kab/kota: Ponorogo

  • Bervariasi! Simak Prakiraan Cuaca Ngawi, Magetan, dan Ponorogo 1 November 2025

    Bervariasi! Simak Prakiraan Cuaca Ngawi, Magetan, dan Ponorogo 1 November 2025

    Surabaya (beritajatim.com) – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Juanda melalui prakirawan Oky Sukma Hakim, S.Tr., merilis prakiraan cuaca untuk Sabtu, 1 November 2025.

    Tiga wilayah di Jawa Timur, yakni Ngawi, Magetan, dan Ponorogo, diprediksi akan mengalami kondisi cuaca yang bervariasi sepanjang hari.

    Menurut Oky Sukma Hakim, masyarakat diimbau agar memperhatikan perubahan cuaca sejak pagi.

    “Secara umum, wilayah Ngawi dan Magetan berpotensi mengalami hujan ringan di pagi hari, sedangkan Ponorogo cenderung berawan,” ujarnya saat dikonfirmasi, Jumat (31/10/2025).

    Ngawi

    Cuaca di Ngawi diperkirakan akan diguyur hujan ringan sekitar pukul 06.00 WIB. Setelah itu, langit berangsur berawan dari pukul 09.00 WIB hingga tengah hari. Memasuki sore, kondisi akan berubah menjadi cerah berawan, dan malamnya diakhiri dengan udara kabur pada pukul 21.00 WIB.

    Suhu udara di Ngawi berkisar antara 23–31 derajat Celcius, dengan angin bertiup dari timur sekitar 7,5 km/jam, serta kelembapan udara mencapai 67–98 persen.

    Magetan

    Di Magetan, hujan ringan berpotensi turun pada pukul 06.00 WIB. Cuaca kemudian berangsur berawan hingga pukul 12.00 WIB, sebelum menjadi cerah total pada sore hari sekitar pukul 15.00 WIB. Namun, menjelang malam, kondisi kembali berawan hingga pukul 21.00 WIB.

    Suhu udara di wilayah ini berkisar 22–29 derajat Celcius, dengan angin dari timur berkecepatan 6,5 km/jam, serta kelembapan udara antara 71–97 persen.

    “Sore hari di Magetan akan terasa lebih nyaman untuk beraktivitas luar ruangan karena cuaca cenderung cerah,” jelas Oky.

    Ia juga menambahkan agar masyarakat tetap membawa payung atau jaket ringan karena suhu bisa menurun pada malam hari.

    Ponorogo

    Sementara itu, Ponorogo akan didominasi awan sejak pagi hingga siang hari. Langit baru mulai cerah berawan sekitar pukul 15.00 WIB, sebelum kembali berawan pada malam hari.

    Suhu udara di wilayah ini berkisar 23–30 derajat Celcius, dengan angin dari timur laut berkecepatan sekitar 9 km/jam, serta kelembapan udara di kisaran 65–95 persen.

    “Untuk Ponorogo, kami prediksi tidak ada potensi hujan signifikan. Namun, kondisi berawan bisa membuat suhu terasa agak lembap,” terang Oky.

    Ia pun mengingatkan agar masyarakat tetap memperhatikan kondisi langit sebelum bepergian.

    “Kami harap masyarakat tetap waspada dan menyesuaikan aktivitasnya. Jangan lupa memantau informasi cuaca terbaru dari BMKG,” tutupnya.(mnd/ted).

  • BMKG Juanda Ingatkan Warga Jawa Timur Cuaca Ekstrem 30 Oktober-5 November 2025

    BMKG Juanda Ingatkan Warga Jawa Timur Cuaca Ekstrem 30 Oktober-5 November 2025

    Surabaya (beritajatim.com) – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Juanda mengeluarkan peringatan kepada masyarakat Jawa Timur agar mewaspadai potensi cuaca ekstrem yang diprakirakan terjadi pada periode 30 Oktober hingga 5 November 2025.

    Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda Sidoarjo, Taufiq Hermawan, menyatakan bahwa selama periode tersebut, sejumlah wilayah di Jawa Timur berpotensi mengalami bencana hidrometeorologi. Bencana yang diwaspadai meliputi hujan lebat, banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin kencang, puting beliung, dan hujan es.

