Rusia telah memasok rudal dan peralatan militer lainnya untuk memperkuat jaringan pertahanan udara di Pyongyang, ibu kota Korut.

    “Telah diidentifikasi bahwa peralatan dan rudal anti-pesawat, yang bertujuan untuk memperkuat sistem pertahanan udara Pyongyang yang rentan, telah dikirimkan ke Korea Utara,” sebut Shin, yang merupakan penasihat keamanan nasional untuk Presiden Yoon Suk Yeol, dalam pernyataannya kepada wartawan.

    Berbicara kepada televisi lokal SBS, Shin juga mengungkapkan bahwa Moskow telah memberikan “berbagai bentuk dukungan ekonomi” kepada Pyongyang dan berbagai teknologi militer, termasuk yang dibutuhkan untuk membantu Korut membangun sistem pengawasan berbasis luar angkasa yang bisa diandalkan.

    Secara terpisah, kelompok riset nirlaba Open Source Centre melaporkan Pyongyang telah mendapatkan pengiriman pasokan minyak dari Moskow.

  • Kim Jong Un Tuduh AS Tingkatkan Ketegangan, Peringatkan Perang Nuklir

    Kim Jong Un Tuduh AS Tingkatkan Ketegangan, Peringatkan Perang Nuklir

    Pyongyang

    Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un menuduh Amerika Serikat (AS) telah meningkatkan ketegangan dan provokasi. Kim Jong Un menyebut Semenanjung Korea tidak pernah menghadapi risiko perang nuklir seperti sekarang ini.

    Dalam pidato saat menghadiri pameran militer di Pyongyang, seperti dilansir Reuters, Jumat (22/11/2024), Kim Jong Un mengatakan dirinya telah berusaha melakukan negosiasi dengan Washington tetapi hasilnya hanya menyoroti kebijakan “agresif dan bermusuhan” terhadap Pyongyang.

    “Tidak pernah sebelumnya, pihak-pihak yang bertikai di Semenanjung Korea menghadapi konfrontasi yang berbahaya dan akut sehingga bisa meningkat menjadi perang termonuklir yang paling menghancurkan,” sebut Kim Jong Un dalam pidatonya, seperti dikutip kantor berita Korut, Korean Central News Agency (KCNA).

    “Kita telah melakukan negosiasi sejauh ini yang kita bisa dengan Amerika Serikat, namun apa yang kita yakini dari hasilnya bukanlah kesediaan negara adidaya itu untuk hidup berdampingan, namun sikap penuh kekuasaan dan kebijakan mereka yang agresif dan bermusuhan terhadap kita yang tidak akan pernah berubah,” ujarnya.

    Selama periode pertama kepresidenan Donald Trump, yang akan kembali menjabat Presiden AS pada Januari tahun depan, Kim Jong Un dan Trump telah menggelar tiga pertemuan bersejarah di Singapura, kemudian Hanoi di Vietnam dan di perbatasan kedua Korea pada tahun 2018 dan 2019 lalu.

    Namun langkah diplomasi itu gagal mencapai hasil konkret karena adanya perbedaan antara seruan AS agar Korut meninggalkan senjata nuklirnya dan tuntutan Kim Jong Un untuk keringanan sanksi-sanksi bagi Pyongyang.

    Trump selalu memuji hubungannya dengan Kim Jong Un, bahkan bulan lalu dia menyebut kedua negara “bisa mengalami perang nuklir yang menewaskan jutaan orang” namun dia berhasil menghentikannya karena hubungan mereka.

  • Putin Kasih Hadiah 75 Hewan Langka untuk Korea Utara

    Putin Kasih Hadiah 75 Hewan Langka untuk Korea Utara

    Foto

    Moscow Zoo official telegram channel via AP – detikNews

    Kamis, 21 Nov 2024 20:00 WIB

    Korea Utara – Presiden Rusia Vladimir Putin menghadiahkan 75 hewan kepada Korea Utara (Korut). Pemberian ini sebagai tanda persahabatan antara Moskow dan Pyongyang.

