kab/kota: Purworejo

  • Cegah Makanan Basi, SPPG di Purworejo Ini Wajibkan MBG Sampai ke Anak Dalam 4 Jam
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        6 Oktober 2025

    Cegah Makanan Basi, SPPG di Purworejo Ini Wajibkan MBG Sampai ke Anak Dalam 4 Jam Regional 6 Oktober 2025

    Cegah Makanan Basi, SPPG di Purworejo Ini Wajibkan MBG Sampai ke Anak Dalam 4 Jam
    Tim Redaksi
    PURWOREJO, KOMPAS.com –
    Tak banyak yang tahu, di balik lancarnya Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Purworejo, ada perjuangan tim dapur yang berpacu dengan waktu.
    Di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Yayasan Nastiti Harapan Mulia, Kecamatan Bener, Purworejo, setiap paket makanan untuk anak-anak harus dikonsumsi maksimal empat jam setelah selesai dimasak.
    Kepala SPPG, Adi Candra Prasetyo, menegaskan bahwa batas waktu empat jam bukan sekadar kebiasaan, tetapi standar keamanan pangan yang wajib diterapkan. Hal ini dilakukan agar makanan tetap aman dan tidak beracun atau basi.
    “Kami menetapkan standar maksimal empat jam sejak selesai masak hingga makanan dikonsumsi oleh penerima manfaat,” ujar Adi Senin (6/10/2025).
    Dengan jumlah penerima manfaat mencapai lebih dari 3.900 anak setiap hari, tim dapur harus bergerak cepat agar makanan tetap segar dan layak konsumsi.
    SPPG Yayasan Nastiti Harapan Mulia hanya mengandalkan dua armada mobil untuk mengantarkan ribuan paket makanan setiap hari ke sekolah-sekolah penerima. Tantangannya bukan main, terutama pada medan perbukitan dan waktu pengantaran yang ketat.
    “Ada lokasi yang jalannya terjal, bahkan kadang kami harus memutar karena jalan ditutup hajatan warga,” ungkap Adi.
    Untuk mengantisipasi keterlambatan, dapur membagi proses masak menjadi dua kloter.
    Kloter pertama ditujukan untuk anak TK hingga kelas 3 SD, sedangkan kloter kedua untuk anak kelas 4 SD hingga SMP dan MTs.
    “Dengan sistem dua kloter ini, makanan bisa dikirim bergantian agar tetap segar sampai di tangan anak-anak,” tambahnya.
    Ahli gizi SPPG Yayasan Nastiti, Risa Indriyanti menilai bahwa standar waktu empat jam yang diterapkan SPPG sudah selaras dengan kaidah keamanan pangan.
    “Makanan matang yang disimpan lebih dari empat jam tanpa pendinginan berisiko tinggi terkontaminasi bakteri, terutama pada suhu ruang tropis seperti di Indonesia,” jelas Risa.
    Risa juga mengapresiasi langkah SPPG yang melakukan uji organoleptik sebelum distribusi, yaitu pengecekan rasa, warna, dan tekstur.
    “Itu langkah sederhana tapi sangat efektif memastikan makanan tetap layak dikonsumsi,” tambahnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Tantangan Pebalap Indonesia Arbi Aditama Berlaga di Moto3 Mandalika

    Tantangan Pebalap Indonesia Arbi Aditama Berlaga di Moto3 Mandalika

    Mandalika

    Pebalap Indonesia, Arbi Aditama, mengaku adaptasi menjadi tantangan utamanya saat tampil di kelas Moto3 GP Mandalika 2025. Sebelumnya, Arbi lebih sering membalap dengan motor produksi massal di ajang Asia Road Racing Championship (ARRC).

    Balapan Moto3 di Sirkuit Internasional Pertamina Mandalika, Minggu (5/10/2025), harus dihentikan dua lap sebelum finis akibat insiden yang melibatkan beberapa pebalap. Jose Rueda keluar sebagai pemenang, diikuti Luca Lunetta di posisi kedua dan Guido Pini di tempat ketiga. Kemenangan ini sekaligus memastikan Rueda menjadi juara dunia Moto3 2025.

