kab/kota: Probolinggo

  • Uji KIR Bus Maut di Jalur Bromo Masih Berlaku, Kok Bisa Rem Blong?

    Uji KIR Bus Maut di Jalur Bromo Masih Berlaku, Kok Bisa Rem Blong?

    Jakarta

    Kecelakaan maut diduga akibat bus mengalami rem blong lagi-lagi terjadi. Bus pariwisata menabrak rumah di jalur wisata Gunung Bromo, di Probolinggo, Jawa Timur. Kecelakaan ini mengakibatkan 8 orang meninggal dunia.

    Dikutip detikJatim, sopir bus bernama Albahri, warga Jember mengatakan bahwa rem bus sempat tidak berfungsi sebelum insiden itu terjadi. Ada dugaan rem bus itu blong hingga sopir tidak bisa mengendalikan kemudi.

    “Pada saat turunan, rem sudah blong. Saya banting setir ke kanan, bus menabrak pembatas jalan, meluncur ke bawah hingga menghantam pagar rumah dan motor kurir. Saya sempat membunyikan klakson dan menyalakan lampu karena lalu lintas padat,” ujar Albahri.

    Bus yang mengalami kecelakaan adalah bus pariwisata Inds 88 Trans bernopol P 7221 UG yang muat rombongan nakes dari RS Bakti Sehat Jember. Dikutip dari situs resmi Mitra Darat Kementerian Perhubungan, bus dengan pelat nomor P 7221 UG itu terdaftar atas nama PT INDRA JAYA BERSAMA. Bus tersebut masih memiliki izin untuk beroperasional.

    Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, izin angkutan bus tersebut masih berlaku sampai 3 Oktober 2025.

    Uji berkala juga lulus. Bus ini terakhir kali diuji berkala di Dishub Kabupaten Jember dengan status lulus. Masa berlaku uji berkala masih panjang, sampai dengan 4 Maret 2026. Kalau uji KIR berlaku 6 bulan, artinya bus ini baru dilakukan uji berkala pada September ini. Tapi kenapa bus itu bisa mengalami rem blong?

    Penyebab Kecelakaan Bus Rem Blong

    Senior Investigator Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) Ahmad Wildan mengatakan, ada beberapa faktor yang menyebabkan kecelakaan maut kendaraan besar seperti bus.

    Menurut Wildan, yang pertama kecelakaan rem blong terjadi pada jalan menurun dan memiliki pola yang sama. Beberapa kecelakaan maut dipicu oleh kesalahan pengemudi dalam berkendara di jalan menurun. Banyak dari sopir yang menggunakan gigi tinggi saat melalui jalan menurun, melakukan pengereman berulang, sehingga mengakibatkan rem tidak berfungsi, memindahkan gigi di jalan menurun saat rem tidak berfungsi sehingga menyebabkan gigi masuk ke posisi netral dan berakhir dengan tabrakan hebat karena kecepatan kendaraan bisa mencapai 100 km/jam bahkan lebih karena melaju pada jalan menurun dalam posisi gigi netral.

    “Kedua, kecelakaan rem blong yang dipicu rem tidak berfungsi karena mengalami malfunction pada sistem rem. Hal ini disebabkan karena pengemudi tidak melakukan pemeriksaan kendaraan sebelum beroperasi (pre-trip inspection),” kata Wildan beberapa waktu lalu.

    Ketiga, lanjutnya, kecelakaan masuk jurang atau terguling akibat pengemudi tidak memahami jalan yang disebabkan minimnya informasi terkait kondisi jalan dan lingkungannya. Keempat, kecelakaan yang disebabkan pengemudi mengalami microsleep (tidur saat mengemudi) yang dipicu akibat mengemudi lebih dari 12 jam tanpa istirahat atau mengemudi dalam kondisi sakit dan mengkonsumsi obat.

    Cara Nyetir di Turunan

    Wildan menerangkan, seharusnya pada saat memasuki jalan menurun panjang sopir sudah menggunakan gigi rendah. Penggunaan gigi rendah akan menghindari penggunaan rem pedal secara berulang-ulang.

    “Risiko rem blong berkurang. Apa pun yang terjadi jangan memindahkan gigi (di jalan menurun). Memindahkan gigi di jalan menanjak atau menurun berisiko masuk ke gigi netral,” ujar Wildan.

