kab/kota: Pekanbaru

  • PDIP tegaskan komitmen bangun basis politik di Riau lewat tiga pilar

    PDIP tegaskan komitmen bangun basis politik di Riau lewat tiga pilar

    Jakarta (ANTARA) – Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan atau PDIP menegaskan komitmennya membangun basis politik di Riau melalui tiga pilar utama, yaitu penguatan akar budaya Melayu, penanaman keteladanan sejarah, dan merumuskan ide-cita-cita masa depan.

    Dilansir dari keterangan resmi, Sekretaris Jenderal DPP PDIP Hasto Kristiyanto dalam Konferensi Daerah dan Konferensi Cabang PDIP serentak di Pekanbaru, Riau, Sabtu, mengatakan bahwa dalam hal budaya, sumbangsih kultural Riau sangat fundamental bagi persatuan nasional.

    Hasto memuji keindahan songket dan tarian Riau yang disajikan dalam drama musikal, lalu menyampaikan pantun penghormatan.

    Ia juga menekankan pentingnya peran sentral budaya Melayu dalam mempersatukan Indonesia melalui Sumpah Pemuda 1928.

    “Meskipun pengguna Bahasa Jawa, Sunda, Batak jauh lebih besar, para pemuda visioner itu mencari suatu tradisi kebudayaan yang menjadi jembatan. Mengapa Bahasa Indonesia yang akarnya Melayu? Maka, banggalah bahasa ini sungguh-sungguh telah menyatukan kita,” katanya.

    Kemudian, terkait pilar kedua soal keteladanan sejarah, Hasto menyampaikan keprihatinannya karena banyak anak bangsa yang lupa sejarah akibat pendidikan politik yang ahistoris.

    Ia pun mengajak kader PDIP untuk meneladani pengorbanan sejati, dimulai dari kisah Sultan Syarif Kasim II dari Kesultanan Siak.

    “Beliau mempersembahkan kedaulatannya, mahkotanya, pedangnya, dan dana sebesar 13 juta gulden dipersembahkan bagi Republik yang baru berdiri. Beliau tidak bertanya mau jadi apa, dan akhirnya beliau lebih memilih menjadi rakyat biasa,” ujarnya.

    Pada kesempatan itu, Hasto juga menyoroti semangat Bung Karno yang mendirikan Partai Nasional Indonesia (PNI) pada usia 26 tahun dengan prinsip noncooperation melawan kolonialisme terbesar di dunia saat itu.

    “Seorang anak muda memekikkan dengan lantang: ‘Saya mendirikan PNI untuk memerdekakan Indonesia Raya’,” ucapnya.

    Untuk menguji mental kader, Hasto membacakan surat mengharukan dari kader PNI di Ciamis yang akan digantung Belanda, sebagai contoh pengorbanan total demi kemerdekaan.

    “Bayangkan, sebelum digantung, mereka berkirim surat kepada Bung Karno yang isinya menyatakan pergi ke tiang gantungan dengan hati gembira karena yakin Bung Karno akan melanjutkan peperangan,” katanya.

    Ia lantas melontarkan tantangan kepada para kader PDIP yang hadir untuk memiliki keberanian seperti itu.

    “Apakah kita punya keberanian seperti ini? Pemilu baru menghadapi intimidasi, sudah banyak yang takut dan melintir,” ujarnya.

    Ia juga menegaskan kembali pesan moral Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang berpesan bahwa menjadi banteng-banteng PDI Perjuangan tidak ditentukan oleh jabatannya apa, tetapi ditentukan oleh apa yang bisa kita berikan kepada rakyat Indonesia.

    PDIP, kata Hasto, harus fokus membangun peradaban politik berbasis pengorbanan dan ideologi, bukan sekadar mengejar kekuasaan transaksional.

    Pewarta: Nadia Putri Rahmani
    Editor: Didik Kusbiantoro
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Tol Trans Sumatera Bakal Nambah 62,4 Km, Ini Ruasnya

    Tol Trans Sumatera Bakal Nambah 62,4 Km, Ini Ruasnya

    Jakarta

    Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatra (JTTS) Ruas Betung-Tempino-Jambi Seksi 1 sepanjang 62,4 kilometer (km) dikebut. Ruas ini akan menjadi tambahan alternatif penghubung Kabupaten Banyuasin dan Kabupaten Musi Banyuasin.

