kab/kota: Ponorogo

  • Job Fair Ponorogo 2025, Ribuan Pencari Kerja Bertemu Perusahaan di “Jabal Rahmah”

    Job Fair Ponorogo 2025, Ribuan Pencari Kerja Bertemu Perusahaan di “Jabal Rahmah”

    Ponorogo (beritajatim.com) – Ribuan pencari kerja memadati Graha Watoe Dhakon UIN Kiai Ageng Muhammad Besari. Mereka datang dari berbagai penjuru Ponorogo dan daerah sekitar untuk mengikuti Job Fair Ponorogo 2025 bertajuk “Waktunya Berkarya, Ayo Bekerja”.

    Selama dua hari, 5–6 November, ajang ini menjadi ruang pertemuan antara pencari kerja dan perusahaan dalam satu forum terbuka. Di mana lengkap dengan expo lapangan kerja, rekrutmen bersama, hingga talk show inspiratif.

    Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko hadir membuka kegiatan yang digagas kolaboratif oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ponorogo lewat Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) bersama UIN Kiai Ageng Muhammad Besari, dunia usaha, sejumlah instansi terkait. Dia menyebut acara ini sebagai bentuk nyata semangat gotong royong pentahelix untuk mempertemukan para pencari kerja dan pemberi kerja dalam satu ekosistem pembangunan sumber daya manusia yang utuh.

    “Ini upaya kita bersama, gotong royong semua pihak. Ada kampus UIN, perusahaan yang membutuhkan tenaga kerja, pemerintah daerah. Semuanya komplit, bersama-sama mempertemukan Adam dan Hawa di Jabal Rahmah,” kata Bupati Sugiri, usai membuka acara Job Fair tersebut, Rabu (5/11/2025).

    Metafora “Jabal Rahmah” yang digunakan Bupati Sugiri mengandung makna mendalam. Orang nomor satu di Bumi Reog itu, ingin menegaskan bahwa Job Fair bukan sekadar ajang mencari dan mendapatkan pekerjaan, melainkan perjumpaan antara niat, doa, dan semangat untuk membangun masa depan yang lebih baik.

    “Pencari kerja dan yang membutuhkan tenaga kerja bertemu di Jabal Rahmah. Artinya jangan hanya dipahami mencari kerja dan mendapatkan pekerjaan, tapi ada jiwa, doa, dan ruh yang harus kita pikir bersama,” ungkapnya.

    Dalam kesempatan itu, Bupati Sugiri juga berpesan kepada perusahaan peserta agar tidak hanya menilai pelamar dari angka dan data di atas kertas. Kang Giri lebih menekankan pentingnya memahami karakter, kesungguhan, dan tekad calon pekerja.

    “Saya imbau perusahaan jangan hanya melihat kompetensi berdasarkan angka-angka di kertas. Dalamilah jiwanya, pencari kerja ini serius ingin bekerja, maka jangan ada yang ditolak. Saya yang bertanggung jawab, diterima semua,” tegasnya.

    Sementara itu, Kepala Disnaker Ponorogo Suko Kartono mengatakan bahwa job fair ini bukan hanya pameran saja. Namun, juga ada wawancara langsung, sehingga pencari kerja bisa langsung diterima kerja.

    “Job fair ini bukan hanya pameran, tapi juga ada wawancara langsung dan bisa langsung diterima kerja. Harapan kami, dengan kegiatan ini angka pengangguran bisa terus turun,” kata Suko.

    Data Disnaker Ponorogo, tercatat ada 42 perusahaan yang ikut Job Fair kali ini. Dari jumlah itu, 18 perusahaan melakukan wawancara langsung di lokasi. Total 5.619 lowongan kerja tersedia, sementara 3.000 pencari kerja telah terdaftar. Mayoritas peserta merupakan lulusan SMK, sedangkan lulusan SD dan SMP diarahkan untuk mengikuti pelatihan tambahan atau kerja di luar negeri.

