kab/kota: Ponorogo

  • JPU Segera Bacakan Tuntutan Kasus Korupsi BOS SMK PGRI 2 Ponorogo

    JPU Segera Bacakan Tuntutan Kasus Korupsi BOS SMK PGRI 2 Ponorogo

    Ponorogo (beritajatim.com) – Perkembangan kasus dugaan korupsi dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) di SMK PGRI 2 Ponorogo terus bergulir di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Surabaya. Setelah melalui sejumlah agenda pemeriksaan saksi, perkara yang disebut-sebut merugikan keuangan negara hingga Rp2,5 miliar itu kini memasuki tahap krusial, yakni penyusunan tuntutan oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU).

    Kasi Intel Kejaksaan Negeri Ponorogo, Agung Nugroho, mengungkapkan bahwa penuntutan terhadap terdakwa SA dijadwalkan digelar pada Jumat pekan ini. Saat ini, tim JPU tengah mematangkan materi tuntutan berdasarkan fakta-fakta yang telah terungkap dalam persidangan.

    “Untuk perkara ini, minggu ini rencananya akan dilakukan penuntutan. Minggu kemarin telah selesai pemeriksaan saksi yang meringankan terdakwa,” jelas Agung, Selasa (14/10/2025).

    Menurut Agung, dalam sidang sebelumnya terdapat tiga saksi yang memberikan keterangan meringankan terdakwa. Namun, seluruh keterangan tersebut tetap akan ditimbang bersama dengan bukti-bukti kuat yang telah diajukan JPU sejak awal persidangan.

    “Saksi kemarin tiga orang. Nanti kita lihat setelah tuntutan akan ada pledoi atau pembelaan dari terdakwa, kemudian replik, duplik, baru putusan,” ungkapnya.

    Agung menjelaskan bahwa materi tuntutan yang sedang disusun JPU akan mengacu pada Pasal 2 dan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi. Kedua pasal tersebut berkaitan dengan penyalahgunaan kewenangan dan perbuatan memperkaya diri sendiri yang merugikan keuangan negara.

    “Intinya kami akan buktikan pasal 2 dan 3, dengan kecenderungan pada pasal yang paling sesuai dengan fakta persidangan,” terang Agung.

    Ia memperkirakan proses persidangan masih akan berlanjut sedikitnya tiga kali lagi sebelum sampai pada tahap putusan. Setelah majelis hakim membacakan putusan, pihak kejaksaan akan menentukan langkah hukum selanjutnya—apakah menerima atau mengajukan banding.

    “Dari putusan nanti kita lihat berapa persentase hasil dari tuntutan. Apakah mengajukan banding atau menerima, akan kita tentukan kemudian,” pungkasnya. (end/kun)

  • Peringati Hari Santri, Bupati Ponorogo Instruksikan ASN Berpakaian Ala Santri Selama 9 Hari
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        13 Oktober 2025

    Peringati Hari Santri, Bupati Ponorogo Instruksikan ASN Berpakaian Ala Santri Selama 9 Hari Surabaya 13 Oktober 2025

    Peringati Hari Santri, Bupati Ponorogo Instruksikan ASN Berpakaian Ala Santri Selama 9 Hari
    Tim Redaksi
    PONOROGO, KOMPAS.com
    – Suasana peringatan Hari Santri Nasional (HSN) mulai terasa di Kabupaten Ponorogo.
    Hal ini menyusul keluarnya Instruksi Bupati Ponorogo Nomor 100.3.4.2/KH/11/405.01.2/2025 yang ditandatangani langsung oleh Bupati Sugiri Sancoko.
    Instruksi tersebut mengatur penggunaan pakaian ala santri bagi seluruh aparatur pemerintah, pelajar, hingga masyarakat umum mulai 13 hingga 22 Oktober 2025 mendatang.
    Dalam surat tersebut, Bupati Sugiri menginstruksikan kepada pimpinan instansi vertikal, organisasi perangkat daerah (OPD), BUMN, BUMD, lembaga pendidikan, camat, kepala desa, hingga seluruh lapisan masyarakat untuk berpakaian seperti santri.
    ASN laki-laki diminta mengenakan baju koko, sarung, dan peci, sedangkan perempuan memakai busana muslimah.
    “Ini bagian dari upaya menunjukkan identitas Ponorogo sebagai Kota Santri,” ujarnya  dalam surat instruksi itu.
    Pantauan
    Kompas.com
    di lingkungan Kantor Pemerintah Kabupaten Ponorogo, para ASN tampak kompak mengenakan pakaian ala santri.
    Pegawai laki-laki bersarung dan berpeci, sedangkan pegawai perempuan mengenakan busana muslimah.
    Bupati Sugiri sendiri turut mengenakan sarung batik, baju koko putih, dan songkok hitam.
    “Iya dong, hari ini dalam rangka merayakan Hari Santri Nasional,” ujar pria yang akrab disapa Kang Giri itu saat ditemui di Gedugn Pringitan, Senin (13/10/2025).
    Bupati Sugiri menjelaskan, instruksi tersebut bukan sekadar bentuk penghormatan kepada santri, tetapi juga upaya menumbuhkan semangat perjuangan dan menggerakkan ekonomi rakyat.
    “Santri ikut berjuang merebut kemerdekaan. Maka kami menghormati perjuangan itu sekaligus menggerakkan ekonomi lokal. Dengan bersarung bersama, pedagang sarung ikut laris, roda ekonomi berputar,” Imbuhnya.
    Sugiri menambahkan, seluruh ASN, pelajar, mahasiswa, hingga pedagang dan pelaku usaha diminta mengenakan pakaian santri selama 9 hari penuh.
    “Seluruhnya, termasuk siswa, guru, mahasiswa, pedagang, kafe, warung, dan wartawan, mohon dengan hormat menggunakan sarung selama peringatan HSN,” pungkasnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • TKD Dipangkas Rp243 M, Pemkab Ponorogo Ubah Strategi Keuangan

