kab/kota: Probolinggo

  • Pembunuhan Sadis di Probolinggo Kembali Terulang, Pria Muda Tewas Dibacok Mantan Mertua Sang Istri

    Pembunuhan Sadis di Probolinggo Kembali Terulang, Pria Muda Tewas Dibacok Mantan Mertua Sang Istri

    Probolinggo (beritajatim.com) – Suasana tenang di Jalan Raya Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, mendadak berubah mencekam pada Selasa (2/9/2025) pagi. Deding Dharma (27), warga Desa Nogosaren, Kecamatan Gading, ambruk bersimbah darah setelah tubuhnya dihujani sabetan senjata tajam. Korban diduga dibunuh secara brutal oleh M (54), pria yang ternyata merupakan mantan mertua dari istrinya.

    Kejadian itu berlangsung begitu cepat. Saat korban tengah mengisi bensin eceran di sebuah kios BBM sekitar pukul 10.00 WIB, pelaku muncul secara tiba-tiba. Tanpa banyak bicara, senjata tajam di tangannya langsung ditebaskan ke tubuh korban. Warga yang berada di sekitar lokasi hanya bisa terpaku melihat Deding terkapar berlumuran darah di jalanan.

    Korban sempat dievakuasi ke RSUD dr. Moh. Saleh Kota Probolinggo, namun luka parah yang dideritanya tak memberi kesempatan untuk bertahan hidup. Nyawanya melayang seketika, meninggalkan duka mendalam bagi keluarga.

    Tragedi ini diduga dipicu dendam lama. Sebelum menikah dengan Deding, sang istri pernah bersuami dengan pria lain. Dari pernikahan itu, pelaku berstatus sebagai mertua. Meski rumah tangga anaknya kandas, rupanya api kebencian tak pernah padam. Dendam itulah yang akhirnya meledak menjadi amarah berdarah.

    Namun upaya pelaku melarikan diri tak berlangsung lama. Hanya dalam hitungan kurang dari satu jam, polisi berhasil membekuk M di kediamannya di Desa Resongo, Kecamatan Kuripan.

    “Ya benar, salah satu terduga pelaku sudah kami amankan. M berperan sebagai eksekutor pembacokan. Kasus ini masih terus kami dalami,” tegas Kasat Reskrim Polres Probolinggo, AKP Putra Adi Fajar Winarsa, Kamis (4/9/2025).

    Polisi kini terus memburu kemungkinan pelaku lain yang turut membantu aksi pembunuhan sadis ini. Warga pun masih diselimuti rasa ngeri, mengingat peristiwa kejam tersebut terjadi di tengah keramaian. (ada/ian)

  • Polisi Gadungan Peras Keluarga Tahanan Rp38 Juta, Tiga Tersangka Dibekuk di Pasuruan

    Polisi Gadungan Peras Keluarga Tahanan Rp38 Juta, Tiga Tersangka Dibekuk di Pasuruan

    Pasuruan (beritajatim.com) – Aparat Polres Pasuruan Kota berhasil membongkar kasus pemerasan dengan modus menyamar sebagai polisi. Tiga tersangka diamankan bersama sejumlah barang bukti berupa uang tunai dan senjata tajam.

    Kapolres Pasuruan Kota, AKBP Davis Busin Siswara, menyebut perbuatan para pelaku sangat merugikan institusi kepolisian. “Ini sungguh miris, ada oknum masyarakat yang mencari keuntungan dengan mengaku polisi, padahal masyarakat sangat mengharapkan keadilan,” ujarnya, Rabu (3/9/2025).

    Dari tangan tersangka, polisi mengamankan uang Rp5 juta, dompet berisi Rp500 ribu, serta tiga bilah senjata tajam. “Kami ucapkan terima kasih kepada tim Satreskrim yang bergerak cepat sehingga kasus ini bisa segera terungkap,” tambah Davis.

    Kasus bermula pada 27 Juli 2025, saat keluarga tahanan mencoba mencari jalan pintas agar kerabatnya bisa dibebaskan. Tersangka menawarkan jasa dengan janji tahanan bisa keluar dalam satu minggu jika membayar sejumlah uang.

    Kasat Reskrim Polres Pasuruan Kota, Iptu Choirul Mustofa, menjelaskan bahwa para pelaku menggunakan panggilan “komandan” untuk meyakinkan korban. “Mereka mengaku punya jaringan di Jakarta yang bisa mempercepat proses pembebasan, dan itu membuat korban percaya,” ungkapnya.

    Korban akhirnya menyerahkan uang puluhan juta rupiah secara bertahap. “Total yang sudah diserahkan mencapai Rp38 juta, termasuk uang untuk menebus sepeda motor yang disita polisi,” tegas Choirul.

    Polisi kemudian melakukan penyelidikan dan memancing pelaku dengan kesepakatan penyerahan uang berikutnya sebesar Rp5 juta. “Begitu transaksi dilakukan, tim langsung bergerak dan berhasil membekuk satu tersangka, kemudian dikembangkan hingga menangkap dua lainnya di Probolinggo dan Pasuruan,” jelas Choirul.

    Saat ditangkap, para tersangka selalu kedapatan membawa senjata tajam. “Alhamdulillah, ketiganya bisa ditangkap dalam kondisi aman dan tertib,” kata Choirul.

    Hasil penyelidikan menunjukkan para pelaku sudah memiliki dua korban lain dari masyarakat sipil. “Bahkan, dua dari tersangka ini sempat masuk daftar pencarian orang (DPO) kasus pencurian pada 2021,” terangnya.

    Atas perbuatannya, ketiganya dijerat dengan pasal berlapis, mulai dari Undang-Undang Darurat terkait kepemilikan senjata tajam hingga pasal pemerasan, penipuan, dan penggelapan. “Ancaman hukumannya beragam, dari 4 tahun hingga 10 tahun penjara,” pungkas Choirul. [ada/beq]

  • Pemuda Probolinggo Disabet Celurit 25 Kali di Malam Karnaval, Pelaku Ditangkap

    Pemuda Probolinggo Disabet Celurit 25 Kali di Malam Karnaval, Pelaku Ditangkap

    Probolinggo (beritajatim.com) – Malam karnaval di Desa Kedungsupit, Kecamatan Wonomerto, Kabupaten Probolinggo, Minggu (31/8/2025), berubah menjadi teror berdarah saat Muhammad Andri (23) disabet celurit berulang kali oleh seorang pria bernama Deni. Insiden itu terjadi di tengah keramaian pawai dan membuat penonton panik berhamburan.

    Kapolres Probolinggo Kota AKBP Rico Yumasri menjelaskan, motif penyerangan bermula dari kecemburuan pelaku. Deni curiga istrinya menjalin komunikasi dengan korban melalui WhatsApp dan Instagram.

    “Pelaku menemukan percakapan di media sosial. Empat hari kemudian, saat ada pawai karnaval, ia sudah menyiapkan celurit untuk mencari korban,” ujar AKBP Rico, ditulis Rabu (3/9/2025).

    Deni, warga Dusun Kapuran, Desa Legundi, Kecamatan Bantaran, memburu Andri di lokasi karnaval. Tanpa banyak kata, celuritnya terayun hingga 25 kali, mengenai tangan, leher, dan kepala korban. Tubuh Andri pun tersungkur bersimbah darah, sementara jeritan warga bercampur kepanikan mewarnai suasana malam.

    Korban segera dilarikan ke rumah sakit untuk mendapat perawatan intensif akibat luka parah. Polisi yang tiba di lokasi langsung melakukan olah TKP dan meminta keterangan saksi mata.

    Pelarian Deni berakhir saat ia ditangkap aparat di rumah saudaranya. Dari tangannya, polisi menyita celurit dan pakaian yang digunakan saat menyerang. Atas perbuatannya, Deni dijerat Pasal 338 KUHP juncto Pasal 53 ayat (1) KUHP atau Pasal 351 ayat (2) KUHP tentang percobaan pembunuhan dan penganiayaan berat, dengan ancaman hukuman hingga 15 tahun penjara. [ada/beq]

  • Setelah 20 Tahun Dikuasai Ilegal, Rumah Dinas KAI di Probolinggo Resmi Kembali ke Negara

    Setelah 20 Tahun Dikuasai Ilegal, Rumah Dinas KAI di Probolinggo Resmi Kembali ke Negara

    Pasuruan (beritajatim.com) – Upaya panjang PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi 9 Jember akhirnya membuahkan hasil. Sebuah rumah dinas di Jalan Suroyo No. 25, Kota Probolinggo berhasil dikembalikan ke pangkuan negara setelah lama dikuasai pihak tak berhak.

    Proses pengosongan dilakukan secara persuasif sehingga tidak menimbulkan kericuhan di lapangan. Warga sekitar pun menyaksikan jalannya penertiban yang berlangsung kondusif.

