kab/kota: Pesisir Selatan

  • Dorong Pengembangan Marina Bay Lombok, WIKA Gedung Bangun 50 Vila Modular

    Dorong Pengembangan Marina Bay Lombok, WIKA Gedung Bangun 50 Vila Modular

    Jakarta

    PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WEGE) turut mendukung pengembangan kawasan Marina Bay Lombok yang terletak di pesisir selatan Lombok Barat. Dalam proyek ini, WEGE dipercaya membangun 50 unit villa modular yang dijadwalkan akan selesai pada akhir tahun 2025.

    Penandatanganan work agreement untuk proyek ini pun telah terlaksana pada 6 Agustus 2025, menandai dimulainya tahap implementasi konstruksi.

    “WEGE sangat bangga bisa menjadi bagian dari proyek Marina Bay Lombok yang luar biasa ini. Dengan pengalaman kami dalam teknologi Modular dan komitmen terhadap keberlanjutan, kami yakin dapat memberikan kontribusi besar dalam mewujudkan visi kawasan ini. Selain itu, proyek ini juga menjadi kesempatan untuk lebih memperkenalkan solusi konstruksi inovatif dan ramah lingkungan kepada pasar global,” ujar Direktur Operasi I WEGE, Bagus Tri Setyana dalam keterangan tertulis, Jumat (8/8/2025).

    Proyek pembangunan 50 unit Villa Modular ini akan dirancang dengan menggunakan Modular Lite (MoLi), sebuah sistem modular yang ringan dan hemat ruang. MoLi memiliki berat hanya 450 kg per unit, dengan dimensi 6x3x3 meter, dan dapat dipasang tanpa memerlukan peralatan berat sehingga praktis untuk pembangunan villa.

    Dalam proses pembangunan proyek, WGE memastikan standar internasional dengan fokus pada kualitas, kenyamanan, dan keberlanjutan. Sebab, pembangunan ini menjadi langkah penting dalam memperkenalkan konsep hunian modern yang tidak hanya memenuhi kebutuhan estetika, tetapi juga mendukung pengembangan kawasan pariwisata dan urban di Lombok Barat.

    Proyek ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian lokal, dengan menyediakan hunian berkualitas tinggi dan fasilitas yang mendukung gaya hidup masa depan.

    Tawarkan Nilai Investasi Tinggi

    Kawasan Marina Bay Lombok dirancang sebagai proyek pengembangan terintegrasi dengan skema mixed-use development. Skema ini mencakup zona residensial premium, fasilitas komersial modern, serta fasilitas rekreasi berkelas internasional.

    Bagus mengatakan proyek ini dikembangkan untuk memperkuat ekosistem pariwisata dan mempercepat pertumbuhan kawasan urban di Pulau Lombok. Berlokasi hanya 40 menit dari Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, Marina Bay Lombok menawarkan nilai investasi jangka panjang yang menjanjikan dengan potensi capital gain yang tinggi.

    Pengembangan infrastruktur yang terus berlanjut, termasuk peningkatan konektivitas bandara, akan menjadi faktor kunci dalam memastikan keberlanjutan dan kesuksesan proyek ini.

    Dalam proses pembangunan, WEGE juga menggunakan teknologi modular dalam pembangunan villa-villa tersebut. Teknologi ini dikenal karena efisiensinya dalam mengurangi waktu pembangunan, meningkatkan ketepatan konstruksi, dan mengurangi dampak lingkungan.

    Adapun penggunaan teknologi ini sejalan dengan komitmen WEGE terhadap keberlanjutan dan ramah lingkungan. Keberadaan teknologi ini juga memastikan kualitas bangunan yang lebih terjamin dan sesuai dengan standar internasional.

    Bagus berharap pengembangan Marina Bay Lombok dapat memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi daerah Lombok, terutama Lombok Barat. Hadirnya proyek ini juga diharapkan dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru, menarik investasi lebih lanjut, dan mendukung perkembangan sektor pariwisata di wilayah tersebut.

    Tonton juga Video: Fasilitas Mewah KEK Kura-Kura Bali: Hotel Bintang 6 hingga Marina Bay

    (anl/ega)

  • Detik-Detik Gelombang Tinggi Terjang Pantai Selatan Gunungkidul, Puluhan Kapal Nelayan dan Warung Rusak

    Detik-Detik Gelombang Tinggi Terjang Pantai Selatan Gunungkidul, Puluhan Kapal Nelayan dan Warung Rusak

    Liputan6.com, Gunungkidul – Gelombang tinggi menerjang sejumlah pantai di pesisir selatan Kabupaten Gunungkidul pada Selasa (5/8/2025) malam, mengakibatkan kerusakan puluhan kapal nelayan, warung makan, hingga kendaraan bermotor yang terparkir di bibir pantai.

    Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 21.00 WIB. Di Pantai Ngandong, Kalurahan Sidoharjo, Kapanewon Tepus, suasana malam awalnya tenang. Para nelayan dan warga pantai yang sejak sore beraktivitas mulai bersiap pulang. Namun, di tengah persiapan tersebut, ombak di kejauhan tampak meninggi dan bergulung cepat menuju daratan.

    Rujiman (52), warga setempat sekaligus pemilik warung makan di pantai itu, menceritakan detik-detik kejadian gelombang tinggi meluluhlantakan pesisir selatan Gunungkidul.

    “Kami sebenarnya sudah mendapat imbauan dari tim SAR untuk waspada gelombang tinggi. Jadi, sebagian nelayan mulai mengevakuasi perahu ke tempat yang lebih aman. Tapi saat proses evakuasi, ombak sudah terlanjur sampai dan menghantam. Satu perahu bahkan langsung pecah, tidak bisa diselamatkan,” ujarnya.

    Tak hanya kapal, warung makan milik Rujiman yang biasa ramai dikunjungi wisatawan juga terkena dampak. Meja kursi berantakan, peralatan dapur terendam air asin, dan sebagian barang dagangan hanyut terbawa arus.

    “Airnya masuk deras sekali. Tidak ada waktu untuk menyelamatkan barang-barang. Kursi dan meja semua roboh, alat masak penuh pasir,” imbuhnya.

    Kondisi serupa terjadi di Pantai Siung, yang berjarak sekitar 10 kilometer dari Ngandong. Sulis, pemilik warung di sana, mengatakan malam itu awalnya seperti biasa. Beberapa warga dan pemilik warung memilih bermalam di pantai sambil menjaga barang dagangan. Namun, suasana berubah saat gelombang tinggi datang tiba-tiba.

    “Kami sedang ngobrol di area parkir. Tiba-tiba air laut sudah sampai kaki, padahal jaraknya lumayan dari bibir pantai. Motor-motor yang terparkir langsung terendam, bahkan ada yang jatuh dan rusak parah,” kata Sulis.

    Bu Anis, pedagang lainnya, mengaku kaget karena selama beberapa hari sebelumnya kondisi laut terlihat normal. Namun, malam itu ombak menerjang hingga merendam warung-warung.

    “Kami sudah biasa menghadapi musim gelombang, tapi ini rasanya lebih besar dari biasanya,” ungkapnya.

     

  • BMKG Ingatkan Ancaman Banjir Rob, Ini Wilayah Terdampak-Tanggalnya

    BMKG Ingatkan Ancaman Banjir Rob, Ini Wilayah Terdampak-Tanggalnya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Banjir rob berpotensi terjadi di sejumlah wilayah pesisir Indonesia. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan fenomena akan terjadi pada bulan Agustus.

    “Adanya fenomena Fase Bulan Purnama pada tanggal 09 Agustus 2025 dan Perigee pada tanggal 14 Agustus 2025 berpotensi meningkatkan ketinggian air laut maksimum,” tulis BMKG dari akun Instagram @bmkgmaritim, dikutip Sabtu (2/8/2025).

    BMKG menjelaskan banjir pesisir ini akan berdampak pada masyarakat yang ada di sekitar pelabuhan maupun pesisir. Mulai dari aktivitas bongkar muat di pelabuhan, aktivitas pemukiman pesisir dan aktivitas tambak garam dan perikanan darat.

    Masyarakat diminta waspada dan siaga dalam mengantisipasi dampang pasang maksimum air laut. Selain itu juga selalu memperhatikan informasi cuaca maritim terbaru yang dikeluarkan BMKG.

    – Pesisir Sumatra Utara

    Pesisir Kecamatan Medan Belawan, Medan Labuhan dan Medan Marelan (9-15 Agustus 2025)

    – Pesisir Kepulauan Riau

    Pesisir Batam, Pesisir Bintan (9-14 Agustus)
    Pesisir Karimun (7-12 Agustus 2025)
    Pesisir Dabo Singkep (7-11 Agustus 2025)
    Pesisir Tanjung Pinang (9-12 Agustus 2025)

    – Pesisir Sumatra Barat

    Pesisir Kota Padang, Pesisir Kab. Padang Pariaman, Pesisir Kab. Pesisir Selatan, Pesisir Kep. Metawai (8-12 Agustus 2025)