    Sementara itu, Arbi yang tampil sebagai pebalap pengganti Tatchakorn Buasri di Honda Team Asia, finis di posisi ke-19 atau terakhir. Meski hasilnya belum maksimal, Arbi bersyukur mendapat kesempatan kembali menjajal motor prototype Moto3.

    “Jangka waktu Arbi naik motor prototype Moto3 ini lumayan jauh. Tahun ini balap di Asia Road Racing. Alhamdulillah dikasih kesempatan untuk mencoba Moto3 lagi,” ujar Arbi dalam wawancara di Mandalika.

    Arbi Aditama, pebalap Moto3 asal Indonesia Foto: Dok. Putra Rusdi

    Arbi menjelaskan, perbedaan karakter motor menjadi salah satu penyebab sulitnya adaptasi.

    “Adaptasinya cukup sulit karena Arbi di AP250 pakai motor produksi massal, CBR250, yang notabene motor harian, bukan motor balap. Jadi dari respons motor, rangka, dan rasanya juga berbeda. Loncatan kompetisinya juga lumayan jauh dari Asia Road Racing ke World Championship,” jelasnya.

    Meski demikian, Arbi mengaku mendapat banyak bantuan dari tim Honda untuk menyesuaikan diri.

    “Tentunya tim selalu membantu Arbi dari data logger dan cara berkendara. Tapi untuk set-up khusus Arbi tidak ada, karena motor prototype balap itu memang pebalapnya sendiri yang harus menemukan cara agar bisa cepat,” tambahnya.

    Arbi tidak menargetkan hasil besar di Moto3 kali ini. Ia hanya ingin menambah pengalaman dan memberikan yang terbaik pada kesempatan yang ada.

    Kejuaraan Moto3 terbilang tak asing bagi Arbi. Ia melakoni debut balap Grand Prix sebagai wildcard di Mandalika pada 2023 dan mengemas finis ke-17. Sementara sepanjang musim 2024, pembalap bernomor #93 ini mencatatkan tiga penampilan wildcard Moto3 di GP Catalunya, GP Aragon, dan GP Indonesia.

    Pebalap asal Purworejo ini memulai debut GP Austria pada musim 2025.

    (pur/riar)

  • Jenguk Korban Keracunan MBG Purworejo, Bupati Pastikan Biaya Ditanggung Pemerintah 
                
                    
                        
                            Yogyakarta
                        
                        4 Oktober 2025

    Jenguk Korban Keracunan MBG Purworejo, Bupati Pastikan Biaya Ditanggung Pemerintah Yogyakarta 4 Oktober 2025

    Jenguk Korban Keracunan MBG Purworejo, Bupati Pastikan Biaya Ditanggung Pemerintah
    Tim Redaksi
    PURWOREJO, KOMPAS.com
    – Bupati Purworejo Yuli Hastuti bersama Wakil Bupati Dion Agasi menjenguk sejumlah korban dugaan keracunan makanan program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang masih menjalani perawatan di rumah sakit maupun Puskesmas pada Jumat (3/10/2025).
    Keduanya datang ke Puskesmas Bragolan, tempat puluhan siswa dirawat sejak insiden tersebut terjadi.
    Bupati dan wakil bupati tampak menyapa satu per satu pasien anak, sekaligus memberikan semangat kepada orangtua yang mendampingi.
    “Sebenarnya ini sudah kami antisipasi, bahkan paginya sebelum ramai kami juga melakukan sidak ke sejumlah dapur,” kata Bupati Yuli Hastuti dalam keterangan resminya Sabtu (4/10/2025).
    Menurutnya, Pemkab Purworejo sudah membentuk Satgas MBG yang bertugas mengawal penanganan medis sekaligus melakukan evaluasi menyeluruh pada dapur penyedia makanan, dalam hal ini dapur SPPG.
    “Kami pastikan semua biaya pengobatan ditanggung pemerintah, tidak ada beban tambahan bagi keluarga korban,” tegasnya.
    Wakil Bupati Dion Agasi menambahkan bahwa pemerintah akan memperketat pengawasan mutu makanan MBG.
    Pihaknya akan terus mendorong dapur MBG memiliki sertifikat SLHS yang penting bagi pengusaha makanan.
    “Setelah ini, SOP akan diperbaiki, kontrol kualitas lebih ketat, dan kami akan menindak tegas penyedia makanan yang terbukti lalai,” ujarnya.
    Kunjungan bupati dan wakil bupati ini disambut hangat oleh keluarga korban.
    Beberapa orangtua mengaku lega karena pemerintah hadir langsung memberi perhatian.
    Seperti diketahui, kasus dugaan keracunan MBG di Purworejo menimpa sekitar 134 siswa dari sejumlah sekolah di Purworejo.
    Mayoritas korban mengalami gejala mual, pusing, dan muntah setelah mengonsumsi makanan MBG.
    Sebagian besar sudah diperbolehkan pulang, sementara sisanya masih dalam pemantauan intensif tim medis.
    Sementara itu, Ketua Satgas MBG Kabupaten Purworejo dr. Tolkha menegaskan bahwa pengobatan para pasien yang terdampak keracunan 100 persen akan ditanggung Pemkab Purworejo.
    “Intinya nanti pemkab yang nanggung biayanya, semua gratis,” kata Tolkha.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 9
                    