    “Kami targetkan 5.000 posisi bisa terisi semua. Masyarakat ayo manfaatkan peluang ini, datang dan daftar langsung,” pungkas Suko. (end/but)

  • Apel Siaga Bencana Ponorogo Jadi Momentum Introspeksi Hubungan Manusia dan Alam

    Apel Siaga Bencana Ponorogo Jadi Momentum Introspeksi Hubungan Manusia dan Alam

     

    Ponorogo (beritajatim.com) – Ratusan peserta dari berbagai unsur pemerintah, TNI-Polri, relawan, hingga organisasi masyarakat memenuhi Aloon-Aloon Ponorogo. Mereka mengikuti Apel Gabungan Kesiapsiagaan Bencana Hidrometeorologi dan Gelar Peralatan Penanggulangan Bencana. Namun, bukan sekadar apel rutin. Kegiatan ini menjadi momentum perenungan kolektif tentang hubungan manusia dan alam, yang belakangan semakin renggang.

    Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko dalam arahannya berbicara dengan nada yang dalam dan menohok. Dia menyebut, bencana hidrometeorologi bukan hanya takdir, tapi akibat tangan manusia sendiri yang abai terhadap keseimbangan alam.

    “Alam sudah tidak lagi bersahabat dengan kita, karena kita hadir tidak menjaga keseimbangan. Kita hidup dengan berbagai macam kerakusan sehingga alam menjadi marah. Maka bencana hidrometeorologi bukan saja takdir, tapi ulah tangan manusia dengan segala nafsunya,” tegas Kang Giri, sapaan akrabnya, Rabu (5/11/2025).

    Orang nomor satu di Bumi Reog itu mengajak seluruh masyarakat Ponorogo untuk belajar dari peristiwa banjir dan longsor yang melanda tahun lalu. Menurutnya, hujan, angin, dan petir yang datang silih berganti, seharusnya menjadi peringatan agar manusia berhenti memperlakukan alam semaunya sendiri.

    “Kita berdoa dan introspeksi agar Allah tidak mendatangkan bencana di Ponorogo,” katanya.

    Dia menegaskan, Ponorogo kini berada di wilayah yang disebutnya sebagai “sumber paket bencana”. Karena itu, apel dan gelar pasukan menjadi simbol partisipasi bersama dalam menjaga keseimbangan alam dan memperkuat mitigasi bencana.

    Kang Giri menambahkan bahwa pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Menurutnya, mitigasi bencana harus dilakukan secara menyeluruh hingga tingkat desa. Dia pun mengingatkan pentingnya gotong royong, kerja bakti, dan kesadaran warga untuk tidak membuang sampah ke sungai.

    “Semua pihak sampai ke desa-desa harus kerja bakti. Jangan ada sampah berkeliaran di sungai yang berasal dari drainase. Potongan bambu pun jangan dibuang ke sungai, karena bisa menghambat aliran air dan membuat jembatan ambrol,” pungkasnya. (End

  • Ada Kamar-Kamar Penginapan di Eks Terminal Seloaji Ponorogo, Diduga Jadi Tempat Praktik Terlarang

    Ada Kamar-Kamar Penginapan di Eks Terminal Seloaji Ponorogo, Diduga Jadi Tempat Praktik Terlarang

    Ponorogo (beritajatim.com) – Lahan eks Terminal Seloaji di Kecamatan Babadan, Ponorogo, yang seharusnya menjadi aset tidur milik pemerintah, ternyata disalahgunakan. Petugas gabungan menemukan adanya tempat penginapan atau bisa dibilang kos-kosan berukuran kecil, yang diduga dijadikan tempat praktik terlarang.

    Fakta itu terungkap saat Satpol PP Ponorogo bersama Forpimcam Babadan, Dinas Kesehatan (Dinkes), dan Dinas Perhubungan (Dishub) melakukan razia pada Senin (3/11) malam.

    Kepala Bidang Penegakan Perda Satpol PP Ponorogo, Hendra Asmara Putra, mengatakan selain menemukan bangunan warung kopi, petugas gabungan juga menemukan kurang lebih 10 penginapan atau kos kecil yang berukuran 2 meter kali 3 meter.

    “Kurang lebih ada 10 penginpan. Ya semacam kos kecil berukuran 2 meter kali 3 meter. Diduga juga digunakan untuk aktivitas ‘begitu’,” kata Hendra, Selasa (4/11/2025)

    Saat mengecek 10 bangunan kos-kosan itu, di salah satu kamar ditemukan 2 orang, laki-laki dan perempuan bukan suami istri. Keduanya pun kompak tidak bisa mengeluarkan tanda pengenal. Mereka menaku baru saja masuk di kamar tersebut.