    – Pesisir Jambi

    Pesisir Timur Jambi (5-10 Agustus 2025)

    – Pesisir Kep. Bangka Belitung

    Pesisir Kota Pangkalpinang, Pesisir Tanjungpandan (6-12 Agustus 2025)

    – Pesisir Banten

    Pesisir Utara Tangerang (5-13 Agustus 2025)
    Selat Sunda Barat Pandeglang (5-13 Agustus 2025)
    Pesisir Selatan Pandeglang (10-12 Agustus 2025)
    Perairan Selatan Lebak (9-17 Agustus 2025)

    – Pesisir Jakarta

    Pesisir Kamal Muara, Kapuk Muara, Pluit, Ancol, Kamal, Marunda, Cilincing, Tanjung Priok, Kalibaru, Muara Angke, Penjaringan (2-9 Agustus 2025)

    – Pesisir Jawa Barat

    Pesisir Subang, Indramayu, Cirebon (2-6 Agustus 2025)

    – Pesisir Jawa Tengah

    Pesisir Brebes (14-20 Agustus 2025)

    – Pesisir D.I. Yogyakarta

    Pesisir Kab.Kulon Progo, Kab. Bantul, dan Kab. Gunungkidul (10-17 Agustus 2025)

    – Pesisir Jawa Timur

    Surabaya Pelabuhan (8-11 Agustus 2025)

    – Pesisir Bali

    Pesisir Selatan Bali (9-16 Agustus 2025)

    – Pesisir Nusa Tenggara Barat

    Pesisir Lombok dan Bima (7-11 Agustus 2025)

    – Pesisir Nusa Tenggara Timur

    Pesisir Utara dan Selatan P.Flores. Pesisir P.Sumba, Pesisir P. Sabu-Raijua, Pesisir P.Timor-Rote (8-11 Agustus 2025)

    – Pesisir Kalimantan Utara

    Perairan Tarakan (10-13 Agustus 2025)

    – Pesisir Kalimantan Selatan

    Pesisir Kotabaru, Tanah Bumbu (8-14 Agustus 2025)

    – Pesisir Kalimantan Barat (6-10 Agustus 2025)

    – Pesisir Maluku

    Pesisir Kep. Kai, Pesisir Kep. Aru (11-18 Agustus 2025)
    Pesisir Kep.Tanimbar (11-17 Agustus 2025)

    – Pesisir Papua Selatan

    Pesisir Merauke (11-18 Agustus 2025)
    Pesisir Selat Muli (9-17 Agustus 2025).

    (dce)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Mobil Pikap Jatuh ke Jurang Jalan Lintas Jambi-Sumbar, Dua Orang Tewas
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        30 Juli 2025

    Mobil Pikap Jatuh ke Jurang Jalan Lintas Jambi-Sumbar, Dua Orang Tewas Regional 30 Juli 2025

    Mobil Pikap Jatuh ke Jurang Jalan Lintas Jambi-Sumbar, Dua Orang Tewas
    Tim Redaksi
    JAMBI, KOMPAS.com
    – Dua orang tewas dalam kecelakaan tunggal di Km 38,
    Jalan Lintas Jambi-Sumbar
    , Sungai Penuh-Tapan, Kota Sungai Penuh, Rabu (30/7/2025), sekitar pukul 03.30 WIB.
    Kecelakaan ini melibatkan satu unit
    mobil pikap
    bermuatan kelapa serta satu penumpang dan sopir.
    Kasi Humas Polres Kerinci Iptu D.S.Sitinjak mengatakan, kecelakaan ini berawal ketika mobil pikap sedang melaju dari arah Tapan, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumbar, hendak menuju Kota Sungai Penuh.
    Saat itu, mobil yang turut membawa dua penumpang berpapasan dengan kendaraan lain.
    Karena bahu jalan ambles, ban depan pikap terpelosok dan jatuh ke jurang sedalam 25 meter.
    “Kecelakaan ini menyebabkan dua orang meninggal dunia dan satu orang mengalami luka,” kata Sitinjak, saat dikonfirmasi melalui pesan singkat, Rabu (30/7/2025).
    Identitas dua orang yang meninggal dunia itu ialah sopir Nando (29) dan Alan (45). Adapun yang mengalami luka ialah Yora (29).
    Ketiganya merupakan warga Nagari Sumedang, Kecamatan Ranah Pesisir, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumbar.
    Tim Satlantas Polres Kerinci dibantu warga telah mengevakuasi jenazah korban.
    Kemudian, jenazah korban dibawa ke rumah duka di Pesisir Selatan.
    Adapun korban Yora yang mengalami luka dibawa ke Rumah Sakit Tapan.
    “Untuk mobil masih di dasar jurang karena masih menunggu untuk dievakuasi,” tuturnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Megathrust ‘Meledak’, Selatan Jawa Pernah Digulung Tsunami Raksasa

