kab/kota: Ponorogo

  • Nenek di Ponorogo Ditemukan Meninggal di Kontrakan, Kondisi Membusuk

    Nenek di Ponorogo Ditemukan Meninggal di Kontrakan, Kondisi Membusuk

    Ponorogo (beritajatim.com) – Warga Jalan Jawa, Kelurahan Mangkujayan, Kabupaten Ponorogo digegerkan oleh penemuan jenazah seorang nenek yang telah membusuk di dalam rumah kontrakan. Korban diketahui bernama Tebe Pangaribuan, 72 tahun, yang tinggal seorang diri tanpa keluarga di Ponorogo.

    Penemuan jenazah bermula dari laporan warga yang mencium aroma menyengat dari rumah kontrakan korban. Setelah dicurigai, warga bersama pemilik kontrakan mendobrak pintu dan menemukan tubuh korban dalam keadaan tak bernyawa.

    “Diduga sudah meninggal 4-5 hari,” kata Kanit Reskrim Polsek Ponorogo Kota, Ipda Ibnu Harjito, Senin (16/6/2025).

    Pihak kepolisian bersama tim Inafis Polres Ponorogo segera melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). Beberapa barang bukti diamankan dari lokasi, termasuk obat-obatan pribadi yang diduga rutin dikonsumsi korban.

    “Dugaan awal karena sakit. Di lokasi ditemukan obat pribadi milik korban,” jelas Ibnu.

    Korban diketahui bukan warga asli Ponorogo. Berdasarkan data e-KTP, Tebe Pangaribuan berasal dari Jalan Taruna Baru, Pulo Gadung, Jakarta Timur, dan merupakan kelahiran Sumatra Utara. Selama ini, ia hidup sendiri di kontrakan tersebut karena anak-anaknya merantau ke Jakarta.

    “Korban hanya tinggal kontrak di sini seorang diri,” lanjut Ibnu.

    Kematian Tebe Pangaribuan yang baru diketahui setelah beberapa hari menimbulkan keprihatinan mendalam. Warga sekitar tidak menyangka korban akan meninggal dalam kondisi sepi dan tidak segera diketahui siapa pun. [end/beq]

  • Jemaah Haji Asal Ponorogo Wafat di Makkah, Dimakamkan di Surayya

    Jemaah Haji Asal Ponorogo Wafat di Makkah, Dimakamkan di Surayya

    Ponorogo (beritajatim.com) – Kabar duka datang dari Tanah Suci. Seorang jemaah haji asal Ponorogo wafat di Makkah. Almarhum bernama Haji Setyo Budi bin Mangun Dimun. Yang bersangkutan merupakan warga Desa Kedungbanteng, Kecamatan Sukorejo.

    Jemaah berusia 64 tahun itu meninggal dunia pada pukul 02.30 waktu Arab Saudi. Haji Setyo Budi sempat menjalani perawatan medis. Diduga jemaah ini memiliki riwayat penyakit jantungnya menjadi salah satu faktor. Sebelumnya, almarhum mengalami kejang, diare, serta dehidrasi, sehingga dibawa ke Sakit King Abdullah Makkah.

    “Awalnya dibawa ke Rumah Sakit King Abdullah Makkah,” jelas Kepala Kantor Kemenag Ponorogo, M. Nurul Huda, saat dikonfirmasi di rumah duka, Senin (16/6/2025).

    Setelah membaik dan dinyatakan sehat, almarhum dipulangkan dari rumah sakit menuju hotel. Namun takdir berkata lain. Dalam perjalanan kembali ke hotel, almarhum berpulang. Saat itu, rombongan tengah menuju tempat menginap. Proses pemulangan dari rumah sakit masih dalam pengawasan tim kloter.

    “Beliau wafat dalam perjalanan ke hotel, kami turut berduka cita mendalam,” kata Huda.

    Haji Setyo Budi tergabung dalam Kloter 53 embarkasi Surabaya. Dia berangkat sendiri tanpa pendamping keluarga. Pemakaman dilaksanakan di kompleks Surayya, Arab Saudi. Hal ini mengikuti aturan internasional tentang jemaah haji yang wafat di Tanah Suci.