  • AS soal Aturan Baru Serangan Nuklir Rusia: Retorika Tak Bertanggung Jawab

    AS soal Aturan Baru Serangan Nuklir Rusia: Retorika Tak Bertanggung Jawab

    Rio de Janeiro

    Presiden Rusia Vladimir Putin menyetujui doktrin terbaru soal Rusia bisa mempertimbangkan serangan nuklir jika dihantam rudal konvensional yang didukung oleh negara berkekuatan nuklir. Amerika Serikat (AS) mengecam dan menyebut itu sebagai retorika tak bertanggung jawab.

    “Ini lebih merupakan retorika tak bertanggung jawab yang sama dari Rusia, yang telah kita lihat selama dua tahun terakhir,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS seperti dilansir AFP, Rabu (20/11/2024).

    Langkah Putin dilakukan setelah Washington mengizinkan Ukraina menembakkan rudal jarak jauh buatan AS ke wilayah Rusia. Moskow mengatakan Kyiv telah menggunakan senjata itu untuk pertama kalinya pada Selasa kemarin.

    Juru bicara tersebut mengatakan bahwa AS tidak terkejut dengan pengumuman Rusia.

    “Kami tidak terkejut dengan pengumuman Rusia bahwa mereka akan memperbarui doktrin nuklirnya,” kata dia seraya menambahkan bahwa Moskow telah memberikan isyarat niatnya untuk melakukannya selama beberapa minggu.

    “Karena tidak melihat adanya perubahan pada postur nuklir Rusia, kami tidak melihat alasan untuk menyesuaikan postur atau doktrin nuklir kami sendiri sebagai tanggapan atas pernyataan Rusia hari ini,” jelasnya.

    Pejabat AS sebelumnya telah mengonfirmasi bahwa Presiden Joe Biden yang menghadiri pertemuan puncak G20 di Rio de Janeiro, memberikan lampu hijau bagi sekutu Kyiv untuk menggunakan rudal jarak jauh terhadap Rusia.

    “Pengerahan pasukan Pyongyang merupakan eskalasi yang signifikan dan kami memperingatkan bahwa Amerika Serikat akan menanggapinya. Saya tidak akan membahas detail tanggapan tersebut hari ini,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional.

    Reaksi AS muncul setelah Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menuduh para pemimpin G20 gagal bertindak setelah perubahan aturan nuklir Putin.

    Ukraina dengan cemas mengamati apakah Presiden terpilih AS Donald Trump akan menghentikan bantuan militer Amerika dan mencoba mendorong kesepakatan damai yang dapat memaksa Kyiv menyerahkan wilayahnya kepada Moskow.

    Putin Setujui Aturan Baru Nuklir

    Putin telah menyetujui doktrin nuklir negaranya yang diperbarui. Doktrin nuklir terbaru ini menyatakan Rusia bisa mempertimbangkan untuk menggunakan senjata nuklirnya, jika dihantam serangan rudal konvensional yang didukung oleh negara berkekuatan nuklir.

    Disetujuinya doktrin nuklir terbaru Rusia oleh Putin ini menjadi peringatan tersendiri untuk Amerika Serikat (AS), yang mendukung Ukraina dengan pasokan persenjataan selama perang berlangsung sejak tahun 2022 lalu.

    Persetujuan untuk perubahan doktrin nuklir resmi Rusia, seperti dilansir Reuters, Selasa (19/11), menjadi jawaban Kremlin terhadap keputusan pemerintahan Presiden Joe Biden yang mengizinkan Ukraina menembakkan rudal jarak jauh pasokan AS untuk menyerang jauh ke dalam wilayah Rusia.

    Doktrin nuklir yang diperbarui ini menguraikan ancaman-ancaman yang bisa menjadi dasar bagi pemimpin Rusia untuk mempertimbangkan serangan nuklir.

    Disebutkan dalam doktrin nuklir terbaru itu, bahwa serangan dengan rudal konvensional, drone atau pesawat tempur dapat dianggap memenuhi kriteria tersebut.

