Bencana Tanah Gerak di Pasuruan, 176 Warga Mengungsi
Tim Redaksi
PASURUAN, KOMPAS.com
– Sebanyak 176 warga terdampak tanah bergerak di Kabupaten
Pasuruan
, Jawa Timur, mengungsi di gedung sekolah. Mereka khawatir pergerakan tanah dapat membahayakan.
Pemerintah Kabupaten Pasuruan sudah mulai menyalurkan bantuan untuk keperluan warga selama mengungsi.
Pj Bupati Pasuruan, Nurkholis, menegaskan keselamatan warga menjadi prioritas dalam kebencanaan. Untuk itu, dirinya meminta kepada warga yang rumahnya terdampak
tanah gerak
agar mengungsi ke tempat yang lebih aman.
“Saat dilakukan asesmen berapa jumlah rumah warga yang rusak. Kebijakan yang cepat dan tepat untuk sementara yakni mengungsikan bagi warga yang posisi rumahnya rawan roboh,” katanya saat melihat langsung kondisi pergerakan tanah di RT 01 RW 08 Dusun Sempu, Desa Cowek, Kecamatan Purwodadi, Kamis (30/1/2025).
Sedangkan untuk warga yang sudah mengungsi, terdapat 47 kepala keluarga (KK) dengan 176 orang.
Ada yang mengungsi di rumah saudara serta di SD Negeri Cowek 2 Purwodadi.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Pasuruan, Sugeng Hariyadi, menegaskan pihaknya juga sudah menyalurkan bantuan, baik makanan siap saji, obat-obatan, maupun perlengkapan rumah tangga yang dibutuhkan.
“Pemkab menyediakan bantuan kedaruratan, mulai dari makanan siap saji, nasi kotak, selimut, matras untuk tempat tidur, dan bantuan lainnya,” terang Sugeng.
Untuk diketahui, peristiwa tanah gerak serta pergeseran tanah terjadi di RT 01 RW 08 Dusun Sempu, Desa Cowek, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, pada Selasa (28/01/2025).
Kejadian itu berawal saat terdengar suara retakan, kemudian menyusul sejumlah tembok rumah warga tiba-tiba retak dan sebagian rontok.
Sedangkan pada lantai, sebagian keramiknya pecah dan mengelupas.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
kab/kota: Purwodadi
-
/data/photo/2025/01/30/679b7e711a893.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Bencana Tanah Gerak di Pasuruan, 176 Warga Mengungsi Surabaya 30 Januari 2025
-

Fenomena Tanah Bergerak di Pasuruan: Penyebab, Dampak, dan Langkah Mitigasi Menurut Pakar Geofisika UB
Malang (beritajatim.com) – Fenomena tanah bergerak yang terjadi di Dusun Sempu, Desa Cowek, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, sejak Selasa (28/1/2025) telah menimbulkan kekhawatiran serius di kalangan warga.
Puluhan rumah mengalami kerusakan, mulai dari retak hingga roboh, memaksa 57 warga mengungsi ke SDN Cowek 2 untuk menyelamatkan diri. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pasuruan mencatat, 47 rumah terdampak, dengan 16 di antaranya rusak parah dan tidak layak huni.
Sebanyak 176 jiwa dari 47 Kepala Keluarga (KK) terdampak, sementara pemerintah setempat telah turun tangan memberikan bantuan darurat.
Menanggapi fenomena ini, Guru Besar Geofisika Universitas Brawijaya (UB), Prof. Adi Susilo, M.Si., Ph.D., menjelaskan bahwa tanah bergerak sangat bergantung pada topografi dan model geologi suatu wilayah.
“Tanah bergerak terjadi ketika bidang di bawah tanah menjadi jenuh air dan licin, menyebabkan pergerakan massa tanah bersama bangunan di atasnya,” ujar Prof. Adi Susilo, Kamis (30/1/2025).
Prof. Adi, yang merupakan profesor ke-18 di FMIPA dan ke-248 di Universitas Brawijaya, menekankan bahwa pergerakan tanah yang tidak merata dapat menyebabkan dampak lebih berbahaya, termasuk kerusakan infrastruktur yang luas.