    Megathrust ‘Meledak’, Selatan Jawa Pernah Digulung Tsunami Raksasa

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sebagai negara yang berada di pertemuan tiga lempeng tektonik aktif dunia, yakni Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik, Indonesia memiliki tingkat kerawanan yang tinggi terhadap bencana gempa bumi dan tsunami, terutama di wilayah pesisir selatan Jawa. Namun, catatan sejarah mengenai peristiwa tsunami di wilayah ini masih sangat terbatas.

    “Artinya, kita bisa saja melewatkan ancaman besar yang pernah terjadi di masa lalu, sebagaimana kita lihat pada kasus tsunami raksasa Aceh 2004,” ungkap Periset Bidang Sedimentologi, Pusat Riset Kebencanaan Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Purna Sulastya Putra, dalam keterangan tertulis, Minggu (27/7/2025).

    Untuk mengisi kekosongan pengetahuan tersebut, tim BRIN melakukan riset paleotsunami, yaitu studi ilmiah untuk mendeteksi jejak tsunami purba berdasarkan data geologi melalui lapisan sedimen yang tersimpan di tanah dan batuan. Riset ini memungkinkan tim bisa memetakan peristiwa tsunami yang terjadi bahkan ribuan tahun lalu.

    Berdasarkan survei lapangan yang telah dilakukan sejak 2006 hingga 2024, tim mencatat adanya lapisan endapan tsunami purba, salah satunya diperkirakan berasal dari kejadian tsunami sekitar 1.800 tahun yang lalu. Endapan tersebut tersebar di wilayah selatan Jawa, seperti Lebak, Pangandaran, Kulon Progo, hingga Pacitan.

    Temuan endapan tsunami dengan umur yang sama di berbagai lokasi sepanjang selatan Jawa mengindikasikan bahwa peristiwa tersebut sangat besar (tsunami raksasa), kemungkinan merupakan akibat dari gempa megathrust bermagnitudo 9 atau lebih, seperti yang terjadi pada tsunami Aceh 2004.

    Untuk melengkapi temuan tersebut, pada Mei 2025, BRIN melanjutkan kegiatan survei di wilayah selatan Kulon Progo, Bantul, dan Gunung Kidul, dengan fokus pencarian jejak tsunami yang lebih muda usianya, karena secara hipotesis perulangan gempa besar dengan magnitudo >9.0 di selatan Jawa adalah sekitar 675 tahun sekali.

    Foto: Titik lokasi pusat megathrust. (Dok. Google Maps)
    Titik lokasi pusat megathrust. (Dok. Google Maps)

    “Metode yang digunakan adalah pemboran tangan, trenching atau pembuatan kolam paritan, dan pemetaan LiDAR,” jelas Purna.

    “Ekspedisi kami kali ini difokuskan untuk mencari jejak paleotsunami yang usianya lebih muda dari sekitar 1.800 tahun yang lalu, agar kami bisa merekonstruksi berapa kali tsunami raksasa akibat gempa megathrust bermagnitudo lebih dari 9 pernah terjadi di selatan Jawa,” ujar Purna.

    Hasil trenching di kawasan Kulon Progo membuahkan hasil berupa ditemukannya tiga lapisan pasir yang diduga kuat sebagai endapan tsunami purba. Lapisan tersebut mengandung foraminifera laut dan memiliki struktur khas akibat hempasan gelombang besar.

    Purna menerangkan bahwa salah satu lapisan yang ditemukan diduga berasal dari kejadian tsunami sekitar 1.800 tahun lalu. Ia juga menambahkan bahwa terdapat lapisan-lapisan lain yang usianya lebih muda, yang mengindikasikan bahwa tsunami besar kemungkinan telah terjadi berulang kali di wilayah tersebut.

    Saat ini, proses analisis terhadap sampel-sampel sedimen tersebut masih berlangsung. Sampel dengan analisis radiocarbon dating sedang dikirim ke laboratorium luar negeri untuk mengetahui waktu kejadian tsunami purba.

    “Temuan paleotsunami ini bukan sekadar catatan akademik. Data tersebut sangat penting untuk menyusun zonasi wilayah rawan bencana, menjadi pertimbangan tata ruang dan pembangunan wilayah pesisir, serta meningkatkan kesadaran publik termasuk simulasi evakuasi tsunami (tsunami drill), khususnya di kawasan wisata Pantai,” tegas Purna.