    (lir/lir)

  • 1.000 Hari Perang Rusia-Ukraina, Asa Perdamaian di Tengah Pertempuran

    1.000 Hari Perang Rusia-Ukraina, Asa Perdamaian di Tengah Pertempuran

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perang Rusia-Ukraina telah memasuki hari ke-1.000 pada Selasa (19/11/2024). Sejauh ini, prospek pertempuran masih belum menuju tujuan perdamaian, dengan sejumlah negara Barat masih terus memberikan dukungan bagi Ukraina dan tekanan bagi Rusia.

    Ribuan warga Ukraina telah tewas, lebih dari 6 juta orang hidup sebagai pengungsi di luar negeri, dan populasinya telah turun seperempat sejak Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan invasi melalui darat, laut, dan udara, yang memulai konflik terbesar di Eropa sejak Perang Dunia Kedua.

    Kerugian militer telah menjadi bencana besar, meskipun hal itu tetap menjadi rahasia yang dijaga ketat. Perkiraan publik Barat berdasarkan laporan intelijen sangat bervariasi, tetapi sebagian besar mengatakan ratusan ribu orang telah terbunuh atau terluka di kedua belah pihak.

    Tragedi telah menyentuh keluarga di setiap sudut Ukraina, di mana pemakaman militer merupakan hal yang biasa di kota-kota besar dan desa-desa terpencil, dan orang-orang kelelahan karena malam-malam tanpa tidur karena sirine serangan udara dan kesedihan.

    Meski begitu, baru-baru ini Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden justru memberi lampu hijau bagi rudal Washington untuk digunakan terhadap target yang lebih dalam di Rusia. Ini berpotensi untuk memperpanjang peperangan, bahkan mengeskalasi skala pertempuran ke depan.

    Walau begitu, kebijakan ini kemungkinan besar dapat dibalikan oleh presiden terpilih AS Donald Trump. Trump sendiri telah berjanji untuk menyelesaikan peperangan antara dua negara Uni Soviet

    Peta Kekuatan Terbaru

    Eskalasi makin terasa saat Moskow dan Kyiv berusaha untuk meningkatkan posisi medan perang mereka sebelum negosiasi apa pun. Moskow terus maju di Timur sementara Ukraina masih terus menekan Rusia di wilayah Utara, utaranya di daerah Kursk, yang sejatinya milik Negeri Beruang Putih

    Sudah didorong oleh pesawat nirawak serang Iran dan peluru artileri serta rudal balistik Korea Utara (Korut), Rusia kini telah mengerahkan 11.000 tentara Pyongyang dalam perang. Seorang pejabat senior Kyiv mengatakan Pyongyang memiliki kapasitas untuk mengirim 100.000 tentara.

    Sementara itu, Ukraina mengerahkan beberapa pasukan terbaiknya untuk mempertahankan sebagian kecil wilayah Kursk, yang direbut pada bulan Agustus sebagai alat tawar-menawar.

    Dengan datangnya musim dingin, Moskow pada hari Minggu memperbarui serangan udaranya terhadap sistem tenaga listrik Ukraina yang sedang berjuang. Kremlin menembakkan 120 rudal dan 90 pesawat tanpa awak dalam serangan udara terbesar sejak bulan Agustus.

    Tuntutan Moskow

    Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan minggu lalu bahwa Ukraina harus melakukan yang terbaik untuk mengakhiri perang tahun depan melalui cara diplomatik. Namun, ia dengan tegas menutup semua pembicaraan tentang gencatan senjata sebelum jaminan keamanan yang tepat diberikan kepada Ukraina.

    Kremlin mengatakan tujuan perangnya tetap tidak berubah sejak Putin mengatakan pada bulan Juni bahwa Ukraina harus menghentikan ambisinya untuk bergabung dengan NATO, dan harus mundur dari empat wilayah Ukraina yang sebagian dikuasai pasukannya, semuanya sama saja dengan menyerah kepada Kyiv.

     

    (luc/luc)

  • 8 Update Perang Rusia-Ukraina: AS Dekatkan Dunia Menuju PD 3

    8 Update Perang Rusia-Ukraina: AS Dekatkan Dunia Menuju PD 3

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Dinamika perang Rusia-Ukraina terus berlanjut. Memasuki dua setengah tahun lebih, pergerakan perang belum mencapai titik-titik perdamaian.