    TKD Dipangkas Rp243 M, Pemkab Ponorogo Ubah Strategi Keuangan

    Ponorogo (beritajatim.com) – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ponorogo tengah bersiap menghadapi tekanan fiskal berat menjelang tahun anggaran 2026. Transfer Keuangan Daerah (TKD) dari pemerintah pusat dipastikan berkurang hingga Rp243 miliar, membuat daerah harus memutar strategi agar stabilitas keuangan tetap terjaga.

    Sekretaris Daerah (Sekda) Ponorogo, Agus Pramono, menjelaskan pemangkasan terbesar terjadi pada Dana Alokasi Umum (DAU) sekitar Rp131 miliar, sementara sisanya berasal dari dana bagi hasil dan pos transfer lain.

    “Kita sedikit prihatin terkait kebijakan pemerintah pusat. Tapi apa pun itu, pemerintah daerah tetap harus tegak lurus dan menyikapinya dengan bijak,” ujar Agus, Senin (13/10/2025).

    Meski TKD berkurang cukup signifikan, Agus memastikan kebutuhan dasar pemerintahan tidak akan terganggu. Prioritas tetap diberikan pada pembayaran gaji pegawai, cicilan utang, bunga pinjaman, listrik, dan belanja wajib lain.

    “Yang penting gaji pegawai dan kewajiban wajib lainnya sudah kita siapkan cukup. Setelah itu baru kita evaluasi dan sesuaikan program pembangunan,” jelasnya.

    Dengan total APBD tahun 2025 sekitar Rp2,2 triliun, pemangkasan TKD membuat ruang fiskal daerah semakin sempit. Setelah pengurangan, dana yang dapat dikelola Pemkab hanya sekitar Rp900 miliar, turun signifikan dibanding tahun sebelumnya. Kondisi ini memaksa pemerintah daerah mengubah strategi pembiayaan dengan mengandalkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai penopang utama.

    “Biasanya transfer dari pusat mencapai Rp1,1 triliun, tapi sekarang tinggal sekitar Rp900 miliar karena ada pemotongan Rp243 miliar. Makanya sesuai arahan Bupati, kita kejar PAD-nya,” terang Agus.

    Pemkab kini menyiapkan langkah konkret untuk menggenjot PAD, mulai dari peningkatan pajak daerah, optimalisasi retribusi, hingga penataan ulang aset daerah agar lebih produktif. Sejumlah program pun dievaluasi ulang dengan menyesuaikan prioritas pembangunan.

    “Pembangunan tetap harus jalan, tapi dengan prioritas yang disesuaikan. Karena DAK fisik kita tahun ini nol dan dana bagi hasil juga menurun,” katanya.

    Untuk merespons kondisi ini, Pemkab akan menggelar rapat koordinasi bersama DPRD dan seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) guna merumuskan langkah adaptif menghadapi tahun anggaran mendatang.

    “Hari ini kita rapat dengan seluruh pemangku kepentingan PAD. Kita berupaya, beradaptasi, dan terus mengevaluasi setiap langkah, meski di tengah keterbatasan,” ujarnya.

    Agus menambahkan, hingga akhir triwulan III, realisasi PAD Ponorogo telah mencapai sekitar 75–76 persen. Capaian itu dinilai positif dan menjadi sinyal bahwa daerah masih memiliki ruang gerak untuk menutup kekurangan dari pusat.

    Situasi ini menjadi ujian bagi Ponorogo untuk memperkuat kemandirian fiskal dan mengurangi ketergantungan pada dana pusat. Penguatan PAD bukan hanya soal angka, tetapi juga wujud komitmen Pemkab menjaga kesinambungan pembangunan tanpa membebani keuangan publik.