                        Jadi Sorotan Nasional, Begini Cara SPPG Bener Jaga Mutu MBG, Disambut Antusias Siswa
                        Yogyakarta

    9 Jadi Sorotan Nasional, Begini Cara SPPG Bener Jaga Mutu MBG, Disambut Antusias Siswa Yogyakarta

    Jadi Sorotan Nasional, Begini Cara SPPG Bener Jaga Mutu MBG, Disambut Antusias Siswa
    Tim Redaksi
    PURWOREJO, KOMPAS.com
    – Di sebuah dapur di Jalan Purworejo-Magelang, Kecamatan Bener, aktivitas pagi dimulai lebih awal dari biasanya.
    Para relawan sudah berseragam celemek, tangan mereka sibuk menyiangi sayuran, memeriksa kualitas telur, menimbang ikan segar, hingga mencatat setiap detail di buku kontrol.
    Dapur ini bukan dapur biasa, melainkan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Bener Purworejo di bawah naungan Yayasan Nastiti Harapan Mulia.
    SPPG ini menjadi salah satu dapur MBG (Makan Bergizi Gratis) yang viral setelah disebut ahli gizi nasional dr Tan Shot Yen dalam rapat Komisi IX DPR RI sebagai dapur terbaik yang mampu menghadirkan menu lokal sehat bagi ribuan anak sekolah.
    “Semua bahan baku kami ambil dari sekitar sini, dari petani sayur, peternak ayam, sampai nelayan lokal,” ujar dr Almas, perwakilan Yayasan Nastiti Harapan Mulia yang menjadi mitra pengelola, pada Sabtu (4/10/2025).
    “Tujuannya supaya bahan segar, terjamin, sekaligus memberdayakan warga sekitar,” kata dr Almas.
    Pagi itu, satu per satu sayur, telur, dan ikan masuk ke dapur.
    Namun, tak serta merta langsung diolah. Ada pemeriksaan berlapis sebelum bahan menyentuh panci.
    Para relawan bersama ahli gizi melakukan pengecekan apakah sayur masih segar dan tidak layu, telur tidak retak, dan ikan berbau laut segar, bukan amis busuk.
    “Kalau ada yang kurang sesuai, langsung kami tolak,” kata Almas.
    Setelah lolos seleksi, bahan disortir dan ditimbang sesuai menu yang sudah ditentukan sehari sebelumnya.
    Menu ini bukan asal pilih, melainkan hasil diskusi bersama ahli gizi, pengelola yayasan, kepala dapur, hingga relawan. Prinsipnya: gizi seimbang.
    Ada karbohidrat, protein hewani dan nabati, sayur, buah, serta tambahan serat.
    Menjelang pukul 06.00 pagi, dapur berubah menjadi arena kerja cepat.
    Panci-panci besar mengepul, aroma bawang tumis bercampur wangi sayur rebus dan gurihnya telur serta ayam yang sedang dimasak.
    Relawan bekerja dalam tim; ada yang bertugas mencuci beras, ada yang mengolah lauk, dan ada pula yang menata buah potong.
    “Setiap menu kami pastikan sesuai standar, bahkan sebelum dikirim ke sekolah, ada tahap tes organoleptik. Artinya, ahli gizi dan relawan mencoba dulu makanan itu. Kalau aman dan rasanya layak, baru bisa didistribusikan,” jelasnya.