    Terbaru, Minggu (17/11/2024), Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden memberikan restu kepada Ukraina untuk menyerang wilayah dalam Rusia menggunakan senjata buatannya. Hal ini pun telah memicu reaksi dari sejumlah negara.

    Berikut perkembangan terbarunya sebagaimana dirangkum dari beberapa sumber oleh CNBC Indonesia, Senin (18/11/2024):

    1. Kanselir Jerman Telepon Putin, NATO Uring-uringan

    Dinamika terjadi di tubuh aliansi NATO. Hal ini terjadi setelah Kanselir Jerman Olaf Scholz, yang merupakan anggota NATO, menghubungi Presiden Rusia Vladimir Putin saat hubungan kedua pihak sedang memanas akibat perang Ukraina.

    Mengutip Newsweek, Scholz mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa ia meminta Putin untuk mengakhiri perang di Ukraina dan menarik semua pasukan Rusia dari negara itu. Menurutnya, manuver Moskow saat ini tidak mengarahkan menuju perdamaian abadi antara kedua negara.

    “Rusia harus menunjukkan kesediaan untuk berunding dengan Ukraina, dengan tujuan mencapai perdamaian yang adil dan abadi,” kata Scholz dikutip Newsweek, Senin (18/11/2024).

    Panggilan telepon ini pun mendapatkan reaksi dari anggota NATO lainnya, Polandia. Perdana Menteri Polandia Donald Tusk mengatakan dalam sebuah unggahan di X bahwa manuver Scholz adalah sesuatu yang sia-sia.

    “Tidak seorang pun akan menghentikan Putin dengan panggilan telepon,” ucapnya

    Menteri Luar Negeri Lithuania, Gabrielius Landsbergis, juga menyuarakan hal serupa. Menurutnya, ‘sejarah terus memberitahu kita bahwa perdamaian sejati hanya dapat dicapai melalui kekuatan’.

    “Panggilan telepon itu, seharusnya, menjadi napas terakhir dari strategi yang gagal untuk memperdagangkan tanah demi ‘perdamaian’ dengan seorang diktator genosida,” ucapnya.

    Walau begitu, Scholz membela diri pada hari Minggu bahwa penting untuk menekankan kepada pemimpin Rusia bahwa ia tidak dapat mengandalkan dukungan dari Jerman, Eropa, dan banyak negara lain di dunia dalam aksi di Ukraina.

    “Menurut saya, bukan ide yang baik jika ada pembicaraan antara presiden Amerika dan Rusia namun pemimpin negara Eropa yang penting tidak melakukannya juga,” tambahnya.

    Di sisi lain, Kremlin mengatakan dalam pernyataan panggilan tersebut bahwa setiap perjanjian di masa mendatang harus mempertimbangkan ‘realitas teritorial baru’.

    “Panggilan tersebut atas permintaan Berlin, dan merupakan pertukaran pandangan yang mendalam dan jujur tentang situasi di Ukraina,” kata Kremlin.

    2. Trump Buka Suara Lagi soal Perang Ukraina

    Manuver Biden yang memberikan izin penggunaan senjata AS di Rusia mengundang reaksi dari kubu AS terpilih Donald Trump. Putra sulung Trump, Donald Trump Jr., juga mengatakan bahwa manuver itu bisa mengundang Perang Dunia 3 (PD 3) dan kejadian itu telah direstui oleh sejumlah produsen alat-alat pertahanan.

    “Kompleks Industri Militer tampaknya ingin memastikan mereka memulai PD 3 sebelum ayah saya memiliki kesempatan untuk menciptakan perdamaian dan menyelamatkan nyawa,” tulisnya di X pada hari Minggu.

    “Harus mengunci Triliunan itu. Hidup akan terkutuk!!! Orang-orang bodoh!”

    Anggota parlemen Rusia Maria Butina mengatakan pada hari Senin bahwa pemerintahan Presiden Joe Biden mempertaruhkan Perang Dunia Ketiga (PD3) jika mengizinkan Ukraina menggunakan senjata buatan AS untuk menyerang Rusia.

    “Orang-orang ini, pemerintahan Biden, sedang mencoba meningkatkan situasi semaksimal mungkin selagi mereka masih berkuasa dan masih menjabat,” kata Butina kepada Reuters.