    “Seluruh jemaah haji yang meninggal dunia di Makkah atau Madinah, langsung dimakamkan di sana,” kata Huda.

    Kemenag Ponorogo memastikan hanya satu jemaah yang meninggal hingga saat ini. Mereka berharap tidak ada tambahan kasus serupa. Pemerintah juga terus memantau kesehatan jemaah asal Ponorogo.

    “Semoga ini yang terakhir. Mohon doa semuanya,” pungkas Huda. (end/but)

  • Hampir 7.000 Koperasi Merah Putih Telah Terdaftar di Jatim, 13 Daerah Capai 100%

    Hampir 7.000 Koperasi Merah Putih Telah Terdaftar di Jatim, 13 Daerah Capai 100%

    Surabaya (beritajatim.com) – Progres percepatan pembentukan dan pendaftaran Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih (KD/KMP) di Jawa Timur terus menunjukkan peningkatan signifikan. Hingga pertengahan Juni 2025, tercatat sebanyak 6.984 koperasi telah resmi terdaftar melalui Sistem Administrasi Badan Hukum (SABH) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkum HAM) Jawa Timur.

    “Jumlah tersebut setara 82,2 persen dari total 8.494 desa dan kelurahan di Jawa Timur,” ujar Kepala Kantor Wilayah Kemenkum HAM Jatim, Haris Sukamto, Senin (16/6/2025).

    Berdasarkan data resmi dari Kanwil Kemenkum HAM Jatim, terdapat 13 kabupaten/kota yang telah menuntaskan pendaftaran SABH untuk seluruh KD/KMP-nya. Daerah tersebut meliputi Ponorogo, Nganjuk, Sidoarjo, Kota Mojokerto, Kabupaten Malang, Kota Probolinggo, Trenggalek, Kota Madiun, Kabupaten Kediri, Kabupaten Mojokerto, Kota Malang, Kabupaten Probolinggo, dan yang terbaru Kota Blitar.

    Sementara itu, sejumlah daerah lain mencatatkan progres tinggi dan hampir mencapai 100 persen. Beberapa di antaranya adalah Jombang dengan capaian 99,7 persen, Jember 99,6 persen, Surabaya 99,3 persen, Bangkalan 98,6 persen, dan Gresik 98,3 persen. Wilayah-wilayah ini hanya menyisakan 1 hingga 6 berkas untuk diselesaikan.

    Namun demikian, Haris juga menyoroti beberapa daerah yang menunjukkan progres lambat dan membutuhkan intervensi segera. Wilayah tersebut di antaranya adalah Bojonegoro (10,9 persen), Kota Pasuruan (20,6 persen), Kota Batu (37,5 persen), dan Kabupaten Pasuruan (41,4 persen).

    “Beberapa kendala yang ditemukan meliputi keterlambatan penganggaran, revisi berkas notaris, hingga keraguan pengurus,” terang Haris.

    “Perlu langkah percepatan dan pendampingan lebih intensif, terutama pada kabupaten/kota yang stagnan,” imbuhnya.

    Tren pertambahan pendaftaran koperasi melalui SABH harian menunjukkan angka rata-rata lebih dari 280 koperasi per hari. Dengan laju ini, Kemenkum HAM Jatim optimistis target 100 persen dapat tercapai pada pekan ketiga Juni 2025.

    Untuk mendukung target tersebut, sejumlah strategi percepatan tengah dilakukan. Di antaranya penandatanganan akta secara massal di hadapan notaris, audit kelengkapan dokumen secara kolektif, serta intervensi langsung ke daerah prioritas seperti Bojonegoro, Kota Batu, Sampang, dan Situbondo.

    “Kami tentu mengapresiasi seluruh mitra kerja kami yang terlibat, mulai dari Pemprov dan Pemkab, Notaris dan Ditjen AHU dengan keandalan sistem yang dimiliki,” tutup Haris.