    Jika pengemudi melakukan pengereman berulang maka kampas rem berisiko over heat (kelebihan panas) dan menyebabkan rem blong. Selain itu, juga bisa menyebabkan penurunan tekanan angin secara drastis dan berakibat rem blong.

    “Prosedur mengemudi di jalan menurun, gunakan gigi rendah sebelum memasuki jalan menurun. Aktifkan exhaust brake saat RPM mulai mendekati zona merah. Jika RPM tetap naik hingga zona merah, injak pedal rem dan nonaktifkan exhaust brake hingga RPM turun. Lepas pedal rem saat RPM sudah turun. Jika RPM kembali naik, aktifkan kembali exhaust brake. Ulangi langkah ini sesuai kebutuhan,” sebutnya.

    (rgr/din)

  • Isak Tangis Iringi Pemakaman 7 Korban Kecelakaan Maut Bus di Bromo

    Isak Tangis Iringi Pemakaman 7 Korban Kecelakaan Maut Bus di Bromo

    Saat ditanya terkait dengan kegiatan wisata sejumlah karyawan RSBS dan keluarganya di Gunung Bromo, Faida mengaku tidak tahu, karena kegiatan itu murni inisiatif karyawan RSBS secara mandiri yang merayakan kelulusan setelah wisuda S1 bersama keluarga masing-masing.

    “Jadi, memang dari pihak RSBS tidak tahu keberangkatan mereka ke Gunung Bromo sampai terdengar musibah kecelakaan yang terjadi itu,” katanya.

    Dari delapan korban kecelakaan maut yang meninggal tersebut, ada satu keluarga yang menjadi korban, yakni Hendra Pratama bersama istri dan anaknya.

    Kecelakaan Maut

    Sebelumnya kecelakaan maut kendaraan bus Hino IND’S 88 Nopol P-7221-UG yang membawa rombongan keluarga karyawan RSBS Jember dikemudikan Al Bahri dengan kernet Mergi membawa penumpang 52 orang turun dari Gunung Bromo.

    Sesampainya di tempat kejadian perkara (TKP) di Jalan Raya Bromo, Desa Boto, Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo, pada saat kondisi jalan menurun dan menikung ke kiri, kendaraan itu mengalami gagal fungsi rem, sehingga laju kendaraan tetap ke kanan menabrak pembatas jalan sebelah kanan, kemudian menabrak sepeda motor nomor polisi N-2856-OE pada Minggu (14/9) sekitar pukul 11.45 WIB.

    Akibat dari kecelakaan tersebut sebanyak delapan orang meninggal dunia, sedangkan sisanya mengalami luka berat dan ringan yang dirawat di RSUD Dr Saleh, RSU Ar-Rozy, RSU Tongas, Puskesmas Sukapura, Lumbang, dan Wonomerto.

  • Bus Rem Blong Tewaskan 8 Orang di Jalur Bromo, Begini Status Uji KIR-nya

    Bus Rem Blong Tewaskan 8 Orang di Jalur Bromo, Begini Status Uji KIR-nya

    Jakarta

    Kecelakaan maut akibat bus yang diduga mengalami rem blong kembali terjadi. Sebuah bus pariwisata menabrak pagar rumah warga dan sepeda motor di jalur wisata Gunung Bromo, di Jalan Raya Boto, Desa Boto, Kecamatan Lumbang, Probolinggo, Jawa Timur.

    Kecelakaan yang diduga akibat bus pariwisata rem blong itu mengakibatkan 8 orang meninggal dunia. Bus yang mengalami kecelakaan adalah bus pariwisata Inds 88 Trans bernopol P 7221 UG yang muat rombongan nakes dari RS Bakti Sehat Jember.

    Dikutip detikJatim, sopir bus bernama Albahri, warga Jember mengatakan bahwa rem bus sempat tidak berfungsi sebelum insiden itu terjadi. Ada dugaan rem bus itu blong hingga sopir tidak bisa mengendalikan kemudi.