    Dirinya berharap, temuan ini menjadi bagian dari pengambilan kebijakan berbasis data ilmiah. Sehingga, mitigasi bencana dapat dilakukan secara lebih tepat, efektif, dan menyeluruh.

    (wur/wur)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Fakta-fakta Temuan Jejak Tsunami Purba di Kulon Progo hingga Gunung Kidul

    Fakta-fakta Temuan Jejak Tsunami Purba di Kulon Progo hingga Gunung Kidul

    Bisnis.com, JAKARTA – BRIN melakukan riset paleotsunami, yaitu studi ilmiah untuk mendeteksi jejak tsunami purba berdasarkan data geologi melalui lapisan sedimen yang tersimpan di tanah dan batuan. Riset ini memungkinkan tim bisa memetakan peristiwa tsunami yang terjadi bahkan ribuan tahun lalu.

    Berdasarkan survei lapangan yang telah dilakukan sejak 2006 hingga 2024, tim mencatat adanya lapisan endapan tsunami purba, salah satunya diperkirakan berasal dari kejadian tsunami sekitar 1.800 tahun yang lalu. Endapan tersebut tersebar di wilayah selatan Jawa, seperti Lebak, Pangandaran, Kulon Progo, hingga Pacitan.

    Berikut fakta-fakta temuan bekas tsunami di Indonesia

    Periset Bidang Sedimentologi, Pusat Riset Kebencanaan Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Purna Sulastya Putra mengatakan.

    Temuan endapan tsunami dengan umur yang sama di berbagai lokasi sepanjang selatan Jawa mengindikasikan bahwa peristiwa tersebut sangat besar (tsunami raksasa), kemungkinan merupakan akibat dari gempa megathrust bermagnitudo 9 atau lebih, seperti yang terjadi pada tsunami Aceh 2004.

    Untuk melengkapi temuan tersebut, pada Mei 2025, BRIN melanjutkan kegiatan survei di wilayah selatan Kulon Progo, Bantul, dan Gunung Kidul, dengan fokus pencarian jejak tsunami yang lebih muda usianya, karena secara hipotesis perulangan gempa besar dengan magnitudo >9.0 di selatan Jawa adalah sekitar 675 tahun sekali.

    “Metode yang digunakan adalah pemboran tangan, trenching atau pembuatan kolam paritan, dan pemetaan LiDAR,” jelas Purna.

    “Ekspedisi kami kali ini difokuskan untuk mencari jejak paleotsunami yang usianya lebih muda dari sekitar 1.800 tahun yang lalu, agar kami bisa merekonstruksi berapa kali tsunami raksasa akibat gempa megathrust bermagnitudo lebih dari 9 pernah terjadi di selatan Jawa,” ujar Purna.

    Hasil trenching di kawasan Kulon Progo membuahkan hasil berupa ditemukannya tiga lapisan pasir yang diduga kuat sebagai endapan tsunami purba. Lapisan tersebut mengandung foraminifera laut dan memiliki struktur khas akibat hempasan gelombang besar.

    Purna menerangkan bahwa salah satu lapisan yang ditemukan diduga berasal dari kejadian tsunami sekitar 1.800 tahun lalu. Ia juga menambahkan bahwa terdapat lapisan-lapisan lain yang usianya lebih muda, yang mengindikasikan bahwa tsunami besar kemungkinan telah terjadi berulang kali di wilayah tersebut.

    Saat ini, proses analisis terhadap sampel-sampel sedimen tersebut masih berlangsung.  Sampel dengan analisis radiocarbon dating sedang dikirim ke laboratorium luar negeri untuk mengetahui waktu kejadian tsunami purba.

    “Temuan paleotsunami ini bukan sekadar catatan akademik. Data tersebut sangat penting untuk menyusun zonasi wilayah rawan bencana, menjadi pertimbangan tata ruang dan pembangunan wilayah pesisir, serta meningkatkan kesadaran publik termasuk simulasi evakuasi tsunami (tsunami drill), khususnya di kawasan wisata Pantai,” tegas Purna. 

    Dirinya berharap, temuan ini menjadi bagian dari pengambilan kebijakan berbasis data ilmiah. Sehingga, mitigasi bencana dapat dilakukan secara lebih tepat, efektif, dan menyeluruh.

    Sebagai negara yang berada di pertemuan tiga lempeng tektonik aktif dunia, yakni Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik, Indonesia memiliki tingkat kerawanan yang tinggi terhadap bencana gempa bumi dan tsunami, terutama di wilayah pesisir selatan Jawa.