    “Katanya mereka baru masuk, dan tidak bisa menunjukkan KTP. Ya, si laki-laki katanya cuma main saja,” ungkap Hendra.

    Dari informasi yang dihimpun, Hendra menyebut bahwa 10 kos-kosan kecil itu, digunakan para penunggu warung untuk menginap. Di mana, lokasi kos-kosan itu, tidak jauh dari 7 warung yang ditemukan di lokasi eks Terminal Seloaji, atau lokasi tepatnya berada di timur Terminal Seloaji yang saat ini beroperasi.

    “Penunggu warung ya menginapnya di situ (kos-kosan),” katanya.

    Diberitakan sebelumnya, lahan eks Terminal Seloaji di Kecamatan Babadan, Ponorogo, kembali menjadi sorotan. Area yang berada di sisi timur terminal utama itu diduga digunakan sebagai tempat praktik warung esek-esek. Dari hasil pemeriksaan lapangan, 13 orang sempat ditracking oleh petugas, dan dua di antaranya terindikasi positif HIV.

    Hendra mengatakan razia itu merupakan tindak lanjut dari laporan masyarakat sekitar yang merasa terganggu dengan aktivitas mencurigakan di kawasan tersebut.

    “Kegiatan semalam itu, berdasarkan aduan dari masyarakat. Warga merasa resah, ada suara kebisingan dan tempat yang agak ke belakang di terminal Seloaji lama itu, tempatnya menjadi kumuh,” kata Hendra. (end/ian)

  • Pelajar Ngawi Meninggal Usai Tabrak Truk Dump di Depan Taman Kota Madiun

    Pelajar Ngawi Meninggal Usai Tabrak Truk Dump di Depan Taman Kota Madiun

    Ngawi (beritajatim.com) – Seorang pelajar asal Kabupaten Ngawi meninggal dunia setelah sepeda motor yang dikendarainya menabrak bagian belakang truk dump di depan Taman Kota Madiun, Selasa (4/11/2025) siang sekitar pukul 13.00 WIB.

    Korban diketahui bernama Alvaro Erlangga Maulana Putra (15), warga Desa Mojomanis, Kecamatan Kwadungan, Kabupaten Ngawi. Saat kejadian, korban mengendarai motor Yamaha NMax nopol AE 5239 QK melaju dari arah utara ke selatan di Jalan Basuki Rahmad, Kota Madiun.

    Kasatlantas Polres Madiun Kota AKP Nanang Cahyono mengatakan, hasil olah tempat kejadian perkara (TKP) dan keterangan sejumlah saksi menunjukkan kecelakaan bermula ketika motor korban menabrak bagian belakang truk dump bernopol AE 9017 UP yang dikemudikan Tri Santoso (45), warga Desa Bondrang, Kecamatan Sawo, Kabupaten Ponorogo.

    “Truk tersebut melaju searah di depan korban. Diduga pengendara motor kurang konsentrasi dan tidak menjaga jarak aman, sehingga menabrak bagian belakang truk,” terang AKP Nanang Cahyono, Selasa (4/11/2025).

    Benturan keras membuat korban terpental dan mengalami luka parah di bagian kepala. Petugas yang datang ke lokasi memastikan korban meninggal dunia di tempat kejadian.

    “Korban meninggal dunia di TKP, sementara kedua kendaraan mengalami kerusakan,” imbuhnya.

    Akibat kecelakaan tersebut, motor Yamaha NMax milik korban mengalami kerusakan parah di bagian depan, sementara truk mengalami ringsek di bodi belakang. Kasus kecelakaan ini kini ditangani Unit Gakkum Satlantas Polres Madiun Kota. Petugas telah melakukan olah TKP, mengamankan kedua kendaraan sebagai barang bukti, dan memintai keterangan dari pengemudi truk untuk proses penyelidikan lebih lanjut. [rbr/beq]

  • Ada Kamar-Kamar Penginapan di Eks Terminal Seloaji Ponorogo, Diduga Jadi Tempat Praktik Terlarang

    Eks Terminal Seloaji Ponorogo Diduga Jadi Lokasi Warung Esek-Esek, Dua Terindikasi HIV

    Ponorogo (beritajatim.com) – Lahan eks Terminal Seloaji di Kecamatan Babadan, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, kembali disorot usai diduga disalahgunakan sebagai tempat praktik warung esek-esek. Fakta tersebut terungkap setelah tim gabungan Satpol PP Ponorogo bersama Forpimcam Babadan, Dinas Kesehatan (Dinkes), dan Dinas Perhubungan (Dishub) menggelar razia pada Senin malam (3/11/2025).