    Manager Hukum dan Humas KAI Daop 9 Jember, Cahyo Widiantoro, menegaskan keberhasilan ini adalah bentuk keseriusan KAI menjaga aset negara. “Kami pastikan tidak ada gesekan dengan masyarakat, semua dijalankan secara humanis,” ujarnya, Senin (1/9/2025).

    Aset seluas 972,96 meter persegi dengan bangunan 478,9 meter persegi tersebut sah milik KAI. Kepemilikan itu telah tercatat dalam sertipikat hak pakai Nomor 29 tahun 2013.

    Sejak 2005, rumah dinas itu sempat dikuasai penghuni liar yang berupaya mengklaim kepemilikan tanpa dasar hukum. Namun, seluruh upaya hukum yang mereka tempuh kandas di pengadilan.

    “Kami sudah menempuh jalur hukum sejak 2018 untuk melindungi aset ini,” tambah Cahyo. “Dengan kerja keras dan koordinasi berbagai pihak, akhirnya aset bisa kembali ke tangan KAI.”

    Selain jalur hukum, KAI juga membuka ruang musyawarah untuk masyarakat yang membutuhkan pemanfaatan aset. “Siapa pun bisa memanfaatkan aset KAI secara legal melalui kontrak resmi, pintunya selalu terbuka,” jelasnya.

    KAI menegaskan pengamanan aset tidak hanya berhenti di Probolinggo. Program serupa akan terus dilakukan di seluruh wilayah Daop 9 Jember untuk mencegah praktik penguasaan ilegal.

    “Kami komit menjaga setiap aset strategis milik negara agar benar-benar bermanfaat untuk masyarakat,” tutur Cahyo. Ia berharap kesadaran masyarakat juga meningkat untuk tidak menguasai aset tanpa dasar hukum.

    Keberhasilan ini menjadi contoh nyata sinergi antara pendekatan hukum dan persuasif. KAI optimistis langkah tersebut bisa memperkuat tata kelola aset negara sekaligus mendukung pelayanan transportasi yang lebih baik. (ada/kun)

  • Pawai Budaya di Kedungsupit Probolinggo Ricuh, Seorang Pria Jadi Korban Pembacokan

    Pawai Budaya di Kedungsupit Probolinggo Ricuh, Seorang Pria Jadi Korban Pembacokan

    Probolinggo (beritajatim.com) – Perayaan pawai budaya di Desa Kedungsupit, Kecamatan Wonometo, Kabupaten Probolinggo, pada Minggu malam (31/8/2025) semula berlangsung penuh hiburan. Namun, suasana berubah drastis ketika seorang pria tiba-tiba diserang dengan senjata tajam.

    Korban diketahui bernama Andre, warga yang melintas menggunakan sepeda motor saat acara berlangsung. Insiden tersebut terjadi sekitar pukul 22.20 WIB di tengah keramaian peserta pawai.

    Kepala Desa Kedungsupit, Herman, membenarkan kejadian yang mengejutkan masyarakatnya itu. “Kami kaget, karena acara semula berjalan lancar, tiba-tiba berubah panik akibat serangan yang dialami salah satu warga,” ujarnya.

    Menurut Herman, korban sempat dikejar oleh pelaku yang belum diketahui identitasnya. “Saat motor korban terjatuh karena jalanan macet, pelaku langsung menghujani korban dengan bacokan di bagian punggung,” jelasnya, Senin (1/9/2025).

    Warga sekitar yang menyaksikan kejadian sontak berhamburan menyelamatkan diri. Situasi yang awalnya meriah pun berubah mencekam hingga menimbulkan kepanikan.

    Sejumlah warga berinisiatif menolong korban sebelum membawanya ke fasilitas kesehatan terdekat. “Kami segera evakuasi korban agar cepat mendapat pertolongan medis,” tutur salah satu warga, Suyono.

    Kasat Reskrim Polres Probolinggo Kota, Iptu Zaenal Arifin, menegaskan bahwa pihak kepolisian langsung melakukan penyelidikan. “Kami sudah mengumpulkan sejumlah keterangan saksi untuk mengungkap pelaku,” katanya.

    Ia juga menambahkan bahwa tim kepolisian sedang melakukan pengejaran terhadap terduga pelaku. “Kami imbau masyarakat yang mengetahui informasi segera melapor agar kasus ini cepat terungkap,” tegasnya.

    Pihak kepolisian juga akan meningkatkan pengamanan pada kegiatan serupa di wilayah Probolinggo. Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi agar kejadian serupa tidak terulang.

    Sementara itu, masyarakat Kedungsupit berharap polisi segera menangkap pelaku pembacokan tersebut. “Kami ingin acara desa kembali aman, karena kejadian ini membuat banyak warga trauma,” kata Herman menutup pernyataannya. [ada/aje]

  • Shalat Gaib hingga Tabur Bunga untuk Affan, Ojol Probolinggo: Para "Driver" Jaga agar Suasana Tetap Kondusif
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        30 Agustus 2025

    Shalat Gaib hingga Tabur Bunga untuk Affan, Ojol Probolinggo: Para "Driver" Jaga agar Suasana Tetap Kondusif Regional 30 Agustus 2025

    Shalat Gaib hingga Tabur Bunga untuk Affan, Ojol Probolinggo: Para “Driver” Jaga agar Suasana Tetap Kondusif
    Tim Redaksi
    PROBOLINGGO, KOMPAS.com
    – Puluhan
    driver
    ojek
    online
    dari berbagai komunitas di Kabupaten Probolinggo menggelar aksi damai di Mapolres Probolinggo, Jumat (29/8/2025) malam.
    Aksi bertajuk “Aksi Solidaritas dan Kemanusiaan Driver Online” ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan dan duka cita atas meninggalnya rekan sejawat di Jakarta, Affan Kurniawan, yang tewas usai dilintas kendaraan taktis Brimob.
    Dalam aksi damai, para driver melakukan Salat Ghaib, menyalakan lilin, dan melakukan tabur bunga sebagai bentuk belasungkawa. Kegiatan tersebut juga menjadi momen mempererat kebersamaan, berdoa, dan mengingatkan pentingnya menjaga persatuan di tengah situasi kamtibmas yang kondusif.
    Kapolres Probolinggo AKBP M Wahyudin Latif bersama pejabat utama Polres hadir dan mendampingi jalannya aksi. Ia menyampaikan belasungkawa yang mendalam atas meninggalnya Affan Kurniawan sekaligus mengapresiasi sikap damai dari para driver online.
    “Kegiatan doa bersama ini sebagai ungkapan keprihatinan dan belasungkawa kita. Kami juga sudah berkomunikasi dengan para driver agar suasana tetap kondusif,” ujar Latif.
    Latif mengimbau masyarakat agar tetap tenang, tidak mudah terprovokasi, dan bersama menjaga situasi di Kabupaten Probolinggo tetap aman.
    Menurutnya, kehadiran polisi adalah untuk melayani masyarakat, bukan untuk berseberangan. “Kita semua harus bersama-sama menjaga keamanan dan kedamaian di Kabupaten Probolinggo,” katanya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 3 Polisi Gadungan Dibekuk, Tipu Keluarga Tahanan di Pasuruan Puluhan Juta Rupiah
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        28 Agustus 2025

    3 Polisi Gadungan Dibekuk, Tipu Keluarga Tahanan di Pasuruan Puluhan Juta Rupiah Surabaya 28 Agustus 2025

    3 Polisi Gadungan Dibekuk, Tipu Keluarga Tahanan di Pasuruan Puluhan Juta Rupiah
    Tim Redaksi
    PASURUAN, KOMPAS.com
    – Satuan Reskrim Polres Pasuruan Kota menangkap tiga polisi gadungan, yang menjanjikan pembebasan tahanan dari sel Polres Pasuruan Kota.
    “Aksi ketiga tersangka yang mengaku polisi itu terkuak setelah ada laporan dari keluarga tahanan yang sedang kami proses hukum,” kata Iptu Choirul Mustofa, Kasatreskrim Polres Pasuruan Kota, Kamis (28/08/2025).
    Tiga polisi gadungan itu adalah F (47) dan S (49), warga Kademangan, Kota Probolinggo, serta Y (50), warga Kecamatan Lekok, Kabupaten Pasuruan.
    Choirul menjelaskan, pihaknya mengendus perbuatan polisi gadungan itu setelah mendapat laporan dari A (40), warga Desa Rowogempol, Kecamatan Lekok, Kabupaten Pasuruan.
    A adalah salah satu keluarga tahanan yang terlibat kasus curanmor, dan kini ditahan di Polres Pasuruan Kota. Modus yang dilakukan para tersangka adalah mendatangi A dengan mengaku sebagai polisi.
    Selang beberapa waktu, ketiganya menjanjikan dapat membebaskan anggota keluarganya yang kini sedang diproses hukum dengan membayar sejumlah uang.
    “Tiga orang yang diduga preman ini mengaku sebagai polisi. Dia berjanji bisa membebaskan tahanan, tapi dengan membayar uang. Korban sudah menyerahkan uang puluhan juta,” kata dia.
    Choirul menegaskan, selama penyidikan terhadap keluarga A yang sedang diproses hukum, ketiga polisi gadungan itu tidak pernah masuk ke Mapolres Pasuruan Kota.
    Namun, setelah ada laporan dari A, polisi lalu mengejar para pelaku. F dan S ditangkap di wilayah Probolinggo, sementara Y ditangkap di sekitar rumahnya.
    Dari hasil penangkapan, polisi mendapatkan barang bukti berupa uang sebesar Rp 5 juta.
    “Saat ini masih dalam pemeriksaan intensif dan pengembangan apakah dimungkinkan ada korban lain,” cetus Choirul.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Proyek Tol Trans Jawa Ruas Terakhir Dikebut, Begini Progresnya