    Namun, catatan sejarah mengenai peristiwa tsunami di wilayah ini masih sangat terbatas. 

  • Gempa 7,3 Magnitudo Guncang Alaska, Picu Peringatan Tsunami

    Gempa 7,3 Magnitudo Guncang Alaska, Picu Peringatan Tsunami

    GELORA.CO -Sebuah gempa bumi kuat dengan 7,3 magnitudo mengguncang wilayah pesisir selatan Alaska, Amerika Serikat pada Rabu siang waktu setempat, 16 Juli 2025 

    Gempa tersebut memicu peringatan tsunami yang membuat warga di sepanjang garis pantai sejauh 1.127 km bergegas mencari tempat lebih tinggi.

    Meski begitu, peringatan tsunami tersebut kemudian diturunkan statusnya dan akhirnya dibatalkan. Tidak ada laporan mengenai kerusakan signifikan akibat gempa ini.

    Gempa terjadi pada pukul 12.37 siang di lepas pantai selatan Sand Point, sebuah komunitas kecil di Pulau Popof, bagian dari gugus Kepulauan Aleut. Guncangan dirasakan hingga Anchorage, kota besar yang berjarak hampir 966 kilometer dari pusat gempa.

    Gempa terjadi pada pukul 12.37 siang di lepas pantai selatan Sand Point, sebuah komunitas kecil di Pulau Popof, bagian dari gugus Kepulauan Aleut. Guncangan dirasakan hingga Anchorage, kota besar yang berjarak hampir 966 kilometer dari pusat gempa.

    “Kami telah melihat gempa bumi lain di daerah tersebut yang tidak menimbulkan gelombang tsunami yang signifikan, tetapi kami menanganinya dengan serius dan menjalankan prosedur kami,” ujar Jeremy Zidek, juru bicara Divisi Manajemen Darurat Alaska, seperti dimuat Associated Press.

    “Kami pastikan masyarakat diberitahu sehingga mereka dapat mengaktifkan prosedur evakuasi mereka,” tambahnya. 

    Pusat Peringatan Tsunami Nasional awalnya mengeluarkan peringatan tsunami untuk wilayah dari barat daya Homer hingga Unimak Pass. Komunitas besar seperti Kodiak, dengan penduduk lebih dari 5.000 orang, juga masuk dalam wilayah terdampak. 

    Namun, sekitar satu jam kemudian, statusnya diturunkan menjadi waspada, dan akhirnya dibatalkan menjelang pukul 14.45.

    Tsunami kecil tercatat di Sand Point dengan ketinggian air tidak lebih dari 6,3 cm di atas permukaan pasang. 

    “Tidak ada kerusakan di bandara, tampaknya tidak ada kerusakan di pelabuhan, sungguh tidak ada kerusakan yang berarti,” kata Kepala Polisi Sand Point, Benjamin Allen.

    Namun, beberapa kerusakan kecil terjadi di toko kelontong Alaska Commercial. Vickey McDonald, manajer toko tersebut, mengatakan bahwa sekitar separuh dari rak minuman beralkohol runtuh dan botol-botolnya pecah. 

    “Saya punya asap cair, saus barbekyu, dan acar pecah di lantai. Baunya sangat menyengat di sini,” ujarnya.

    Di beberapa komunitas seperti Unalaska dan King Cove, pejabat setempat segera memerintahkan warga di zona rawan banjir untuk mengungsi ke tempat yang lebih tinggi atau menjauh ke pedalaman. 

    Di Seward, Jodie Stevens, seorang turis, bersama suaminya sedang mengamati burung puffin ketika mereka mendengar seruan untuk mengungsi.

    “Kami berjalan beberapa blok menanjak di tengah hujan. Seseorang dari pusat menyuruh semua orang segera pindah ke dataran tinggi,” kata dia.

    Mereka baru setengah jalan menuju titik evakuasi ketika sirene berbunyi menandakan bahwa situasi telah aman.

    Sementara itu, Badan Meteorologi Nasional (NWS) menyatakan tidak ada ancaman tsunami untuk wilayah pesisir Pasifik lainnya di Amerika Serikat dan Kanada, seperti Washington, Oregon, dan California

  • Melimpah Ruah Tak Terjual: Kisah Pilu Nelayan Lobster Gunungkidul

    Melimpah Ruah Tak Terjual: Kisah Pilu Nelayan Lobster Gunungkidul

    Liputan6.com, Gunungkidul – Nelayan di pesisir selatan Kabupaten Gunungkidul mulai menjerit akibat anjloknya harga jual benih bening lobster (BBL) yang selama ini menjadi andalan mata pencaharian mereka. Penurunan harga ini dirasakan bertahap sejak tahun 2023, dan mencapai titik terendah pada Mei 2025.

