Cegah Makanan Basi, SPPG di Purworejo Ini Wajibkan MBG Sampai ke Anak Dalam 4 Jam
Tim Redaksi
PURWOREJO, KOMPAS.com –
Tak banyak yang tahu, di balik lancarnya Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Purworejo, ada perjuangan tim dapur yang berpacu dengan waktu.
Di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Yayasan Nastiti Harapan Mulia, Kecamatan Bener, Purworejo, setiap paket makanan untuk anak-anak harus dikonsumsi maksimal empat jam setelah selesai dimasak.
Kepala SPPG, Adi Candra Prasetyo, menegaskan bahwa batas waktu empat jam bukan sekadar kebiasaan, tetapi standar keamanan pangan yang wajib diterapkan. Hal ini dilakukan agar makanan tetap aman dan tidak beracun atau basi.
“Kami menetapkan standar maksimal empat jam sejak selesai masak hingga makanan dikonsumsi oleh penerima manfaat,” ujar Adi Senin (6/10/2025).
Dengan jumlah penerima manfaat mencapai lebih dari 3.900 anak setiap hari, tim dapur harus bergerak cepat agar makanan tetap segar dan layak konsumsi.
SPPG Yayasan Nastiti Harapan Mulia hanya mengandalkan dua armada mobil untuk mengantarkan ribuan paket makanan setiap hari ke sekolah-sekolah penerima. Tantangannya bukan main, terutama pada medan perbukitan dan waktu pengantaran yang ketat.
“Ada lokasi yang jalannya terjal, bahkan kadang kami harus memutar karena jalan ditutup hajatan warga,” ungkap Adi.
Untuk mengantisipasi keterlambatan, dapur membagi proses masak menjadi dua kloter.
Kloter pertama ditujukan untuk anak TK hingga kelas 3 SD, sedangkan kloter kedua untuk anak kelas 4 SD hingga SMP dan MTs.
“Dengan sistem dua kloter ini, makanan bisa dikirim bergantian agar tetap segar sampai di tangan anak-anak,” tambahnya.
Ahli gizi SPPG Yayasan Nastiti, Risa Indriyanti menilai bahwa standar waktu empat jam yang diterapkan SPPG sudah selaras dengan kaidah keamanan pangan.
“Makanan matang yang disimpan lebih dari empat jam tanpa pendinginan berisiko tinggi terkontaminasi bakteri, terutama pada suhu ruang tropis seperti di Indonesia,” jelas Risa.
Risa juga mengapresiasi langkah SPPG yang melakukan uji organoleptik sebelum distribusi, yaitu pengecekan rasa, warna, dan tekstur.
“Itu langkah sederhana tapi sangat efektif memastikan makanan tetap layak dikonsumsi,” tambahnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
kab/kota: Purworejo
-
/data/photo/2025/10/06/68e3055a6469f.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Cegah Makanan Basi, SPPG di Purworejo Ini Wajibkan MBG Sampai ke Anak Dalam 4 Jam Regional 6 Oktober 2025
-

Tantangan Pebalap Indonesia Arbi Aditama Berlaga di Moto3 Mandalika
Mandalika –
Pebalap Indonesia, Arbi Aditama, mengaku adaptasi menjadi tantangan utamanya saat tampil di kelas Moto3 GP Mandalika 2025. Sebelumnya, Arbi lebih sering membalap dengan motor produksi massal di ajang Asia Road Racing Championship (ARRC).
Balapan Moto3 di Sirkuit Internasional Pertamina Mandalika, Minggu (5/10/2025), harus dihentikan dua lap sebelum finis akibat insiden yang melibatkan beberapa pebalap. Jose Rueda keluar sebagai pemenang, diikuti Luca Lunetta di posisi kedua dan Guido Pini di tempat ketiga. Kemenangan ini sekaligus memastikan Rueda menjadi juara dunia Moto3 2025.
Sementara itu, Arbi yang tampil sebagai pebalap pengganti Tatchakorn Buasri di Honda Team Asia, finis di posisi ke-19 atau terakhir. Meski hasilnya belum maksimal, Arbi bersyukur mendapat kesempatan kembali menjajal motor prototype Moto3.
“Jangka waktu Arbi naik motor prototype Moto3 ini lumayan jauh. Tahun ini balap di Asia Road Racing. Alhamdulillah dikasih kesempatan untuk mencoba Moto3 lagi,” ujar Arbi dalam wawancara di Mandalika.