    Program pembentukan Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih merupakan bagian dari agenda strategis nasional untuk mendorong kemandirian ekonomi desa melalui koperasi berbadan hukum. Jawa Timur saat ini tercatat sebagai provinsi dengan jumlah koperasi berbadan hukum terbanyak secara nasional. [uci/beq]

  • Hanya Bermodal Rp350 Juta, Pemkab Ponorogo Gelar 31 Event Grebeg Suro 2025

    Hanya Bermodal Rp350 Juta, Pemkab Ponorogo Gelar 31 Event Grebeg Suro 2025

    Ponorogo (beritajatim.com) – Perayaan Grebeg Suro 2025 bakal kembali digelar meriah. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ponorogo menyiapkan 31 event budaya dan hiburan. Rentetan acara berlangsung selama sebulan penuh. Momen ini sekaligus menyambut datangnya 1 Muharram 1447 Hijriah atau 1 Suro 1959 dalam penanggalan Jawa (Tahun Ehe, Windu Kuntara, Lambang Kala Gumbrek).

    Namun di balik kemeriahan itu, anggaran daerah yang dikucurkan sangat minim. Pemkab setempat hanya mengalokasikan Rp350 juta dari APBD. Padahal total kebutuhan anggaran Grebeg Suro mencapai Rp 5,7 miliar.

    Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko mengungkapkan bahwa budget minim untuk penyelenggaraan event tahunan itu, bukan pihaknya pelit anggaran. Namun, dirinya ingin mendorong kreativitas dan kemandirian dalam menggelar event besar, salah satunya perayaan Grebeg Suro ini.

    “Ini bukan karena kami pelit anggaran. Tapi karena kami ingin mendorong kreativitas dan kemandirian dalam menggelar event besar,” ungkap Bupati Sugiri Sancoko, Senin (16/6/2025).

    Untuk menutup selisih anggaran, pemkab menggandeng pihak ketiga. Event Organizer Penjaga Bumi dari Bandung ditunjuk untuk mendampingi pelaksanaan teknis. Sumber dana tambahan diharapkan berasal dari sponsor, tiket masuk, dan berbagai dukungan lain.

    Kang Giri sapaan akrab Bupati Sugiri Sancoko menekankan bahwa kualitas tidak boleh turun. Walau bermodal kecil, panggung tetap harus megah. Sajian pun harus lebih hebat dari sebelumnya. Grebeg Suro 2025 ditargetkan lebih menggelegar dari tahun-tahun sebelumnya.

    “Harus lebih dahsyat dari sebelumnya. Murah, kreatif, tapi tetap memukau dan meriah,” katanya.

    Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora), Judha Slamet Sarwo Edi menyebut ada banyak inovasi tahun ini. Beberapa event lama dikurangi atau dihapus. Sebagai gantinya, sejumlah lomba baru dihadirkan untuk menarik generasi muda.

    Di antara program baru tersebut ialah lomba basket dan lomba lukis. Judha menilai, kedua lomba itu akan membuka ruang partisipasi lebih luas. Sementara dua event tetap menjadi daya tarik utama. Yakni Festival Nasional Reog Ponorogo (FNRP) XXX dan Festival Reog Remaja (FRR) XXI.

    “Dua event itu tetap jadi magnet utama. Tapi EO kemungkinan akan menambah sentuhan baru sebagai variasi tontonan,” jelas Judha.

    Dengan kombinasi semangat budaya dan inovasi anggaran, Pemkab Ponorogo berusaha membuktikan sesuatu. Bahwa kearifan lokal tetap bisa bersinar tanpa bergantung penuh pada APBD. Grebeg Suro 2025 tak hanya soal tradisi, tapi juga keberanian berpikir kreatif. [end/aje]

  • Dandim dan Kapolres Ponorogo Ajak Warga Jaga Keamanan Malam 1 Sura

    Dandim dan Kapolres Ponorogo Ajak Warga Jaga Keamanan Malam 1 Sura

    Ponorogo (beritajatim.com) – Menjelang datangnya Bulan Sura, suasana di Ponorogo mulai dipersiapkan agar tetap aman dan kondusif. Berbagai elemen masyarakat pun diminta ikut terlibat aktif dalam menjaga ketertiban.

    Komandan Kodim 0802/Ponorogo, Letkol Inf Dwi Soerjono, menekankan pentingnya sinergi antar semua pihak. Dia mengajak semua lapisan masyarakat untuk terus mempererat kerja sama demi keamanan bersama. Sehingga seperti bulan Suro sebelumnya, Bumi Reog damai tidak ada gangguan ketertiban masyarakat.

