kab/kota: Probolinggo

  • Anak di Probolinggo Usir Ibu Sendiri gegara BAB Sembarangan di Rumah Tetangga

    Anak di Probolinggo Usir Ibu Sendiri gegara BAB Sembarangan di Rumah Tetangga

    Jakarta

    Seorang wanita di Probolinggo bernama Musrika tega menganiaya dan mengusir ibu kandungnya sendiri. Aksinya itu dilakukan kren kesal korban kerap buang air besar (BAB) sembarangan di rumah tetangga.

    “Alasan terduga pelaku melakukan itu karena ibunya kerap marah-marah dan buang air besar sembarangan di halaman rumah tetangga. Namun, status Musrika saat ini masih sebagai terperiksa, belum jadi tersangka,” kata Kanit PPA Satreskrim Polres Probolinggo, Aiptu Agung Dewantara, dilansir detikJatim, Kamis (31/7/2025).

    Setelah video penganiayaan viral, Musrika sempat menghilang dari rumah. Polisi kemudian berhasil menemukannya di rumah anaknya di Desa Sebaung, Kecamatan Gending, Kabupaten Probolinggo.

    “Kami sudah memanggil dan memeriksa terduga pelaku, serta beberapa saksi terkait,” ujarnya.

    Pihak kepolisian juga telah mengunjungi korban yang kini dirawat di Panti Jompo Griya Lansia Malang. Namun, hingga kini kondisi korban yang masih labil membuat pemeriksaan belum dapat dilakukan.

    Baca selengkapnya di sini.

    (wnv/wnv)

  • Progres pembangunan Tol Probolinggo-Banyuwangi Paket 3 telah capai 89,22 persen

    Progres pembangunan Tol Probolinggo-Banyuwangi Paket 3 telah capai 89,22 persen

    Jumat, 18 Juli 2025 14:06 WIB

    Foto udara ruas Tol Probowangi di Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Selasa (18/7/2025). Berdasarkan data PT Wijaya Karya Persero Tbk (WIKA) per Selasa (15/7), proyek Jalan Tol Probolinggo-Banyuwangi (Probowangi) Paket 3 yang ditargetkan rampung tahun ini tersebut telah mencapai progres 89,22 persen. ANTARA FOTO/Irfan Sumanjaya/nym.

    Foto udara ruas progres pembangunan Tol Probowangi di Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Selasa (18/7/2025). Berdasarkan data PT Wijaya Karya Persero Tbk (WIKA) per Selasa (15/7), proyek Jalan Tol Probolinggo-Banyuwangi (Probowangi) Paket 3 yang ditargetkan rampung tahun ini tersebut telah mencapai progres 89,22 persen. ANTARA FOTO/Irfan Sumanjaya/nym.

    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Sempat Telantar Usai Diusir Anak, Ibu Lansia di Probolinggo Dibawa Warga ke Panti Jompo

    Sempat Telantar Usai Diusir Anak, Ibu Lansia di Probolinggo Dibawa Warga ke Panti Jompo

    GELORA.CO  – Video viral di media sosial menunjukkan perlakuan keji seorang anak kepada ibu kandungnya. Peristiwa memilukan ini terjadi di Desa Jambangan, Kecamatan Besuk, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur.

    Wanita lansia bernama Nortaji berusia 70 tahun itu sempat telantar di jalan setelah dianiaya dan diusir oleh anaknya, yakni Misrika.

    Setelah ditemukan telantar di pinggir jalan, Nortaji diselamatkan oleh warga dan kemudian dibawa ke panti jompo di Kota Malang untuk mendapatkan perlindungan dan perawatan yang layak.

    “Kami sebagai pihak desa telah berkali-kali mencoba memediasi Musrika dengan Ibu Nortaji sampai menurunkan pihak Dinsos. Tidak ada titik temu, juga tetap mengusir mau memindahkan Ibu Nortaji dari rumahnya,” ujar Edi, perangkat desa, Sabtu (26/7/2025).

    Aksi heroik warga yang menolong Nortaji mendapat pujian luas dari netizen, sementara sang anak dikecam tajam atas tindakannya.

    Edi menjelaskan, peristiwa penganiayaan dan pengusiran itu terjadi pada 1 Juni 2025 dan Nortaji baru ditemukan telantar pada 25 Juli 2025. Dalam kesehariannya, kata dia Nortaji sering tidur sembarangan ketika kelelahan, termasuk di pinggir jalan. 