    Proyek Tol Trans Jawa Ruas Terakhir Dikebut, Begini Progresnya

    Jakarta

    Kementerian Pekerjaan Umum (PU) bersama Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) PT Jasamarga Probolinggo Banyuwangi tengah menuntaskan pembangunan Tol Probolinggo-Banyuwangi (Probowangi) mulai dari Gending hingga Besuki sepanjang 49,68 kilometer. Ditargetkan ruas ini akan rampung akhir tahun 2025.

    Menteri PU Dody Hanggodo mengatakan, kehadiran jalan tol dibutuhkan untuk mempercepat distribusi barang dan jasa, meningkatkan efisiensi serta menurunkan biaya transportasi.

    “Karena diharapkan dapat memangkas waktu tempuh antar wilayah pada sektor logistik, sehingga diharapkan dapat mendorong pertumbuhan pusat-pusat ekonomi baru,” kata Dody, dikutip dari keterangan tertulis, Kamis (28/8/2025).

    Pembangunan Tol Probolinggo-Banyuwangi mulai dari Gending hingga Besuki terbagi dalam 3 seksi, yakni Seksi 1 Gending-Kraksaan sepanjang 12,88 km dengan progres konstruksi hingga 25 Juli 2025 telah mencapai 89,97%, Seksi 2 Kraksaan-Paiton sepanjang 11,20 km telah mencapai 97,18%, dan Seksi 3 Paiton-Besuki telah mencapai 76,26%.

    Diharapkan, dengan selesainya pembangunan ruas tol ini akan mempersingkat waktu tempuh dari arah Probolinggo menuju Besuki yang semula sekitar 1 jam 15 menit menjadi 30 menit dengan kecepatan rata-rata 80-100 km/jam.

    Secara keseluruhan, jalan tol Probolinggo-Banyuwangi memiliki panjang 175,46 km dan terbagi menjadi dua tahap pembangunan. Tahap 1 menghubungkan Probolinggo-Besuki sepanjang 49,68 km, dan Tahap 2 menghubungkan Besuki-Banyuwangi sepanjang 126,10 km. Penyelesaian jalan tol ini nantinya dapat memangkas waktu tempuh Probolinggo sampai dengan Banyuwangi yang semula 5 jam melalui jalan arteri, menjadi hanya 2 jam.

    Untuk Tahap 1 secara keseluruhan progres pembebasan lahan sudah di atas 99%, sehingga pekerjaan konstruksi jalan tol dapat segera selesai dengan target tuntas pada kuartal IV 2025. Pembangunan Tahap I ini akan memiliki tiga Gerbang Tol (GT), yaitu GT Kraksaan, GT Paiton, dan GT Besuki dan 3 buah simpang susun yaitu Simpang Susun (SS) Kraksaan, SS Paiton dan SS Besuki.

    Tol Probolinggo-Banyuwangi merupakan ruas pamungkas dari jaringan Jalan Tol Trans Jawa yang menghubungkan ujung barat hingga ujung timur Pulau Jawa. Tol ini hadir untuk meningkatkan konektivitas serta mempermudah mobilitas orang, barang dan jasa.

    Kehadiran Jalan Tol Probolinggo-Banyuwangi diharapkan menjadi katalisator pengembangan sektor pariwisata, pertanian, dan industri di wilayah Ujung Timur Pulau Jawa meliputi Kabupaten Pasuruan, Kota Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, Kota Probolinggo, Kabupaten Lumajang, Kabupaten Jember, Kabupaten Situbondo, Kabupaten Bondowoso, dan Kabupaten Banyuwangi yang dikenal dengan kawasan Tapal Kuda.

    (acd/acd)

  • dari Benih Lokal hingga Pertanian Organik

    dari Benih Lokal hingga Pertanian Organik

    Jakarta: Ajang penghargaan bagi para pahlawan pangan Svarna Bhumi Award 2025 kembali digelar. Pada tahun ini ada lima pejuang pertanian dan pangan yang menjadi sorotan berkat darmabakti mereka melestarikan benih, menjaga ekologi, sekaligus meningkatkan kesejahteraan desa.

    Svarna Bhumi Award 2025 digelar di Grand Studio Metro TV, Jakarta pada Minggu, 24 Agustus 2025. Tokoh pertanian dan pangan menerima penghargaan tersebut atas dedikasi mereka menjaga kedaulatan pangan dan melestarikan kekayaan hayati Indonesia.

    Svarna Bhumi Award akan terus menjadi ruang apresiasi sekaligus komunikasi bagi pejuang pangan di seluruh Indonesia. “Kita ingin meningkatkan regenerasi petani, adopsi teknologi, dan kecintaan terhadap pangan lokal,” ujar Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Rahmad Pribadi.

    Berikut ini 5 tokoh inspiratif pahlawan pertanian dan pangan peraih Svarna Bhumi Award 2025

    1.Kurniawan Adi Prasetyo: Sang Penjaga Benih Lokal 

    Kurniawan, pendiri komunitas Petani Militan dan Sedesa Farm, menerima penghargaan berkat kiprahnya dalam pelestarian benih lokal dan pengembangan pertanian berkelanjutan. Ia mendirikan bank benih di Lamongan, Probolinggo, dan Jember dengan koleksi lebih dari 500 varietas padi lokal, 75 varietas jagung, serta puluhan jenis kacang-kacangan.

    (Foto: Dok.)

    Keberhasilannya dalam membangun komunitas serta mengoleksi benih lokal ini berkat ketekunannya melakukan riset ke hutan, desa adat, hingga wilayah terpencil. Dari perjalanan itu, ia menemukan beragam tanaman unik yang belum banyak dikenal, termasuk bambu lokal. 

    Sejak saat itu, ia menyadari Indonesia memiliki kekayaan genetik benih yang luar biasa.

    Selama perjalanan kariernya, ia telah mengantongi berbagai penghargaan, mulai dari Pemuda Utama Lamongan (2019), Pemuda Pelopor Bidang Pangan Jawa Timur (2020), hingga Petani Milenial Inovatif Jawa Timur (2024).

    Setelah menerima penghargaan Svarna Bhumi Award 2025, Kurniawan menyampaikan rasa syukur dan harapan agar gerakan pelestarian benih lokal terus berkembang.

    “Tentunya kami sangat berbangga, karena Alhamdulillah kita bisa mendapatkan penghargaan ini. Semoga ke depan ini bisa menjadi inspirasi dan motivasi kita untuk berkembang lebih baik-baiknya,” ujar Kurniawan.

    2. Nisya Saadah Wargadipura: Merawat Ekologi lewat Pesantren

    Nisya dikenal sebagai guru tani yang mengintegrasikan pertanian organik dengan nilai-nilai Islam rahmatan lil alamin. Ia bersama suaminya mendirikan Pesantren Ath Thaariq.

    Sejak berdiri pada 2008 Pesantren Ath Thaariq telah melahirkan sekitar 5.000 santri dari berbagai daerah di Indonesia. Santri tidak hanya belajar ilmu agama, tetapi juga praktik bertani organik, menjaga tanah, hingga pola makan sehat. Jumlah santri dibatasi hanya 30 orang per angkatan sesuai kapasitas lahan.

    Di pesantren itu, keduanya berbagi peran. Ibang menanamkan nilai agama yang berkaitan dengan ekologi, sementara Nisya menekuni keragaman hayati. Dari lahan seluas satu hektare, mereka menanam lebih dari 400 jenis tanaman pangan dan obat secara organik, tanpa pestisida maupun pupuk kimia. Sistem zonasi mereka meliputi benih, sawah, sayuran, perikanan, hingga tanaman liar.

    Penghargaan Svarna Bhumi Award juga diterima Nisya Saadah Wargadipura. Penghargaan ini diterima oleh putrinya, Salwa, yang menekankan semangat pesantren ekologi Ath Thaariq.