    “Peningkatan cuaca ekstrem dalam sepekan ke depan ini diprakirakan akan berdampak signifikan terhadap aktivitas masyarakat,” kata Taufiq Hermawan, Kamis (30/10/2025).

    Menurut Taufiq, fenomena ini bisa terjadi didorong oleh beberapa faktor, terutama karena adanya aktivitas atmosfer dan kondisi laut yang mendukung pembentukan awan hujan skala luas.

    “Saat ini, sebagian wilayah Jawa Timur berada pada masa pancaroba, sementara sebagian lainnya telah memasuki awal musim hujan,” urainya.

    Menurut prakiraan BMKG, gangguan atmosfer seperti Madden-Julian Oscillation (MJO) dan Gelombang Rossby yang melintasi Jawa Timur saat ini, turut memperkuat potensi pertumbuhan awan konvektif.

    “Selain itu, suhu muka laut yang masih hangat di sekitar Selat Madura (24-31 derajat Celsius dengan anomali mencapai +2 derajat) juga meningkatkan penguapan, sehingga memperbesar peluang terbentuknya hujan lebat,” rincinya.

    Wilayah yang diimbau untuk waspada antara lain mencakup Surabaya, Sidoarjo, Malang, Lumajang, Pasuruan, Jember, Probolinggo. Kemudian, Blitar, Kediri, Ponorogo, Trenggalek, Tulungagung, Jombang, Madiun, Mojokerto, Nganjuk, Ngawi, Pacitan, Bangkalan, Pamekasan, dan Sumenep.

    Secara khusus, BMKG juga mengingatkan wilayah dengan topografi curam atau bergunung agar lebih waspada terhadap dampak bencana lanjutan, seperti banjir, longsor, pohon tumbang, jalan licin, hingga jarak pandang terbatas.

    “Oleh karena itu, masyarakat dan instansi terkait untuk senantiasa waspada terhadap perubahan cuaca mendadak, serta potensi hujan disertai petir dan angin kencang,” tegas Taufiq.

    Untuk memantau kondisi terkini, BMKG Juanda menyediakan citra radar cuaca WOFI dan peringatan dini melalui situs stamet-juanda.bmkg.go.id, media sosial @infobmkgjuanda, serta layanan telepon dan WhatsApp 24 jam. (rma/ted)

  • Bupati Ponorogo Bicara Taskintul, Solusi Pengentasan Kemiskinan

    Bupati Ponorogo Bicara Taskintul, Solusi Pengentasan Kemiskinan

    Ponorogo (beritajatim.com) – Di tengah tingginya harga kebutuhan pokok, Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko menawarkan solusi nyata bagi masyarakat kecil. Dia memperkenalkan program Taskintul, singkatan dari Pengentasan Kemiskinan yang Betul. Sebuah gerakan untuk memanfaatkan lahan sempit menjadi sumber pangan dan pendapatan keluarga.

    Dengan semangat kemandirian, Bupati Sugiri menunjukkan bahwa pekarangan kecil pun bisa produktif jika dikelola dengan baik. Di halaman berukuran hanya dua kali tiga meter, dirinya memelihara 30 ekor ayam petelur. Berkat pakan sehat dan perawatan teratur, ayam-ayam itu mampu menghasilkan 22 hingga 24 butir telur setiap hari.

    Selain beternak, Bupati Sugiri juga mencontohkan pertanian rumah tangga di lahan sempit. Setiap ruang kosong diisi dengan polybag berisi tanah subur dan berbagai jenis sayuran, seperti cabai rawit, cabai keriting, tomat, kangkung, sawi, hingga tanaman dapur lainnya.

    Konsep sederhana ini dinilai efektif menghadapi lonjakan harga bahan pokok, sekaligus memperkuat ketahanan pangan keluarga. Bupati Sugiri menegaskan bahwa keterbatasan lahan tidak boleh menjadi alasan untuk tidak bisa bertani atau beternak.