“Jika pergerakan tanah tidak seragam, tanah bisa retak terlebih dahulu sebelum akhirnya bergeser lebih jauh. Ini sangat dipengaruhi oleh intensitas hujan dan kondisi geologi bawah permukaan,” tambahnya.
Lebih lanjut, Prof. Adi membedakan antara tanah bergerak dan longsor. Longsor terjadi ketika tanah bergerak dari atas ke bawah secara signifikan, sementara tanah bergerak bisa terjadi di permukaan datar atau dengan kemiringan kecil. Meski demikian, keduanya sama-sama berpotensi merusak bangunan di atasnya.
Menurutnya, longsor lebih sering terjadi di wilayah pegunungan dengan lereng curam, sedangkan tanah bergerak dan likuifaksi lebih umum terjadi di daerah dengan tanah lempung atau pasir yang jenuh air.
Dengan kondisi cuaca yang masih berpotensi hujan deras, risiko tanah bergerak dan longsor di Pasuruan masih tinggi. Warga diimbau untuk tetap waspada, terutama yang tinggal di area rawan.
Pemerintah dan tim kebencanaan diharapkan segera melakukan kajian lebih mendalam untuk menentukan langkah mitigasi jangka panjang, termasuk kemungkinan relokasi warga yang terdampak parah. [dan/suf]
-

Bencana Tanah Gerak di Desa Cowek Pasuruan, BMKG: Bukan Gempa
Pasuruan (beritajatim.com) – Warga Desa Cowek, Kecamatan Purwodadi, dibuat resah akibat bencana tanah gerak yang terjadi di wilayah mereka. Meski demikian, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Prigen memastikan bahwa kejadian tersebut tidak tercatat sebagai gempa bumi.
Menurut Koordinator Observasi dan Informasi BMKG Pasuruan, Suwarto, peristiwa tersebut kemungkinan besar disebabkan oleh tanah longsor di sekitar lokasi kejadian. Oleh karena itu, gerakan kecil tersebut tidak terdeteksi oleh sensor seismograf.
“Setelah kami cek rekaman sensor seismograf yang ada di Prigen tidak ada tanda-tanda gempa. Kemungkinan hal yang terjadi dikarenakan intensitas hujan yang deras dan mengakibatkan tanah longsor, jadi bukan kategori gempa,” ungkap Suwarto.
Sementara itu, Suhendro, warga yang terdampak langsung, mengaku bahwa kejadian ini merupakan yang pertama kali terjadi di desanya. Ia juga menegaskan bahwa dalam beberapa hari terakhir tidak ada kejadian tanah longsor yang terdeteksi di sekitar pemukiman mereka.
“Beberapa hari ini memang gak ada kejadian tanah longsor. Tapi dari beberapa hari kemaren memang hujan deras, terus-terusan selama dua hari,” ungkapnya.
Diketahui bahwa jarak pemukiman warga terdampak berada sekitar 500 meter dari tebing. Hingga berita ini ditulis, pergerakan tanah masih terus terjadi di Desa Cowek, Kecamatan Purwodadi.
Sebelumnya, telah dilaporkan bahwa setidaknya 47 kartu keluarga dan 176 jiwa harus mengungsi akibat retakan tanah yang mulai terjadi sejak Selasa (28/1/2025) kemarin. [ada/beq]
-

Pergerakan Tanah Desa Cowek Pasuruan, 176 Warga Mengungsi
Pasuruan (beritajatim.com) – Warga Desa Cowek, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Pasuruan, dikejutkan oleh pergerakan tanah yang terjadi sejak Selasa (28/1/2025) sekitar pukul 23.30 WIB. Fenomena ini berlanjut hingga Kamis (30/1/2025) pagi, menyebabkan kerusakan pada sejumlah rumah warga.
Suhendro, salah satu warga terdampak, menggambarkan situasi tersebut. “Goncangannya itu gak langsung, jadi pelan-pelan. Jadi goncangan pelan-pelan bahkan tadi pagi beberapa rumah retak,” jelas Hendro.