    Sarpan, Ketua Kelompok Nelayan Sadeng, menyebut harga BBL yang sebelumnya bisa menyentuh angka Rp40.000 per ekor, kini hanya dihargai Rp2.000. Penurunan harga terjadi secara bertahap – dari Rp40.000 menjadi Rp9.000, lalu Rp7.000, dan kini menyentuh level paling rendah dalam dua tahun terakhir. “Hari ini cuma bisa pasrah. Dulu bisa diandalkan, sekarang katanya karena yang bisa mengolah cuma Vietnam. Sementara pasokan setiap hari berlimpah, ya jadinya harga jatuh,” keluh Sarpan, Kamis (10/7/2025).

    Penurunan harga juga terjadi pada lobster dewasa. Jika sebelumnya lobster super bisa dijual di atas Rp1 juta per kilogram, kini harganya berkisar Rp800 ribu. Sarpan menampik anggapan bahwa anjloknya harga disebabkan permainan para pengusaha besar. Menurutnya, persoalan utama justru terletak pada fluktuasi pasar yang tidak bisa dikendalikan nelayan kecil.

    Namun, persoalan para nelayan tak berhenti di soal harga. Perubahan cuaca yang tak menentu juga sangat mempengaruhi jumlah tangkapan di laut. “Kalau cuaca bagus, bisa dapat ratusan ekor. Tapi kalau cuaca jelek, paling cuma belasan. Sekarang laut makin susah diprediksi,” katanya.

    Di sisi lain, tak semua nelayan memiliki akses ke koperasi atau eksportir resmi. Banyak yang akhirnya menjual benur ke pembeli lokal dengan harga jauh lebih murah, bahkan terjebak dalam praktik jual beli di luar mekanisme legal. “Kalau aturannya makin ketat, sementara harga makin jatuh, ya nelayan kecil kayak kami ini mau makan apa?” ujarnya.

    Meskipun populasi lobster di laut selatan masih cukup melimpah, hanya jenis tertentu yang diminati pasar, seperti lobster pasir dan mutiara. Jenis lain seperti lobster batu, bambu, dan baladewa kini kurang diminati. Membedakan jenis lobster ini bukan hal mudah. Diperlukan pengalaman dan kepekaan nelayan yang sudah akrab dengan laut. “Sungutnya nyala. Kalau pasir biru satu, kalau mutiara biru dua,” jelas Sarpan.

  • Ubur-Ubur Biru Serbu Perairan Selatan Gunungkidul, Puluhan Wisatawan Tersengat

    Ubur-Ubur Biru Serbu Perairan Selatan Gunungkidul, Puluhan Wisatawan Tersengat

    Liputan6.com, Gunungkidul – Suasana libur sekolah yang semestinya menjadi momen rekreasi ceria di kawasan pesisir selatan Gunungkidul justru diwarnai kecemasan. Puluhan wisatawan dilaporkan mengalami sengatan ubur-ubur biru saat bermain air di sejumlah pantai, seperti Pantai Baron, Kukup, Drini, Krakal, dan Sepanjang.

    Serangan ubur-ubur ini tidak hanya menyebabkan luka ringan, tetapi beberapa korban bahkan harus mendapat penanganan medis intensif di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Saptosari. “Sejak awal pekan ini, kami mencatat ada puluhan wisatawan yang tersengat ubur-ubur biru. Korban terbanyak adalah anak-anak dan remaja yang sedang bermain air di tepian pantai,” ujar Sekretaris Satlinmas Rescue Istimewa Korwil II Baron, Surisdiyanto, Kamis (11/7/2025).

    Menurut Surisdiyanto, ubur-ubur biru atau yang secara ilmiah dikenal sebagai Physalia physalis, memiliki racun yang cukup berbahaya bagi manusia. Hewan laut ini memang tampak indah dengan warna biru terang, namun di balik keindahannya tersembunyi ancaman serius. “Korban umumnya mengalami luka memerah di kulit, seperti melepuh, terasa panas, nyeri seperti terbakar, dan dalam beberapa kasus menimbulkan sesak napas atau pusing. Bahkan ada yang mengalami reaksi alergi parah sehingga harus segera dibawa ke rumah sakit,” jelasnya.