    “Apalagi pekarangan rumah kita di lahan sempit, sudahlah antara rumah dengan tetangga atau tembok di situ pasti bisa dipakai ternak ayam walaupun kecil ayam petelur, terus di depan rumah ada pinggir-pinggir genteng bisa dipakai polybag-polybag, di lahan sempit apapun sudahlah Indonesia ini subur. Ayo kita berbuat yang penting asal ada kemauan yakin bisa. Apalagi saat ini harga melambung tinggi. Lah iya, ini solusi sekaligus menjawab tantangan ke depan. Modal bertani modal berternak tidak harus membutuhkan lahan lebar kalau semua rakyat sama betapa menjadi pusat telur,” ujar Bupati Sugiri Sancoko, Kamis (30/10/2025).

    Bupati menyebut, program Taskintul diharapkan menjadi gerakan kolektif masyarakat Ponorogo untuk menekan beban ekonomi rumah tangga. Pemerintah daerah bahkan berencana menyalurkan bantuan ayam petelur dan bibit tanaman bagi warga ekonomi menengah ke bawah, agar bisa meniru model yang Dia kembangkan.

    “Apalagi saat ini harga melambung tinggi, ini solusi sekaligus menjawab tantangan ke depan,” tegasnya.

    Menurut Bupati Sugiri, kemandirian pangan berbasis rumah tangga bukan hanya solusi jangka pendek, tetapi juga pondasi pengentasan kemiskinan yang berkelanjutan. Orang nomor satu di Bumi Reog berharap, melalui program ini, masyarakat Ponorogo mampu memenuhi kebutuhan sendiri tanpa harus bergantung sepenuhnya pada pasar.

    Dengan memadukan pertanian sederhana dan peternakan rumahan, konsep Taskintul menjadi bukti bahwa inovasi tak selalu harus mahal. Dari lahan sempit pun, kesejahteraan bisa tumbuh jika disertai kemauan dan kerja keras. (End

  • Hujan Ringan di Ngawi, Magetan & Ponorogo Siang Cerah: Begini Prakiraan BMKG

    Hujan Ringan di Ngawi, Magetan & Ponorogo Siang Cerah: Begini Prakiraan BMKG

    Surabaya (beritajatim.com) – Ngawi, Magetan, dan Ponorogo diprediksi akan mengalami variasi cuaca pada Kamis, 30 Oktober 2025. Berdasarkan prakiraan resmi dari BMKG Juanda, prakirawan Oky Sukma Hakim, S. Tr., disebutkan bahwa pagi hari di Ngawi berpotensi diguyur hujan ringan, sehingga masyarakat sebaiknya menyiapkan payung sebelum beraktivitas.

    Di Ngawi, hujan ringan diperkirakan terjadi pada pukul 06.00 WIB. Memasuki siang, langit akan berawan mulai pukul 09.00 WIB hingga 12.00 WIB, sebelum akhirnya cerah total pada pukul 15.00 WIB hingga 18.00 WIB.

    Menjelang malam, cuaca akan kembali berawan pada pukul 21.00 WIB. Suhu udara berkisar antara 23 hingga 30 derajat Celcius, dengan kelembapan udara 75–98 persen dan angin bertiup dari arah Timur Laut sekitar 6,3 km/jam.

    Sementara itu, Magetan diperkirakan mengalami langit berawan pada pagi hari pukul 06.00 WIB hingga 09.00 WIB.

    “Cuaca di Magetan akan membaik siang hingga sore hari, sehingga aman untuk aktivitas luar ruangan,” ujar Oky.

    Cerah berawan muncul sekitar pukul 12.00 WIB, dan wilayah ini akan cerah total dari pukul 15.00 WIB hingga 21.00 WIB. Suhu berkisar antara 22–29 derajat Celcius, dengan kelembapan 69–95 persen, dan angin bertiup dari Selatan 7,3 km/jam.

    Di Ponorogo, pagi hari pukul 06.00 WIB juga berpotensi hujan ringan, dilanjutkan langit berawan pada pukul 09.00 WIB. Cerah berawan akan berlangsung mulai pukul 12.00 WIB hingga 15.00 WIB, dan cerah total diperkirakan muncul pukul 18.00 WIB hingga 21.00 WIB.

    Suhu di Ponorogo berkisar 22–31 derajat Celcius, kelembapan 61–96 persen, dan angin bertiup dari Selatan dengan kecepatan 10,5 km/jam.