Arbi Aditama, pebalap Moto3 asal Indonesia Foto: Dok. Putra Rusdi
Arbi menjelaskan, perbedaan karakter motor menjadi salah satu penyebab sulitnya adaptasi.
“Adaptasinya cukup sulit karena Arbi di AP250 pakai motor produksi massal, CBR250, yang notabene motor harian, bukan motor balap. Jadi dari respons motor, rangka, dan rasanya juga berbeda. Loncatan kompetisinya juga lumayan jauh dari Asia Road Racing ke World Championship,” jelasnya.
Meski demikian, Arbi mengaku mendapat banyak bantuan dari tim Honda untuk menyesuaikan diri.
“Tentunya tim selalu membantu Arbi dari data logger dan cara berkendara. Tapi untuk set-up khusus Arbi tidak ada, karena motor prototype balap itu memang pebalapnya sendiri yang harus menemukan cara agar bisa cepat,” tambahnya.
Arbi tidak menargetkan hasil besar di Moto3 kali ini. Ia hanya ingin menambah pengalaman dan memberikan yang terbaik pada kesempatan yang ada.
Kejuaraan Moto3 terbilang tak asing bagi Arbi. Ia melakoni debut balap Grand Prix sebagai wildcard di Mandalika pada 2023 dan mengemas finis ke-17. Sementara sepanjang musim 2024, pembalap bernomor #93 ini mencatatkan tiga penampilan wildcard Moto3 di GP Catalunya, GP Aragon, dan GP Indonesia.
Pebalap asal Purworejo ini memulai debut GP Austria pada musim 2025.
(pur/riar)
-
/data/photo/2025/10/04/68e0c3e411fb4.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Jenguk Korban Keracunan MBG Purworejo, Bupati Pastikan Biaya Ditanggung Pemerintah Yogyakarta 4 Oktober 2025
Jenguk Korban Keracunan MBG Purworejo, Bupati Pastikan Biaya Ditanggung Pemerintah
Tim Redaksi
PURWOREJO, KOMPAS.com
– Bupati Purworejo Yuli Hastuti bersama Wakil Bupati Dion Agasi menjenguk sejumlah korban dugaan keracunan makanan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang masih menjalani perawatan di rumah sakit maupun Puskesmas pada Jumat (3/10/2025).
Keduanya datang ke Puskesmas Bragolan, tempat puluhan siswa dirawat sejak insiden tersebut terjadi.
Bupati dan wakil bupati tampak menyapa satu per satu pasien anak, sekaligus memberikan semangat kepada orangtua yang mendampingi.
“Sebenarnya ini sudah kami antisipasi, bahkan paginya sebelum ramai kami juga melakukan sidak ke sejumlah dapur,” kata Bupati Yuli Hastuti dalam keterangan resminya Sabtu (4/10/2025).
Menurutnya, Pemkab Purworejo sudah membentuk Satgas MBG yang bertugas mengawal penanganan medis sekaligus melakukan evaluasi menyeluruh pada dapur penyedia makanan, dalam hal ini dapur SPPG.
“Kami pastikan semua biaya pengobatan ditanggung pemerintah, tidak ada beban tambahan bagi keluarga korban,” tegasnya.
Wakil Bupati Dion Agasi menambahkan bahwa pemerintah akan memperketat pengawasan mutu makanan MBG.
Pihaknya akan terus mendorong dapur MBG memiliki sertifikat SLHS yang penting bagi pengusaha makanan.
“Setelah ini, SOP akan diperbaiki, kontrol kualitas lebih ketat, dan kami akan menindak tegas penyedia makanan yang terbukti lalai,” ujarnya.
Kunjungan bupati dan wakil bupati ini disambut hangat oleh keluarga korban.
Beberapa orangtua mengaku lega karena pemerintah hadir langsung memberi perhatian.
Seperti diketahui, kasus dugaan keracunan MBG di Purworejo menimpa sekitar 134 siswa dari sejumlah sekolah di Purworejo.
Mayoritas korban mengalami gejala mual, pusing, dan muntah setelah mengonsumsi makanan MBG.
Sebagian besar sudah diperbolehkan pulang, sementara sisanya masih dalam pemantauan intensif tim medis.