    “Apresiasi Svarna Bhumi ini menjadi lampu kami untuk terus bergerak dalam menyebarkan pengetahuan diri kita,” kata Salwa.
     

    3. Asep Hidayat Hidupkan Kembali Hanjeli yang Hampir Punah

    Asep Hidayat yang merupakan mantan buruh migran ini sukses membangun desa wisata berbasis hanjeli di Sukabumi. Di tangan Asep hanjeli yang hampir punah kembali hidup dan membangkitkan ekonomi desa.

    “Dulu hanjeli ini banyak yang tidak mengenal, bahkan sudah hampir mau punah. Dari hanjeli, kami olah jadi produk. Ada dodol, ada berbagai produk lainnya. Termasuk kami menjadi lokasi eduwisata pertama di Indonesia,” katanya.

    Asep mulai membudidayakannya sejak 2012. Tak hanya membeli dari petani, Asep juga mengembangkan sistem pemberdayaan warga. Ia membeli hasil panen hanjeli dengan harga Rp4.000–5.000 per kilogram, lebih tinggi dari gabah padi.

    Upayanya tak hanya berhenti di budidaya. Ia membangun konsep Integrated Tourism Farming (ITF) yang menggabungkan pertanian, edukasi, dan wisata. Dari hanjeli, berbagai produk lahir, mulai dari dodol, rengginang, bubur, hingga sereal cepat saji. Ia bahkan mendirikan Yayasan Rumah Hanjeli Indonesia pada 2021 untuk memasarkan produk hingga ke luar negeri.

    Gerakan yang dipelopori Asep mengubah wajah desanya. Sejak 2017, Desa Waluran Mandiri resmi menjadi desa eduwisata hanjeli. Kehadiran wisatawan lokal dan mancanegara membuka lapangan pekerjaan baru, dari homestay hingga UMKM. Mantan buruh migran yang dulu mencari penghidupan ke luar negeri kini ikut menjadi pemandu wisata di kampung halaman sendiri.

    Hanjeli juga memberi dampak sosial dan ekonomi. Penjualan yang semula hanya 5 ton per tahun, kini meningkat hingga 20 ton per tahun. Wisata berbasis hanjeli berkembang dengan adanya museum, rumah baca, hingga program edukasi bagi mahasiswa dan pelajar.

    Selain hanjeli, ia juga menggagas program ‘Pirus’ (pipir imah diurus) yang mengajak warga memanfaatkan lahan kosong di sekitar rumah untuk menanam sayuran. Program ini berkembang menjadi ‘Budisalamber’ (budidaya ikan dan sayuran dalam ember) sebagai solusi bank pangan keluarga.

    Visinya kini adalah menjadikan Sukabumi sebagai pusat agrowisata terintegrasi yang menggabungkan wisata, pangan, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat.

    Dedikasi Asep mengundang perhatian publik. Ia pernah meraih Kalpataru Provinsi Jawa Barat, Anugerah Desa Wisata Kemenparekraf, hingga Responsible Tourism Award in Southeast Asia di Malaysia. Namanya pun tercatat sebagai finalis tingkat dunia di bidang pariwisata berkelanjutan.

    4. Agus Wibowo: Cuan dari Kentang dan Cabai 

    Menjadi orang pertama di dusunnya yang berhasil lulus kuliah, Agus sukses menjadikan cabe dan kentang sebagai sumber cuan. Lulusan S1 Agroteknologi di Surakarta, merasa punya tanggung jawab moral sebagai anak pertama dari dusunnya yang menempuh kuliah untuk membawa manfaat bagi komunitasnya.

    Ia mendirikan badan usaha sendiri dan sempat menorehkan prestasi internasional, termasuk menjadi pemenang Global Student Entrepreneur Award di Singapura pada 2019. Hal ini semakin menguatkan tekadnya meyakinkan petani bahwa pertanian bisa dijalankan secara profesional.

    Awalnya ia fokus pada pengembangan bibit kentang unggul. Kini, bersama mitra, ia mampu menghasilkan 20–30 ton kentang per bulan dari lahan 3 hektare pribadi serta lahan tambahan petani mitra. Kentang industri dipasarkan ke perusahaan besar seperti Indofood, sementara kentang konsumsi dipasarkan ke pasar tradisional di Semarang, Solo, dan Yogyakarta.

    Tidak hanya itu, Agus juga mendirikan koperasi hortikultura di Magelang pada 2022. Koperasi ini menerapkan sistem lelang agar petani memperoleh harga lebih baik. Saat ini, koperasi memiliki sekitar 2.000 petani mitra dengan volume produksi cabai mencapai 2–10 ton per hari, bahkan menjadi salah satu tempat stok nasional yang bekerja sama dengan Kementerian Pertanian.

    Koperasi ini tidak hanya berorientasi pada bisnis, tetapi juga menjalankan fungsi edukasi. Agus rutin memberikan pelatihan dan transfer teknologi bagi petani, mahasiswa, hingga peserta program pertanian.

     Usai menerima penghargaan, ia menegaskan pentingnya regenerasi petani.

    “Ini menjadi salah satu bukti bahwa kami sebagai pemuda pertanian di Indonesia juga bisa berkarya melalui desa-desa kecil,” ujarnya.

    5. Untung Wijanarko: Bertahan di Lereng Merapi dengan Pertanian Organik

    Lahir dan besar dari keluarga petani sederhana, Untung Wijanarko terbiasa membantu orang tuanya menanam dan memasarkan selada sejak remaja. Dari hasil pemasaran ke berbagai pasar dan rumah makan di Yogyakarta, ia berhasil membiayai pendidikannya hingga lulus kuliah D3 Bahasa Inggris.

    Meski sempat bekerja di berbagai industri, termasuk media, perhotelan, dan penerbangan, hatinya kembali ke dunia pertanian. Tahun 2008, bersama tujuh rekannya, ia mendirikan Tani Organik Merapi (TOM) di lereng Gunung Merapi.

    “Kenapa saya tertarik dunia pertanian? Terus terang, saya dari keluarga petani. Kondisi ekonomi memang kurang mampu. Di situ saya melihat petani hanya berpikir bagaimana mencukupi kehidupan sehari-hari, bukan menabung atau menyekolahkan anak. Dari situ saya merasa harus ada perubahan,” katanya.

    Untung mengusung filosofi bertani secara bijak, yakni bertani tanpa merusak tanah. Ia mulai fokus pada pertanian organik setelah menyadari dampak penggunaan bahan kimia terhadap lahan dan kesehatan masyarakat.

    “Bertani secara bijak adalah bertani dengan tidak merusak kondisi tanah kita, dengan memberikan hasil produksi yang sehat agar masyarakat menjadi sehat dan cerdas untuk anak cucu kita,” tuturnya.

    Ketekunannya tidak lepas dari ujian berat. Erupsi Merapi 2010 hampir membuat Tani Organik Merapi (TOM) gulung tikar. Dari delapan orang pendiri, hanya Untung dan rekannya, Sudiarto, yang bertahan. Ia bahkan harus menggadaikan motor dan meminjam uang demi menjaga kelangsungan usaha dan pekerja.

    Namun, titik balik hadir pada 2013 ketika TOM menjalin kerja sama dengan Dinas Pertanian dan Bank Indonesia serta mendapatkan sertifikasi organik. Sejak itu, produk TOM mulai masuk ke jaringan pasar modern seperti Superindo, Carrefour, Hypermart, hingga Indogrosir.

    Kini, setelah 17 tahun, TOM berkembang pesat dengan lahan seluas 1 hektare sebagai pusat kegiatan, didukung 14 karyawan, dan bermitra dengan puluhan kelompok tani dengan total lahan garapan 25 hektare. Setiap hari, TOM memasok hingga 300 kilogram sayuran organik ke berbagai supermarket dengan omzet miliaran rupiah per tahun.

    Berbagai penghargaan telah diraih Untung dan TOM, mulai dari Adhikarya Pangan Nusantara 2016, Prestator Pejuang Perekonomian Rakyat 2015, hingga International Organic Farming Innovation Award 2021 dari IFOAM di Korea Selatan.

    “Kami ingin memberikan inspirasi kepada anak-anak muda bahwa dunia pertanian tidak hanya bisa dipandang sebelah mata. Dunia pertanian adalah masa depan,” kata Untung, usai menerima penghargaan Svarna Bhumi Award 2025.

    Jakarta: Ajang penghargaan bagi para pahlawan pangan Svarna Bhumi Award 2025 kembali digelar. Pada tahun ini ada lima pejuang pertanian dan pangan yang menjadi sorotan berkat darmabakti mereka melestarikan benih, menjaga ekologi, sekaligus meningkatkan kesejahteraan desa.
     
    Svarna Bhumi Award 2025 digelar di Grand Studio Metro TV, Jakarta pada Minggu, 24 Agustus 2025. Tokoh pertanian dan pangan menerima penghargaan tersebut atas dedikasi mereka menjaga kedaulatan pangan dan melestarikan kekayaan hayati Indonesia.
     