    “Masyarakat sebaiknya tetap memantau prakiraan cuaca melalui aplikasi resmi atau BMKG untuk mengantisipasi perubahan mendadak,” tambah Oky.

    Dengan prakiraan ini, warga Ngawi dan Ponorogo disarankan menyiapkan jas hujan pagi hari, sementara Magetan cenderung aman untuk kegiatan di luar rumah.

    Secara umum, aktivitas di siang hingga sore hari relatif nyaman di ketiga wilayah dengan cuaca cerah atau cerah berawan, sehingga kegiatan luar ruangan seperti olahraga atau bekerja di luar kantor dapat dilakukan tanpa kendala. [mnd/aje]

     

  • Ketua PWI Jatim: Baru di Ponorogo, Konferensi PWI Ditunggui Langsung Bupati

    Ketua PWI Jatim: Baru di Ponorogo, Konferensi PWI Ditunggui Langsung Bupati

    Ponorogo (beritajatim.com) – Konferensi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Ponorogo 2025 meninggalkan kesan mendalam bagi Ketua PWI Provinsi Jawa Timur, Lutfil Hakim. Dalam forum yang digelar di Planet Warrock Café, Selasa (29/10/2025), Lutfil mengaku baru kali ini melihat seorang kepala daerah hadir dan menunggui langsung jalannya konferensi dari awal hingga akhir.

    “Saya keliling Jatim, baru di Ponorogo ditunggui langsung oleh Bupatinya. Ini bukti betapa Bupati Sugiri punya perhatian besar kepada wartawan,” ungkap Lutfil Hakim di hadapan peserta konferensi.

    Kehadiran Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko, sejak awal acara hingga pelantikan pengurus baru menjadi simbol kuat kemitraan antara pemerintah daerah dan insan pers. Lutfil menilai langkah tersebut sebagai contoh kepemimpinan yang patut diteladani.

    Menurutnya, perhatian Bupati Sugiri terhadap media sejalan dengan berbagai inovasi dan kerja out of the box yang telah mendorong kemajuan Ponorogo. Indikatornya jelas — mulai dari pertumbuhan ekonomi daerah yang terus meningkat, pengakuan Reog oleh UNESCO, hingga keberhasilan Ponorogo menjadi bagian dari UNESCO Creative Cities Network (UCCN).

    “Saya harap kalau Pemda Ponorogo sudah tinggi melompat, maka PWI juga harus ikut melompat. Pers harus benar-benar mengikuti agar tidak ketinggalan,” tegas Lutfil.

    Rangkaian konferensi dimulai dengan rapat pleno yang dipimpin oleh Wakil Ketua Bidang Organisasi PWI Jatim, Mahmud Suhermono. Agenda meliputi pembacaan tata tertib serta laporan pertanggungjawaban pengurus lama yang diterima secara aklamasi oleh peserta.

    Proses pemilihan berlangsung demokratis melalui suara anggota biasa yang memiliki hak pilih. Dari hasil pemungutan suara, Welas Arso, wartawan Kanal Indonesia, terpilih sebagai Ketua PWI Ponorogo periode 2025–2028. Ia melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan dari Siti Noor Aini, wartawan Duta Masyarakat.

    “Terima kasih atas kepercayaannya. Semoga kita bersama bisa mengemban tugas yang tidak ringan. Saya akan merangkul semua untuk kerja kolektif-kolegial, bergandeng tangan memajukan PWI,” ujar Welas Arso dalam sambutan perdananya.

    Ketua PWI Jatim, Lutfil Hakim, memberikan selamat kepada Welas Arso dan menyampaikan apresiasi kepada Siti Noor Aini atas dedikasi selama masa jabatannya. “Bu Noora sudah membangun pijakan luar biasa bagi penerusnya,” ucap Lutfil.

    Ia juga mengingatkan pentingnya soliditas dan kerja kolektif di tubuh organisasi. “Ketua bukan sentral, tetapi koordinator agar semua bisa bekerja secara kolektif,” imbuhnya.