Sementara itu, Ketua Satgas MBG Kabupaten Purworejo dr. Tolkha menegaskan bahwa pengobatan para pasien yang terdampak keracunan 100 persen akan ditanggung Pemkab Purworejo.
“Intinya nanti pemkab yang nanggung biayanya, semua gratis,” kata Tolkha.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/10/04/68e0acb00ca00.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
9 Jadi Sorotan Nasional, Begini Cara SPPG Bener Jaga Mutu MBG, Disambut Antusias Siswa Yogyakarta
Jadi Sorotan Nasional, Begini Cara SPPG Bener Jaga Mutu MBG, Disambut Antusias Siswa
Tim Redaksi
PURWOREJO, KOMPAS.com
– Di sebuah dapur di Jalan Purworejo-Magelang, Kecamatan Bener, aktivitas pagi dimulai lebih awal dari biasanya.
Para relawan sudah berseragam celemek, tangan mereka sibuk menyiangi sayuran, memeriksa kualitas telur, menimbang ikan segar, hingga mencatat setiap detail di buku kontrol.
Dapur ini bukan dapur biasa, melainkan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Bener Purworejo di bawah naungan Yayasan Nastiti Harapan Mulia.
SPPG ini menjadi salah satu dapur MBG (Makan Bergizi Gratis) yang viral setelah disebut ahli gizi nasional dr Tan Shot Yen dalam rapat Komisi IX DPR RI sebagai dapur terbaik yang mampu menghadirkan menu lokal sehat bagi ribuan anak sekolah.
“Semua bahan baku kami ambil dari sekitar sini, dari petani sayur, peternak ayam, sampai nelayan lokal,” ujar dr Almas, perwakilan Yayasan Nastiti Harapan Mulia yang menjadi mitra pengelola, pada Sabtu (4/10/2025).
“Tujuannya supaya bahan segar, terjamin, sekaligus memberdayakan warga sekitar,” kata dr Almas.
Pagi itu, satu per satu sayur, telur, dan ikan masuk ke dapur.
Namun, tak serta merta langsung diolah. Ada pemeriksaan berlapis sebelum bahan menyentuh panci.
Para relawan bersama ahli gizi melakukan pengecekan apakah sayur masih segar dan tidak layu, telur tidak retak, dan ikan berbau laut segar, bukan amis busuk.
“Kalau ada yang kurang sesuai, langsung kami tolak,” kata Almas.
Setelah lolos seleksi, bahan disortir dan ditimbang sesuai menu yang sudah ditentukan sehari sebelumnya.
Menu ini bukan asal pilih, melainkan hasil diskusi bersama ahli gizi, pengelola yayasan, kepala dapur, hingga relawan. Prinsipnya: gizi seimbang.
Ada karbohidrat, protein hewani dan nabati, sayur, buah, serta tambahan serat.
Menjelang pukul 06.00 pagi, dapur berubah menjadi arena kerja cepat.
Panci-panci besar mengepul, aroma bawang tumis bercampur wangi sayur rebus dan gurihnya telur serta ayam yang sedang dimasak.
Relawan bekerja dalam tim; ada yang bertugas mencuci beras, ada yang mengolah lauk, dan ada pula yang menata buah potong.
“Setiap menu kami pastikan sesuai standar, bahkan sebelum dikirim ke sekolah, ada tahap tes organoleptik. Artinya, ahli gizi dan relawan mencoba dulu makanan itu. Kalau aman dan rasanya layak, baru bisa didistribusikan,” jelasnya.
Proses ini bahkan didokumentasikan dan diunggah ke media sosial sebagai bentuk transparansi kepada publik.
Setelah matang, makanan tidak dibiarkan lama di dapur. Relawan segera mengemasnya ke dalam wadah khusus yang higienis.
Nasi, lauk, sayur, dan buah ditata rapi dalam
tray
yang sesuai takaran gizi anak-anak.
Kemasan lalu ditutup dan dimasukkan ke dalam kontainer besar agar tetap hangat saat perjalanan.
Di halaman dapur, mobil pick-up sudah menunggu. Relawan mengangkat kontainer satu per satu, memastikan daftar distribusi sesuai.
Setiap sekolah dan posyandu penerima MBG tercatat jelas. Hari ini ada 29 sekolah dan 4 posyandu, dengan total sekitar 3.950 anak penerima manfaat.