    Proses ini bahkan didokumentasikan dan diunggah ke media sosial sebagai bentuk transparansi kepada publik.
    Setelah matang, makanan tidak dibiarkan lama di dapur. Relawan segera mengemasnya ke dalam wadah khusus yang higienis.
    Nasi, lauk, sayur, dan buah ditata rapi dalam
    tray
    yang sesuai takaran gizi anak-anak.
    Kemasan lalu ditutup dan dimasukkan ke dalam kontainer besar agar tetap hangat saat perjalanan.
    Di halaman dapur, mobil pick-up sudah menunggu. Relawan mengangkat kontainer satu per satu, memastikan daftar distribusi sesuai.
    Setiap sekolah dan posyandu penerima MBG tercatat jelas. Hari ini ada 29 sekolah dan 4 posyandu, dengan total sekitar 3.950 anak penerima manfaat.
    Mobil pun berangkat, menyusuri jalan perbukitan Bener.
    Setibanya di sekolah, anak-anak menyambut dengan antusias.
    Bagi mereka, tray berisi nasi hangat, telur ayam, sayur hijau, dan potongan buah itu bukan sekadar makan siang, melainkan bagian dari semangat belajar setiap hari.
    Saat ditanya soal harapan ke depan, perwakilan Yayasan Nastiti Harapan Mulia menyebut satu hal, yakni keberlangsungan.
    “Kami ingin dapur ini bisa terus berjalan, siapa pun pemimpinnya nanti. Kami berharap relawan kami mendapat berkah dari kerja mereka, dan anak-anak bisa terus mendapatkan makanan sehat,” kata dia.
    Dengan 47 relawan dapur yang bekerja bergantian setiap hari, SPPG Bener membuktikan bahwa program MBG bukan sekadar janji politik, melainkan bisa benar-benar hadir di meja makan anak-anak desa.
    Sejak program MBG yang sudah berjalan hampir tujuh bulan ini, mereka merasakan dampak baik mulai dari banyaknya lapangan pekerjaan yang terbuka, seperti juru masak, jasa mencuci ompreng, hingga pedagang yang ditarik sebagai mitra penyedia bahan masakan seperti sayur dan buah.
    Kini, dapur ini bukan hanya melayani perut, tetapi juga menjadi contoh nasional bagaimana kearifan lokal bisa bertemu dengan standar gizi modern.
    Anak-anak pun dengan riang gembira menunggu kedatangan kontainer MBG yang membawa makanan sehat ke sekolahnya.
    Saat jam istirahat, sekitar pukul 09.00 WIB, anak-anak mulai mendapatkan makanan dari SPPG Bener yang dikelola Yayasan Nastiti Harapan Mulia.
    “Saya senang sekali karena bisa makan yang penuh gizi. Saya suka ayam geprek dan sayur buncis,” kata Adelia Faranisa Adzni.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 127 Orang Keracunan MBG di Purworejo, Ternyata SPPG Belum Bersertifikat Laik Higiene
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        3 Oktober 2025