    “Awalnya Ibu Nortaji tidak tinggal di sini tapi dengan anaknya yang tertua. Mungkin karena Ibu Nortaji ini kangen, dia pulang ke Jambangan, tapi ternyata sampai di Jambangan, Musrika ini tidak menerima,” katanya.

    Dia menyampaikan, Nortaji memiliki dua anak laki-laki dan satu perempuan. Salah satu di antaranya merantau ke Bali dan rutin mengirim uang bulanan untuk ibunya

  • Ragam Ekspresi Para Wisatawan di Puncak Penanjakan

    Ragam Ekspresi Para Wisatawan di Puncak Penanjakan

    JAKARTA – keindahan kawasan Gunung Bromo saat matahari terbit di pagi hari dari puncak Penanjakan 2 menjadi magnet bagi wisatawan domestik dan manca negara untuk datang menyaksikan sunrise dan milky way dari view point Tugu Brawijaya di Seruni Point, nama lain dari Penanjakan 2, karena terletak di Dusun Seruni, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo. Dari ketinggian 2.400 mdpl, puncak Penanjakan menawarkan hamparan lautan pasir yang mengitari Gunung Bromo, Gunung Batok, Gunung Kursi, Gunung Widodaren, dan juga Gunung Semeru di kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Jawa Timur.

  • Tutup Jazz Gunung Series 1 Bromo, RAN untuk Pertama Kalinya Manggung Sambil Kedinginan

    Tutup Jazz Gunung Series 1 Bromo, RAN untuk Pertama Kalinya Manggung Sambil Kedinginan

    PROBOLINGGO – RAN tampil sebagai penutup Jazz Gunung Series 1 Bromo yang digelar di Jiwa Jawa Resort Bromo, Probolinggo pada Sabtu, 19 Juli. Untuk pertama kalinya bagi Rayi, Asta, dan Nino manggung di ruang terbuka di ketinggian lebih dari 2.000 mdpl dengan suhu yang mencapai 8 derajat Celcius.

    Ditemui Ivan Two Putra dan Bambang E Ros dari VOI di belakang panggung sebelum tampil, RAN yang baru pertama kali menjadi line up Jazz Gunung di Bromo mengaku sempat cemas karena suhu yang sangat rendah.

    “Dingin sih, kita di atas cemas karena dingin banget… Dan intinya, ini pengalaman yang belum kita rasain sebelumnya, nyanyi sambil kedinginan,” kata Nino.

    Meski begitu, RAN mengaku tidak bisa memungkiri antusiasme ketika diumumkan menjadi line up Jazz Gunung di Bromo untuk pertama kali. Rayi mengatakan, penampilan ini sudah didambakan sejak satu dekade lalu.

    “Dari sepuluh tahun lalu, kita udah pengin banget main di sini, tapi ternyata belum jodoh, dan baru dapat kesempatan sekarang,” ujar Rayi.

    Dalam penampilannya, RAN membawakan 11 lagu yang berasal dari album ketujuh, “TEATER NESTAPA” (2024), hingga album debut mereka, “RAN For Your Life” (2008).

    “Masih Takut Mencinta”, salah satu lagu dari album ketujuh, ditampilkan di atas panggung untuk pertama kali setelah dirilis video musiknya baru-baru ini.

    Ribuan penonton yang hadir pun tak kuasa menahan diri untuk ikut bernyanyi saat nomor kesukaan mereka dibawakan, sebut saja “Selamat Pagi”, “Jadi Gila”, “Sepeda”, “Kulakukan Semua Untukmu”, “Hingga “Dekat Di Hati”.

    Dengan irama dan pembawaan RAN di atas panggung, mereka menghangatkan malam yang begitu dingin di Bromo. Pada repertoar terakhir, “Pandangan Pertama” dibawakan sebagai penutup pertunjukan.

    Selain RAN, Jazz Gunung Series 1 Bromo juga menampilkan Emptyyy, Jamie Aditya & The Mezzrollers, Is Love, Kuaetnika, dan Karimata.

    Jazz Gunung Series masih akan berlanjut, dengan seri kedua digelar di Bromo pada 26 Juli, serta seri ketiga di Ijen pada 9 Agustus mendatang.

  • Rasa Lelah Jamie Aditya Tampil di Jazz Gunung Series 1 Bromo ‘Dibayar’ Suasana Alam

    Rasa Lelah Jamie Aditya Tampil di Jazz Gunung Series 1 Bromo ‘Dibayar’ Suasana Alam

    PROBOLINGGO -Jamie Aditya tampak begitu puas ketika tampil dalam gelaran Jazz Gunung Series 1 Bromo, yang berlangsung di Amphitheater Jiwa Jawa Resort Bromo, Probolinggo pada Sabtu, 19 Juli 2025.