Akibat pergerakan tanah ini, 47 rumah mengalami kerusakan, dengan 16 di antaranya mengalami kerusakan parah. Sebagai langkah antisipasi, sebanyak 47 kepala keluarga, total 176 orang, diungsikan ke Sekolah Dasar Negeri 2 Cowek untuk menghindari risiko lebih lanjut.
“Ada total 47 kartu keluarga yang mengungsi. Totalnya ada 176 orang yang mengungsi di SDN 2 Cowek,” ujar Kepala Dusun, Ahmad Sumitro.
Pergerakan tanah di wilayah ini diduga dipicu oleh hujan deras yang terus mengguyur, memperparah kondisi tanah dan meningkatkan potensi longsor. Pemerintah Kabupaten Pasuruan telah mengirimkan bantuan serta melakukan pemantauan di lokasi terdampak. Sekretaris Daerah Kabupaten Pasuruan, jajaran Polsek Purwodadi, dan Kepala Desa Cowek turut hadir untuk memastikan keamanan warga.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Pasuruan memiliki 13 desa/kelurahan yang mengalami bencana alam tanah longsor pada periode 2019-2021.
Hal ini menunjukkan bahwa wilayah tersebut rentan terhadap bencana serupa, sehingga diperlukan kewaspadaan dan langkah mitigasi yang tepat.
Masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan mengikuti arahan dari pihak berwenang. Pemerintah daerah bersama instansi terkait terus melakukan pemantauan serta menyiapkan langkah-langkah antisipasi untuk memastikan keselamatan warga. [ada/beq]
-

Pria Lamongan Tilap Belasan Ponsel Warga Ngawi, Ini Modusnya
Ngawi (beritajatim.com) – Pria berinisial RH (51), warga Kecamatan Ngimbang, Kabupaten Lamongan, ditangkap Polres Ngawi usai membawa kabur ponsel milik warga. Diketahui, RH juga telah beraksi di 22 lokasi berbeda lintas provinsi.
Tim Tiger Satreskrim Polres Ngawi, yang dipimpin Kanit Pidum Iptu Harli Prabowo, menangkap tersangka di pinggir jalan Desa Beran, Kecamatan Ngawi, pada Kamis (16/1/2025). Penangkapan ini merupakan hasil dari serangkaian penyelidikan intensif berdasarkan laporan masyarakat.
Modusnya, tersangka mengendarai sepeda motor Honda ADV berwarna hitam bernomor polisi K-5422-GA dan berkeliling mencari informasi dari warga tentang orang-orang yang memiliki kerabat bekerja di luar daerah atau luar negeri.
RH kemudian mendatangi rumah korban, berpura-pura membawa uang titipan dari kerabat mereka. Dengan dalih meminjam HP untuk menelepon atau mengambil uang di BRILink, tersangka mengambil HP korban dan melarikan diri.
“RH mengakui telah melakukan penipuan sebanyak 22 kali di wilayah Ngawi (11 TKP), Sragen (4 TKP), Purwodadi (5 TKP), dan Kediri (2 TKP) sejak April 2024,” kata Kapolres Ngawi AKBP Dwi Sumrahadi Rakhmanto, Selasa (28/1/2025).
Dwi mengimbau masyarakat untuk lebih waspada terhadap modus serupa. Dia meminta masyarakat segera melapor jika bertemu orang asing dengan gerak gerik mencurigakan.
“Jika ada orang asing yang mengaku mengenal kerabat Anda dan meminta meminjam barang berharga seperti HP, segera laporkan ke pihak berwenang,” tegasnya.
Tersangka akan dijerat dengan Pasal 378 KUHP Sub Pasal 372 KUHP Jo Pasal 65 ayat (1) KUHP, dengan ancaman hukuman maksimal empat tahun penjara, ditambah pemberatan sepertiga. [fiq/beq]
-
/data/photo/2025/01/26/67960990c94e9.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Wamensos: 13 Rumah Rusak Berat Akibat Banjir Grobogan, Kami Bantu 25 Juta Per Rumah Regional 26 Januari 2025
Wamensos: 13 Rumah Rusak Berat Akibat Banjir Grobogan, Kami Bantu 25 Juta Per Rumah
Tim Redaksi
GROBOGAN, KOMPAS.com
– Kementerian Sosial (
Kemensos
) menyalurkan bantuan senilai total Rp 600 juta untuk korban bencana banjir di Kabupaten
Grobogan
, Jawa Tengah, Minggu (26/1/2025).