    Svarna Bhumi Award akan terus menjadi ruang apresiasi sekaligus komunikasi bagi pejuang pangan di seluruh Indonesia. “Kita ingin meningkatkan regenerasi petani, adopsi teknologi, dan kecintaan terhadap pangan lokal,” ujar Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Rahmad Pribadi.

    Berikut ini 5 tokoh inspiratif pahlawan pertanian dan pangan peraih Svarna Bhumi Award 2025
     
    1.Kurniawan Adi Prasetyo: Sang Penjaga Benih Lokal 
     
    Kurniawan, pendiri komunitas Petani Militan dan Sedesa Farm, menerima penghargaan berkat kiprahnya dalam pelestarian benih lokal dan pengembangan pertanian berkelanjutan. Ia mendirikan bank benih di Lamongan, Probolinggo, dan Jember dengan koleksi lebih dari 500 varietas padi lokal, 75 varietas jagung, serta puluhan jenis kacang-kacangan.
     

    (Foto: Dok.)
     
    Keberhasilannya dalam membangun komunitas serta mengoleksi benih lokal ini berkat ketekunannya melakukan riset ke hutan, desa adat, hingga wilayah terpencil. Dari perjalanan itu, ia menemukan beragam tanaman unik yang belum banyak dikenal, termasuk bambu lokal. 
     
    Sejak saat itu, ia menyadari Indonesia memiliki kekayaan genetik benih yang luar biasa.
     
    Selama perjalanan kariernya, ia telah mengantongi berbagai penghargaan, mulai dari Pemuda Utama Lamongan (2019), Pemuda Pelopor Bidang Pangan Jawa Timur (2020), hingga Petani Milenial Inovatif Jawa Timur (2024).
     
    Setelah menerima penghargaan Svarna Bhumi Award 2025, Kurniawan menyampaikan rasa syukur dan harapan agar gerakan pelestarian benih lokal terus berkembang.
     
    “Tentunya kami sangat berbangga, karena Alhamdulillah kita bisa mendapatkan penghargaan ini. Semoga ke depan ini bisa menjadi inspirasi dan motivasi kita untuk berkembang lebih baik-baiknya,” ujar Kurniawan.
     
    2. Nisya Saadah Wargadipura: Merawat Ekologi lewat Pesantren
     
    Nisya dikenal sebagai guru tani yang mengintegrasikan pertanian organik dengan nilai-nilai Islam rahmatan lil alamin. Ia bersama suaminya mendirikan Pesantren Ath Thaariq.
     
    Sejak berdiri pada 2008 Pesantren Ath Thaariq telah melahirkan sekitar 5.000 santri dari berbagai daerah di Indonesia. Santri tidak hanya belajar ilmu agama, tetapi juga praktik bertani organik, menjaga tanah, hingga pola makan sehat. Jumlah santri dibatasi hanya 30 orang per angkatan sesuai kapasitas lahan.
     
    Di pesantren itu, keduanya berbagi peran. Ibang menanamkan nilai agama yang berkaitan dengan ekologi, sementara Nisya menekuni keragaman hayati. Dari lahan seluas satu hektare, mereka menanam lebih dari 400 jenis tanaman pangan dan obat secara organik, tanpa pestisida maupun pupuk kimia. Sistem zonasi mereka meliputi benih, sawah, sayuran, perikanan, hingga tanaman liar.
     
    Penghargaan Svarna Bhumi Award juga diterima Nisya Saadah Wargadipura. Penghargaan ini diterima oleh putrinya, Salwa, yang menekankan semangat pesantren ekologi Ath Thaariq.
     
    “Apresiasi Svarna Bhumi ini menjadi lampu kami untuk terus bergerak dalam menyebarkan pengetahuan diri kita,” kata Salwa.
     

     
    3. Asep Hidayat Hidupkan Kembali Hanjeli yang Hampir Punah
     
    Asep Hidayat yang merupakan mantan buruh migran ini sukses membangun desa wisata berbasis hanjeli di Sukabumi. Di tangan Asep hanjeli yang hampir punah kembali hidup dan membangkitkan ekonomi desa.
     
    “Dulu hanjeli ini banyak yang tidak mengenal, bahkan sudah hampir mau punah. Dari hanjeli, kami olah jadi produk. Ada dodol, ada berbagai produk lainnya. Termasuk kami menjadi lokasi eduwisata pertama di Indonesia,” katanya.
     
    Asep mulai membudidayakannya sejak 2012. Tak hanya membeli dari petani, Asep juga mengembangkan sistem pemberdayaan warga. Ia membeli hasil panen hanjeli dengan harga Rp4.000–5.000 per kilogram, lebih tinggi dari gabah padi.
     
    Upayanya tak hanya berhenti di budidaya. Ia membangun konsep Integrated Tourism Farming (ITF) yang menggabungkan pertanian, edukasi, dan wisata. Dari hanjeli, berbagai produk lahir, mulai dari dodol, rengginang, bubur, hingga sereal cepat saji. Ia bahkan mendirikan Yayasan Rumah Hanjeli Indonesia pada 2021 untuk memasarkan produk hingga ke luar negeri.
     
    Gerakan yang dipelopori Asep mengubah wajah desanya. Sejak 2017, Desa Waluran Mandiri resmi menjadi desa eduwisata hanjeli. Kehadiran wisatawan lokal dan mancanegara membuka lapangan pekerjaan baru, dari homestay hingga UMKM. Mantan buruh migran yang dulu mencari penghidupan ke luar negeri kini ikut menjadi pemandu wisata di kampung halaman sendiri.
     
    Hanjeli juga memberi dampak sosial dan ekonomi. Penjualan yang semula hanya 5 ton per tahun, kini meningkat hingga 20 ton per tahun. Wisata berbasis hanjeli berkembang dengan adanya museum, rumah baca, hingga program edukasi bagi mahasiswa dan pelajar.
     
    Selain hanjeli, ia juga menggagas program ‘Pirus’ (pipir imah diurus) yang mengajak warga memanfaatkan lahan kosong di sekitar rumah untuk menanam sayuran. Program ini berkembang menjadi ‘Budisalamber’ (budidaya ikan dan sayuran dalam ember) sebagai solusi bank pangan keluarga.
     
    Visinya kini adalah menjadikan Sukabumi sebagai pusat agrowisata terintegrasi yang menggabungkan wisata, pangan, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat.
     
    Dedikasi Asep mengundang perhatian publik. Ia pernah meraih Kalpataru Provinsi Jawa Barat, Anugerah Desa Wisata Kemenparekraf, hingga Responsible Tourism Award in Southeast Asia di Malaysia. Namanya pun tercatat sebagai finalis tingkat dunia di bidang pariwisata berkelanjutan.
     
    4. Agus Wibowo: Cuan dari Kentang dan Cabai 
     
    Menjadi orang pertama di dusunnya yang berhasil lulus kuliah, Agus sukses menjadikan cabe dan kentang sebagai sumber cuan. Lulusan S1 Agroteknologi di Surakarta, merasa punya tanggung jawab moral sebagai anak pertama dari dusunnya yang menempuh kuliah untuk membawa manfaat bagi komunitasnya.
     
    Ia mendirikan badan usaha sendiri dan sempat menorehkan prestasi internasional, termasuk menjadi pemenang Global Student Entrepreneur Award di Singapura pada 2019. Hal ini semakin menguatkan tekadnya meyakinkan petani bahwa pertanian bisa dijalankan secara profesional.
     
    Awalnya ia fokus pada pengembangan bibit kentang unggul. Kini, bersama mitra, ia mampu menghasilkan 20–30 ton kentang per bulan dari lahan 3 hektare pribadi serta lahan tambahan petani mitra. Kentang industri dipasarkan ke perusahaan besar seperti Indofood, sementara kentang konsumsi dipasarkan ke pasar tradisional di Semarang, Solo, dan Yogyakarta.
     
    Tidak hanya itu, Agus juga mendirikan koperasi hortikultura di Magelang pada 2022. Koperasi ini menerapkan sistem lelang agar petani memperoleh harga lebih baik. Saat ini, koperasi memiliki sekitar 2.000 petani mitra dengan volume produksi cabai mencapai 2–10 ton per hari, bahkan menjadi salah satu tempat stok nasional yang bekerja sama dengan Kementerian Pertanian.
     
    Koperasi ini tidak hanya berorientasi pada bisnis, tetapi juga menjalankan fungsi edukasi. Agus rutin memberikan pelatihan dan transfer teknologi bagi petani, mahasiswa, hingga peserta program pertanian.
     
     Usai menerima penghargaan, ia menegaskan pentingnya regenerasi petani.
     