    Kali ini, penyanyi 55 tahun itu tampil dengan nama Jamie Aditya & The Mezzrollers. Mereka membawakan “One Is Never Too Old To Swing”, lagu dari Cats and the Fiddle, sebagai repertoar pembuka.

    Irama swing dengan melodi yang masih bluesy terasa dominan dalam setiap lagu yang dibawakan Jamie, yang juga membawakan “Aint’ Misbehavin” dari Le Reisman, “I Can’t Give You Anything But Love” dari Louis Armstrong, “Your Red Wagon” dari Ella Fitzgerald, hingga “Viper Mad” dari Blossom Seeley.

    Jamie menjelaskan, pilihan lagu dalam penampilan ini didasarkan pada kesukaannya terhadap musik pada masa jazz age, swing, hingga bebop.

    “Kalau gua memang ambil lagu-lagu kesenangan gua, dari era yang paling gua suka, ya era 1920-an, 1930-an, 1940-an. Karena pada era itu, nada-nadanya masih happy,” kata Jamie, ditemui  Ivan Two Putra dan Bambang Eros dari VOI setelah penampilannya.

    “Gua itu orangnya suka bercanda, dan melodi pada era itu buat gua itu mudah buat dimain-mainin. Karena kalau gua senang sama musik yang gua mainin, insya Allah yang nonton juga senang,” sambungnya.

    Jamie juga mengungkap rasa senangnya, bisa tampil di tempat terbuka dengan keindahan alam Bromo yang menjadi latar tempat pertunjukan (venue).

    “Gua capek banget, habis terbang dari Jakarta, terus ke sini pakai bis, gua capek banget, tapi pas sampai di sini energi gua ke-charge lagi. Itu lah alam. Festival jazz ini, tempatnya aja ngasih kita energi,” tutur Jamie.

    “Dan Rabu kemarin itu kita manggung di pub, Kamis kita manggung di restoran, dan sekarang manggung di sini. Wow, ternyata ada gigs yang bayar kita untuk main di tempat sebagus ini. Dan orangnya, vibes-nya enak banget,” imbuhnya.

    Selain Jamie Aditya & The Mezzrollers, Jazz Gunung Series 1 Bromo juga menampilkan Emptyyy, Kua Etnika, Is Love, Karimata, dan RAN.

    Jazz Gunung Series masih akan berlanjut, dengan seri kedua digelar di Bromo pada 26 Juli, serta seri ketiga di Ijen pada 9 Agustus mendatang.

  • Rasa Lelah Jamie Aditya Tampil di Jazz Gunung Series 1 Bromo ‘Dibayar’ Suasana Alam

    Rasa Lelah Jamie Aditya Tampil di Jazz Gunung Series 1 Bromo ‘Dibayar’ Suasana Alam

    PROBOLINGGO -Jamie Aditya tampak begitu puas ketika tampil dalam gelaran Jazz Gunung Series 1 Bromo, yang berlangsung di Amphitheater Jiwa Jawa Resort Bromo, Probolinggo pada Sabtu, 19 Juli 2025.

    Kali ini, penyanyi 55 tahun itu tampil dengan nama Jamie Aditya & The Mezzrollers. Mereka membawakan “One Is Never Too Old To Swing”, lagu dari Cats and the Fiddle, sebagai repertoar pembuka.

    Irama swing dengan melodi yang masih bluesy terasa dominan dalam setiap lagu yang dibawakan Jamie, yang juga membawakan “Aint’ Misbehavin” dari Le Reisman, “I Can’t Give You Anything But Love” dari Louis Armstrong, “Your Red Wagon” dari Ella Fitzgerald, hingga “Viper Mad” dari Blossom Seeley.

    Jamie menjelaskan, pilihan lagu dalam penampilan ini didasarkan pada kesukaannya terhadap musik pada masa jazz age, swing, hingga bebop.

    “Kalau gua memang ambil lagu-lagu kesenangan gua, dari era yang paling gua suka, ya era 1920-an, 1930-an, 1940-an. Karena pada era itu, nada-nadanya masih happy,” kata Jamie, ditemui  Ivan Two Putra dan Bambang Eros dari VOI setelah penampilannya.

    “Gua itu orangnya suka bercanda, dan melodi pada era itu buat gua itu mudah buat dimain-mainin. Karena kalau gua senang sama musik yang gua mainin, insya Allah yang nonton juga senang,” sambungnya.