Bantuan ini diserahkan secara simbolis oleh Wakil Menteri Sosial
Agus Jabo Priyono
kepada Bupati Grobogan Sri Sumarni, di Desa Baturagung, Kecamatan Gubug, yang merupakan lokasi terdampak banjir paling parah.
Agus Jabo Priyono menjelaskan, bantuan tersebut bertujuan untuk memenuhi kebutuhan logistik, sembako, dan fasilitas alat kebersihan.
Saat ini, terdapat sekitar 200 pengungsi di Desa Baturagung akibat bencana tersebut.
Selain itu, dana tersebut juga akan digunakan untuk membantu pembangunan rumah yang rusak berat di wilayah Gubug akibat banjir bandang setelah jebolnya tanggul Sungai Tuntang pekan lalu.
“Kemensos sudah mengidentifikasi, rumah yang rusak berat akibat banjir ada 13 rumah. Tapi yang lainnya tetap kita assessment. Untuk 13 rumah ini, kita kasih bantuan pembangunan rumah melalui Pemkab Grobogan, 25 juta per rumah,” ungkap Agus.
Agus menambahkan bahwa saat ini status daerah tersebut masih dalam tanggap darurat, sehingga seluruh pemangku kepentingan diharapkan untuk terus bersinergi dalam mendampingi korban terdampak banjir.
Dapur umum dan tempat pengungsian masih disiagakan untuk memberikan bantuan kepada masyarakat.
“Karena lokasi ini masih berada tak jauh dari aliran sungai, pesan bapak Presiden dan wakil Presiden, selama bulan Desember hingga Maret kita harus waspada, saat hujan deras potensi banjir dan longsor cukup besar,” pungkas Agus.
Sementara itu, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Grobogan mencatat ada total 22 tanggul sungai di wilayahnya yang jebol.
Dari jumlah tersebut, enam tanggul mengalami kerusakan paling parah, khususnya di aliran Sungai Tuntang, Kecamatan Gubug, yang sering meluap saat musim hujan akibat kiriman dari hulu wilayah Kabupaten Semarang dan Salatiga.
“Jadi Kabupaten Grobogan itu banyak tanggul sungai kritis. Kondisi ini membuat banjir tahunan selalu terjadi sehingga kami minta pemerintah pusat dari Kementerian terkait untuk menangani kondisi ini,” kata Bupati Grobogan, Sri Sumarni.
Berdasarkan laporan Pusat Pengendali Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops PB) BPBD Grobogan, banjir kali ini telah menerjang 98 desa di 14 kecamatan, termasuk Toroh, Purwodadi, Grobogan, Karangrayung, Kedungjati, Gubug, Tawangharjo, Penawangan, Godong, Brati, Klambu, Pulokulon, Geyer, dan Tanggungharjo, sejak Jumat (20/1/2024) hingga Minggu (22/1/2025).
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Mendesak! Ini Kebutuhan Korban Banjir Grobogan di Pengungsian, Tersebar di 3 Lokasi
TRIBUNJATENG.COM, GROBOGAN – Banjir yang melanda Desa Baturagung, Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan membuat pemerintah desa bekerja ekstra untuk membantu para korban, Rabu (22/1/2025).
Banjir disebabkan oleh jebolnya empat titik tanggul di Desa Baturagung, Selasa (21/1/2025) pagi.
Air langsung menerjang ratusan rumah, belasan rumah hancur, dan beberapa rumah ludes terbawa derasnya aliran air.
Perangkat Desa Baturagung, Gunadi saat ditemui TribunJateng.com di lokasi pengungsian mengungkapkan bahwa begitu banjir melanda, mereka langsung menyiapkan mobil siaga.
Bahkan ada warga yang menggunakan motor roda tiga (tossa) untuk mempercepat proses evakuasi.
“Begitu banjir, kami siapkan mobil siaga, ada yang pakai tossa untuk mempersingkat waktu,” ujar Gunadi, Rabu (22/1/2025).