    127 Orang Keracunan MBG di Purworejo, Ternyata SPPG Belum Bersertifikat Laik Higiene Regional 3 Oktober 2025

    127 Orang Keracunan MBG di Purworejo, Ternyata SPPG Belum Bersertifikat Laik Higiene
    Tim Redaksi
    PURWOREJO, KOMPAS.com –
    Kasus dugaan keracunan makanan yang menimpa 127 orang di Kecamatan, Purwodadi, Kabupaten Purworejo membuka fakta baru.
    Dapur penyedia Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang memasok hidangan untuk para korban ternyata belum mengantongi Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS).
    Ratusan orang dari SMAN 3 dan SMPN 8 Purworejo diduga menjadi korban keracunan. 104 orang dilakukan rawat jalan dan 23 lainnya harus rawat inap diberbagai rumah sakit dan Puskesmas.
    “Proses sertifikasi sedang berjalan, namun memang belum ada yang selesai dan terbit izinnya,” ujar ketua Satgas MBG Kabupaten Purworejo dr Tolkha pada Jumat (3/10/2025).
    Meski demikian kata Tolkha, pihaknya sudah memanggil semua dapur yang sudah beroperasi dan merekomendasikan agar secepatnya mengajukan sertifikasi tersebut. Ada 19 dapur yang saat ini sedang mengurus sertifikasi tersebut.
    “Iya semuanya lagi mengurus, semoga cepat keluar sertifikasi nya,” kata Tolkha.
    Diberitakan sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menargetkan semua dapur MBG atau SPPG mendapatkan Sertifikasi Laik Higiene dan Sanitasi dalam sebulan ini.
    “Kalau ditanya kapan saya dan pak Dandan (Kepala BGN) itu sudah menargetkan paling lama satu bulan,” kata Budi dalam konferensi pers di kantor Kemenkes Jakarta Selatan Kamis (2/10/2025).
    Diketahui keracunan di Kabupaten Purworejo melibatkan 127 orang.
    Pemkab Purworejo menanggung seluruh biaya perawatan melalui Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda), karena kasus tersebut tidak tercakup BPJS Kesehatan.
    Penanganan para korban dilakukan di sejumlah fasilitas kesehatan, termasuk:
    Pemkab juga memberikan perhatian serius terhadap pelayanan dan pengawasan selama masa perawatan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • SPPG di Purworejo sajikan menu MBG favorit penerima manfaat

    SPPG di Purworejo sajikan menu MBG favorit penerima manfaat

    ANTARA – Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Dapur Mandiri Nastiti Harapan Mulia di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, terus meningkatkan standar pelayanan demi menjamin keamanan pangan dan kualitas gizi bagi ribuan penerima manfaat, Kamis (2/10). Menariknya, di SPPG ini para penerima manfaat bisa mengajukan permintaan menu, namun tetap memenuhi kecukupan gizi. (Firman Eko Handy/Andi Bagasela/Gracia Simanjuntak)

    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • PPP Purworejo Sebut Terpilihnya Agus Suparmanto Jadi Momentum Konsolidasi
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        30 September 2025

    PPP Purworejo Sebut Terpilihnya Agus Suparmanto Jadi Momentum Konsolidasi Regional 30 September 2025

    PPP Purworejo Sebut Terpilihnya Agus Suparmanto Jadi Momentum Konsolidasi
    Tim Redaksi
    PURWOREJO, KOMPAS.com
    – Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Kabupaten Purworejo memberikan dukungan penuh kepada Agus Suparmanto yang terpilih sebagai Ketua Umum PPP periode 2025–2030 melalui aklamasi dalam Muktamar X di Jakarta, pada Minggu (28/9/2025) dini hari.
    Ketua DPC PPP Purworejo, Muhammad Kartika Zuhala, menyatakan bahwa terpilihnya Agus Suparmanto merupakan momentum penting bagi konsolidasi partai, terutama dalam upaya mengembalikan kejayaan PPP di tingkat nasional maupun daerah.
    “PPP Purworejo siap mendukung penuh kepemimpinan Pak Agus Suparmanto. Beliau adalah sosok yang mampu menyatukan kader, dan meneguhkan arah perjuangan PPP ke depan,” ujarnya, Senin (29/9/2025).
    Dalam Muktamar X yang berlangsung di Mercure Ancol, Jakarta, Agus Suparmanto terpilih secara aklamasi menggantikan Plt Ketua Umum Mardiono.
    Penetapan tersebut dilakukan dalam sidang paripurna VIII yang dipimpin oleh Qoyum Abdul Jabar sekitar pukul 01.07 WIB.
    Forum muktamar juga menetapkan tim formatur untuk menyusun kepengurusan DPP PPP periode 2025–2030, yang dipimpin langsung oleh Agus Suparmanto.
    Anggota tim formatur ini terdiri dari Ir. Romahurmuziy, KH.
    Musyafa’, Rusman Yaqub, serta sembilan ketua DPW dari berbagai daerah, termasuk DPW Jawa Tengah.
    Meskipun muktamar sempat diwarnai oleh dinamika internal, mayoritas peserta tetap konsisten mendukung jalannya forum hingga menghasilkan keputusan aklamasi.
    “PPP Purworejo percaya, dinamika yang terjadi di muktamar justru semakin memperkuat semangat kader untuk menjaga persatuan. Kami akan segera melakukan konsolidasi di tingkat PAC agar semangat perubahan ini sampai ke akar rumput,” imbuh Kartika Zuhala.
    Dengan terpilihnya Agus Suparmanto, PPP Purworejo berharap arah perjuangan partai semakin jelas dalam memperjuangkan aspirasi umat, sekaligus meningkatkan perolehan suara pada Pemilu mendatang.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Ribuan Warga NU Loano Tunaikan Nazar, Jalan Kaki 20 Km ke Makam KH Nur Muhammad
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        28 September 2025