    “Ini menjadi salah satu bukti bahwa kami sebagai pemuda pertanian di Indonesia juga bisa berkarya melalui desa-desa kecil,” ujarnya.
     
    5. Untung Wijanarko: Bertahan di Lereng Merapi dengan Pertanian Organik
     
    Lahir dan besar dari keluarga petani sederhana, Untung Wijanarko terbiasa membantu orang tuanya menanam dan memasarkan selada sejak remaja. Dari hasil pemasaran ke berbagai pasar dan rumah makan di Yogyakarta, ia berhasil membiayai pendidikannya hingga lulus kuliah D3 Bahasa Inggris.
     
    Meski sempat bekerja di berbagai industri, termasuk media, perhotelan, dan penerbangan, hatinya kembali ke dunia pertanian. Tahun 2008, bersama tujuh rekannya, ia mendirikan Tani Organik Merapi (TOM) di lereng Gunung Merapi.
     
    “Kenapa saya tertarik dunia pertanian? Terus terang, saya dari keluarga petani. Kondisi ekonomi memang kurang mampu. Di situ saya melihat petani hanya berpikir bagaimana mencukupi kehidupan sehari-hari, bukan menabung atau menyekolahkan anak. Dari situ saya merasa harus ada perubahan,” katanya.
     
    Untung mengusung filosofi bertani secara bijak, yakni bertani tanpa merusak tanah. Ia mulai fokus pada pertanian organik setelah menyadari dampak penggunaan bahan kimia terhadap lahan dan kesehatan masyarakat.
     
    “Bertani secara bijak adalah bertani dengan tidak merusak kondisi tanah kita, dengan memberikan hasil produksi yang sehat agar masyarakat menjadi sehat dan cerdas untuk anak cucu kita,” tuturnya.
     
    Ketekunannya tidak lepas dari ujian berat. Erupsi Merapi 2010 hampir membuat Tani Organik Merapi (TOM) gulung tikar. Dari delapan orang pendiri, hanya Untung dan rekannya, Sudiarto, yang bertahan. Ia bahkan harus menggadaikan motor dan meminjam uang demi menjaga kelangsungan usaha dan pekerja.
     
    Namun, titik balik hadir pada 2013 ketika TOM menjalin kerja sama dengan Dinas Pertanian dan Bank Indonesia serta mendapatkan sertifikasi organik. Sejak itu, produk TOM mulai masuk ke jaringan pasar modern seperti Superindo, Carrefour, Hypermart, hingga Indogrosir.
     
    Kini, setelah 17 tahun, TOM berkembang pesat dengan lahan seluas 1 hektare sebagai pusat kegiatan, didukung 14 karyawan, dan bermitra dengan puluhan kelompok tani dengan total lahan garapan 25 hektare. Setiap hari, TOM memasok hingga 300 kilogram sayuran organik ke berbagai supermarket dengan omzet miliaran rupiah per tahun.
     
    Berbagai penghargaan telah diraih Untung dan TOM, mulai dari Adhikarya Pangan Nusantara 2016, Prestator Pejuang Perekonomian Rakyat 2015, hingga International Organic Farming Innovation Award 2021 dari IFOAM di Korea Selatan.
     
    “Kami ingin memberikan inspirasi kepada anak-anak muda bahwa dunia pertanian tidak hanya bisa dipandang sebelah mata. Dunia pertanian adalah masa depan,” kata Untung, usai menerima penghargaan Svarna Bhumi Award 2025.

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di

    Google News

    (RUL)

  • 7 Sosok Inspiratif Pemenang Svarna Bhumi Award 2025

    7 Sosok Inspiratif Pemenang Svarna Bhumi Award 2025

    Jakarta: PT Pupuk Indonesia (Persero) bersama Metro TV kembali menggelar Svarna Bhumi Award 2025. Penghargaan ini diberikan kepada para sosok pahlawan pangan.

    Svarna Bhumi Award 2025 digelar di Grand Studio Metro TV, Jakarta pada Minggu, 24 Agustus 2025. Sebanyak tujuh tokoh pertanian dan pangan menerima penghargaan tersebut atas dedikasi mereka menjaga kedaulatan pangan dan melestarikan kekayaan hayati Indonesia.
    Dari tujuh tokoh tersebut, salah satu di antaranya menerima spesial penghargaan. Selain itu, satu tokoh lainnya juga akan menerima penghargaan yang merupakan pilihan dari publik atau disebut penghargaan Satya Pangan Loka.

    Adapun ketujuh tokoh tersebut, yaitu Kurniawan Adi Prasetyo (pendiri Petani Militan), Nisya Saadah Wargadipura (Pesantren Ekologi Ath-Thaariq), Asep Hidayat (pelestari hanjeli), Agus Wibowo (petani muda hortikultura), Untung Wijanarko (Tani Organik Merapi), Kamilus Tupen Jumat (Special Achievement), dan Rayndra Syahdan Mahmudin (Satya Pangan Loka/penghargaan pilihan publik).

    1. Kurniawan Adi Prasetyo

    Kurniawan, pendiri komunitas Petani Militan dan Sedesa Farm, menerima penghargaan berkat kiprahnya dalam pelestarian benih lokal dan pengembangan pertanian berkelanjutan. Ia mendirikan bank benih di Lamongan, Probolinggo, dan Jember dengan koleksi lebih dari 500 varietas padi lokal, 75 varietas jagung, serta puluhan jenis kacang-kacangan.

    Dalam sambutannya, Kurniawan menyatakan, “Pertama, saya ucapkan selamat atas sukses terselenggaranya Svarna Bhumi Award 2025. Tentunya kami sangat berbangga, karena Alhamdulillah kita bisa mendapatkan penghargaan ini. Semoga ke depan ini bisa menjadi inspirasi dan motivasi kita untuk berkembang lebih baik. Harapannya benih ini tidak hilang, dan ini menjadi sebuah kembangan kalau Indonesia itu punya benih-benih yang unggulan. Yang terakhir, wilayah kami memang tak luas, kami juga tak kaya akan sumber daya, tapi kita punya cita-cita menjadi masyarakat yang mandiri, masyarakat yang berdaulat, dan masyarakat yang berdikari di atas kaki sendiri.”

    Kurniawan bahkan menolak beasiswa luar negeri demi fokus pada benih lokal. Dia kini bekerja sama dengan lebih dari 50 petani dan puluhan peternak dalam sistem pertanian terpadu.

    2. Nisya Saadah Wargadipura

    Penghargaan juga diberikan kepada Nisya Saadah Wargadipura, pendiri Pesantren Ekologi Ath-Thaariq di Garut. Nisya dikenal sebagai guru tani yang mengintegrasikan pertanian organik dengan nilai-nilai Islam rahmatan lil alamin.

    Penghargaan diterima putrinya, Salwa Kanja.

    “Tentu saja Pesantren Ekologi Ath-Thaariq saat ini, gerakan yang sesuai dengan tujuan Islam itu sendiri. Justru menumbuhkan kembali bagaimana tanah yang seharusnya dipenuhi oleh mikroba itu sendiri. Jadi tentu saja apresiasi Svarna Bhumi ini menjadi lampu kami untuk terus bergerak dalam menyebarkan pengetahuan diri kita,” ucapnya.

    Nisya sebelumnya telah dinobatkan sebagai Food Hero FAO 2024 atas kiprahnya menjadikan pesantren sebagai laboratorium agroekologi yang menjawab krisis pangan dan iklim.

    3. Asep Hidayat

    Mantan buruh migran asal Sukabumi, Asep Hidayat, juga menjadi penerima penghargaan. Ia dikenal sebagai pelestari tanaman hanjeli, pangan lokal yang hampir punah, dan mengubah desanya menjadi desa eduwisata.

    “Saya mantan buruh migran. Saya melihat potensi lokal mungkin Bapak Ibu di sini tidak ada yang banyak mengenal tentang hanjeli. Dari Hanjeli, kami olah, kami langsung lestarikan, kami olah jadi produk. Ada dodol, ada berbagai produk yang lainnya. Termasuk kami menjadi lokasi eduwisata pertama di Indonesia. Kami berharap Hanjeli tetap masih berjaya di tanah legenda kita Sukabumi. Merdeka,” ujar Asep dalam sambutannya.

    Kini, hanjeli telah dikembangkan menjadi produk pangan olahan hingga kerajinan, dan menarik wisatawan dalam maupun luar negeri.
     

    4. Agus Wibowo

    Pengusaha muda asal Magelang, Agus Wibowo, menerima penghargaan atas inovasinya dalam mengembangkan koperasi hortikultura dan sistem kemitraan petani. Melalui usaha kentang dan cabai, Agus telah membina ribuan petani dengan omzet miliaran rupiah setiap tahun.