    Beberapa luka terlihat menyerupai bekas cambukan di kulit, terutama di bagian tangan, kaki, dan area tubuh yang paling sering terkena tentakel saat berenang atau bermain air. Rasa nyeri bisa berlangsung selama beberapa jam hingga beberapa hari tergantung tingkat keparahan dan sensitivitas korban. “Racun pada tentakel ubur-ubur ini langsung menyerang sistem saraf lokal. Pada beberapa orang yang memiliki riwayat alergi atau daya tahan tubuh lemah, reaksi bisa lebih berat, seperti syok anafilaksis,” lanjutnya.

    Tim SAR dan petugas pantai yang berjaga sempat memberikan pertolongan pertama kepada para korban di lokasi, seperti dengan membilas luka menggunakan air laut, air cuka dan kompres panas. Namun beberapa korban tetap harus dilarikan ke RSUD Saptosari untuk mendapat perawatan medis lanjutan.“Kami bekerja sama dengan petugas medis di pantai dan puskesmas terdekat. Tapi yang luka cukup parah tetap kami rujuk ke rumah sakit,” kata Surisdiyanto.

    Kemunculan ubur-ubur biru di perairan selatan Jawa bukanlah hal baru. Setiap musim kemarau, terutama saat angin timur mulai bertiup kencang, koloni ubur-ubur ini kerap terbawa arus laut hingga ke pesisir. “Fenomena ini biasa terjadi saat angin timur membawa massa air dari Samudera Hindia ke pantai. Tapi karena bertepatan dengan masa liburan, jumlah korban jadi cukup tinggi,” ujar Surisdiyanto.

    Pihak Satlinmas Rescue bersama SAR dan relawan pantai terus meningkatkan pengawasan serta patroli di sepanjang garis pantai. Spanduk dan papan peringatan sudah dipasang di titik-titik rawan untuk mengingatkan pengunjung agar tidak bermain air terlalu jauh ke laut.

    Surisdiyanto mengimbau agar wisatawan selalu mematuhi arahan petugas pantai, tidak bermain air di area yang telah diperingatkan, dan segera melapor bila mengalami sengatan. “Kalau terkena, jangan panik. Bilas dengan air laut, jangan pakai air tawar karena bisa memperparah luka. Jangan digosok atau digaruk. Kalau nyerinya tak tertahan, sebaiknya segera ke pos SAR atau fasilitas kesehatan terdekat,” katanya.

  • BNPB Tabur 16 Ton Bahan Semai ke Angkasa Cegah Hujan Deras Jabodetabek

    BNPB Tabur 16 Ton Bahan Semai ke Angkasa Cegah Hujan Deras Jabodetabek

    BNPB Tabur 16 Ton Bahan Semai ke Angkasa Cegah Hujan Deras Jabodetabek
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (
    BNPB
    ) telah menaburkan 16 ton
    bahan semai
    ke angkasa untuk mencegah potensi hujan deras di wilayah
    Jabodetabek
    .
    “BNPB telah menaburkan bahan semai ke angkasa sebanyak total 16 ton melalui 18 sorti penerbangan.
    Bahan semai
    tersebut meliputi 12,4 ton Natrium Klorida (NaCl) dan 3,6 ton Kalsium Oksida (CaO),” ujar Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, dalam keterangannya, Jumat (11/7/2025).
    Natrium Klorida adalah garam dan Kalsium Oksida adalah kapur tohor.
    Dua unit pesawat Caravan PK-DPI dan PK-SNL menerbangkan bahan semai di atas langit Pesisir Utara dan Pesisir Selatan Jawa Barat dalam 24 jam di Lanud Halim Perdanakusuma.
    “Wilayah penaburan bahan semai diprioritaskan di wilayah perairan utara Karawang, Bekasi, Indramayu, dan sekitarnya, termasuk wilayah yang menjadi hulu sungai yang berhilir di daerah rawan bencana banjir Jabodetabek,” tuturnya.
    Penyemaian ini dilakukan untuk mencegat awan-awan hujan yang akan masuk ke darat sehingga hujan bisa diturunkan ke wilayah laut.
    Sebagaimana diketahui, operasi
    modifikasi cuaca
    ini merupakan upaya pemerintah dalam penanganan darurat cuaca ekstrem di musim kemarau basah yang melanda wilayah Jawa Barat dan Jakarta.
    Operasi Modifikasi Cuaca
    (OMC) dilaksanakan oleh BNPB dengan dukungan dari BMKG dan TNI Angkatan Udara.
    Modifikasi cuaca
    rencananya telah dilaksanakan sejak Senin (7/7/2025) hingga hari ini, Jumat (11/7/2025).
    OMC bertujuan untuk mengurangi hujan dengan intensitas tinggi yang diperkirakan masih akan turun pada pekan pertama Juli 2025.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.