    Ribuan Warga NU Loano Tunaikan Nazar, Jalan Kaki 20 Km ke Makam KH Nur Muhammad Regional 28 September 2025

    Ribuan Warga NU Loano Tunaikan Nazar, Jalan Kaki 20 Km ke Makam KH Nur Muhammad
    Tim Redaksi
    PURWOREJO, KOMPAS.com
    – Fajar baru saja menyingsing di Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo, Minggu (28/9/2025).
    Jalan-jalan desa yang sempit hingga jalur utama Purworejo–Magelang dipenuhi ribuan warga Nahdlatul Ulama (NU) yang berbondong-bondong menuju kantor baru MWC Loano.
    Suara shalawat bergema, menyatu dengan langkah kaki yang mantap, menandai dimulainya perjalanan sejauh 20 kilometer menuju makam KH Nur Muhammad Ngadiwongso di Magelang.
    Loano pagi itu seakan berubah menjadi lautan manusia. Dari anak-anak hingga para lansia, dari pelajar IPNU hingga ibu-ibu Muslimat dan Fatayat, semua larut dalam semangat yang sama: membersamai bendahara MWC NU Loano menunaikan nazar.
    Nazar itu lahir setelah perjuangan panjang membangun gedung MWC NU sekaligus membeli tanah senilai Rp4 miliar lunas dari infak jamaah.
    Cita-cita memiliki gedung sendiri dimulai sejak 2019. Dengan semangat gotong royong, warga NU Loano mengumpulkan dana dari iuran mingguan.
    Setiap Selasa, selepas pengajian rutin, amplop-amplop kecil berisi sumbangan dikumpulkan. Jumlahnya beragam, dari ribuan rupiah hingga ratusan ribu.
    Lima tahun berselang, hasilnya nyata. Sebidang tanah terbeli, gedung MWC NU berdiri megah, seluruh biaya lunas.
    “Alhamdulillah sudah berhasil dibangun. Saya bernazar karena terharu dengan gotong royong warga NU,” kata Heri, Bendahara MWC NU Loano, Minggu (28/9/2025).
    Awalnya hanya Heri dan tiga rekannya yang bernazar berjalan kaki ke Magelang bila cita-cita itu terwujud. Namun semangatnya menular, hingga akhirnya sekitar 1.200 orang ikut serta.
    “Saya tidak menyangka nazar saya ini banyak yang ikut menemani,” ucap Heri.
    Langkah demi langkah ditempuh dengan shalawat, bendera NU berkibar, dan senyum menutupi lelah. Warga di sepanjang jalan menyambut dengan air minum, sapaan, hingga lambaian tangan.
    Setelah sekitar 6 jam, rombongan tiba di kompleks makam KH Nur Muhammad. Suasana haru menyelimuti. Ada yang berdoa sambil menangis, ada pula yang sujud syukur.
    “Alhamdulillah, ini bukan hanya perjalanan fisik, tetapi perjalanan hati. Semoga berkah dari KH Nur Muhammad senantiasa menyertai warga NU Loano,” tutur Heri.
    Keberhasilan membangun gedung MWC NU ternyata bukan akhir. Warga kini merencanakan pembangunan Masjid KH Hasyim Asy’ari sebagai pusat ibadah, pendidikan, dan dakwah.
    Bupati Purworejo, Yuli Hastuti, yang hadir, mengapresiasi semangat gotong royong warga NU Loano.
    “Keberhasilan ini bukan sekadar berdirinya gedung, melainkan bukti bahwa kebersamaan dan keikhlasan mampu menghasilkan karya besar,” ujarnya.
    Gedung MWC NU kini menjadi aset berharga milik bersama, menopang kegiatan keagamaan, sosial, dan pendidikan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • BMKG Peringatkan! Tsunami 15 Meter Bisa Terjang Purworejo dalam 30 Menit
                