    Dalam razia tersebut, petugas menemukan tujuh warung kopi yang masih beroperasi di area eks terminal dan sepuluh bangunan kecil berukuran sekitar 2×3 meter menyerupai kamar kos. Dari hasil pemeriksaan di lokasi, tim kesehatan men-tracing 13 orang, dua di antaranya terindikasi positif HIV.

    Kepala Bidang Penegakan Perda Satpol PP Ponorogo, Hendra Asmara Putra, mengatakan operasi ini dilakukan setelah adanya aduan masyarakat sekitar yang resah dengan aktivitas mencurigakan di kawasan tersebut.

    “Kegiatan semalam itu berdasarkan aduan dari masyarakat. Warga merasa resah, ada suara kebisingan dan tempat yang agak ke belakang di terminal Seloaji lama itu, tempatnya menjadi kumuh,” ujar Hendra, Selasa (4/11/2025).

    Menurut Hendra, kondisi lapangan menunjukkan adanya indikasi kuat bahwa area tersebut digunakan untuk aktivitas prostitusi terselubung. “Diduga tempat itu digunakan untuk aktivitas ‘begitu’. Dari informasi yang kami terima, mereka menginap di situ,” katanya.

    Selain penindakan, petugas juga memberikan sosialisasi kepada penghuni dan pengelola warung agar tidak menjadikan lokasi itu sebagai tempat tinggal atau aktivitas malam yang menyalahi norma sosial. Pemerintah daerah menegaskan bahwa lahan eks Terminal Seloaji merupakan aset resmi Pemkab Ponorogo yang tidak boleh digunakan untuk kegiatan ilegal.

    Dinas Kesehatan Ponorogo turut melakukan pemeriksaan lapangan untuk mendeteksi potensi penularan penyakit menular seksual. “Yang di-tracking ada 13 orang dan ada dua yang terindikasi HIV,” ungkap Hendra.

    Razia gabungan tersebut akan terus dilakukan secara berkala sebagai bagian dari upaya Pemkab Ponorogo menata ulang kawasan eks Terminal Seloaji agar steril dari praktik maksiat dan tidak disalahgunakan untuk kegiatan yang melanggar hukum. [end/beq]

  • Pemkab Ponorogo Kebut Ratusan Proyek Jalan, Fokus Tingkatkan Konektivitas Antarwilayah

    Pemkab Ponorogo Kebut Ratusan Proyek Jalan, Fokus Tingkatkan Konektivitas Antarwilayah

    Ponorogo (beritajatim.com) – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ponorogo melalui Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPUPKP) tancap gas mempercepat perbaikan infrastruktur jalan. Sedikitnya 167 ruas jalan rusak bakal diperbaiki secara serentak, sebelum akhir tahun 2025.

    Anggaran sebesar Rp94 miliar digelontorkan dari pos Perubahan APBD (P-APBD) 2025, yang bersumber dari dana pinjaman Bank Jatim dan telah mendapat persetujuan pemerintah pusat. Pekerjaan ditargetkan rampung dalam 45 hari kerja dengan sistem pengerjaan paralel di berbagai wilayah.

    “Untuk tender cepat, ada 9 paket yang sudah kami launching dan sudah berkontrak. Sisanya, PL (penunjukan langsung),” ujar Kabid Bina Marga DPUPKP Ponorogo, Shintawati, Selasa (4/11/2025).

    Beberapa ruas jalan prioritas masuk kategori lelang cepat, antara lain Jalan Ngrayun–Mrayan, Jalan Jeruksing–Jabung, serta Jalan Kota Lama–Jenangan. Sejumlah proyek ini, dinilai strategis karena menjadi penghubung antarwilayah dan jalur mobilitas ekonomi warga.

    Menurut Shintawati, percepatan perbaikan dilakukan untuk meningkatkan konektivitas antarwilayah dan mewujudkan infrastruktur jalan yang lebih representatif menjelang pergantian tahun.