Mobil pun berangkat, menyusuri jalan perbukitan Bener.
Setibanya di sekolah, anak-anak menyambut dengan antusias.
Bagi mereka, tray berisi nasi hangat, telur ayam, sayur hijau, dan potongan buah itu bukan sekadar makan siang, melainkan bagian dari semangat belajar setiap hari.
Saat ditanya soal harapan ke depan, perwakilan Yayasan Nastiti Harapan Mulia menyebut satu hal, yakni keberlangsungan.
“Kami ingin dapur ini bisa terus berjalan, siapa pun pemimpinnya nanti. Kami berharap relawan kami mendapat berkah dari kerja mereka, dan anak-anak bisa terus mendapatkan makanan sehat,” kata dia.
Dengan 47 relawan dapur yang bekerja bergantian setiap hari, SPPG Bener membuktikan bahwa program MBG bukan sekadar janji politik, melainkan bisa benar-benar hadir di meja makan anak-anak desa.
Sejak program MBG yang sudah berjalan hampir tujuh bulan ini, mereka merasakan dampak baik mulai dari banyaknya lapangan pekerjaan yang terbuka, seperti juru masak, jasa mencuci ompreng, hingga pedagang yang ditarik sebagai mitra penyedia bahan masakan seperti sayur dan buah.
Kini, dapur ini bukan hanya melayani perut, tetapi juga menjadi contoh nasional bagaimana kearifan lokal bisa bertemu dengan standar gizi modern.
Anak-anak pun dengan riang gembira menunggu kedatangan kontainer MBG yang membawa makanan sehat ke sekolahnya.
Saat jam istirahat, sekitar pukul 09.00 WIB, anak-anak mulai mendapatkan makanan dari SPPG Bener yang dikelola Yayasan Nastiti Harapan Mulia.
“Saya senang sekali karena bisa makan yang penuh gizi. Saya suka ayam geprek dan sayur buncis,” kata Adelia Faranisa Adzni.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/10/03/68dfc4b48746b.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
127 Orang Keracunan MBG di Purworejo, Ternyata SPPG Belum Bersertifikat Laik Higiene Regional 3 Oktober 2025
127 Orang Keracunan MBG di Purworejo, Ternyata SPPG Belum Bersertifikat Laik Higiene
Tim Redaksi
PURWOREJO, KOMPAS.com –
Kasus dugaan keracunan makanan yang menimpa 127 orang di Kecamatan, Purwodadi, Kabupaten Purworejo membuka fakta baru.
Dapur penyedia Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang memasok hidangan untuk para korban ternyata belum mengantongi Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS).
Ratusan orang dari SMAN 3 dan SMPN 8 Purworejo diduga menjadi korban keracunan. 104 orang dilakukan rawat jalan dan 23 lainnya harus rawat inap diberbagai rumah sakit dan Puskesmas.
“Proses sertifikasi sedang berjalan, namun memang belum ada yang selesai dan terbit izinnya,” ujar ketua Satgas MBG Kabupaten Purworejo dr Tolkha pada Jumat (3/10/2025).
Meski demikian kata Tolkha, pihaknya sudah memanggil semua dapur yang sudah beroperasi dan merekomendasikan agar secepatnya mengajukan sertifikasi tersebut. Ada 19 dapur yang saat ini sedang mengurus sertifikasi tersebut.
“Iya semuanya lagi mengurus, semoga cepat keluar sertifikasi nya,” kata Tolkha.
Diberitakan sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menargetkan semua dapur MBG atau SPPG mendapatkan Sertifikasi Laik Higiene dan Sanitasi dalam sebulan ini.
“Kalau ditanya kapan saya dan pak Dandan (Kepala BGN) itu sudah menargetkan paling lama satu bulan,” kata Budi dalam konferensi pers di kantor Kemenkes Jakarta Selatan Kamis (2/10/2025).
Diketahui keracunan di Kabupaten Purworejo melibatkan 127 orang.
Pemkab Purworejo menanggung seluruh biaya perawatan melalui Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda), karena kasus tersebut tidak tercakup BPJS Kesehatan.