    “Pada saat turunan, rem sudah blong. Saya banting setir ke kanan, bus menabrak pembatas jalan, meluncur ke bawah hingga menghantam pagar rumah dan motor kurir. Saya sempat membunyikan klakson dan menyalakan lampu karena lalu lintas padat,” ujar Albahri.

    Kecelakaan ini menewaskan 8 orang penumpang, termasuk seorang anak berusia 7 tahun. Puluhan korban lainnya mengalami luka ringan hingga luka berat.

    Dikutip dari situs resmi Mitra Darat Kementerian Perhubungan, bus dengan pelat nomor P 7221 UG itu terdaftar atas nama PT INDRA JAYA BERSAMA. Bus tersebut masih memiliki izin untuk beroperasional.

    Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, izin angkutan bus tersebut masih berlaku sampai 3 Oktober 2025.

    Uji berkala juga lulus. Bus ini terakhir kali diuji berkala di Dishub Kabupaten Jember dengan status lulus. Masa berlaku uji berkala masih panjang, sampai dengan 4 Maret 2026. Kalau uji KIR berlaku 6 bulan, artinya bus ini baru dilakukan uji berkala pada September ini.

    (rgr/din)

  • Kondisi Dua Orang Anggota Rombongan Wisata RS Bina Sehat Masih Kritis

    Kondisi Dua Orang Anggota Rombongan Wisata RS Bina Sehat Masih Kritis

    Jember (beritajatim.com) – Dua orang anggota rombongan wisata Rumah Sakit Bina Sehat Kabupaten Jember yang menjadi korban kecelakaan di Jalan Raya Sukapura, Desa Boto, Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo, Minggu (14/9/2025), masih dalam kondisi kritis.

    Mereka masih dirawat di Probolinggo. “Kondisinya enggak memungkinkan, belum stabil dan masih kritis. Mudah-mudahan bertahan dan ada jalan untuk sembuh,” kata Faida, pemimpin Rumah Sakit Bina Sehat.

    Dari 52 orang anggota rombongan, delapan orang meninggal dunia dan 17 orang mengalami luka sedang dan berat.

    “Kebanyakan korban meninggal dan luka berat ini terluka di bagian kepala. Benturan yang hebat di kepala. Korban-korban yang meninggal itu kebanyakan karena terlempar keluar dari bus,” kata Faida.

    Rombongan karyawan Bina Sehat berlibur ke Gunung Bromo untuk merayakan wisuda sejumlah perawat menjadi sarjana. Tidak semua anggota rombongan yang berangkat adalah perawat. Ada juga petugas layanan kebersihan atau cleaning service.

    Mereka naik bus pariwisata bernopol P 7221 UG yang dikemudikan Albahri, warga Kabupaten Jember. Pulang dari plesir ke Gunung Bromo, bus mengalami mendadak hilang kendali, diduga akibat rem blong.

    Bus kemudian menghantam pagar rumah warga di Jalan Raya Sukapura, Desa Boto, Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo.

    Benturan keras membuat badan bus ringsek parah. Jeritan penumpang bercampur kepanikan warga menggema di lokasi. Kejadian tragis itu diperkirakan berlangsung sekitar pukul 11.45 WIB.

    “Saya lihat di lapangan bus pariwisata menghantam pagar besi hingga roboh. Polda Jatim sudah langsung olah tempat kejadian saat kami tiba,” kata Faida. [wir]

  • Penjelasan Resmi RS Bina Sehat Jember tentang Kecelakaan di Probolinggo yang Tewaskan 8 Orang

    Penjelasan Resmi RS Bina Sehat Jember tentang Kecelakaan di Probolinggo yang Tewaskan 8 Orang

    Jember (beritajatim.com) – Faida, mantan Bupati Jember dan pemimpin Rumah Sakit Bina Sehat, menahan tangis, saat melepas keberangkatan tujuh jenazah korban kecelakaan di Probolinggo, Jawa Timur, ke pemakaman masing-masing, Minggu (14/9/2025) malam.

    Faida berpidato setelah tujuh dari delapan jenazah korban kecelakaan tersebut disalati di lapangan parkir rumah sakit. “Selamat jalan pahlawan-pahlawan Bina Sehat,” katanya, dengan suara parau dan tersendat.