    “Yang penting kita sikapi dengan bijak. Kita berupaya, beradaptasi, dan terus mengevaluasi PAD sesuai pentahapan. Ini proses menuju daerah yang lebih mandiri,” pungkasnya. [end/beq]

  • Suasana Hari Santri Mulai Terasa, ASN Ponorogo Wajib Bersarung Selama Sembilan Hari

    Suasana Hari Santri Mulai Terasa, ASN Ponorogo Wajib Bersarung Selama Sembilan Hari

    Ponorogo (beritajatim.com) – Menjelang peringatan Hari Santri Nasional (HSN) 22 Oktober 2025, suasana khas pesantren mulai terasa di lingkungan pemerintahan Kabupaten Ponorogo. Sejak Senin (13/10/2025), seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) di jajaran Pemkab Ponorogo diwajibkan mengenakan busana ala santri.

    Untuk ASN laki-laki, diwajibkan memakai sarung dan peci hitam, sementara ASN perempuan mengenakan busana muslimah. Pemerintah daerah juga meminta ASN non-muslim agar menyesuaikan pakaian dengan semangat kebersamaan Hari Santri.

    Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko, menegaskan bahwa tradisi bersarung menjelang Hari Santri bukan sekadar seremonial, melainkan bagian dari budaya pemerintahannya yang telah berjalan selama beberapa tahun.

    “Santri itu berjuang, santri itu berkorban. Bahkan yang melatarbelakangi kemerdekaan dan 10 November selalu ada keterlibatan santri. Maka pemerintah menetapkan Hari Santri. Kami menyambut itu sudah 4–5 tahun yang lalu, setiap Hari Santri kami bersarung bersama-sama,” kata Bupati Sugiri, Senin (13/10/2025).

    Menurut Sugiri, mengenakan sarung bukan hanya bentuk penghormatan terhadap santri dan dunia pesantren, tetapi juga cara untuk menggugah semangat perjuangan dan nilai-nilai luhur santri.

    “Pertama dalam rangka menghormati. Kedua, agar masuk ke ruang-ruang santri dan menggugah spirit santri yang luar biasa. Maka kami tandai dengan bersarung,” lanjutnya.

    Bupati yang akrab disapa Kang Giri itu juga mengungkapkan, peringatan Hari Santri tahun ini akan digelar lebih meriah. Selain apel besar dan doa bersama, kegiatan juga akan diisi dengan “Santri Run” serta berbagai kegiatan ekonomi kreatif yang melibatkan masyarakat.

    Lebih dari sekadar seremoni, Kang Giri menilai momentum Hari Santri sebagai penggerak ekonomi lokal. Ia menyebut kegiatan tersebut mampu menghidupkan sektor perdagangan, mulai dari pedagang sarung, busana muslim, hingga pelaku usaha kecil di Ponorogo.

    “Ekonomi jadi tumbuh karena pedagang sarung dan pedagang baju muslim jadi laku. Ada kincir ekonomi yang kita gerakkan bersama. Di setiap event apa pun, kami mencoba menggerakkan kincir ekonomi,” ungkapnya.

    Kang Giri berharap semangat Hari Santri tidak hanya dimaknai secara simbolis, tetapi juga menjadi penggerak peradaban dan penjaga karakter bangsa.

    “Kami ingin Hari Santri ini jadi penggerak ekonomi, penggerak peradaban, dan menjaga karakter Indonesia tetap jos,” tegasnya.

    Menariknya, ajakan mengenakan sarung dan gamis tidak hanya berlaku bagi ASN, tetapi juga menyentuh seluruh lapisan masyarakat Ponorogo. Mulai dari siswa, mahasiswa, guru, pedagang, pemilik kafe dan warung, hingga wartawan.

    “Semua ASN dan masyarakat tanpa terkecuali menggunakan sarung dan gamis. Agama lain menyesuaikan. Termasuk siswa, mahasiswa, guru, pedagang, kafe, warung, wartawan, mohon dengan hormat menggunakan sarung di Hari Santri. Sembilan hari,” pungkas Bupati Sugiri. [end/beq]

  • BMKG Prediksi Cuaca Ngawi, Magetan, dan Ponorogo Senin 13 Oktober 2025: Cerah di Pagi, Berawan Jelang Sore

    BMKG Prediksi Cuaca Ngawi, Magetan, dan Ponorogo Senin 13 Oktober 2025: Cerah di Pagi, Berawan Jelang Sore

    Surabaya (beritajatim.com) – Cuaca di wilayah barat Jawa Timur tampaknya akan berjalan cukup bersahabat hari ini, Senin (13/10/2025). Berdasarkan informasi dari BMKG Juanda, prakirawan Oky Sukma Hakim, S.Tr., menyampaikan bahwa Ngawi, Magetan, dan Ponorogo akan mengalami cuaca cerah di pagi hari dan berubah berawan pada siang hingga sore.

    Untuk wilayah Ngawi, Oky menjelaskan bahwa cuaca cerah akan berlangsung sejak pukul 06.00 hingga 09.00 WIB. Memasuki siang hari, tepatnya pukul 12.00 WIB, kondisi langit akan berubah menjadi cerah berawan, kemudian berawan penuh pada sore hari.