    “Alhamdulillah Kabupaten Ponorogo senantiasa dalam suasana aman dan kondusif. Ini semua berkat kerjasama dan sinergitas dari semuanya, baik TNI, Polri serta semua unsur terkait serta masyarakat termasuk Pamter,” ungkap Letkol Dwi Soerjono, usai Apel Siaga Pamter di Waduk Bendo, Desa Ngindeng, Kecamatan Sawoo, Minggu (15/6/2025).

    Menurut Dwi Soerjono Pamter sebagai bagian dari organisasi PSHT, juga memiliki tanggung jawab moral dan sosial. Mereka diminta menjadi contoh baik dalam kehidupan bermasyarakat.

    “Pamter sebagai pengaman internal organisasi PSHT tentunya harus bisa menjadi contoh atau suri tauladan yang baik bagi masyarakat dengan menampilkan kegiatan-kegiatan positif, penuh rasa tanggung jawab dan keikhlasan,” kata Letkol Dwi Soerjono.

    Nada serupa juga disampaikan Kapolres Ponorogo, AKBP Andin Wisnu Sudibyo. Dia menekankan pentingnya merawat solidaritas dan komunikasi yang selama ini sudah berjalan baik antara kepolisian dan organisasi masyarakat, termasuk PSHT. AKBP Andin menilai Kabupaten Ponorogo punya modal sosial kuat yang harus terus dijaga.

    “Saya apresiasi kerja sama yang sudah terjalin baik selama ini. Harapannya, ke depan bisa lebih ditingkatkan. Warga PSHT saya harap terus bisa memberi kontribusi positif bagi pembangunan Ponorogo,” pungkasnya. [end/aje]

  • Dilaporkan Hilang, Nenek Asal Ponorogo Ditemukan Meninggal di Sungai Bengawan Madiun di Magetan

    Dilaporkan Hilang, Nenek Asal Ponorogo Ditemukan Meninggal di Sungai Bengawan Madiun di Magetan

    Magetan (beritajatim.com ) – Tanem (60), warga Desa Sawoo, Kecamatan Sawoo, Kabupaten Ponorogo, yang sebelumnya dilaporkan hilang sejak 19 Mei 2025, ditemukan dalam keadaan meninggal dunia. Jasad perempuan lansia tersebut ditemukan pada Sabtu, 14 Juni 2025, sekitar pukul 16.30 WIB di aliran Sungai Bengawan Madiun, tepatnya di Dusun Banjeng, Desa Dukuh, Kecamatan Lembeyan, Kabupaten Magetan.

    Informasi penemuan ini pertama kali diterima oleh Polsek Lembeyan dari Polsek Kebonsari, Polres Madiun. ”Saat ditemukan, kondisi jenazah sudah membusuk dan hanya tersisa sekitar 30 persen. Lokasi penemuan berada di atas batu padas di tengah aliran sungai, dan jenazah telah berhasil dievakuasi oleh tim gabungan,” terang Kapolsek Lembeyan, AKP Rohmadi.

    Dalam laporan awal, pihak kepolisian menyampaikan bahwa jasad yang ditemukan merupakan Mrs. X sebelum akhirnya berhasil diidentifikasi sebagai Tanem, warga Ponorogo yang sebelumnya dilaporkan hilang oleh keluarganya melalui Polsek Sawoo.

    Sebelumnya, pihak keluarga melalui Ginten, anak kandung korban, melaporkan bahwa Tanem keluar rumah pada 19 Mei pagi tanpa berpamitan dan tidak kunjung kembali. Sejumlah upaya pencarian telah dilakukan sejak laporan itu dibuat pada 22 Mei 2025.

    Hingga saat ini, pihak kepolisian masih melakukan proses pendalaman serta menunggu laporan lengkap terkait penyebab pasti kematian korban. Saat ini jenazah sudah dievakuasi ke RSUD dr Sayidiman Magetan untuk pemeriksaan lebih lanjut sembari menunggu pihak keluarga. [fiq/kun]

  • Diduga Korsleting Listrik, Rumah Warga Ponorogo Ludes Terbakar,

    Diduga Korsleting Listrik, Rumah Warga Ponorogo Ludes Terbakar,

    Ponorogo (beritajatim.com) – Sebuah rumah milik warga lanjut usia di Desa Sidoarjo, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, dilalap api pada Kamis (12/6/2025) sore, diduga akibat hubungan arus pendek listrik. Tak ada korban jiwa, namun seluruh harta benda milik korban nyaris tak tersisa.