    Usai acara salat jenazah, Faida memberikan keterangan pers mengenai kecelakaan lalu lintas yang menimpa rombongan karyawan RS Bina Sehat di Jalan Raya Sukapura, Desa Boto, Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo, sepulang dari Gunung Bromo tersebut.

    “Kawan-kawan. karyawan dan keluarganya yang berekreasi ke Bromo berjumlah 52 orang. Sebagian karyawan, sebagian adalah keluarganya. Dan ini memang murni acara keluarga mereka. Jadi memang memang dari Rumah Sakit tidak tahu keberangkatan mereka sampai terdengar musibah ini,” kata Faida.

    Mereka berekreasi ke Bromo untuk merayakan wisuda sejumlah perawat menjadi sarjana. Tidak semua anggota rombongan yang berangkat adalah perawat. Ada juga petugas layanan kebersihan atau cleaning service. “Namanya juga kalau sudah satu unit itu kan mesti akrab, sudah kayak keluarga, akhirnya juga ikut,” kata Faida.

    Mereka naik bus pariwisata bernopol P 7221 UG yang dikemudikan Albahri, warga Kabupaten Jember. Pulang dari plesir ke Gunung Bromo, bus mengalami mendadak hilang kendali, diduga akibat rem blong pada pukul 11.45 WIB.

    Bus kemudian menghantam pagar rumah warga di Jalan Raya Sukapura. Benturan keras membuat badan bus ringsek parah.

    “Saya lihat di lapangan bus pariwisata menghantam pagar besi hingga roboh. Polda Jatim sudah langsung olah tempat kejadian saat kami tiba,” kata Faida.

    Dari 52 orang anggota rombongan, tujuh orang meninggal di lokasi kecelakaan dan satu orang meninggal di Unit Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Tongas. Tiga orang yang meninggal di antaranya adalah anak-anak.

    “Sedih sekali. Ada suami, istri, anak meninggal. Ini termasuk yang meninggal di tempat. Korban-korban yang meninggal itu kebanyakan karena terlempar keluar dari bus,” kata Faida.

    “Kebanyakan korban meninggal dan luka berat ini terluka di bagian kepala. Benturan yang hebat di kepala dan sangat beratlah keadaannya. Maka kami putuskan tadi jenazah dimandikan di Probolinggo, karena enggak memungkinkan untuk dimandikan di Jember,” kata Faida.

    Tujuh belas orang mengalami cedera sedang dan berat. “Dari 17 orang itu, 15 orang bisa kami bawa balik ke Rumah Sakit Bina Sehat untuk ditangani di sini,” kata Faida. Rumah Sakit Bina Sehat mempersiapkan operasi untuk beberapa korban malam itu juga.

    Sebagian dari mereka yang menjalani operasi mengalami patah tulang. “Kalau biaya, mereka semua sudah punya BPJS Kesehatan dan karena ini kecelakaan lalu lintas, sudah kita koordinasi dengan Jasa Raharja. Bahkan tadi Pak Kakanwil Jasa Raharja hadir di Probolinggo dan kami dibantu berkoordinasi dengan Jasa Raharja Probolinggo,” kata Faida.

    Tidak semua korban bisa dibawa kembali ke Jember. Menurut Faida, dua orang masih dirawat di Probolinggo. “Kondisinya enggak memungkinkan, belum stabil dan masih kritis. Mudah-mudahan bertahan dan ada jalan untuk sembuh,” katanya.

    Faida memimpin penjemputan seluruh korban kecelakaan itu dengan membawa 23 ambulance dan sejumlah kendaraan pribadi dari Jember. “Kami tadi menjemputnya tersebar-sebar. Alhamdulillah juga untuk ambulancee sangat banyak yang membantu dari 119 di Probolinggo, dari Kapolres, dari Bupati, semua membantu,” katanya.