    “Menjelang malam, langit Ngawi kembali tampak cerah,” ujar Oky.

    Adapun suhu udara di wilayah ini berkisar antara 24–35 derajat Celcius, dengan kelembapan 43–96 persen, serta angin berhembus dari arah utara dengan kecepatan sekitar 11,6 km/jam.

    Berpindah ke Magetan, pola cuaca yang terjadi tidak jauh berbeda. Sejak pagi hingga menjelang siang, langit terlihat cukup bersih, namun pada pukul 12.00 WIB, awan mulai menutupi sebagian besar wilayah tersebut.

    Suhu udara di Magetan diperkirakan berada di kisaran 22–32 derajat Celcius, dengan kelembapan antara 48–90 persen, dan angin bertiup dari tenggara sekitar 8,9 km/jam.

    Sementara itu, Ponorogo juga akan mengalami cuaca cerah pada pagi hari hingga pukul 09.00 WIB. Lalu pada siang hingga sore, langit diperkirakan berawan, dan malam harinya akan cerah sebagian sekitar pukul 21.00 WIB.

    “Suhu di wilayah ini diprediksi mencapai 24–33 derajat Celcius ya, kalau untuk kelembapannya sekitar 48–96 persen,” tambah Oky.

    Oky mengingatkan masyarakat agar tetap memperhatikan perkembangan cuaca, terutama bagi mereka yang beraktivitas di luar ruangan.

    “Meskipun sebagian besar wilayah diprediksi cerah, perubahan cuaca bisa saja terjadi. Jadi, ada baiknya tetap membawa perlengkapan seperti topi atau payung kecil,” jelasnya.

    Secara umum, cuaca di tiga wilayah tersebut diperkirakan cukup mendukung berbagai kegiatan masyarakat. BMKG mengimbau warga untuk tetap memantau pembaruan prakiraan cuaca agar bisa menyesuaikan aktivitas dengan kondisi terkini.[mnd/aje]

  • Gebyar Budaya Mataraman: Ruang Tawa, Hiburan dan Guyub Rukun Warga Jatim

    Gebyar Budaya Mataraman: Ruang Tawa, Hiburan dan Guyub Rukun Warga Jatim

    Surabaya (beritajatim.com) – Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Jawa Timur bersinergi dengan Pemerintah Kabupaten Ponorogo, DPR RI, dan DPRD Jawa Timur dalam perhelatan “Gebyar Budaya Mataraman Wayang Kidulan”.

    Acara budaya ini digelar di Pasar Sumoroto, Ponorogo, sebagai wujud nyata komitmen pemerintah dalam melestarikan budaya sekaligus mempererat kedekatan dengan masyarakat.

    Gelaran ini menghadirkan dalang kondang Ki Cahyo Kuntadi, yang akan membawakan kisah Wayang Kidulan penuh makna. Acara semakin meriah dengan kehadiran Lusi Brahman, Silvy Kumalasari, Cak Slendro, Andik TB, serta penampilan kesenian khas Ponorogo yang memperkaya nilai budaya Mataraman.

    Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur, Evy Afianasari, melalui sambutan tertulis yang dibacakan oleh Kepala Bidang Pemasaran Disbudpar, Ali Affandi, menyampaikan bahwa festival ini bukan sekadar ajang hiburan, tetapi juga simbol nyata kolaborasi antarinstansi dalam menjaga warisan budaya Jawa Timur.

    “Melalui sinergi antara Disbudpar Jatim, DPRD Jatim, dan Pemerintah Kabupaten Ponorogo, kita terus berupaya melestarikan serta memajukan budaya lokal. Nilai-nilai luhur dan kearifan tradisi seperti yang terkandung dalam kesenian wayang harus terus hidup lintas generasi,” ujarnya.

    Evy menegaskan bahwa wayang bukan hanya tontonan, tetapi juga tuntunan. Di dalam kisah-kisahnya tersimpan ajaran kepemimpinan, keadilan, dan kebijaksanaan yang relevan sepanjang masa. Karena itu, kehadiran Wayang Kidulan di festival ini menjadi bentuk penghormatan terhadap kekayaan budaya Mataraman serta ruang ekspresi bagi para seniman dan pelaku ekonomi kreatif daerah.

    Menurutnya, pelestarian budaya dan pengembangan ekonomi kreatif sejatinya bukan dua hal yang terpisah, tetapi saling menguatkan.

    “Ketika seni dan tradisi hidup, maka ekonomi kreatif akan tumbuh. Sebaliknya, saat ekonomi kreatif berkembang, para seniman dan kebudayaan pun makin berdaya,” katanya.

    Dalam kesempatan itu, Evy juga menyinggung bahwa Ponorogo kini tengah diusulkan menjadi kota jejaring dunia dalam bidang ekonomi kreatif oleh UNESCO. Sebelumnya, dunia telah lebih dulu mengakui warisan budaya Reog Ponorogo sebagai warisan budaya takbenda UNESCO.