Penanganan para korban dilakukan di sejumlah fasilitas kesehatan, termasuk:
Pemkab juga memberikan perhatian serius terhadap pelayanan dan pengawasan selama masa perawatan.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

SPPG di Purworejo sajikan menu MBG favorit penerima manfaat
ANTARA – Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Dapur Mandiri Nastiti Harapan Mulia di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, terus meningkatkan standar pelayanan demi menjamin keamanan pangan dan kualitas gizi bagi ribuan penerima manfaat, Kamis (2/10). Menariknya, di SPPG ini para penerima manfaat bisa mengajukan permintaan menu, namun tetap memenuhi kecukupan gizi. (Firman Eko Handy/Andi Bagasela/Gracia Simanjuntak)
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.
-
/data/photo/2025/09/28/68d8c0107a86d.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Ribuan Warga NU Loano Tunaikan Nazar, Jalan Kaki 20 Km ke Makam KH Nur Muhammad Regional 28 September 2025
Ribuan Warga NU Loano Tunaikan Nazar, Jalan Kaki 20 Km ke Makam KH Nur Muhammad
Tim Redaksi
PURWOREJO, KOMPAS.com
– Fajar baru saja menyingsing di Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo, Minggu (28/9/2025).
Jalan-jalan desa yang sempit hingga jalur utama Purworejo–Magelang dipenuhi ribuan warga Nahdlatul Ulama (NU) yang berbondong-bondong menuju kantor baru MWC Loano.
Suara shalawat bergema, menyatu dengan langkah kaki yang mantap, menandai dimulainya perjalanan sejauh 20 kilometer menuju makam KH Nur Muhammad Ngadiwongso di Magelang.
Loano pagi itu seakan berubah menjadi lautan manusia. Dari anak-anak hingga para lansia, dari pelajar IPNU hingga ibu-ibu Muslimat dan Fatayat, semua larut dalam semangat yang sama: membersamai bendahara MWC NU Loano menunaikan nazar.
Nazar itu lahir setelah perjuangan panjang membangun gedung MWC NU sekaligus membeli tanah senilai Rp4 miliar lunas dari infak jamaah.
Cita-cita memiliki gedung sendiri dimulai sejak 2019. Dengan semangat gotong royong, warga NU Loano mengumpulkan dana dari iuran mingguan.
Setiap Selasa, selepas pengajian rutin, amplop-amplop kecil berisi sumbangan dikumpulkan. Jumlahnya beragam, dari ribuan rupiah hingga ratusan ribu.
Lima tahun berselang, hasilnya nyata. Sebidang tanah terbeli, gedung MWC NU berdiri megah, seluruh biaya lunas.
“Alhamdulillah sudah berhasil dibangun. Saya bernazar karena terharu dengan gotong royong warga NU,” kata Heri, Bendahara MWC NU Loano, Minggu (28/9/2025).
Awalnya hanya Heri dan tiga rekannya yang bernazar berjalan kaki ke Magelang bila cita-cita itu terwujud. Namun semangatnya menular, hingga akhirnya sekitar 1.200 orang ikut serta.
“Saya tidak menyangka nazar saya ini banyak yang ikut menemani,” ucap Heri.
Langkah demi langkah ditempuh dengan shalawat, bendera NU berkibar, dan senyum menutupi lelah. Warga di sepanjang jalan menyambut dengan air minum, sapaan, hingga lambaian tangan.
Setelah sekitar 6 jam, rombongan tiba di kompleks makam KH Nur Muhammad. Suasana haru menyelimuti. Ada yang berdoa sambil menangis, ada pula yang sujud syukur.
“Alhamdulillah, ini bukan hanya perjalanan fisik, tetapi perjalanan hati. Semoga berkah dari KH Nur Muhammad senantiasa menyertai warga NU Loano,” tutur Heri.
Keberhasilan membangun gedung MWC NU ternyata bukan akhir. Warga kini merencanakan pembangunan Masjid KH Hasyim Asy’ari sebagai pusat ibadah, pendidikan, dan dakwah.
Bupati Purworejo, Yuli Hastuti, yang hadir, mengapresiasi semangat gotong royong warga NU Loano.
“Keberhasilan ini bukan sekadar berdirinya gedung, melainkan bukti bahwa kebersamaan dan keikhlasan mampu menghasilkan karya besar,” ujarnya.
Gedung MWC NU kini menjadi aset berharga milik bersama, menopang kegiatan keagamaan, sosial, dan pendidikan.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
/data/photo/2025/09/28/68d92f4203ca2.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2024/12/06/67527840768a0.png?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