    Faida memastikan Bina Sehat fidak akan meninggalkan keluarga almarhum karyawan. “Selama ini kalau ada karyawan yang meninggal, kita tidak putus hubungan dan mendampingi anak-anak karyawan sampai mereka di perguruan tinggi, kita kelola beasiswanya,” katanya. [wir]

  • 6
                    
                        Dirut RSBS Jember Mengaku Tak Tahu Keberangkatan Karyawannya Berwisata ke Bromo
                        Surabaya

    6 Dirut RSBS Jember Mengaku Tak Tahu Keberangkatan Karyawannya Berwisata ke Bromo Surabaya

    Dirut RSBS Jember Mengaku Tak Tahu Keberangkatan Karyawannya Berwisata ke Bromo
    Tim Redaksi
    JEMBER, KOMPAS.com
    – Direktur Utama sekaligus pemilik Rumah Sakit Bina Sehat (RSBS) Jember dr Faida mengaku tak tahu sejumlah pegawainya berlibur ke Gunung Bromo, Jawa Timur.
    Faida menegaskan, rekreasi berujung maut di lereng Gunung Bromo pada Minggu (14/9/2025) siang itu bukanlah agenda perusahaan.
    Liburan itu, kata dia, murni inisiatif sejumlah karyawannya secara mandiri dan mengajak keluarga.
    “Jadi memang dari rumah sakit juga tidak tahu keberangkatan mereka sampai terdengar musibah ini,” ungkapnya kepada wartawan, Minggu (14/9/2025) malam.
    Ia mengaku baru tahu ketika mendengar kabar duka kecelakaan maut tersebut.
    Sesaat setelah mendapatkan kabar, ia kemudian bergegas ke Probolinggo, lokasi kecelakaan, tanpa mengantongi data identitas ataupun jumlah karyawannya yang menjadi korban.
    “Jadi saya tidak tahu siapa saja yang ada di sana, kami cari dan identifikasi identitasnya di Probolinggo (faskes),” terang Faida.
    Mantan Bupati Jember itu menuturkan, para pegawainya rekreasi ketika hari libur dan itu merupakan hak mereka.
    Sebagian dari para korban adalah perawat RSBS yang sebelumnya D3 lalu lanjut kuliah dan baru wisuda menempuh S1.
    Atas pencapaian itu, mereka ingin berlibur sebagai bentuk syukuran dengan mengajak sesama karyawan RSBS juga keluarga.
    “Sedih sekali ada yang suami, istri, anak meninggal,” ungkap Faida.
    Sebelumnya, kecelakaan maut bus Hino milik PO Ind’s 88 Nopol P7221UG di lereng Gunung Bromo itu terjadi pada Minggu (14/9/2025) sekira pukul 11.45 WIB.
    Bus dalam kondisi ringsek parah di bagian kanan setelah menabrak pengendara motor lantas menghantam pagar pembatas besi di Jalan Raya Sukapura, Desa Boto, Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo.
    Bus berawak 52 penumpang tersebut lepas kendali akibat rem blong saat berada di jalan turunan dan menikung.
    Sebanyak 8 orang di antaranya tewas dan sebagian besar korban telah dipulangkan ke Jember menggunakan ambulans.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 10
                    
                        Kesaksian Sopir Bus dalam Kecelakaan Maut di Jalur Bromo: Saya Sudah Merasa Rem Tidak Enak, Saya Pasrah
                        Surabaya