    Menutup sambutannya, Evy menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah mendukung terselenggaranya festival, terutama kepada Bupati Ponorogo beserta jajaran, para seniman, budayawan, dan masyarakat yang hadir meramaikan acara.

    Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko, turut menyampaikan pertumbuhan ekonomi di ponorogo yang tumbuh secara signifikan berkat adanya event-event budaya yang di gelar di bumi Reog.

    “Pertumbuhan ekonomi Ponorogo kini tumbuh 6,7 persen,” papar Sugiri.

    Menurutnya, angka tersebut bukan sekadar data di atas kertas, melainkan cermin nyata dari kehidupan masyarakat yang makin bergairah. Banyaknya event budaya dan seni yang digelar di berbagai penjuru Ponorogo menjadi pemicu utamanya.

    “Lihat saja, kalau ada wayangan maka sindennya laku, dalangnya laku, bahkan tukang rias, pedagang sabun, sampai penjual camilan juga ikut laku. Semua kebagian rezeki!” ujar Kang Giri, sapaan akrabnya, disambut tawa penonton.

    Ia mencontohkan, dalam setiap gelaran wayang, ekonomi kecil bergerak serentak:
    yang jualan makanan ramai, penata rias kebanjiran order, pedagang pernak-pernik panen untung.

    “Semua ikut hidup. Itulah Ponorogo, ekonomi rakyatnya hidup karena budayanya hidup,” tutupnya dengan bangga.

    Dengan menghadirkan Gebyar Budaya Mataraman Wayang Kidulan, pemerintah tidak hanya melestarikan seni tradisi, tetapi juga menghidupkan kembali semangat gotong royong, kegembiraan, dan kedekatan antara pemerintah dengan masyarakat.

    Acara ini yang dibuka dengan penyerahan gunungan wayang oleh Ali Mufti anggota komisi V DPR RI itu diharapkan mampu menjadi agenda rutin yang tidak hanya menghibur, namun juga memperkokoh identitas budaya Jawa Timur sebagai pusat kebudayaan Nusantara. [tok/aje]

  • Reog Ponorogo Jadi Mahkota Perayaan Hari Jadi ke-80 Jawa Timur di Grahadi

    Reog Ponorogo Jadi Mahkota Perayaan Hari Jadi ke-80 Jawa Timur di Grahadi

    Surabaya (beritajatim.com) – Suasana sakral dan meriah berpadu dalam Upacara Peringatan Hari Jadi ke-80 Provinsi Jawa Timur di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Minggu (12/10/2025). Peringatan ini tidak hanya menjadi seremoni tahunan, tetapi juga deklarasi budaya yang memancarkan kebanggaan masyarakat Jawa Timur.

    Momentum peringatan delapan dekade ini diwarnai dengan penampilan spektakuler Reog Ponorogo, kesenian tradisional yang telah menjadi ikon budaya Jawa Timur. Ratusan seniman Reog tampil memukau di halaman Grahadi. Mereka bukan sekadar penari, melainkan satu kesatuan yang bergerak harmonis dalam irama gending gamelan Jawa, menghadirkan simfoni visual dan musikal yang menggugah.

    Setiap aktor dengan kostum dan topeng khasnya menampilkan keindahan artistik yang menghipnotis penonton. Tokoh-tokoh seperti Dadak Merah (Singo Barong), Jathil, hingga Warok tampil gagah, mencerminkan kekuatan dan kebijaksanaan dalam filosofi Reog yang mendalam. Pertunjukan kolosal ini seolah menanamkan semangat ketangguhan dan kedamaian di hati masyarakat Jawa Timur, menjadi simbol keajegan dalam menghadapi tantangan zaman.

    Dalam momentum penuh makna itu, Master of Ceremony (MC) menggema lantang, “Kebudayaan adalah akar kebanggaan Jawa Timur, yang akan bersinar terang benderang dan abadi, menjadi lentera bagi masa depan.”

    Kualitas pertunjukan Reog Ponorogo pada perayaan ini dijamin oleh para maestro seni terbaik. Pemerintah Provinsi Jawa Timur menggandeng para juara Festival Nasional Reog Ponorogo 2025 dari Reog Universitas Brawijaya (UB) Malang yang berkolaborasi dengan Reog Brang Wetan Community. Aksi panggung mereka dikurasi langsung oleh ahli seni pertunjukan, Doktor Joko Winarto, yang memastikan setiap detail tampil maksimal dan sarat makna.

    Perayaan Hari Jadi ke-80 Pemerintah Provinsi Jawa Timur dengan Reog Ponorogo sebagai mahkotanya sukses menjadi pesta budaya yang berkesan. Perpaduan seni, filosofi, dan kebanggaan daerah itu memperkuat identitas Jatim sebagai provinsi yang tangguh, kreatif, dan berbudaya.