    “Terima kasih, salah satu kebahagiaan saya bisa berdiri di sini dan menerima award 2025 ini. Ini menjadi salah satu motivasi dan juga salah satu bukti bahwa kami sebagai pemuda pertanian di Indonesia juga bisa berkarya melalui desa-desa kecil. Dan harapannya ini bisa menjadi motivasi teman-teman di seluruh Indonesia bahwa anak muda bisa berkarya dan regenerasi pertanian di Indonesia bisa terwujud,” kata Agus.

    5. Untung Wijanarko

    Tokoh kelima adalah Untung Wijanarko, pendiri Tani Organik Merapi (TOM) di Sleman. Sejak 2008, TOM aktif mengembangkan pertanian organik, agrowisata, serta pelatihan petani.

    “Saya pribadi mengapresiasi sekali dengan program Svana Bhumi Awards 2025 ini yang luar biasa memberikan motivasi. Ternyata banyak petani yang luar biasa, terutama anak-anak muda. Kami mulai berempati mengajak teman-teman para pertanian untuk bertani secara bijak. Bertani secara bijak adalah bertani dengan tidak merusak kondisi tanah kita. Dunia pertanian adalah sebagai sesuatu yang menjadikan kita masa depan,” kata Untung.

    Kini TOM bekerja sama dengan puluhan kelompok tani, menyuplai ratusan kilogram sayuran organik per hari ke pasar modern, dan mengembangkan pusat pelatihan pertanian organik.

    Special Achievement untuk Pangan Lokal

    Apresiasi khusus diberikan kepada Kamilus Tupen Jumat, dari Nusa Tenggara Timur. Ia berhasil mengembangkan pangan lokal dan memberdayakan petani desa. Upayanya menjaga tradisi pangan timur Indonesia membuatnya diganjar Special Achievement Award.

    “Terima kasih banyak. Saya dari area yang jauh datang ke sini dan bisa dihargai. Ini luar biasa sekali. Saya terima kasih kepada PT Pupuk Indonesia (Persero) dan Metro TV telah mengangkat karya hari ini. Ada kebanggaan tersendiri, di mana karya Usaha Selamat ini bagaimana membantu orang muda bisa mengenal pertanian, bahwa menjadi pertanian itu adalah sesuatu,” ujar Kamilus.

    “Dan kalau belum sentuh, memang belum tahu. Tapi kalau masuk ke dalam, dia punya bahagia beda. Terima kasih banyak Bapak sebagai perawat bumi dan kami melukis ukir bumi di Adenara, tempatnya juga orang muda silakan melukis bumi,” lanjutnya.

    Satya Pangan Loka untuk Generasi Muda

    Penghargaan Satya Pangan Loka diraih Rayndra Syahdan Mahmudin, inovator muda yang memadukan teknologi dengan pertanian berkelanjutan. Komitmennya menghubungkan sektor pertanian dengan ekosistem digital menjadikannya contoh bagi generasi baru.

    “Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada pemirsa dan publik karena telah memilih saya untuk menerima penghargaan Satya Pangan Loka. Penghargaan ini saya dedikasikan untuk petani milenial di seluruh Indonesia,” ujar Rayndra.

    Ia berkomitmen untuk terus berkontribusi mengembangkan pertanian agar terus maju sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani.

    “Jadi, saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Kementerian Pertanian yang telah mendukung kami untuk selalu berkontribusi dalam sektor pertanian, terutama untuk swasembada dan telah mempercayakan saya untuk menjadi Ketua Umum Petani Milenial Indonesia dan ini menjadi semangat bagi saya untuk terus berkontribusi di sektor pertanian,” katanya.

    “Tak lupa saya juga mengucapkan terima kasih pada istri saya ya. Terima kasih juga menciptakan lingkungan yang kondusif karena pertanian itu butuh lingkungan yang kondusif. Apalagi petani-petani muda itu sangat tidak percaya diri untuk jadi seorang petani. Jadi, yang pertama mari kita ciptakan lingkungan yang kondusif sehingga kita bisa istiqomah terjun di sektor pertanian,” lanjutnya.

    Terakhir, Rayndra berpesan kepada generasi muda di seluruh Indonesia tanpa petani tidak akan ada panas dan tanpa panas tidak akan ada masa depan.
    Wujud Apresiasi untuk Pejuang Ketahanan Pangan

    Penyelenggaraan Svarna Bhumi Award 2025 menjadi makin menarik karena mayoritas finalis berasal dari generasi muda berusia 30-35 tahun.

    Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Rahmad Pribadi menyambut gembira terselenggaranya acara penghargaan untuk yang ketiga kali ini. Ia menilai acara ini tidak hanya menjadi ajang apresiasi, tetapi juga inspirasi bagi petani di seluruh Indonesia.

    “Dari ratusan kandidat, sebagian besar adalah anak-anak muda. Ini memberi harapan bahwa regenerasi petani terus berjalan dan swasembada pangan dapat tercapai,” ujar Rahmad Pribadi.

    Sambutan positif juga diungkapkan Pendiri Yayasan Benih Baik sekaligus Dewan Juri, Andy F. Noya. Ajang ini menjadi momen untuk mengingat bahwa banyak sosok luar biasa yang bekerja dalam senyap demi menjaga ketahanan pangan negeri. 

    “Banyak orang-orang hebat di sekitar kita, ya. Kita tidak tahu mereka berjuang untuk mempertahankan ketahanan pangan Indonesia,” ujar Andy F. Noya.

    Svarna Bhumi Award 2025 melibatkan dewan juri dari berbagai latar belakang, termasuk pakar pertanian, penggiat sosial, dan figur publik. Expert Panel Yayasan BUMN, Prilly Latuconsina, yang tahun ini menjadi juri, mengaku terkesan dengan kreativitas para finalis.

    “Kami melihat bukan hanya hasil pertanian, tapi juga ide kreatif yang membuat profesi petani menarik bagi generasi muda,” ucap Prilly Latuconsina.

    Rahmad Pribadi melanjutkan, Svarna Bhumi Award akan terus menjadi ruang apresiasi sekaligus komunikasi bagi pejuang pangan di seluruh Indonesia.

    “Kita ingin meningkatkan regenerasi petani, adopsi teknologi, dan kecintaan terhadap pangan lokal,” ujarnya.

    Jakarta: PT Pupuk Indonesia (Persero) bersama Metro TV kembali menggelar Svarna Bhumi Award 2025. Penghargaan ini diberikan kepada para sosok pahlawan pangan.
     
    Svarna Bhumi Award 2025 digelar di Grand Studio Metro TV, Jakarta pada Minggu, 24 Agustus 2025. Sebanyak tujuh tokoh pertanian dan pangan menerima penghargaan tersebut atas dedikasi mereka menjaga kedaulatan pangan dan melestarikan kekayaan hayati Indonesia.
    Dari tujuh tokoh tersebut, salah satu di antaranya menerima spesial penghargaan. Selain itu, satu tokoh lainnya juga akan menerima penghargaan yang merupakan pilihan dari publik atau disebut penghargaan Satya Pangan Loka.
     
    Adapun ketujuh tokoh tersebut, yaitu Kurniawan Adi Prasetyo (pendiri Petani Militan), Nisya Saadah Wargadipura (Pesantren Ekologi Ath-Thaariq), Asep Hidayat (pelestari hanjeli), Agus Wibowo (petani muda hortikultura), Untung Wijanarko (Tani Organik Merapi), Kamilus Tupen Jumat (Special Achievement), dan Rayndra Syahdan Mahmudin (Satya Pangan Loka/penghargaan pilihan publik).

    1. Kurniawan Adi Prasetyo
     
    Kurniawan, pendiri komunitas Petani Militan dan Sedesa Farm, menerima penghargaan berkat kiprahnya dalam pelestarian benih lokal dan pengembangan pertanian berkelanjutan. Ia mendirikan bank benih di Lamongan, Probolinggo, dan Jember dengan koleksi lebih dari 500 varietas padi lokal, 75 varietas jagung, serta puluhan jenis kacang-kacangan.
     
    Dalam sambutannya, Kurniawan menyatakan, “Pertama, saya ucapkan selamat atas sukses terselenggaranya Svarna Bhumi Award 2025. Tentunya kami sangat berbangga, karena Alhamdulillah kita bisa mendapatkan penghargaan ini. Semoga ke depan ini bisa menjadi inspirasi dan motivasi kita untuk berkembang lebih baik. Harapannya benih ini tidak hilang, dan ini menjadi sebuah kembangan kalau Indonesia itu punya benih-benih yang unggulan. Yang terakhir, wilayah kami memang tak luas, kami juga tak kaya akan sumber daya, tapi kita punya cita-cita menjadi masyarakat yang mandiri, masyarakat yang berdaulat, dan masyarakat yang berdikari di atas kaki sendiri.”
     
    Kurniawan bahkan menolak beasiswa luar negeri demi fokus pada benih lokal. Dia kini bekerja sama dengan lebih dari 50 petani dan puluhan peternak dalam sistem pertanian terpadu.
     