    10 Kesaksian Sopir Bus dalam Kecelakaan Maut di Jalur Bromo: Saya Sudah Merasa Rem Tidak Enak, Saya Pasrah Surabaya

    Kesaksian Sopir Bus dalam Kecelakaan Maut di Jalur Bromo: Saya Sudah Merasa Rem Tidak Enak, Saya Pasrah
    Editor
    PROBOLINGGO, KOMPAS.com
    – Rem blong diduga menjadi penyebab terjadinya kecelakaan maut bus pariwisata rombongan RS Bina Sehat Jember, Jawa Timur.
    Kecelakaan ini menewaskan 8 orang di Desa Boto, Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, Minggu (14/9/2025).
    Albahri (57), sopir bus, mengatakan, dia merasakan rem bus yang dikendarainya ketika sampai di wilayah Jatian, Desa Boto, sudah tidak enak.
    Hal itu membuat dia memutuskan untuk ke pinggir dengan memelankan laju kendaraan.
    “Sampai di Jatian itu rem sudah tidak enak, akhirnya saya ke pinggir pelan-pelan. Malah sama pengendara di belakang saya itu sampai diklakson dan saya juga ikut klakson,” kata Albahri.
    Selain melaju pelan, menurut Albahri, dia juga sempat memberitahukan kondekturnya untuk pergi ke belakang karena rem bus yang dikendarai sudah blong setelah sebelumnya merasa tidak enak.
    “Sudah kerasa tidak enak, jadi saya langsung suruh Melo (kondektur) ke belakang dan bilang kalau rem blong,” ujar Albahri.
    Saat di Jatian itu, lanjut Albahri, ketika melintas di jalan yang sedikit naik dan menikung, dia langsung memutuskan banting setir.
    Sebab, di sisi jalan sebelah kiri itu banyak kendaraan melintas, baik itu mobil maupun sepeda motor.
    “Jadi saya langsung banting ke kanan, karena di depan itu kosong. Jadi rem blong itu sudah dari Jatian itu yang anginnya sudah tidak ada. Pun rem juga saya fungsikan, tapi juga tidak bisa, saya juga sudah pasrah,” tuturnya.
    Di dalam bus tersebut, sambungnya, terdapat lebih dari 50 penumpang dari RS Bina Sehat.
    “Kondisi bus saat berangkat dan bahkan saat pulang sebelum sampai di Jatian ini masih aman, tidak ada apa-apa. Tiba-tiba ngeblong dan angin langsung habis,” pungkasnya.
    Artikel ini telah tayang di Surya.co.id dengan judul
    Kesaksian Sopir Bus Pariwisata Rombongan RS Bina Sehat Jember, Pasrah saat Rem Bus Blong
    .
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 23 Ambulans Dikerahkan Bawa Korban Kecelakaan Bus Wisata Bromo

    23 Ambulans Dikerahkan Bawa Korban Kecelakaan Bus Wisata Bromo

    23 Ambulans dikerahkan untuk membawa puluhan korban luka dan 8 jenazah kecelakaan maut bus wisata di Jalur Bromo, Probolinggo.

    Tercatat 44 korban luka akan di bawa ke rumah sakit di Jember, serta 2 korban luka berat di bawa ke rumah sakit di Probolinggo. Sementara 8 jenazah dipulangkan ke rumah duka yang berlokasi di Jember dan Madiun.

    Klik di sini untuk melihat video lainnya!

  • Hasil Investigasi Kecelakaan Bus di Bromo Ditargetkan Keluar Tiga Hari ke Depan

    Hasil Investigasi Kecelakaan Bus di Bromo Ditargetkan Keluar Tiga Hari ke Depan

    Sesampainya di tempat kejadian perkara (TKP) di Jalan Raya Bromo, Desa Boto, Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo pada saat kondisi jalan menurun dan menikung ke kiri, mengalami gagal fungsi rem sehingga laju kendaraan tetap ke kanan menabrak pembatas jalan / Guardrail sebelah kanan jalan dan kemudian menabrak sepeda motor nomor polisi N-2856-OE.

    Akibat dari kecelakaan tersebut sebanyak delapan orang  meninggal dunia, sedangkan sisanya mengalami luka berat dan ringan yang dirawat di RSUD Dr Saleh, RSU Ar-Rozy, RSU Tongas, Puskesmas Sukapura, Lumbang dan Wonomerto.

    Delapan jenazah dan korban yang mengalami luka-luka sebanyak 15 orang dibawa dengan 23 unit ambulans menuju RSBS di Kabupaten Jember, namun dua korban masih dirawat di RSUD dr Moh. Saleh dan RSUD Tongas karena kondisinya belum stabil.

    Tiga dari delapan korban yang meninggal dunia di lokasi kejadian merupakan satu keluarga yakni karyawan RSBS atas nama Hendra Pratama bersama istri dan anaknya.

  • Identitas 8 Korban Tewas Kecelakaan Maut Bus Wisata di Probolinggo

    Identitas 8 Korban Tewas Kecelakaan Maut Bus Wisata di Probolinggo

    Korban tewas kecelakaan maut bus pariwisata di Jalan Raya Sukapura, Desa Boto, Probolinggo bertambah menjadi 8 orang. 7 orang disemayamkan di RSUD Dokter Mohamad Saleh, sementara satunya lagi di RSUD Tongas.

    Tiga dari 8 korban itu berusia 7 sampai 14 tahun. Berikut identitas para korban.