Para korban banjir langsung dibawa ke tiga titik pengungsian yang sudah disiapkan pemerintah desa, yaitu di Balai Desa Baturagung, Masjid Dusun Lanjaran, dan Masjid Dusun Mintreng.
Kondisi di lokasi pengungsian cukup memprihatinkan, dengan kebutuhan mendesak seperti pakaian layak pakai, selimut, dan makanan.
Banyak rumah yang hancur akibat banjir, bahkan beberapa rumah hilang sepenuhnya.
“Ada yang 50 persen hancur, ada yang hilang,” tambah Gunadi menjelaskan betapa besar kerusakan yang ditimbulkan oleh bencana ini.
Kebutuhan Mendesak di Pengungsian
Di tengah situasi yang penuh tantangan, bantuan untuk korban sangat diperlukan.
Pakaian layak pakai, selimut, serta makanan menjadi kebutuhan utama.
Gunadi juga menambahkan bahwa meskipun sudah ada bantuan dari Palang Merah Indonesia (PMI) pada pagi hari.
Bantuan tersebut belum dibuka dan masih menunggu distribusi lebih lanjut.
“Tadi pagi ada bantuan dari PMI, kebetulan belum kami buka, nanti menunggu,” ujar Gunadi.
Sementara itu, makanan untuk pengungsi ditangani oleh pemerintah desa.
Warga desa bekerja sama dengan beberapa donatur untuk memasak dan mengirimkan makanan setiap hari seperti makanan ringan, kue, dan makanan lainnya.
“Makanan sementara ditangani desa, jadi kami masakkan, kirim setiap hari sama beberapa donatur dari desa, memberi semacam snack, kue, dan lain-lain,” jelasnya.
Sayangnya, bantuan makanan seringkali langsung habis karena banyaknya pengungsi yang membutuhkan.
Para lansia yang terdampak banjir juga mendapatkan perhatian khusus.
Mereka langsung dibawa ke Balai Desa untuk mendapatkan perawatan seadanya.
Data sementara menunjukkan ratusan Kepala Keluarga yang mengungsi.
Sementara kerugian ditaksir hingga ratusan juta rupiah.
“Ada sekira 300 Kepala Keluarga (KK) yang mengungsi, 15 rumah yang hanyut, perabotan rumah, mobil dan motor ikut hanyut, tidak ada korban jiwa,” kata Henni Prasetyo, Kepala Dusun Tutup, Desa Baturagung, saat ditemui TribunJateng.com, Selasa (21/1/2025).
Jalan Purwodadi-Semarang di Desa Tinanding, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan yang ditutup karena banjir sedang dibersihkan, Rabu (22/1/2025). (TRIBUN JATENG/Fachri Sakti Nugroho)
Pentingnya Bantuan Segera
Banjir yang merendam Desa Baturagung ini menyisakan banyak kerugian, baik materiil maupun psikologis.
Selain rumah yang hancur, warga juga membutuhkan perhatian lebih, terutama dalam pemenuhan kebutuhan dasar.
Bantuan dari berbagai pihak, baik pemerintah maupun masyarakat, sangat diperlukan untuk meringankan beban para korban.
Dengan adanya kerja sama antara pemerintah desa, relawan, dan donatur, diharapkan proses pemulihan dapat berlangsung lebih cepat, dan para korban segera pulih.
TribunJateng.com yang datang ke lokasi banjir melihat ratusan rumah tergenang, puluhan rumah rusak dan ada yang hanyut terseret hingga ratusan meter dari permukiman.
Bangkai kendaraan bermotor hingga peralatan rumah tangga juga tampak berserakan di jalanan hingga persawahan.
Warga yang awalnya masih terjebak di rumah, mulai mengungsi meninggalkan rumahnya yang tak lagi bisa ditempati sementara waktu.
Mereka berjalan pelan menyusuri jalanan yang licin dan masih dilewati kencang arus air.
Terlihat beberapa lansia memegangi tali pengaman yang sengaja dipasang sebagai pegangan agar warga tidak terpeleset.
Di lokasi pengungsian, deretan lansia dan ibu-ibu yang menggendong bayinya semakin menambah pilu pemandangan.