    2. Nisya Saadah Wargadipura
     
    Penghargaan juga diberikan kepada Nisya Saadah Wargadipura, pendiri Pesantren Ekologi Ath-Thaariq di Garut. Nisya dikenal sebagai guru tani yang mengintegrasikan pertanian organik dengan nilai-nilai Islam rahmatan lil alamin.
     
    Penghargaan diterima putrinya, Salwa Kanja.
     
    “Tentu saja Pesantren Ekologi Ath-Thaariq saat ini, gerakan yang sesuai dengan tujuan Islam itu sendiri. Justru menumbuhkan kembali bagaimana tanah yang seharusnya dipenuhi oleh mikroba itu sendiri. Jadi tentu saja apresiasi Svarna Bhumi ini menjadi lampu kami untuk terus bergerak dalam menyebarkan pengetahuan diri kita,” ucapnya.
     
    Nisya sebelumnya telah dinobatkan sebagai Food Hero FAO 2024 atas kiprahnya menjadikan pesantren sebagai laboratorium agroekologi yang menjawab krisis pangan dan iklim.
     
    3. Asep Hidayat
     
    Mantan buruh migran asal Sukabumi, Asep Hidayat, juga menjadi penerima penghargaan. Ia dikenal sebagai pelestari tanaman hanjeli, pangan lokal yang hampir punah, dan mengubah desanya menjadi desa eduwisata.
     
    “Saya mantan buruh migran. Saya melihat potensi lokal mungkin Bapak Ibu di sini tidak ada yang banyak mengenal tentang hanjeli. Dari Hanjeli, kami olah, kami langsung lestarikan, kami olah jadi produk. Ada dodol, ada berbagai produk yang lainnya. Termasuk kami menjadi lokasi eduwisata pertama di Indonesia. Kami berharap Hanjeli tetap masih berjaya di tanah legenda kita Sukabumi. Merdeka,” ujar Asep dalam sambutannya.
     
    Kini, hanjeli telah dikembangkan menjadi produk pangan olahan hingga kerajinan, dan menarik wisatawan dalam maupun luar negeri.
     

     
    4. Agus Wibowo
     
    Pengusaha muda asal Magelang, Agus Wibowo, menerima penghargaan atas inovasinya dalam mengembangkan koperasi hortikultura dan sistem kemitraan petani. Melalui usaha kentang dan cabai, Agus telah membina ribuan petani dengan omzet miliaran rupiah setiap tahun.
     
    “Terima kasih, salah satu kebahagiaan saya bisa berdiri di sini dan menerima award 2025 ini. Ini menjadi salah satu motivasi dan juga salah satu bukti bahwa kami sebagai pemuda pertanian di Indonesia juga bisa berkarya melalui desa-desa kecil. Dan harapannya ini bisa menjadi motivasi teman-teman di seluruh Indonesia bahwa anak muda bisa berkarya dan regenerasi pertanian di Indonesia bisa terwujud,” kata Agus.
     
    5. Untung Wijanarko
     
    Tokoh kelima adalah Untung Wijanarko, pendiri Tani Organik Merapi (TOM) di Sleman. Sejak 2008, TOM aktif mengembangkan pertanian organik, agrowisata, serta pelatihan petani.
     
    “Saya pribadi mengapresiasi sekali dengan program Svana Bhumi Awards 2025 ini yang luar biasa memberikan motivasi. Ternyata banyak petani yang luar biasa, terutama anak-anak muda. Kami mulai berempati mengajak teman-teman para pertanian untuk bertani secara bijak. Bertani secara bijak adalah bertani dengan tidak merusak kondisi tanah kita. Dunia pertanian adalah sebagai sesuatu yang menjadikan kita masa depan,” kata Untung.
     
    Kini TOM bekerja sama dengan puluhan kelompok tani, menyuplai ratusan kilogram sayuran organik per hari ke pasar modern, dan mengembangkan pusat pelatihan pertanian organik.
     
    Special Achievement untuk Pangan Lokal
     
    Apresiasi khusus diberikan kepada Kamilus Tupen Jumat, dari Nusa Tenggara Timur. Ia berhasil mengembangkan pangan lokal dan memberdayakan petani desa. Upayanya menjaga tradisi pangan timur Indonesia membuatnya diganjar Special Achievement Award.
     
    “Terima kasih banyak. Saya dari area yang jauh datang ke sini dan bisa dihargai. Ini luar biasa sekali. Saya terima kasih kepada PT Pupuk Indonesia (Persero) dan Metro TV telah mengangkat karya hari ini. Ada kebanggaan tersendiri, di mana karya Usaha Selamat ini bagaimana membantu orang muda bisa mengenal pertanian, bahwa menjadi pertanian itu adalah sesuatu,” ujar Kamilus.
     
    “Dan kalau belum sentuh, memang belum tahu. Tapi kalau masuk ke dalam, dia punya bahagia beda. Terima kasih banyak Bapak sebagai perawat bumi dan kami melukis ukir bumi di Adenara, tempatnya juga orang muda silakan melukis bumi,” lanjutnya.
     

    Satya Pangan Loka untuk Generasi Muda

    Penghargaan Satya Pangan Loka diraih Rayndra Syahdan Mahmudin, inovator muda yang memadukan teknologi dengan pertanian berkelanjutan. Komitmennya menghubungkan sektor pertanian dengan ekosistem digital menjadikannya contoh bagi generasi baru.
     
    “Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada pemirsa dan publik karena telah memilih saya untuk menerima penghargaan Satya Pangan Loka. Penghargaan ini saya dedikasikan untuk petani milenial di seluruh Indonesia,” ujar Rayndra.
     
    Ia berkomitmen untuk terus berkontribusi mengembangkan pertanian agar terus maju sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani.
     
    “Jadi, saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Kementerian Pertanian yang telah mendukung kami untuk selalu berkontribusi dalam sektor pertanian, terutama untuk swasembada dan telah mempercayakan saya untuk menjadi Ketua Umum Petani Milenial Indonesia dan ini menjadi semangat bagi saya untuk terus berkontribusi di sektor pertanian,” katanya.
     
    “Tak lupa saya juga mengucapkan terima kasih pada istri saya ya. Terima kasih juga menciptakan lingkungan yang kondusif karena pertanian itu butuh lingkungan yang kondusif. Apalagi petani-petani muda itu sangat tidak percaya diri untuk jadi seorang petani. Jadi, yang pertama mari kita ciptakan lingkungan yang kondusif sehingga kita bisa istiqomah terjun di sektor pertanian,” lanjutnya.
     
    Terakhir, Rayndra berpesan kepada generasi muda di seluruh Indonesia tanpa petani tidak akan ada panas dan tanpa panas tidak akan ada masa depan.

    Wujud Apresiasi untuk Pejuang Ketahanan Pangan

    Penyelenggaraan Svarna Bhumi Award 2025 menjadi makin menarik karena mayoritas finalis berasal dari generasi muda berusia 30-35 tahun.
     

     
    Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Rahmad Pribadi menyambut gembira terselenggaranya acara penghargaan untuk yang ketiga kali ini. Ia menilai acara ini tidak hanya menjadi ajang apresiasi, tetapi juga inspirasi bagi petani di seluruh Indonesia.
     
    “Dari ratusan kandidat, sebagian besar adalah anak-anak muda. Ini memberi harapan bahwa regenerasi petani terus berjalan dan swasembada pangan dapat tercapai,” ujar Rahmad Pribadi.
     
    Sambutan positif juga diungkapkan Pendiri Yayasan Benih Baik sekaligus Dewan Juri, Andy F. Noya. Ajang ini menjadi momen untuk mengingat bahwa banyak sosok luar biasa yang bekerja dalam senyap demi menjaga ketahanan pangan negeri. 
     
    “Banyak orang-orang hebat di sekitar kita, ya. Kita tidak tahu mereka berjuang untuk mempertahankan ketahanan pangan Indonesia,” ujar Andy F. Noya.
     
    Svarna Bhumi Award 2025 melibatkan dewan juri dari berbagai latar belakang, termasuk pakar pertanian, penggiat sosial, dan figur publik. Expert Panel Yayasan BUMN, Prilly Latuconsina, yang tahun ini menjadi juri, mengaku terkesan dengan kreativitas para finalis.
     
    “Kami melihat bukan hanya hasil pertanian, tapi juga ide kreatif yang membuat profesi petani menarik bagi generasi muda,” ucap Prilly Latuconsina.
     
    Rahmad Pribadi melanjutkan, Svarna Bhumi Award akan terus menjadi ruang apresiasi sekaligus komunikasi bagi pejuang pangan di seluruh Indonesia.
     
    “Kita ingin meningkatkan regenerasi petani, adopsi teknologi, dan kecintaan terhadap pangan lokal,” ujarnya.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di

    Google News

    (PRI)