    Dalam kesempatan yang sama, Bupati Sugiri Sancoko menyampaikan apresiasi kepada kepengurusan lama dan ucapan selamat kepada pengurus baru PWI Ponorogo. “Tugasnya membesarkan PWI, dan sinarnya mencerdaskan masyarakat,” ujar Kang Bupati Sugiri.

    Orang nomor satu di Bumi Reog itu menegaskan pentingnya peran PWI dalam membangun karakter generasi muda melalui literasi media yang beradab dan bertanggung jawab. “Foto anak kita di bangku SD, SMP, atau SMA adalah potret 20 tahun ke depan. Ambil bagian sopan santun dan media yang cerdas,” katanya.

    Bupati juga mendorong agar PWI aktif memberikan edukasi publik tentang cara bermedia sosial secara santun dan beretika. “Saya yakin konsep besar PWI makin baik kualitasnya. Tidak sekadar beradab, tapi juga bisa dipertanggungjawabkan untuk masa depan,” pungkasnya. (end/kun)

  • Atap Rumah Joglo Klasik di Ponorogo Hancur Disambar Petir

    Atap Rumah Joglo Klasik di Ponorogo Hancur Disambar Petir

    Ponorogo (beritajatim.com) – Musim penghujan yang baru datang membawa peringatan keras bagi warga Ponorogo. Sambaran petir menghantam rumah joglo milik Agus Santoso (56), warga Desa Kutu Wetan, Kecamatan Jetis, Selasa (28/10/2025) sore. Rumah berarsitektur klasik peninggalan keluarga itu hancur di bagian atap setelah tersambar petir dengan suara menggelegar yang mengguncang kawasan sekitar.

    Atap rumah yang terbuat dari genting dan kayu jati tua porak-poranda, sementara aliran listrik padam total. Meski tak menimbulkan korban jiwa, peristiwa ini membuat keluarga Agus panik dan masih trauma hingga kini.

    “Memang kondisinya gerimis, sekitar pukul 15.30 WIB suara petirnya keras sekali, tidak seperti biasanya. Menggelegar dan menggema,” kata Agus, Rabu (29/10/2025).

    Agus mengaku saat kejadian dirinya tengah duduk di teras bersama beberapa orang yang bekerja di tempatnya. Dalam hitungan detik, ledakan keras membuat genteng berhamburan. Bagian tengah rumah joglo yang berdiri sejak 1963 itu pun roboh.

    “Nggak tahu, kalau rumah bagian tengah roboh, mungkin bersamaan dengan suara petir itu,” ujarnya lirih sambil menatap tumpukan genteng yang masih berserakan.

    Dampak sambaran petir juga merusak sejumlah alat elektronik, seperti router WiFi dan sekring listrik. Agus memperkirakan kerugian mencapai sekitar Rp5 juta.

    “Yang rusak genteng, plafon kamar anak berlubang, alat WiFi juga rusak, listrik langsung mati,” jelasnya.

    Sementara itu, Nana Krisdiana, istri Agus, mengaku masih syok dengan kejadian tersebut. Saat petir menyambar, ia tengah memasak di dapur. Suara ledakan yang sangat keras membuatnya sempat mengira terjadi ledakan listrik.

    “Suaranya keras banget, saya kira petir biasa. Tahu-tahu tetangga datang bilang rumah bagian tengah roboh. Alhamdulillah anak-anak di ruang tamu, suami di depan, jadi semua selamat,” ungkap Nana.

    Sejak Rabu pagi, warga sekitar bergotong royong membantu keluarga Agus membersihkan puing-puing dan memasang terpal darurat untuk menutup bagian atap yang jebol agar tidak bocor saat hujan turun kembali.

    Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Ponorogo mengingatkan masyarakat agar lebih waspada terhadap potensi cuaca ekstrem di awal musim penghujan. Rumah dengan struktur lama dan tanpa penangkal petir disarankan untuk segera melakukan langkah pencegahan agar kejadian serupa tidak terulang. [end/beq]

  • DPRD Ponorogo Dorong Pemuda Jadi Motor Inovasi dan Pembangunan Daerah

    DPRD Ponorogo Dorong Pemuda Jadi Motor Inovasi dan Pembangunan Daerah

    Ponorogo (beritajatim.com) – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Ponorogo menegaskan komitmennya dalam memperkuat peran generasi muda sebagai pilar pembangunan daerah. Perhatian lembaga legislatif itu bukan sekadar seremonial saat peringatan Sumpah Pemuda, melainkan diwujudkan melalui kebijakan dan program nyata yang menumbuhkan semangat kewirausahaan dan nasionalisme di kalangan pemuda.