Sayup-sayup terdengar di antara mereka saling bercerita dan mengeluh badannya sakit karena usia dan penyakit.
Detik-detik Tanggul Jebol Menerjang Ratusan Rumah Warga
Masih terlintas jelas di ingatan Kartinah, warga Desa Baturagung, yang menjadi korban bencana banjir.
Rumah Kartinah memang selamat, tapi tidak dengan rumah-rumah tetangga sekitarnya yang hilang tersapu air.
Kepada TribunJateng.com, Kartinah menceritakan, pagi saat kejadian dia sedang membantu anaknya bersiap untuk sekolah.
Tak lama kemudian air meluber dan tanggul tak bisa bertahan lagi.
“Kejadian pukul 06.00, air sudah meluber, sekira pukul 06.30 sudah tidak bisa dipertahankan lagi, tanggul jebol,” tutur Kartinah kepada TribunJateng.com, Selasa (21/1/2025).
Karena cepatnya kejadian, Kartinah tak sempat mengamankan barang-barang berharganya.
“Kerugian-kerugian lumayan banyak, karena kebetulan tanggul dari samping kanan dan kiri rumah sudah jebol jadi tidak bisa menyelamatkan aset-aset sejenis motor.”
“Di samping rumah ada penjual pupuk itu entah ada berapa ton karena baru didatangkan, kerugianya lumayan,” imbuh Kartinah.
Kartinah menuturkan, rumah yang berada tepat di lokasi tanggul yang jebol tak bisa diselamatkan dan langsung terbawa arus.
“Rumah warga saat air jebol langsung hancur karena tepat di hadapan air jebol.”
“Kebetulan ini padat penduduk lumayan banget ini yang terdampak banjir,” pungkas Kartinah. (*)
-

Video Banjir Gubug Grobogan, Bupati Sri Sumarni Terjang Air Minta Para Pihak ke Lokasi Bencana.
TRIBUNJATENG.COM, GROBOGAN – Berikut ini video Banjir Gubug Grobogan, Bupati Sri Sumarni Terjang Air Minta Para Pihak ke Lokasi Bencana.
Banjir besar melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Grobogan, Selasa (21/1/2025).
Hujan lebat yang mengguyur wilayah tersebut sejak Senin malam membuat sejumlah sungai di Grobogan tak bisa menampung air.
Bupati Grobogan, Sri Sumarni, turun langsung ke lapangan, tepatnya di Desa Papanrejo, Gubug, untuk memantau keadaan dan memberikan arahan kepada aparat setempat.
Tanpa ragu-ragu, Sri Sumarni menerjang derasnya arus air setinggi lutut limpasan Sungai Tuntang.
Saat ditemui awak media di lokasi banjir di Desa Papanrejo, Kecamatan Gubug, Sri Sumarni menyebut, banjir terjadi di 8 wilayah kecamatan di Kabupaten Grobogan.
Pihaknya juga meminta semua pihak terjun untuk menyiapkan tempat pengungsian dan dapur umum.
“Hujan lebat di Grobogan, di beberapa titik 8 kecamatan, Toroh, Purwodadi, Brati, Klambu, Godong, Gubug, Tegowanu dan Kedungjati,” kata Sri Sumarni, Selasa (21/1/2025).
“Dan di kota tadi saya di tengah-tengah masyarakat diungsikan membuka dapur umum.”
“Ada pak kades pak camat dengan perangkat desa bergerak cepat, kita harus turun ke bawah,” imbuhnya.
Pentingnya Grobogan sebagai Penyangga Pangan
Sri Sumarni juga menegaskan pentingnya Grobogan sebagai salah satu daerah penyangga pangan utama di Jawa Tengah.
Kabupaten ini menjadi sentra produksi padi dan jagung yang sangat vital untuk pasokan pangan di daerah lainnya.
Sebelumnya, pemerintah Grobogan juga telah melakukan penandatanganan MoU untuk meningkatkan hasil produksi padi dan jagung tahun ini, dengan harapan hasilnya melebihi tahun-tahun sebelumnya meskipun ada tantangan bencana alam seperti banjir.