    Jamie juga mengungkap rasa senangnya, bisa tampil di tempat terbuka dengan keindahan alam Bromo yang menjadi latar tempat pertunjukan (venue).

    “Gua capek banget, habis terbang dari Jakarta, terus ke sini pakai bis, gua capek banget, tapi pas sampai di sini energi gua ke-charge lagi. Itu lah alam. Festival jazz ini, tempatnya aja ngasih kita energi,” tutur Jamie.

    “Dan Rabu kemarin itu kita manggung di pub, Kamis kita manggung di restoran, dan sekarang manggung di sini. Wow, ternyata ada gigs yang bayar kita untuk main di tempat sebagus ini. Dan orangnya, vibes-nya enak banget,” imbuhnya.

    Selain Jamie Aditya & The Mezzrollers, Jazz Gunung Series 1 Bromo juga menampilkan Emptyyy, Kua Etnika, Is Love, Karimata, dan RAN.

    Jazz Gunung Series masih akan berlanjut, dengan seri kedua digelar di Bromo pada 26 Juli, serta seri ketiga di Ijen pada 9 Agustus mendatang.

  • Jazz Gunung Indonesia Masih Setia Beri Panggung untuk Musisi Muda

    Jazz Gunung Indonesia Masih Setia Beri Panggung untuk Musisi Muda

     

    PROBOLINGGO – Jazz Gunung Indonesia sebagai promotor gelaran Jazz Gunung Series masih punya komitmen besar dalam mendukung perkembangan ekosistem musik jazz di Tanah Air.

    Seperti yang diungkap Dewa Budjana, salah satu kurator Jazz Gunung Series, yang menjadikan pergelaran ini khas adalah kehadiran musisi-musisi jazz muda, meski dapat dikatakan slot yang tersedia tidak sebanyak festival lain.

    “Yang saya suka, konsep Jazz Gunung selalu menampilkan musisi muda. Itu yang saya perhatikan sejak lama,” kata Dewa Budjana dalam konferensi pers di Jiwa Jawa Bromo, Probolinggo, Sabtu, 19 Juli.

    Mwnurut Budjana, ekosistem jazz di Indonesia sudah lebih besar dengan kehadiran banyak musisi muda. Oleh karenanya, menjadi penting untuk memberi kesempatan tampil untuk mereka, tidak hanya di ruang-ruang kecil dengan puluhan penonton, melainkan festival musik dengan ribuan penonton.

    “Kami melihat jazz di Indonesia sangat besar, sangat maju. Jujur saja, kalau saya yang main jazz mungkin tanggung, menang duluan lahir saja, yang muda-muda banyak yang lebih jago, sayang kalau enggak ditampilkan,” katanya.

    Di samping itu, Bagas Indyatmono selaku CEO Jazz Gunung Indonesia mengatakan, pihaknya selalu terbuka dengan musisi muda dan baru. Namun satu hal yang menjadi syarat penting, mereka harus memiliki karya orisinal.

    “Yang utama harus punya karya sendiri, karena kita sangat menghargai mereka yang memang benar-benar punya karya. Di jazz kan biasa kalau musisinya bawain jazz standard, tapi kita punya tambahan, mereka harus punya karya sendiri,” ujar Bagas.

    Dalam beberapa kesempatan, kata Bagas, bahkan beberapa musisi muda merasakan panggung festival pertamanya di gelaran Jazz Gunung.

    Untuk ikut mengembangkan potensi musisi jazz muda Tanah Air, Jazz Gunung Series 2025 menggelar Bromo Jazz Camp—program workshop musik jazz—yang akan dilangsungkan di Rehat Bromo, Probolinggo pada 20-25 Juni.

    Adapun, Jazz Gunung Series 2025 digelar dalam tiga seri di dua tempat. Seri pertama dan kedua digelar di Gunung Bromo, sementara seri ketiga digelar di Gunung Ijen.

    Jazz Gunung Series 2025 di Bromo juga menghadirkan beberapa penampil muda, antara lain Emptyyy dan Natasha Elvira.

  • Perbatasan Lumajang, Probolinggo dan Jember Diguncang 64 Kali Gempa

    Perbatasan Lumajang, Probolinggo dan Jember Diguncang 64 Kali Gempa

    Sejak 17 Juli, 64 gempa mengguncang perbatasan Lumajang, Jember, dan Probolinggo. BMKG mencatat magnitudo M1,6-M3,3, tanpa kerusakan, diduga tipe swarm.