    Data Badan Pusat Statistik (BPS) Ponorogo mencatat, jumlah wirausaha muda di Bumi Reog meningkat 17,6 persen sepanjang 2024 dibanding tahun sebelumnya. Sektor kuliner, fesyen, dan digital marketing menjadi bidang yang paling banyak digeluti. DPRD menilai tren positif itu tak lepas dari kolaborasi aktif antara legislatif dan eksekutif dalam menciptakan ruang tumbuh bagi pelaku muda.

    Ketua DPRD Ponorogo, Dwi Agus Prayitno, mengatakan bahwa pemuda memiliki posisi strategis sebagai penuntun arah moral bangsa sekaligus lokomotif perubahan di daerah. “Sumpah Pemuda bukan seremoni, tapi komitmen hidup untuk menjaga persatuan, integritas bangsa, dan memperkuat identitas nasional,” kata Kang Wi, sapaan akrabnya.

    Menurutnya, semangat kebangsaan harus diterjemahkan ke dalam tindakan nyata—termasuk dalam merespons tantangan era digital. DPRD terus mendorong agar setiap kebijakan daerah mengandung keberpihakan terhadap tumbuhnya inovasi dan kemandirian anak muda, baik di sektor ekonomi kreatif maupun sosial.

    “Ada anggota DPRD berusia 26 tahun, bukti bahwa pemuda mulai aktif berpolitik,” ujarnya.

    Kang Wi menambahkan, pemuda masa kini harus mampu menjadi mediator antarbudaya sekaligus penggerak inovasi sosial dan ekonomi. Nilai-nilai yang terkandung dalam Sumpah Pemuda 1928 harus tetap relevan di tengah derasnya arus globalisasi.

    “Nasionalisme bisa luntur jika ruang digital tidak diisi dengan nilai Pancasila. Karena itu, sekolah, keluarga, dan komunitas perlu bersinergi menanamkan karakter kebangsaan,” tegasnya.

    Sejalan dengan tema peringatan tahun ini, Pemuda Pemudi Bergerak, Indonesia Bersatu, DPRD Ponorogo mengajak generasi muda memanfaatkan media sosial sebagai sarana memperkuat solidaritas dan jejaring produktif.

    “Gotong royong adalah DNA bangsa kita. Media sosial jangan jadi ajang menonjolkan diri, tapi ruang membangun solidaritas. Gunakan teknologi untuk memperkuat jejaring, bukan memecah,” pesan Kang Wi.

    Bagi DPRD Ponorogo, keberadaan pemuda bukan hanya aset, melainkan fondasi utama yang menentukan wajah Ponorogo di masa depan—daerah yang tangguh, berdaya saing, dan berkarakter. (Adv/End/Ian)

  • Awal Musim Hujan, BPBD Ponorogo Catat 8 Bencana dalam Sepekan

    Awal Musim Hujan, BPBD Ponorogo Catat 8 Bencana dalam Sepekan

    Ponorogo (beritajatim.com) – Memasuki awal musim penghujan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ponorogo mencatat peningkatan aktivitas bencana alam di wilayah Bumi Reog. Dalam kurun waktu 21 hingga 27 Oktober 2025, tercatat delapan peristiwa bencana terjadi di berbagai kecamatan.

    Dari data BPBD, enam kejadian berupa tanah longsor dan dua lainnya merupakan peristiwa cuaca ekstrem. Seluruh kejadian tersebut menimbulkan kerusakan ringan hingga sedang tanpa menelan korban jiwa.

    “Dari enam bencana longsor di Bumi Reog, lima di antaranya menimpa bangunan rumah warga. Beruntung tidak ada korban jiwa,” kata Kepala Pelaksana BPBD Ponorogo, Masun, Selasa (28/10/2025).