    Kebakaran yang terjadi sekitar pukul 17.00 WIB itu sontak menggemparkan warga. Rumah yang terbakar diketahui milik Suparti (70), seorang perempuan lanjut usia yang sehari-hari tinggal seorang diri. Saat kejadian, Suparti sedang berada di rumah anaknya yang berlokasi tidak jauh dari tempat kejadian.

    Sebuah rekaman video amatir memperlihatkan kepanikan warga yang berupaya memadamkan api dengan ember dan peralatan seadanya. Bangunan rumah yang mayoritas terbuat dari kayu mempercepat rambatan api ke seluruh bagian rumah.

    “Sumber api pertama kali terlihat dari atas, kemungkinan korsleting listrik,” ujar Linda, salah satu warga yang turut membantu pemadaman dengan alat seadanya.

    Tak kurang dari dua unit mobil pemadam kebakaran milik Satpol PP Ponorogo dikerahkan ke lokasi. Setelah berjibaku selama kurang lebih 30 menit, api berhasil dipadamkan.

    “Tim kami bergerak cepat begitu menerima laporan. Untungnya, tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini,” jelas Kepala Bidang Pemadam Kebakaran Satpol PP Ponorogo, Bambang Supeno.

    Meski nyawa terselamatkan, namun kerugian materiil cukup besar. Beberapa barang berharga milik korban seperti lemari pakaian, televisi, kulkas, hingga dokumen penting hangus terbakar. Diperkirakan kerugian mencapai ratusan juta rupiah.

    Saat ini, lokasi kebakaran telah diamankan oleh petugas, dan warga bersama pemerintah desa tengah berupaya memberikan bantuan awal bagi Suparti. Kejadian ini menjadi pengingat bagi masyarakat untuk selalu memastikan instalasi listrik di rumah aman dan sesuai standar. [end/aje]

  • Praktik Medis Berbasis Hati Nurani, Kisah Dokter Alumni UMY Terapkan Tarif Sukarela

    Praktik Medis Berbasis Hati Nurani, Kisah Dokter Alumni UMY Terapkan Tarif Sukarela

    Liputan6.com, Yogyakarta Rafika Augustine, dokter umum klinik di Ponorogo, Jawa Timur, membuka praktik hingga larut malam tanpa menetapkan tarif bagi para pasiennya. Alumni UMY ini sudah praktik mandiri selama satu bulan lebih dan bertekad tidak mengenakan tarif dengan tujuan utama meringankan beban pasien, bahkan ia menerima pembayaran hasil tani seperti sayur dan buah.

    “Kami ingin menjadi seperti Kyai Ahmad Dahlan, yang walaupun beliau sudah tiada namun masih mendapatkan amal jariyah dengan banyaknya amal usaha yang didirikan oleh Muhammadiyah,” ujar Rafika saat ditemui di kliniknya pada akhir Mei lalu.

    Rafika berharap langkahnya membantu masyarakat ini karena meneladani pendiri Muhammadiyah Kyai Ahmad Dahlan. Muhammadiyah sendiri saat ini telah memberikan manfaat bagi masyarakat baik pendidikan, kesehatan dan lainnya. “Melalui kegiatan kecil-kecilan ini, harapannya kami dapat memulung amal dengan memudahkan dan membantu urusan orang lain, sehingga urusan kami pun dapat dimudahkan oleh Allah,” ujarnya. 

    Rafika yang lulusan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FKIK UMY) yang merasakan pengalaman delapan tahun menjadi dokter umum di rumah sakit di beberapa daerah, seperti Temanggung dan Ponorogo. Selama itu pula Rafika kerap menemukan pasien yang kesulitan membayar biaya pengobatan, bahkan tidak terdaftar di BPJS.