    “Kami kerja secara paralel, termasuk dengan PL. Kami memaksimalkan pekerjaan secepat mungkin,” tegasnya.

    Selain proyek jalan, DPUPKP juga menyiapkan pembangunan trotoar baru di 2 titik strategis tahun depan dengan nilai anggaran sekitar Rp6 miliar. Dua lokasi yang disiapkan yakni di Jalan K.H. Ahmad Dahlan dan Jalan Sultan Agung.

    “Rencananya tahun depan kami mulai. Tapi tetap menunggu evaluasi dan penyesuaian anggaran,” ungkap Shintawati.

    Langkah percepatan perbaikan jalan ini menjadi bagian dari upaya Pemkab Ponorogo untuk memperkuat infrastruktur dasar dan memperlancar aktivitas ekonomi warga di berbagai kecamatan. Jika target 167 ruas jalan selesai tepat waktu, maka wajah transportasi darat Ponorogo akan jauh lebih baik menyongsong tahun 2026. [end/aje]

  • Tumpahan Solar di Ponorogo Sebabkan Ibu Terjatuh, Damkar Bergerak Cepat

    Tumpahan Solar di Ponorogo Sebabkan Ibu Terjatuh, Damkar Bergerak Cepat

    Ponorogo (beritajatim.com) – Petugas Pemadam Kebakaran (Damkar) dan Penyelamatan Satpol PP Ponorogo bergerak cepat menangani tumpahan solar di ruas jalan Kelurahan Keniten, Senin (3/11/2025). Langkah sigap ini diambil setelah laporan warga menyebutkan adanya bahan bakar tumpah di jalan yang sempat menyebabkan seorang ibu terjatuh.

    Laporan pertama diterima sekitar pukul 09.55 WIB dari Pos Polisi Salju Buana. Tim regu C Damkar langsung diberangkatkan pukul 10.00 WIB dan tiba di lokasi delapan menit kemudian. Proses pembersihan dimulai pukul 10.10 WIB dan selesai dalam waktu kurang dari 20 menit.

    Kepala Bidang Damkar dan Penyelamatan Satpol PP Ponorogo, Bambang Supeno, membenarkan kejadian tersebut. Ia mengatakan bahwa pembersihan dilakukan di sekitar perempatan Pabrik Es yang menjadi jalur padat kendaraan.

    “Kami menerima informasi dari masyarakat pengguna jalan bahwa ada tumpahan solar. Lokasi di perempatan Salju Buana atau dekat pabrik es, dari arah utara ke barat. Teman-teman Damkar pun meluncur untuk melakukan pembersihan tumpahan solar. Alhamdulillah kurang lebih 15–30 menit bisa diselesaikan dan aman untuk pengguna jalan,” ujar Bambang.

    Menurut Bambang, panjang tumpahan solar mencapai sekitar 50 meter. Hingga kini, petugas belum mengetahui secara pasti dari kendaraan mana bahan bakar tersebut berasal. Meski demikian, upaya pembersihan cepat dilakukan untuk mencegah kecelakaan lanjutan.

    Petugas Damkar menggunakan peralatan khusus agar permukaan jalan tidak licin lagi dilalui kendaraan. Setelah seluruh area dipastikan aman, regu kembali ke markas pukul 10.30 WIB.

    Kini, jalur di kawasan perempatan Salju Buana Kelurahan Keniten telah kembali normal dan dapat dilalui kendaraan tanpa hambatan. [end/beq]

  • Kasus Hukum PMI di Hong Kong: DPRD Ponorogo Serukan Pembekalan Hukum Mendalam Sebelum Keberangkatan

    Kasus Hukum PMI di Hong Kong: DPRD Ponorogo Serukan Pembekalan Hukum Mendalam Sebelum Keberangkatan

    Ponorogo (beritajatim.com) – Kasus hukum yang menimpa salah satu pekerja migran Indonesia (PMI) asal Ponorogo di Hong Kong kembali mengingatkan kita akan pentingnya pembekalan yang lebih menyeluruh sebelum berangkat ke luar negeri.

    Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Ponorogo kini mendesak agar pembekalan hukum bagi calon pekerja migran diperkuat, tidak hanya sekadar formalitas pelatihan kerja.