    “Saya sangat berharap (Donald) Trump akan mengatasi keputusan ini jika ini telah dibuat karena mereka benar-benar mempertaruhkan dimulainya PD3 yang tidak menguntungkan siapa pun.”

    Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada tanggal 12 September bahwa persetujuan Barat untuk langkah tersebut akan berarti adanya ‘keterlibatan langsung’ negara-negara NATO dan dalam perang di Ukraina. Ini karena infrastruktur dan personel militer NATO harus terlibat dalam penargetan dan penembakan rudal.

    4. Kim Jong Un Semprot AS-Barat Soal Perang Ukraina

    Pemimpin Tertinggi Korea Utara (Korut) Kim Jong Un mengatakan Amerika Serikat (AS) dan Barat menggunakan militer Ukraina sebagai ‘pasukan kejut’ untuk melawan Rusia. Hal ini disampaikannya dalam pidato yang disiarkan media pemerintah, Senin (18/11/2024).

    Dalam laporan tersebut, yang dikutip AFP, Kim mengatakan AS dan Barat menggunakan konflik di Ukraina untuk memperluas cakupan intervensi militer mereka secara global. Ia menyebut bahwa Washington menganggap Kyiv sebagai sarana yang sangat penting untuk menggoyang kekuatan Rusia.

    “Mereka juga mencoba untuk meningkatkan pengalaman tempur mereka, dengan Ukraina digunakan sebagai pasukan kejut melawan Rusia. Bantuan militer berkelanjutan Washington ke Ukraina telah menimbulkan kekhawatiran Perang Dunia 3,” katanya.

    Pernyataan ini muncul tatkala AS dan Korea Selatan (Korsel) menuduh Pyongyang mengirim lebih dari 10.000 tentara untuk membantu Rusia melawan Ukraina. Para ahli mengatakan Kim sangat menginginkan teknologi canggih Moskow, ditambah pengalaman pertempuran untuk pasukannya, sebagai balasannya.

    Pyongyang telah membantah pengerahan itu, dan Kim tidak menyebutkannya dalam pidato kepada komandan batalyon yang disiarkan oleh Kantor Berita Pusat Korea resmi.

    Kim juga berjanji negaranya akan memperkuat pertahanan senjata nuklirnya ‘tanpa batas’. Peringatannya muncul setelah Seoul pekan lalu mengatakan pasukan Korut telah mulai ‘terlibat dalam operasi tempur’ bersama pasukan Rusia di dekat perbatasan dengan Ukraina.

    “Kim kemungkinan mengingat potensi pengerahan pasukan tambahan untuk mendukung perang Rusia di Ukraina,” kata Hong Min, analis senior di Institut Korea untuk Penyatuan Nasional.

    Korut dan Rusia sendiri meneken kerja sama pertahanan Juni lalu. Keduanya diketahui memasukan klausul akan saling membantu jika salah satu dari mereka mendapatkan serangan.

    5. China Buka Suara AS Izinkan Ukraina Pakai Rudal Jarak Jauh ke Rusia

    China merespons langkah Amerika Serikat (AS) yang memberikan izin kepada Ukraina untuk menggunakan rudal jarak jauh buatan AS terhadap sasaran militer di dalam wilayah Rusia.

    Beijing secara tegas menyerukan penyelesaian damai untuk perang di Ukraina.

    “Gencatan senjata lebih awal dan solusi politik adalah kepentingan semua pihak,” ujar Lin Jian, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, dalam konferensi pers reguler ketika ditanya tentang keputusan AS tersebut, sebagaimana dilansir AFP, Senin (18/11/2024).

    Lin menambahkan bahwa hal paling mendesak saat ini adalah “mendorong pendinginan situasi sesegera mungkin.”

    Adapun China mengeklaim dirinya sebagai pihak netral dalam konflik ini dan menyatakan tidak memberikan bantuan senjata mematikan kepada salah satu pihak, berbeda dengan AS dan negara-negara Barat lainnya.

    Namun, NATO menyebut Beijing sebagai “pendukung tegas” perang yang tidak pernah secara resmi mengutuk tindakan Rusia.