                    
                        
                            Yogyakarta
                        
                        27 September 2025

    BMKG Peringatkan! Tsunami 15 Meter Bisa Terjang Purworejo dalam 30 Menit Yogyakarta 27 September 2025

    BMKG Peringatkan! Tsunami 15 Meter Bisa Terjang Purworejo dalam 30 Menit
    Tim Redaksi
    PURWOREJO, KOMPAS.com –
    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan bahwa Kabupaten Purworejo di Jawa Tengah rentan terhadap gempa bumi dan tsunami.
    Bahkan, simulasi menunjukkan potensi tsunami bisa mencapai 10-15 meter dan mampu menerjang pesisir Purworejo hanya dalam waktu 30 menit setelah gempa.
    Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG RI, Daryono, mengatakan, kondisi ini harus disikapi dengan kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat. Salah satunya dengan membangun bangunan yang kokoh.
    “Purworejo berhadapan langsung dengan zona megathrust di selatan Jawa yang berpotensi menghasilkan gempa maksimum magnitudo 9,1. Jika itu terjadi, guncangan bisa mencapai skala VII–VIII MMI dengan tsunami setinggi 10–15 meter di pesisir Patutrejo, hanya 30 menit setelah gempa,” ujar Daryono dalam sambutannya di Sekolah Lapang Gempabumi dan Tsunami (SLG) di Purworejo, Sabtu (27/9/2025).
    Kegiatan SLG yang digelar di Aula Kecamatan Grabag itu diikuti oleh 55 peserta dari berbagai elemen masyarakat, BPBD, hingga stakeholder terkait.
    Acara diisi dengan paparan materi, latihan evakuasi, hingga simulasi penyusunan rekomendasi penanggulangan bencana.
    Bupati Purworejo, Yuli Hastuti, melalui Kepala Pelaksana BPBD Purworejo, Wasit Diono, menyampaikan apresiasi atas dukungan BMKG.
    Dia menilai dukungan ini dapat meminimalkan risiko bencana di pesisir selatan Purworejo.
    “Kami sangat berterima kasih, karena SLG ini membantu meningkatkan kapasitas pemerintah dan masyarakat dalam menghadapi potensi gempa bumi dan tsunami. Pengetahuan ini harus diteruskan ke keluarga dan lingkungan sekitar,” ungkapnya.
    Sementara itu, anggota Komisi V DPR RI, Sofwan Dedy Ardyanto, menegaskan pentingnya peran masyarakat dalam upaya mitigasi.
    “Gempa dan tsunami tidak bisa diprediksi. Namun, risiko bisa ditekan dengan mitigasi. Kami berharap masyarakat semakin paham langkah evakuasi agar korban jiwa dapat diminimalisir,” katanya saat membuka kegiatan SLG Purworejo.
    Ketua Panitia sekaligus Kepala Stasiun Geofisika Banjarnegara, Hery Susanto Wibowo, menyebut kegiatan ini bukan sekadar seremonial, tetapi bagian dari pembangunan budaya sadar bencana.
    “Besar harapan kami, ilmu dari SLG ini bisa ditularkan. Mitigasi hanya efektif jika dilakukan bersama,” tuturnya.
    BMKG menegaskan, meski bencana tidak bisa dihindari, upaya mitigasi dan kesiapsiagaan dapat menjadi kunci menuju cita-cita besar, yaitu 
    zero victims
    saat gempa dan tsunami benar-benar terjadi.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Sekolah Rakyat Istimewa, Menjangkau yang Belum Terjangkau

    Sekolah Rakyat Istimewa, Menjangkau yang Belum Terjangkau

    Jakarta

    Menteri Sosial Saifullah Yusuf (Gus Ipul) menyebut Sekolah Rakyat sebagai terobosan Presiden Prabowo Subianto untuk mengentaskan kemiskinan. Program ini tidak hanya memberi akses pendidikan bagi anak-anak miskin, tetapi juga menghadirkan intervensi bagi keluarga melalui bantuan sosial (bansos), kesehatan, hingga pemberdayaan ekonomi.