    Wakil Ketua Komisi D DPRD Ponorogo, Ribut Riyanto, menegaskan bahwa lembaga pelatihan kerja (LPK) memiliki tanggung jawab besar untuk tidak hanya meningkatkan kemampuan bahasa dan keterampilan teknis calon pekerja migran, namun juga memberikan pemahaman tentang hukum negara tujuan.

    Materi terkait hukum negara tempat PMI bekerja, menurutnya, seharusnya menjadi bagian wajib dalam pelatihan. “Sehingga tidak terjadi seperti kejadian PMI yang di Hongkong ini, yang harus berhadapan dengan hukum karena masalah tertentu,” tegas Ribut, Minggu (2/11/2025).

    Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tersebut menilai, banyak kasus hukum yang dialami oleh PMI terjadi akibat minimnya pemahaman tentang aturan di negara tempat mereka bekerja. Keinginan untuk memperoleh uang tambahan seringkali menggoda mereka untuk melanggar aturan, yang berujung pada masalah hukum.

    “Edukasi juga kami harapkan diberikan oleh pemerintah dan P3MI sebelum mereka berangkat,” ungkap Ribut, yang juga merupakan mantan pekerja migran.

    Lebih lanjut, Ribut menyoroti pentingnya sertifikasi PMI sebagai dokumen yang harus dipandang lebih serius. Sertifikat ini tidak hanya menjadi syarat administratif, namun juga sebagai bukti bahwa seseorang telah memahami keterampilan teknis serta norma sosial dan hukum di negara tujuan. “Rambu-rambu ini harus bisa dipahami, mana yang bisa dilakukan dan mana yang tidak,” tambahnya.

    Kasus terbaru ini bermula ketika Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Ponorogo menerima laporan mengenai seorang PMI asal Ponorogo yang terjerat masalah hukum di Hong Kong. Pekerja perempuan tersebut ditangkap oleh petugas imigrasi saat hendak pulang ke Indonesia.

    Berdasarkan laporan awal, ia diduga menjual tiga kartu ATM miliknya yang kemudian digunakan dalam kasus pencucian uang. Kasus tersebut menjadi peringatan penting bagi seluruh pihak, mulai dari lembaga pelatihan, pemerintah daerah, hingga calon pekerja migran itu sendiri. [end/suf]

  • Talud di Telaga Ngebel Ponorogo Amblas, Akses Jalan Masih Bisa Dilewati

    Talud di Telaga Ngebel Ponorogo Amblas, Akses Jalan Masih Bisa Dilewati

    Ponorogo (beritajatim.com) – Keindahan Telaga Ngebel Ponorogo, sempat terusik oleh kejadian longsor yang menggerus salah satu ruas jalur lingkar telaga. Kejadian itu terjadi pada Rabu (29/10) lalu, talud di sisi selatan waduk ambrol bersamaan dengan tumbangnya pohon trembesi setinggi 5 meter.

    Meskipun begitu, akses jalan utama pun masih bisa dilewati. Namun, peristiwa itu menjadi peringatan agar wisatawan lebih berhati-hati, terutama di musim hujan ini.

    Camat Ngebel, Andri Hendhratmoyo, mengatakan, abrasi badan jalan tersebut sudah terjadi sejak sebulan terakhir. Lokasinya tak jauh dari SDN 1 Ngebel, tepatnya di Dusun Nglingi, Desa Ngebel. Dia menyebut, talud sepanjang 6 meter itu, tak sanggup menahan tekanan akar pohon yang condong ke arah perairan.

    “Kemarin itu sekitar jam 5 sore pohonnya ambruk, bersamaan dengan ambrolnya talud di bawahnya,” terang Andri, Sabtu (1/11/2025).

    Dia menceritakan, hujan deras dalam beberapa hari terakhir, memperparah kondisi tanah di bawah permukaan jalan, sehingga memicu longsor. Namun begitu, jalur lingkar telaga masih bisa dilalui kendaraan, sebab amblas hanya sebagian bahu jalan.

    “Tergerus sudah sebulanan, awalnya kecil dan semakin melebar. Kami koordinasi dengan PJT (Perum Jasa Tirta) dan dinas yang membawahi untuk perbaikan,” jelasnya.