    Untuk diketahui, Upacara Hari Jadi ke-80 Provinsi Jawa Timur tahun ini mengusung tema besar “Jatim Tangguh Terus Berumbuh”. Tema tersebut menjadi penegasan optimisme dan semangat gotong royong yang terus tumbuh dalam membangun Jawa Timur menuju masa depan yang lebih maju. [rma/beq]

  • 3
                    
                        Kapolres Pacitan Sebut Pasangan ‘Mahar Rp 3 Miliar’ Sedang Bulan Madu, Bukan Kabur
                        Surabaya

    3 Kapolres Pacitan Sebut Pasangan ‘Mahar Rp 3 Miliar’ Sedang Bulan Madu, Bukan Kabur Surabaya

    Kapolres Pacitan Sebut Pasangan ‘Mahar Rp 3 Miliar’ Sedang Bulan Madu, Bukan Kabur
    Tim Redaksi
    PACITAN, KOMPAS.com
    – Polres Pacitan akhirnya angkat bicara terkait viralnya kabar pernikahan seorang pria lansia dengan perempuan muda asal Pacitan, Jawa Timur, yang disebut-sebut memberikan mahar fantastis berupa cek senilai Rp 3 miliar.
    Kabar yang beredar bahwa mempelai pria kabur, ternyata keduanya tengah berada di luar kota, Jumat (10/10/2025).
    Kapolres Pacitan AKBP Ayub Diponegoro Azhar menegaskan, berdasarkan hasil pengecekan lapangan adanya kabar bahwa mempelai pria melarikan diri merupakan tidak benar.
    Keduanya diketahui tengah menikmati masa bulan madu di daerah Purwantoro, Wonogiri.
    “Setelah kami konfirmasi di lapangan yakni rumah mempelai wanita, fakta menunjukkan bahwa saudara T bersama istrinya saudari S, saat ini sedang honeymoon di Purwantoro, Wonogiri. Hal itu juga diperkuat dengan video call dari pihak keluarga perempuan,” kata Ayub, Jumat (10/10/2025).
    Menurutnya, berbagai unsur yakni Polsek Bandar bersama kepala desa, Babinsa, Babinkamtibmas, serta perangkat desa telah mendatangi kediaman keluarga perempuan untuk memastikan kebenaran informasi yang beredar di media sosial.
    Selain memastikan keberadaan pasangan tersebut, polisi juga menanyakan terkait isu mahar akad nikah berupa cek senilai Rp 3 miliar yang menjadi sorotan publik.
    “Kami menanyakan langsung ke pihak keluarga perempuan apakah merasa dirugikan dengan adanya cek Rp 3 miliar itu. Jawaban mereka jelas, tidak merasa dirugikan. Bahkan, mereka menyampaikan bahwa cek tersebut akan dicairkan,” terang Ayub.
    Juga dijelaskan, pihaknya melakukan pendekatan secara “soft approach” dan humanis untuk meredam keresahan warga sekaligus memastikan tidak ada potensi tindak pidana di balik peristiwa tersebut.
    “Kami tetap melakukan mapping terhadap potensi kerawanan. Kami juga mengedukasi pihak keluarga agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” terang Ayub.
    Meski demikian, polisi mengaku tetap waspada setelah mendapat informasi bahwa mempelai pria, saudara T, memiliki masa lalu yang kurang baik.
    “Kami dapat informasi dari pihak keluarga perempuan bahwa saudara T memiliki rekam jejak negatif. Namun kami tetap mengedepankan asas praduga tak bersalah. Setiap orang berhak berubah dan tidak boleh didiskriminasi,” terang Ayub.
    Kapolres Pacitan juga menyampaikan terima kasih kepada masyarakat, yang telah memberikan perhatian terhadap persoalan yang viral tersebut.
    Ia menilai, kehebohan publik bukan semata karena ingin ikut campur, tetapi bentuk kepedulian agar tidak ada warga Pacitan yang menjadi korban.
    “Kami paham, masyarakat Pacitan tidak bermaksud mencampuri urusan rumah tangga orang lain. Tapi karena melihat masa lalu saudara T, mereka khawatir. Kami minta warga tetap tenang, tidak perlu resah, dan terus beraktivitas seperti biasa,” terang Ayub.
    Ia juga mengimbau masyarakat untuk melapor jika memiliki informasi pasti, terkait dugaan tindak pidana agar pihak kepolisian dapat bertindak sesuai prosedur hukum.
    “Polres Pacitan sangat terbuka. Jika ada laporan atau informasi valid terkait dugaan tindak pidana, segera sampaikan agar kami bisa ambil tindakan cepat. Karena untuk melakukan upaya paksa, tentu harus didasari laporan resmi,” terang Ayub.
    Diketahui, seorang pria paruh baya bernama Tarman berusia 74 tahun asal Karanganyar, Jawa Tengah, menikahi Shela Arika berusia 24 tahun asal Pacitan, Jawa Timur, dengan mahar seperangkat alat shalat dan cek senilai Rp 3 miliar.
    Pernikahan beda usia ini berlangsung di Desa Jeruk, Kecamatan Bandar, dan langsung viral di berbagai media sosial.
    Video momen ijab kabul yang diunggah akun media sosial @av.mediaku memperlihatkan, penghulu tengah melafalkan akad nikah dengan menyebutkan mahar miliaran rupiah tersebut.
    Tidak hanya itu, belakangan muncul kabar bahwa mempelai pria yakni Tarman kabur membawa sepeda motor milik mertuanya, yang kemudian kembali viral diberbagai media sosial.
    Kabar kaburnya Tarman tersebut juga disanggah oleh orang tua mempelai wanita.
    Dijelaskan bahwa keduanya setelah melangsungkan acara pernikahan langsung pergi bulan madu ke Ponorogo, Purwantoro serta Wonogiri.
    “Berita tersebut tidak benar, mereka berdua tengah pergi bulan madu. Dan mahar cek Rp 3 miliar tersebut benar. Terkait bisa dicairkan atau tidak, sudah cair apa belum saya tidak tahu. Mereka berdua yang tahu,” kata ibu kandung mempelai wanita, Kana Kumalasari, Jumat (10/10/2025).
    “Sebelum berangkat mereka juga pamit ke kami,” sambung Kana.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Fenomena Hari Tanpa Bayangan di Jatim Terjadi 10-14 Oktober, Begini Penjelasan dan Jadwal