    “China selalu mendorong dan mendukung semua upaya yang mendukung penyelesaian damai krisis ini,” Tegas Lin.

    6. Putin Tembak 120 Rudal & 90 Drone ke Ukraina

    Rusia melakukan serangan besar-besaran baru ke ibu kota Ukraina, Kyiv, Minggu (17/11/2024). Setidaknya ada 120 rudal dan 90 pesawat nirawak (drone) ditembakkan.

    Pejabat Ukraina mengatakan ini menjadi serangan terbesar dalam tiga tahun perang berlangsung. Dua orang tewas sementara belasan lainnya luka-luka.

    Mengutip AFP, ledakan besar terjadi dini hari di Kyiv dan kota dekat Sloviansk di wilayah Donetsk. Meski begitu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menegaskan ada 140 serangan yang berhasil dihalau dan ditembak jatuh dari 120 rudal dan 90 drone tersebut.

    Operasi Moskow juga telah membuat pemadaman listrik terjadi. Ini membuat banyak pihak khawatir mengingat musim dingin ekstrem mulai datang di wilayah itu dan kebutuhan akan pemanas begitu tinggi.

    “Pengeboman udara Rusia yang tak henti-hentinya telah menghancurkan setengah dari kapasitas produksi energi Ukraina,” tambah Zelensky.

    Selain wilayah ibu kota Kyiv, operator jaringan Ukraina DTEK juga mengumumkan pemadaman listrik di wilayah Donetsk dan Dnipropetrovsk di timur. Listrik juga diputus di beberapa bagian kota pelabuhan Laut Hitam selatan Odesa sementara para pejabat memperingatkan infrastruktur penting terdampak di wilayah Vinnytsia, Rivne, Volhynia, dan Zaporizhzhia.

    7. Ukraina Hantam Pabrik Rusia

    Sementara itu, Ukraina juga telah mengambil langkah menyerang ke arah Rusia. Gubernur Kursk Aleksei Smirnov menyebutkan seorang jurnalis lokal tewas pada hari Minggu ketika pesawat nirawak Ukraina menyerang wilayahnya.

    Di provinsi Belgorod Rusia, dekat Ukraina, seorang pria tewas di tempat setelah pesawat nirawak Ukraina menjatuhkan bahan peledak di mobilnya, Gubernur setempat Vyacheslav Gladkov melaporkan.

    Pesawat nirawak Ukraina lainnya pada hari Minggu menargetkan pabrik pesawat nirawak di Izhevsk, yang berada jauh di dalam Rusia. Pemimpin daerah itu, Aleksandr Brechalov, melaporkan bahwa sebuah pesawat nirawak meledak di dekat sebuah pabrik di kota itu, memecahkan jendela tetapi tidak menyebabkan kerusakan serius.

    “Seorang pria sempat dirawat di rumah sakit karena cedera kepala,” kata Brechalov.

    8. Elon Musk Respons Langkah Biden Beri Restu Kyiv Serang Rusia

    CEO SpaceX Elon Musk, orang kepercayaan dekat Presiden terpilih AS Donald Trump, telah mempertimbangkan keputusan Presiden Joe Biden untuk secara resmi menyetujui penggunaan rudal Amerika pada target yang jauh di dalam wilayah Rusia.

    Pandangannya ini terungkap saat ia merespons unggahan di X dari Senator Utah Mike Lee yang menyebut Biden dan kelompoknya merupakan “kaum liberal yang menyukai perang,” dan menambahkan: “perang memfasilitasi pemerintahan yang lebih besar.”

    Kemudian, Musk membalas unggahan ini dengan mengamini kata Lee. “Benar,” Jawab Musk.

    (luc/luc)

  • Kim Jong Un Perintahkan Militer Korut Genjot Kemampuan Perang!

    Kim Jong Un Perintahkan Militer Korut Genjot Kemampuan Perang!

    Pyongyang

    Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un memerintahkan militer negaranya untuk meningkatkan kemampuan berperang. Kim Jong Un menyerukan agar tentara-tentara Korut mampu menghadapi perang yang sebenarnya.