    Satu kejadian longsor lainnya mengakibatkan talud jalan poros di Kecamatan Sawoo ambrol. Berdasarkan pendataan, longsor tercatat melanda Desa Tempuran dan Desa Sawoo di Kecamatan Sawoo, Desa Wagir Kidul di Kecamatan Pulung, Desa Wonodadi di Kecamatan Ngrayun, serta Desa Pupus di Kecamatan Ngebel.

    Sementara dua bencana cuaca ekstrem dilaporkan terjadi di Desa Karangan dan Sambirejo Kecamatan Balong, serta Desa Sempu Kecamatan Ngebel. Hujan deras disertai angin kencang menyebabkan pohon tumbang dan sejumlah atap rumah warga mengalami kerusakan ringan.

    “Di awal-awal musim penghujan ini memang sering kali terjadi cuaca ekstrem, diikuti dengan angin kencang, lalu hujan begitu lebat. Nah, kombinasi ini mengakibatkan longsor terutama di daerah lereng yang awalnya kering. Kemudian angin kencang tadi mengakibatkan pohon-pohon roboh,” jelas Masun.

    Masun mengingatkan masyarakat agar lebih waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi di awal musim hujan. Warga yang tinggal di kawasan perbukitan atau lereng diminta rutin memeriksa kondisi drainase di sekitar rumah agar air hujan tidak menggenang dan meresap ke tanah.

    Menurutnya, drainase yang buruk menjadi salah satu penyebab utama terjadinya longsor. “Jadi sering kali longsor itu terjadi akibat drainase yang buruk, meskipun ada faktor kemiringan,” tambahnya.

    BPBD Ponorogo kini terus memantau kondisi cuaca dan berkoordinasi dengan pemerintah desa di wilayah rawan bencana. Petugas lapangan juga disiagakan untuk melakukan langkah cepat bila terjadi kejadian serupa dalam beberapa hari mendatang, terutama di wilayah dengan tingkat kerawanan tinggi seperti Ngebel, Pulung, dan Sawoo. [end/beq]

  • Jalur Kandangan Madiun Terputus Longsor, Warga Kare Gotong Royong Buka Akses Jalan

    Jalur Kandangan Madiun Terputus Longsor, Warga Kare Gotong Royong Buka Akses Jalan

    Madiun (beritajatim.com) – Hujan deras yang mengguyur wilayah Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun, selama sepekan terakhir menyebabkan longsor di Dusun Kandangan, Desa Kare. Akibatnya, jalur alternatif yang menghubungkan Madiun dan Ponorogo terputus sementara karena tertimbun material tanah dan batu.

    Sedikitnya tujuh titik longsor terpantau di sepanjang jalur Kandangan. Warga setempat bersama relawan bahu-membahu membersihkan timbunan tanah menggunakan peralatan seadanya agar akses jalan bisa kembali dilalui. Meski sebagian titik sudah terbuka untuk kendaraan roda dua, satu lokasi longsor masih sulit dibersihkan karena material menumpuk cukup tebal.

    “Satu titik masih parah karena tanahnya menumpuk tinggi. Dari kemarin Kami sudah coba bersihkan, tapi tanpa alat berat tidak bisa cepat selesai,” kata Gianto, warga Desa Kare, Selasa (28/10/2025).

    Menurut Gianto, tebing di lokasi longsor memiliki ketinggian sekitar 10 meter dengan panjang longsoran sekitar 20 meter. Jalur tersebut sangat vital bagi masyarakat karena menjadi satu-satunya akses menuju Ponorogo melalui wilayah selatan.

    Meski lokasi longsor berada cukup jauh dari permukiman, jalur Kandangan–Ponorogo kerap digunakan warga untuk menuju ladang dan pasar. Kondisi jalan yang licin dan masih labil membuat pengguna jalan diminta lebih berhati-hati, terutama pada malam hari atau saat hujan deras.

    “Kalau hujan deras, sebaiknya jangan dulu lewat sini. Selain tanah masih labil, tebingnya juga rawan turun lagi,” imbuhnya.