    Fenomena Hari Tanpa Bayangan di Jatim Terjadi 10-14 Oktober, Begini Penjelasan dan Jadwal

    Surabaya (beritajatim.com) – Fenomena kulminasi atau yang populer disebut ‘hari tanpa bayangan’ diprediksi akan melanda sejumlah wilayah di Jawa Timur mulai tanggal 10 hingga 14 Oktober 2025.

    Peristiwa unik ini terjadi karena posisi Matahari berada tepat di atas kepala pengamat, atau di titik zenit.

    Secara ilmiah, kulminasi utama terjadi tepat ketika nilai deklinasi Matahari sama dengan nilai lintang pengamat.

    Deklinasi adalah sudut antara garis khatulistiwa dengan benda langit, sementara lintang pengamat menunjukkan posisi geografis pengamat di Bumi. Kesamaan nilai sudut ini adalah syarat utama terjadinya fenomena ‘hari tanpa bayangan’.

    Ketika syarat tersebut terpenuhi, Matahari akan berada tepat di atas pengamat. Akibatnya, bayangan dari benda tegak, seperti tiang atau tugu, akan terlihat ‘menghilang’. Ini terjadi karena bayangan tersebut jatuh tepat di bawah benda dan bertumpuk dengannya. Inilah alasan mengapa hari kulminasi utama juga dikenal sebagai ‘hari tanpa bayangan’.

    Sementara, dampak yang mungkin dirasakan saat terjadi kulminasi adalah cuaca terasa lebih terik dari biasanya.

    Menurut Prakirawan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda, Bhilda Maulida, fenomena kulminasi akan memiliki pengaruh langsung pada suhu udara. Hal ini berpotensi membuat cuaca yang dirasakan menjadi semakin terik.

    “Saat kulminasi, apabila kondisi cuaca cerah dan tutupan awan sedikit, panas matahari akan langsung masuk ke permukaan bumi tanpa hambatan,” ujar Bhilda, Jumat (10/10/2025).

    ​Namun, Bhilda menambahkan, dampak sebaliknya juga bisa terjadi. Pemanasan matahari tidak akan maksimal atau terasa menyengat apabila terdapat banyak tutupan awan atau kondisi cuaca lain yang menghalangi sinar matahari, seperti hujan.

    ​Mengingat potensi cuaca terik saat kulminasi dengan kondisi cerah, BMKG menyampaikan sejumlah imbauan kepada masyarakat. Salah satunya adalah dengan menghindari paparan sinar matahari secara langsung.

    ​”Karena intensitas radiasi matahari dan sinar UV sangat tinggi, maka akan memiliki dampak buruk bagi kulit” imbau Bhilda.

    ​Selain itu, Bhilda juga mengimbau masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air minum harian yang cukup. Minum air yang cukup sangat penting untuk mencegah dehidrasi, terutama saat cuaca benar-benar terasa terik.

    ​Imbauan serupa juga berlaku bagi masyarakat yang ingin menyaksikan fenomena hari tanpa bayangan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat mengamati momen langka ini.