    Perintah itu diberikan Kim Jong Un ketika Pyongyang dilaporkan mengerahkan ribuan tentaranya ke Rusia, untuk berperang melawan Ukraina.

    Kim Jong Un, seperti dilansir Reuters, Senin (18/11/2024), memberikan perintah itu ketika dia berpidato dalam konferensi komandan batalion dan instruktur politik yang digelar di Pyongyang pada Jumat (15/11) waktu setempat.

    Dalam pidatonya, Kim Jong Un menyerukan pembangunan kekuatan politik dan militer, serta mencetuskan efisiensi pertempuran untuk memastikan bahwa Angkatan Bersenjata Korut bisa mengatasi perang.

    Disebutkan oleh Kim Jong Un bahwa ancaman-ancaman dari Amerika Serikat (AS) dan sekutu-sekutunya, termasuk Korea Selatan (Korsel), serta konfrontasi militer mereka dengan Korut telah membawa ketegangan di kawasan ke “fase terburuk dalam sejarah”.

    Dia bahkan menyebut Semenanjung Korea sebagai “titik panas terbesar di dunia”.

    “Dia (Kim Jong Un) dengan sungguh-sungguh menyerukan kepada semua partisipan untuk berusaha sekuat tenaga demi mewujudkan perbaikan substansial dan mendasar dalam meningkatkan kemampuan mereka dalam perang yang sebenarnya,” sebut kantor berita Korut, Korean Central News Agency (KCNA) dalam laporannya.

  • Waspada Perang Baru Meletus, Korut Siapkan Senjata Pembunuh Super

    Waspada Perang Baru Meletus, Korut Siapkan Senjata Pembunuh Super

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong Un memerintahkan produksi massal drone pembunuh, menurut laporan media pemerintah melaporkan pada Jumat (15/11/2024) waktu setempat.

    Perintah itu diumumkan ketika kekhawatiran global meningkat menyusul kerja sama militer yang kian erat antara Korut dengan Rusia.

    Pyongyang pertama kali meluncurkan drone penyerangnya pada Agustus lalu. Para ahli mengatakan kemampuan tersebut mungkin disebabkan oleh aliansi Korut dengan Rusia.

    Negara bersenjata nuklir ini telah meratifikasi pakta pertahanan penting dengan Moskow dan dituduh mengerahkan ribuan tentara ke Rusia untuk mendukung perangnya di Ukraina.

    Hal ini mendorong Presiden Korea Selatan (Korsel) Yoon Suk Yeol memperingatkan tentang potensi transfer teknologi militer Rusia yang sensitif ke Korut

    Kim Jong Un turun langsung mengawasi pengujian drone yang dirancang untuk menyerang sasaran darat dan laut, yang diproduksi oleh Kompleks Teknologi Udara Tak Berawak Korut, kata Kantor Berita Pusat Korea (KCNA).

    “Dia menggarisbawahi perlunya membangun sistem produksi yang mumpuni sedini mungkin dan melakukan produksi massal skala penuh,” kata KCNA, dikutip dari Channel News Asia, Sabtu (16/11/2024).

    Drone tak berawak ini dirancang untuk membawa bahan peledak dan sengaja ditabrakkan ke sasaran musuh, sehingga secara efektif bertindak sebagai peluru kendali.

    Uji coba yang dilakukan pada Kamis (14/11) waktu setempat menunjukkan bahwa drone tersebut tepat mencapai sasaran setelah terbang di sepanjang jalur yang telah ditentukan, KCNA melaporkan.

    “Pesawat tak berawak (drone) serangan bunuh diri yang akan digunakan dalam jangkauan serangan berbeda adalah untuk menjalankan misi menyerang sasaran musuh di darat dan laut secara tepat,” kata badan tersebut.

    Kim mengatakan drone adalah “komponen kekuatan serangan yang mudah digunakan” karena biaya produksinya yang relatif rendah dan jangkauan penerapannya yang luas, menurut KCNA.

    Dia mengatakan Korut “baru-baru ini mementingkan” pengembangan sistem perangkat keras tak berawak dan mengintegrasikannya dengan strategi militer negaranya secara keseluruhan.

    (fab/fab)