    Sementara, pasien yang secara penampilannya termasuk golongan yang berkecukupan secara finansial, memiliki BPJS yang biayanya ditanggung pemerintah. Karena itulah yang menjadi alasan kuat mengapa Rafika terdorong untuk membantu pasien yang tidak mampu secara finansial, di daerah kecil yang tidak banyak terdapat fasilitas kesehatan.

    Bagi masyarakat yang tidak memiliki dana, tetap mendapatkan akses untuk berobat. Pasien cukup membayar seikhlasnya melalui sebuah kotak yang menyerupai kotak infak, tanpa perlu merasa terbebani namun tetap mendapatkan penanganan profesional. Klinik yang dimiliki Rafika pun sudah terdapat apotek, sehingga pasien yang datang benar-benar dapat melakukan konsultasi, diperiksa keluhannya dan mendapatkan obat tanpa perlu khawatir terkait biaya.

    “Dengan keilmuan yang dimiliki oleh dokter, sebenarnya sudah sangat membantu pasien dalam mengobati sakitnya dan membantu mereka untuk meningkatkan kualitas kesehatan. Namun saya yakin, dokter memiliki peran lebih yang dapat dilakukan untuk pasien. Saya percaya tidak hanya saya dokter yang berkegiatan untuk meringankan beban pasien, karena ada beberapa rekan sejawat yang banyak membantu dengan cara mereka sendiri walaupun tidak selalu diliput oleh media,” imbuh Rafika.

    Rafika mengaku memang Klinik dan Apotek bernama “Dokter R Medika” ini masih terhitung masih baru karena baru satu bulan. Namun, Rafika bercita-cita agar apa yang ia lakukan dapat terus berlanjut, tidak hanya klinik namun bisa menjadi rumah sakit yang memadai. Harapannya nanti kliniknya tidak hanya oleh dokter umum tapi juga dokter spesialis, bahkan hingga memiliki layanan rawat inap. Rafika bertekad akan terus belajar untuk menyediakan fasilitas kesehatan yang lebih baik, demi dapat terus membantu masyarakat sekitar.

  • Jalan Sultan Agung dan Ahmad Dahlan Bakal Jadi Malioboronya Ponorogo

    Jalan Sultan Agung dan Ahmad Dahlan Bakal Jadi Malioboronya Ponorogo

    Ponorogo (beritajatim.com) – Wajah pusat Kota Ponorogo akan kembali berubah. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ponorogo menyiapkan penataan besar-besaran terhadap dua poros strategis, yakni Jalan Sultan Agung dan Jalan Ahmad Dahlan. Kedua jalur itu digadang-gadang bakal menjadi “Malioboronya Ponorogo” setelah suksesnya revitalisasi jalan ala pedestrian Malioboro sebelumnya di Jalan HOS Cokroaminoto, Jenderal Sudirman, Gajah Mada, dan Urip Sumoharjo.

    Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko menyatakan bahwa revitalisasi ini bukan sekadar proyek estetika, tetapi bagian penting dari pengembangan kawasan strategis lingkar pusat kota yang dikenal dengan konsep “lingkar delapan emas.”

    “Trotoarnya kita bangun dulu. PJU, estetika, semua kita sentuh. Harapan kami, geliat ekonomi rakyat bisa ikut tumbuh, seperti di Gajah Mada dan HOS sekarang,” ujar Kang Giri, sapaan akrab Bupati Sugiri, Kamis (12/6/2025).

    Rencana besar ini sedang dimatangkan oleh Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPKP) dan Dinas Perhubungan Ponorogo. Detail teknis seperti perhitungan anggaran, pola penataan, hingga rekayasa lalu lintas tengah disimulasikan sebagai dasar pelaksanaan.

    Salah satu wacana yang sedang dikaji adalah penerapan sistem satu arah (one way) di kedua ruas jalan tersebut. Gagasan ini diharapkan mampu memicu tumbuhnya ekonomi warga di gang-gang kecil yang selama ini kurang tersentuh arus kendaraan utama.

    “Kalau jalur satu arah diterapkan, gang-gang kecil bisa ikut tumbuh. Warung kopi, kios, dan UMKM warga bisa ketiban berkah,” tambah Kang Giri.