“Grobogan termasuk penyangga pangan, kemarin ada MoU supaya penambahan penghasilan pad dan jagung supaya lebih dari tahun-tahun yang lalu,” kata Sri Sumarni. (*)
-

Potret Saat Bupati Grobogan Sri Sumarni Terjang Banjir di Papanrejo: Ada 8 Kecamatan Terdampak
TRIBUNJATENG.COM, GROBOGAN – Banjir besar melanda Kabupaten Grobogan, Selasa (21/1/2025).
Hujan lebat yang mengguyur wilayah tersebut sejak Senin (20/1/2025) malam membuat sejumlah sungai di Grobogan tak bisa menampung air.
Bupati Grobogan, Sri Sumarni turun langsung ke lapangan, tepatnya di Desa Papanrejo, Kecamatan Gubug untuk memantau keadaan dan memberikan arahan kepada aparat setempat.
Tanpa ragu-ragu, Sri Sumarni menerjang derasnya arus air setinggi lutut limpasan Sungai Tuntang.
Saat ditemui awak media di lokasi banjir di Desa Papanrejo, Kecamatan Gubug, Sri Sumarni menyebut, banjir terjadi di 8 kecamatan di Kabupaten Grobogan.
Pihaknya juga meminta semua pihak terjun untuk menyiapkan tempat pengungsian dan dapur umum.
“Hujan lebat di Grobogan, di beberapa titik 8 kecamatan.”
“Kecamatan Toroh, Purwodadi, Brati, Klambu, Godong, Gubug, Tegowanu, dan Kedungjati,” kata Sri Sumarni, Selasa (21/1/2025).
“Di kota tadi saya di tengah-tengah masyarakat diungsikan membuka dapur umum.”
“Ada Pak Kades, Pak Camat dengan perangkat desa bergerak cepat, harus turun ke bawah,” imbuhnya.
Sementara itu Sri Sumarni juga menegaskan pentingnya Grobogan sebagai salah satu daerah penyangga pangan utama di Jawa Tengah.
Kabupaten ini menjadi sentra produksi padi dan jagung yang sangat vital untuk pasokan pangan di daerah lainnya.
Sebelumnya, Pemkab Grobogan juga telah melakukan penandatanganan MoU untuk meningkatkan hasil produksi padi dan jagung tahun ini, dengan harapan hasilnya melebihi tahun-tahun sebelumnya meskipun ada tantangan bencana alam seperti banjir.
“Grobogan termasuk penyangga pangan, kemarin ada MoU supaya penambahan penghasilan padi dan jagung supaya lebih dari tahun-tahun yang lalu,” kata Sri Sumarni.
Jalan Purwodadi-Semarang di Desa Tinanding, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan yang ditutup karena banjir sedang dibersihkan, Rabu (22/1/2025). (TRIBUN JATENG/Fachri Sakti Nugroho)
Pembersihan Jalur Semarang-Purwodadi
Jalan Purwodadi-Semarang di Desa Tinanding, Kecamatan Godong, Kabupaten Grobogan yang ditutup karena banjir mulai dibersihkan, Rabu (22/1/2025) pagi.
Tim gabungan membersihkan genangan air dan mengatur lalu lintas.
Pemadam kebakaran turut menyemprotkan air bertekanan tinggi untuk menyingkirkan lumpur di jalanan.
Sejumlah alat berat juga diturunkan untuk memperbaiki tanggul Sungai Tuntang yang jebol.
Proses pembersihan berlangsung cepat dan diharapkan jalur tersebut dapat dibuka kembali pada sore hari.
“Arus lalu lintas dari arah Semarang ke Purwodadi sedang kami upayakan untuk segera dilalui,” ujar Anggota Satlantas Polres Grobogan, Bripka Dedit Avo Kurniawan kepada Tribunjateng.com, Rabu (22/1/2025).
“Karena sudah proses pembersihan puing-puing maupun perbaikan tanggul yang jebol, semoga pembersihan berjalan lancar dan arus bisa dibuka sore ini,” imbuhnya.
Bripka Avo juga meminta para pengguna jalan untuk mematuhi peraturan lalu lintas dan tidak menerobos jalur yang ditutup.
“Kami mengimbau kepada pengguna jalan untuk mentaati peraturan rambu lalu lintas.”