    Dari hasil pengawasan, lanjut Andri, ditemukan beberapa titik lain di jalur lingkar Telaga Ngebel yang berpotensi longsor. Pihaknya sudah melaporkan kondisi tersebut ke instansi terkait agar segera mendapat penanganan.

    “Kami lakukan pengawasan jalan lingkar Ngebel. Titik tergerus ada di beberapa titik, itu kewenangan PJT. Untuk pohonnya kami laporkan ke Bina Marga,” ungkapnya.

    Andri pun mengimbau wisatawan agar lebih waspada, terutama saat hujan deras mengguyur kawasan telaga. Selain permukaan jalan yang licin, beberapa ruas juga memiliki kontur menurun dan tikungan tajam yang rawan tergelincir.

    Telaga Ngebel merupakan salah satu destinasi unggulan Ponorogo yang kerap dipadati pengunjung setiap akhir pekan. Namun, keindahan alamnya juga menyimpan tantangan tersendiri di musim penghujan, sebab ketika alam menuntut kehati-hatian lebih, dari setiap pengunjungnya. (end/ian)

  • Upaya Pemkab Ponorogo Berbuah Hasil, Sanksi KLH Akhirnya Dicabut

    Upaya Pemkab Ponorogo Berbuah Hasil, Sanksi KLH Akhirnya Dicabut

    Ponorogo (beritajatim.com) – Upaya panjang Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ponorogo dalam menata ulang perilaku masyarakat soal sampah akhirnya membuahkan hasil nyata.

    Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) resmi mencabut sanksi penutupan operasional Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Mrican, yang sebelumnya dijadwalkan berlaku mulai 7 November mendatang.

    Kabar baik itu disampaikan langsung oleh Plt Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Ponorogo, Jamus Kunto Purnomo.

    Kabar itu diterima setelah pihaknya melakukan koordinasi intens dengan Direktur Pengurangan Sampah KLH beberapa waktu yang lalu.

    “Bingung juga sampah dibuang di mana, kalau seumpama larangan ini diterapkan,” kata Jamus, mengingat kembali kekhawatiran yang sempat muncul sebelum keputusan pencabutan sanksi diumumkan, ditulis Sabtu (1/11/2025).

    Menurut Jamus, pencabutan sanksi itu tidak datang begitu saja. KLH memberikan beberapa catatan penting yang wajib dijalankan Pemkab Ponorogo sebagai komitmen perbaikan. Salah satunya adalah mengubah perilaku masyarakat dalam mengelola sampah serta membangun sistem pengolahan yang lebih baik dari hulu hingga hilir.

    Pemkab Ponorogo, kata Jamus merespons serius arahan tersebut. Beragam inovasi telah dijalankan DLH, mulai dari edukasi pengurangan sampah rumah tangga, penerapan biopori sampah di berbagai titik, hingga kampanye memilah sebelum membuang.

    “Sudah ada upaya, dan produksi sampah mulai berkurang, tidak lagi 70 ton,” ungkap Jamus optimistis.

    Sebelum 7 November, DLH menargetkan volume sampah yang masuk ke TPA Mrican bisa ditekan hingga 30–40 persen. Angka itu diharapkan terus menurun seiring peningkatan kesadaran warga dan efektivitas kebijakan pengolahan sampah terpadu.

    “Bukan masalah tidak boleh buangnya (sampah), tapi bagaimana masyarakat mengurangi produksi sampah. Nah, itu yang menjadi konsentrasi kementerian,” tegasnya.

    Dengan pencabutan sanksi tersebut, TPA Mrican dapat beroperasi normal. Namun, bagi Pemkab Ponorogo, keputusan itu bukan akhir, melainkan awal dari tanggung jawab baru untuk menjaga kepercayaan KLH.

    DLH kini memperkuat pengawasan dan memastikan program pengurangan sampah terus berjalan. Edukasi masyarakat, peningkatan fasilitas, dan pengelolaan berbasis lingkungan menjadi fokus utama agar TPA Mrican tak lagi menjadi sorotan nasional.

    Langkah-langkah tersebut menjadi bukti bahwa perubahan perilaku bukan hanya wacana, tetapi komitmen nyata. Ponorogo kini bergerak menuju pengelolaan sampah yang lebih bertanggung jawab, yakni dari kebiasaan membuang, menjadi budaya mengolah. (end/ted)