    ​”Jika ingin mengamati fenomena tanpa bayangan di luar ruangan pada detik-detik kulminasi, sebaiknya gunakan tabir surya atau pakaian, payung, dan topi yang dapat melindungi kulit dari panas matahari,” tutup Bhilda. (rma/ted)

    *Berikut jadwal hari tanpa bayangan yang terjadi di sejumlah wilayah di Jawa Timur mulai tanggal 10 – 14 Oktober 2025:*

    • 10 Oktober 2025

    – Tuban 11.18 WIB

    • 11 Oktober 2025

    – Sumenep 11.11 WIB
    – Pamekasan 11.12 WIB
    – Sampang 11.13 WIB
    – Bangkalan 11.15 WIB
    – Gresik 11.16 WIB
    – Lamongan 11.17 WIB
    – Bojonegoro 11.19 WIB

    • 12 Oktober 2025

    – Pasuruan 11.14 WIB
    – Bangil 11.15.22 WIB
    – Sidoarjo 11.15 WIB
    – Surabaya 11.15 WIB
    – Mojosari 11.16 WIB
    – Mojokerto 11.16 WIB
    – Jombang 11.17 WIB
    – Nganjuk 11.18 WIB
    – Caruban 11.19 WIB
    – Madiun 11.20 WIB
    – Ngawi 11.20 WIB
    – Magetan 11.21 WIB

    • 13 Oktober 2025

    – Situbondo 11.10 WIB
    – Bondowoso 11.10 WIB
    – Kraksaan 11.12 WIB
    – Probolinggo 11.13 WIB
    – Malang 11.15 WIB
    – Batu 11.16 WIB
    – Ngasem 11.18 WIB
    – Kediri 11.18 WIB
    – Ponorogo 11.20 WIB

    • 14 Oktober 2025

    – Banyuwangi 11.08 WIB
    – Jember 11.11 WIB
    – Lumajang 11.13 WIB
    – Kepanjen 11.15 WIB
    – Kanigoro 11.17 WIB
    – Blitar 11.17 WIB
    – Tulungagung 11.18 WIB
    – Trenggalek 11.19 WIB
    – Pacitan 11.21 WIB.

  • Kebakaran Rumah di Ponorogo, Warga Bungkal Luka Bakar 72 Persen Dirujuk ke RSUP dr Soetomo

    Kebakaran Rumah di Ponorogo, Warga Bungkal Luka Bakar 72 Persen Dirujuk ke RSUP dr Soetomo

    Ponorogo (beritajatim.com) – Upaya heroik Sugeng Atmojo (44), warga Desa Nambak, Kecamatan Bungkal, berakhir tragis. Dia mengalami luka bakar serius setelah berusaha memadamkan api yang melalap rumahnya sendiri pada Rabu (8/10/2025) malam lalu.

    Akibat insiden tersebut, Sugeng menderita luka bakar hingga 72 persen di hampir seluruh tubuh. Mulai dari wajah, leher, punggung, dada, perut, tangan, hingga kaki turut terbakar.

    Setelah sempat dirawat intensif di RSUD dr Harjono Ponorogo, kondisi korban akhirnya membuat tim medis memutuskan merujuknya ke RSUP dr Soetomo Surabaya pada Kamis (9/10/2025) sore kemarin.

    Humas RSUD dr Harjono, Sugianto, membenarkan langkah rujukan tersebut. Menurutnya, Sugeng membutuhkan penanganan medis lanjutan yang lebih komprehensif.

    “Pasien masuk dalam keadaan sadar meski luka bakarnya cukup luas. Bahkan bagian wajahnya juga mengalami luka cukup dalam. Untuk itu, Kamis sore kemarin kami rujuk ke RSUP dr Soetomo agar bisa mendapatkan perawatan yang lebih intensif,” jelas Sugianto, Jumat (10/10/2025).

    Sugianto bercerita, saat terakhir dirawat di Ponorogo, kondisi Sugeng masih mampu duduk dan minum meski tubuhnya penuh perban. Namun, hingga Jumat pagi, pihak rumah sakit belum mendapat kabar terbaru terkait perkembangan kondisi korban setelah berada di Surabaya.

    “Kami semua berharap kondisi pasien bisa semakin membaik dan segera pulih,” harapnya.

    Untuk diketahui sebelumnya, Si jago merah melalap sebuah rumah di Desa Nambak, Kecamatan Bungkal, Ponorogo, Rabu (8/10/2025) malam. Pemilik rumah, Sugeng Atmojo (55), mengalami luka bakar serius. Hal itu terjadi ketika yang bersangkutan berusaha memadamkan api yang kian membesar dan membakar bagian dapur hingga rumah belakang berukuran sekitar 5×8 meter.

    Musibah itu bermula ketika Sugeng sedang memasak air di tungku dengan bahan bakar kayu. Korban pun sempat pergi ke belakang. Tanpa disadari, di dekat tungku terdapat tumpukan kain yang mudah terbakar. Percikan api yang muncul kemudian menjalar cepat hingga membesar.

    “Korban waktu itu sedang memasak air di tungku, tapi di dekatnya ada tumpukan kain. Api tiba-tiba membesar, korban berusaha memadamkan dengan air, namun justru api semakin besar dan mengenai tubuhnya,” (end/ted)