    Meski demikian, wacana sistem satu arah ini memunculkan perdebatan di masyarakat. Sejumlah pihak menyuarakan kekhawatiran soal potensi kemacetan dan kerumitan rute baru. Bupati memastikan semua akan dipertimbangkan matang bersama Forum Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ).

    “Banyak yang pro dan kontra. Tapi niat kami membangun pedestrian-nya dulu. Soal arus, kita dengarkan masukan dan hitung cermat. Yang utama, wajah kota ini harus hidup dan ramah semua orang,” tegasnya.

    Jika terealisasi, kawasan Sultan Agung dan Ahmad Dahlan akan memiliki trotoar lebar dan aman, lampu jalan bergaya klasik, serta fasilitas pejalan kaki yang lengkap. Kawasan ini diproyeksikan sebagai destinasi baru yang bukan hanya menarik bagi warga lokal, tetapi juga menjadi magnet wisatawan dari luar kota.

    Penataan ini menegaskan komitmen Pemkab Ponorogo untuk menjadikan kota sebagai ruang hidup yang nyaman, aman, dan produktif. Transformasi tata ruang ini diharapkan tak hanya mempercantik kota, tetapi juga menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi kerakyatan berbasis UMKM. [end/beq]

  • PPPK Lolos Seleksi 2024 Ponorogo Masih Tunggu SK

    PPPK Lolos Seleksi 2024 Ponorogo Masih Tunggu SK

    Ponorogo (beritajatim.com) – Harapan ratusan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) di Kabupaten Ponorogo untuk segera menerima surat keputusan (SK) pengangkatan harus tertunda. Mereka yang lolos seleksi tahap pertama 2024, kini masih terjebak dalam proses birokrasi yang panjang.

    Hingga pertengahan Juni ini, belum satu pun dari 357 PPPK itu menerima SK. Proses pengangkatan mereka tersendat di Badan Kepegawaian Negara (BKN) Surabaya.

    Situasi ini bukan karena kesalahan peserta atau kelalaian pemerintah daerah. Tapi saat ini masih dalam proses persetujuan teknis (pertek) pengangkatan dari BKN. Padahal, para PPPK ini telah menjalani seleksi sejak awal tahun dan dinyatakan lolos beberapa bulan lalu. Namun hingga kini, mereka belum bisa resmi bertugas sebagai ASN.

    “Saat ini semua masih dalam proses. Kami sudah mengajukan pertek ke BKN Surabaya, dan itu nanti akan diteruskan ke BKN pusat,” kata Kabid Perencanaan, Pengadaan, Pengolahan Data, dan Sistem Informasi ASN BKPSDM Ponorogo, Ahmad Zamroni, ditulis Rabu (11/6/2025).

    Zamroni menjelaskan, pertek bukan hanya soal tanda tangan formal. Di dalamnya juga terdapat proses pengajuan Nomor Induk Pegawai (NIP) bagi setiap PPPK. Artinya, ada tahapan administrasi teknis yang harus diselesaikan di pusat. Proses ini juga terjadi di hampir semua kabupaten/kota di Jawa Timur.

    “BKN Surabaya menangani pengajuan NIP dari seluruh Jawa Timur. Tidak hanya Ponorogo, semua daerah juga menunggu,” lanjut Zamroni.

    Total ada 357 PPPK yang lolos dalam seleksi gelombang pertama di Ponorogo. Mereka berasal dari tiga kategori formasi: guru sebanyak 131 orang, tenaga kesehatan 76 orang, dan tenaga teknis 149 orang. Ketiganya saat ini masih belum bisa bekerja penuh karena SK belum keluar. Padahal, banyak di antaranya sudah menantikan status resmi sebagai abdi negara.

    “Setelah SK turun, nanti mereka langsung menerima penugasan dari bupati. Sekaligus tanda tangan kontrak kerja,” jelas Zamroni.

    Meskipun belum mendapat SK, para PPPK tersebut tetap diminta tenang. Zamroni memastikan tidak ada pembatalan atau perubahan hasil seleksi. Semua hanya soal waktu dan antrean administratif di tingkat provinsi dan pusat.

    “Kami mohon kesabaran dari para PPPK. Prosesnya memang cukup panjang, tapi semua tetap berjalan sesuai jalur,” pungkasnya. (end/ian)