    Bisnis.com, JAKARTA – Sejak Kamis (17/7) pagi dini hari hingga Sabtu pagi ini (19/7) BMKG mencatat sebanyak 64 aktivitas gempa di perbatasan 3 wilayah Kabupaten Lumajang, Jember dan Probolinggo.

    Menurut Kepala Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG Daryono gempa terjadi dalam berbagai variasi magnitudo dari yang terkecil M1,6 hingga yang terbesar M3,3.

    Dia menjelaskan gempa dirasakan terjadi sebanyak 6 kali.

    Untuk menentukan penyebabnya BMKG masih melakukan kajian kegempaan ini. 

    Menurutnya, hingga siang tadi belum ada laporan kerusakan akibat aktivitas gempa ini.

    Dia memaparkan diduga kuat gempa ini memiliki tipe swarm earthquake.

  • Teater Boneka Papermoon Puppet Theatre Hadir di Jazz Gunung Series 1 Bromo

    Teater Boneka Papermoon Puppet Theatre Hadir di Jazz Gunung Series 1 Bromo

    JAKARTA – Pertunjukan teater boneka dari Papermoon Puppet Theatre dihadirkan untuk mengawali rangkaian acara Jazz Gunung Series 1 Bromo yang memulai penyelenggaraannya di Amphitheater Jiwa Jawa Resort Bromo, Probolinggo hari ini, Sabtu, 19 Juli.

    Dengan semangat menghadirkan gelaran yang semakin inklusif, Jazz Gunung Indonesia selaku promotor, mempersembahkan pertunjukan teater boneka ini untuk disaksikan anak-anak yang tinggal di sekitar lokasi acara (venue).

    Puluhan anak dari TK Tri Dharma dan SD Negeri Jetak dipandu oleh tiga orang aktor dari Papermoon Puppet Theatre—Yoga, Benny, dan Pambo—untuk menyusuri desa.

    Boneka Mbah Tani yang ada di kebun kentang jadi karakter pertama yang dijumpai anak-anak tersebut. Seperti namanya, Mbah Tani adalah karakter seorang petani tua.

    Selanjutnya, setelah menyusuri jalan setapak, anak-anak diajak bertemu Mbah Kunta, seorang nenek penjual sayur mayur. Selain itu, ada juga karakter seorang nenek yang disebut Mbah Uti.

    Kemudian, anak-anak dibawa ke satu area terbuka dekat Jiwa Jawa Bromo untuk menyaksikan pertunjukan teater boneka. Pembawaan ketiga aktor membuat semua orang tertawa, tidak hanya anak-anak, namun juga orang dewasa yang turut hadir.

    Pertunjukan ini diberi judul “Before Sunrise” (Sebelum Matahari Terbit), dengan menjadikan sayur mayur—seperti kembang kol, wortel, timun, terong—sebagai medium untuk menghadirkan atraksi yang membuat semua penonton tertawa.

    Setelah setengah jam penampilan, para aktor pun beralih ke sesi bincang-bincang. Mereka menjelaskan maksud dari pertunjukan ini kepada anak-anak yang hadir.

    “Kenapa bonekanya sepuh semua?” tanya seorang anak.

    Salah satu aktor yang tampil, Yoga, menjelaskan bahwa karakter yang dihadirkan menggambarkan kondisi di tempat asal mereka saat ini—Bantul, Yogyakarta—di mana sebagian besar petani adalah orang-orang tua yang sudah sepuh.

    “Di tempat kami kebetulan sekarang yang jadi petani itu yang sudah sepuh. Kami ingin memperkenalkan bahwa teman-teman yang sudah sepuh ini tetap punya semangat,” kata Yoga.

    “Dan kenapa juga ini judulnya ‘Before Sunrise’, karena kita mau mengapresiasi petani dan siapapun yang sudah berjuang untuk mempersiapkan segala bahan makanan untuk kita,” tambah Yoga.

    Setelah pertunjukan dan sesi bincang-bincang, anak-anak diajak untuk membuat boneka mereka sendiri—menggunakan hasil panen seperti kentang, kembang kol, wortel, timun, dan terong.

    Adapun, pertunjukan utama Jazz Gunung Series 1 Bromo akan dimulai pukul 15.00 WIB, dengan penampilan Emptyyy. Selanjutnya, akan tampil Jamie Aditya & The Mezzrollers, Kua Etnika, Love Is, Karimata, dan RAN.

    Pertunjukan teater boneka dari Papermoon Puppet Theatre juga akan dihadirkan kembali besok, Minggu, 20 Juli pukul 9.00 WIB.