    Pemerintah Desa Kare telah berkoordinasi dengan pihak Kecamatan Kare dan BPBD Kabupaten Madiun untuk meminta bantuan alat berat. Sambil menunggu penanganan dari petugas, warga tetap melakukan pembersihan manual agar jalur tidak tertutup total dan aktivitas masyarakat bisa segera pulih.

    Petugas BPBD mengingatkan pengguna jalan agar waspada terhadap potensi longsor susulan mengingat curah hujan di wilayah selatan Madiun masih tinggi. BMKG juga memprakirakan cuaca ekstrem berpotensi berlangsung hingga beberapa hari ke depan seiring meningkatnya intensitas hujan di kawasan lereng selatan Gunung Wilis. [rbr/beq]

  • Hasil Cipta Menu B2SA, Bupati Ponorogo : Bisa Jadi Referensi Menu MBG

    Hasil Cipta Menu B2SA, Bupati Ponorogo : Bisa Jadi Referensi Menu MBG

    Ponorogo (beritajatim.com) – Upaya memperkuat ketahanan pangan berbasis bahan lokal kini melangkah lebih konkret di Kabupaten Ponorogo. Setelah sukses menggelar Lomba Cipta Menu Beragam, Bergizi, Seimbang, dan Aman (B2SA), Tim Penggerak PKK Ponorogo berencana menjadikan hasil olahan dari lomba tersebut sebagai referensi Menu Makanan Bergizi (MBG) untuk para siswa di Bumi Reog.

    Sebanyak 21 menu hasil kreasi PKK dari 21 kecamatan telah dihimpun oleh panitia lomba. Setiap menu menonjolkan bahan pangan nonberas dan nontepung, dengan bahan dasar seperti ubi, jagung, singkong, pisang, hingga kentang. Semua bahan itu diolah secara modern, namun tetap mempertahankan cita rasa khas lokal.

    Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko menilai lomba ini bukan sekadar ajang kreativitas memasak. Lebih dari itu, hasil lomba diharapkan menjadi bank resep pangan lokal yang bisa diterapkan dalam program-program peningkatan gizi masyarakat.

    “Lomba cipta menu ini tidak berasal dari beras dan tepung. Kami mencoba kearifan lokal. Setiap daerah punya makanan dan tumbuhan lokal dengan nilai gizi yang tidak kalah dari beras dan tepung,” kata Bupati Sugiri, Senin (27/10/2025).

    Kang Giri — sapaan akrabnya — berharap ke depan menu-menu hasil lomba dapat menjadi acuan resmi program MBG, terutama di tingkat kecamatan dan desa.

    “Menu-menu ini jangan hanya berhenti di lomba. Bisa jadi referensi MBG karena bahan bakunya dari hasil bumi lokal. Bahannya mudah didapat, melimpah ruah, tinggal diulik sedikit sudah bagus, rasanya juga tidak kalah,” ujarnya.

    Menurutnya, jika masyarakat mulai terbiasa dengan olahan lokal, maka perputaran ekonomi pun akan hidup di tingkat bawah. Petani, pedagang, hingga pelaku UMKM pangan lokal akan ikut merasakan dampaknya.

    Sementara itu, Ketua TP PKK Ponorogo, Susilowati Sugiri Sancoko, menyebutkan bahwa menu-menu yang dilombakan tidak hanya lezat dan bergizi, tetapi juga mudah diadaptasi oleh setiap keluarga. “Ada 21 menu dari 21 kecamatan, semuanya enak dan bergizi. Harapan kami, menu-menu ini dibagikan ke desa-desa agar bisa diterapkan dalam kegiatan PKK dan program makanan bergizi,” jelasnya.

    Melalui lomba B2SA ini, PKK Ponorogo tak sekadar menampilkan kreativitas dapur, tetapi juga menanamkan kesadaran baru bahwa gizi seimbang tidak harus bergantung pada nasi.

    Langkah menjadikan menu B2SA sebagai referensi MBG menjadi jembatan penting menuju kemandirian pangan berbasis potensi lokal. Dari dapur para ibu PKK, gagasan besar tentang pangan sehat dan berkelanjutan mulai tumbuh — dengan satu resep, satu keluarga, satu desa, dan satu Ponorogo yang lebih mandiri. [end/kun]