“Kami berupaya maksimal untuk arus lalu lintas bisa dibuka pukul 15.00,” ungkap Bripka Avo.
Rekayasa Lalu Lintas Semarang-Purwodadi
Bagi pengguna jalan yang hendak melintasi jalur Purwodadi-Semarang disarankan untuk lewat jalur alternatif yang telah disiapkan.
Untuk kendaraan kecil bisa melewati Jeketro hingga Wolo.
“Dari arah Purwodadi, melewati jalur Wolo, Truko, Jeketro, Kemiri, Bundaran Gubug,” kata Bripka Avo.
Yang dari Semarang rekayasa arah sebaliknya.
Sedangkan untuk kendaraan berat, kepolisian mengarahkan untuk melewati jalur Pantura Demak.
“Kendaraan berat kami alihkan lewat jalur Pantura dan sumbu roda enam ke atas lewat Pantura Demak,” pungkas Bripka Avo.
Bagi para pengendara yang hendak melintasi jalur Purwodadi-Semarang, disarankan untuk mengikuti informasi terbaru dari pihak berwenang mengenai status jalan tersebut.
Di sisi lain, petugas akan terus memantau situasi agar lalu lintas dapat kembali lancar tanpa hambatan.
Diberitakan sebelumnya, tanggul Sungai Tuntang yang berada di perbatasan Kabupaten Grobogan (Tinanding) dan Demak (Kebonagung) jebol, mengakibatkan jalan Semarang-Purwodadi lumpuh total.
Air tak hanya menutup jalan utama penghubung dua kota, namun juga menggenangi dua desa, yaitu Desa Tinanding dan Kebonagung.
Kedua desa ini terdampak cukup parah, air merendam permukiman warga. (*)
-

Bupati Grobogan Terjang Banjir di Papanrejo, Meminta Semua Pihak Turun ke Lokasi Bencana
TRIBUNJATENG.COM, GROBOGAN – Banjir besar melanda sejumlah wilayah di Kabupaten Grobogan, Selasa (21/1/2025).
Hujan lebat yang mengguyur wilayah tersebut sejak Senin malam membuat sejumlah sungai di Grobogan tak bisa menampung air.
Bupati Grobogan, Sri Sumarni, turun langsung ke lapangan, tepatnya di Desa Papanrejo, Gubug, untuk memantau keadaan dan memberikan arahan kepada aparat setempat.
Tanpa ragu-ragu, Sri Sumarni menerjang derasnya arus air setinggi lutut limpasan Sungai Tuntang.
Saat ditemui awak media di lokasi banjir di Desa Papanrejo, Kecamatan Gubug, Sri Sumarni menyebut, banjir terjadi di 8 wilayah kecamatan di Kabupaten Grobogan.
Pihaknya juga meminta semua pihak terjun untuk menyiapkan tempat pengungsian dan dapur umum.
“Hujan lebat di Grobogan, di beberapa titik 8 kecamatan, Toroh, Purwodadi, Brati, Klambu, Godong, Gubug, Tegowanu dan Kedungjati,” kata Sri Sumarni, Selasa (21/1/2025).
“Dan di kota tadi saya di tengah-tengah masyarakat diungsikan membuka dapur umum.”
“Ada pak kades pak camat dengan perangkat desa bergerak cepat, kita harus turun ke bawah,” imbuhnya.
Pentingnya Grobogan sebagai Penyangga Pangan
Sri Sumarni juga menegaskan pentingnya Grobogan sebagai salah satu daerah penyangga pangan utama di Jawa Tengah.
Kabupaten ini menjadi sentra produksi padi dan jagung yang sangat vital untuk pasokan pangan di daerah lainnya.
Sebelumnya, pemerintah Grobogan juga telah melakukan penandatanganan MoU untuk meningkatkan hasil produksi padi dan jagung tahun ini, dengan harapan hasilnya melebihi tahun-tahun sebelumnya meskipun ada tantangan bencana alam seperti banjir.
“Grobogan termasuk penyangga pangan, kemarin ada MoU supaya penambahan penghasilan pad dan jagung supaya lebih dari tahun-tahun yang lalu,” kata Sri Sumarni. (*)