    “Sekolah rakyat ini istimewa, programnya presiden. Kita diajak noleh (menengok) kepada mereka yang paling miskin, memuliakan wong cilik, menjangkau yang belum terjangkau, dan memungkinkan yang tidak mungkin,” ujar Gus Ipul dalam keterangan tertulis, Jumat (26/9/2025).

    Hal tersebut ia disampaikan saat menerima audiensi Gubernur Sulawesi Barat (Sulbar) dan Bupati Purworejo di Kantor Kementerian Sosial di Jakarta, Jumat (26/9).

    Ia menegaskan, perbedaan utama Sekolah Rakyat dengan sekolah umum adalah integrasinya dengan program unggulan pengentasan kemiskinan, seperti Koperasi Desa Merah Putih, bansos, Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), Makan Bergizi Gratis (MBG), hingga pemeriksaan kesehatan.

    “Anaknya sekolah, orang tuanya diberdayakan, rumahnya diperbaiki, orang tuanya jadi anggota Koperasi Desa Merah Putih, dapat bansos lengkap, seluruh keluarganya dapat PBI-JKN. Jadi tidak berdiri sendiri, ini bersamaan dengan program unggulan Presiden yang lain, diintervensi di sini. Keren ini, tidak ada sebelumnya kayak begini,” jelas Gus Ipul.

    Selain pendidikan, seluruh siswa Sekolah Rakyat memiliki rekam medis yang menjadi dasar intervensi kesehatan. Dari 7.409 siswa, sebanyak 52 persen membutuhkan pemeriksaan lanjutan dengan masalah utama berupa karies gigi, kebugaran rendah, anemia, gangguan telinga, dan kekurangan gizi.

    Tak hanya itu, siswa juga difasilitasi pemetaan bakat (talent mapping) berbasis teknologi DNA dan Artificial Intelligence (AI). Dari 4.889 siswa yang sudah dipetakan, 50,4 persen cenderung kinestetik, 30 persen auditori, dan 19,6 persen visual.

    “Keren hasilnya ini. Kita punya data-datanya anak-anak lengkap. Tidak ada di sekolah lain. Adanya di sekolah rakyat, hanya ada di sekolah rakyat,” tegas Gus Ipul.

    “Kami sudah siapkan tanah, Pak, untuk pembangunan yang baru. Ada dua tanah kami siapkan,” ujar Suhardi.

    Dukungan juga datang dari Bupati Purworejo Yuli Hastuti, yang telah menyiapkan lahan untuk Sekolah Rakyat.

    “Untuk pendirian Sekolah Rakyat Purworejo, siap lahan di salah satu desa seluas 9,7 hektare. Kalau memang masih diperlukan, masih ada lagi 3,2 hektare,” jelas Yuli.

    Saat ini, Sekolah Rakyat telah berjalan di 100 titik dan akan menambah 65 titik, sehingga mencapai 165 titik pada akhir bulan. Presiden menargetkan setiap sekolah mampu menampung hingga 1.000 siswa. Jika 500 sekolah berdiri, maka 500 ribu anak dari keluarga miskin dapat mengenyam pendidikan.

    Turut hadir dalam audiensi tersebut Wakil Menteri Sosial Agus Jabo Priyono, Sekretaris Jenderal Kemensos Robben Rico, Tenaga Ahli Menteri Sosial Bidang Perencanaan dan Evaluasi Kebijakan Strategis Kementerian Andy Kurniawan, Plt. Kepala Pusat Data dan Informasi Kemensos Joko Widiarto, Kepala Dinas Sosial Sulbar Abdul Wahab, Kepala Bapperida Sulbar Junda Maulana, Pj Sekretaris Daerah Purworejo Tolkha Amaruddin, dan Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesra Ahmat Jainudin.

    (akn/ega)