    Jalan Tol Betung-Tempino-Jambi akan tersambung sepanjang 170,73 km dan terbagi menjadi tiga seksi utama, yakni Seksi 1 Betung-Tungkal Jaya sepanjang 62,38 km, Seksi 2 Tungkal Jaya-Bayung Lencir sepanjang 54,32 km, dan Seksi 3 Bayung Lencir-Sp. Ness sepanjang 52,59 km.

    Executive Vice President (EVP) Sekretaris Perusahaan Hutama Karya Mardiansyah mengatakan, saat ini progres konstruksi telah mencapai 30,83%, sementara progres pembebasan lahan mencapai 43,35%. Seksi 1 ruas ini juga telah tersedia Interchange Betung, sementara pekerjaan perkerasan untuk Akses Betung telah rampung seluruhnya.

    “Paralel dengan pelaksanaan pekerjaan utama yang ditargetkan selesai pada Triwulan I Tahun 2027, juga dibagun Tempat Istirahat dan Pelayanan (TIP) yang saat ini dalam tahap penyelesaian,” tutur kata Mardiansyah, dikutip dari keterangan tertulis, Sabtu (22/11/2025).

    Selain jalan utama, ruas ini juga dilengkapi 5 (lima) interchange (IC), diantaranya yaitu IC Betung sepanjang 2,2 km, IC Tungkal Jaya sepanjang 3,31 km, IC Bayung Lencir sepanjang 2,98 km, IC Tempino sepanjang 1,87 km, dan IC Ness sepanjang 2,07 km. Lalu akan ada empat pasang TIP yang berlokasi di KM 24+600 Seksi 1 Jalur A & B, KM 73+550 Seksi 2 Jalur A & B, KM 125+600 Seksi 3 Jalur A & B, serta KM 158+000 Seksi 3.

    Lebih lanjut, Jalan Tol Betung-Tempino-Jambi menghubungkan Kecamatan Betung di Kabupaten Banyuasin menuju Kecamatan Sungai Lilin di Kabupaten Musi Banyuasin, dan selanjutnya akan tersambung hingga Kota Jambi. Ruas ini juga akan terintegrasi dengan jalur JTTS menuju Pelabuhan Bakauheni di Provinsi Lampung.

    Pembangunan Tol Trans Sumatera

    Kehadiran jalan tol ini diharapkan memperkuat konektivitas dan mempercepat mobilitas masyarakat di Sumatera Selatan. Dengan panjang 170,73 km, waktu tempuh dari Kota Jambi menuju Betung yang semula sekitar 6 jam dapat dipersingkat menjadi hanya 2 jam, sehingga memberikan manfaat langsung bagi masyarakat Kabupaten Musi Banyuasin hingga Kota Palembang.

    “Hutama Karya berkomitmen senantiasa berkoordinasi dengan semua pemangku kepentingan baik pusat atau daerah untuk memastikan pembangunan ruas tol ini berjalan tepat waktu serta memenuhi standar keamanan dan mutu terbaik. Kami berharap kehadiran jalan tol ini dapat segera dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi di wilayah Sumatera Selatan,” ujar Mardiansyah.

    Hingga saat ini, Hutama Karya telah membangun JTTS sepanjang kurang lebih 1.235 km, mencakup ruas yang beroperasi penuh maupun dalam tahap konstruksi. Ruas-ruas operasional di antaranya Tol Bakauheni-Terbanggi Besar (140 km), Tol Terbanggi Besar-Pematang Panggang-Kayu Agung (189 km), Tol Palembang-Indralaya (22 km), Tol Indralaya-Prabumulih (64 km), dan Tol Betung-Jambi Seksi 3 (Bayung Lencir-Tempino) (52,1 km).

    Kemudian ada Tol Bengkulu-Taba Penanjung (16,7 km), Tol Pekanbaru-Dumai (132 km), Tol Medan-Binjai (17 km), Tol Binjai-Pangkalan Brandan (58 km), Tol Pekanbaru-XIII Koto Kampar (55,4 km), Tol Padang-Sicincin (35,4 km), Tol Indrapura-Kisaran (48 km), Tol Kuala Tanjung-Tebing Tinggi-Sinaksak (91 km), serta Tol Sigli-Banda Aceh Seksi 2-6 (49 km).

    (shc/hns)

  • Anak Gajah Lela Mati di PLG Sebanga Bengkalis
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        22 November 2025

    Anak Gajah Lela Mati di PLG Sebanga Bengkalis Regional 22 November 2025

    Anak Gajah Lela Mati di PLG Sebanga Bengkalis
    Tim Redaksi
    PEKANBARU, KOMPAS.com
    – Seekor anak gajah sumatera bernama Nurlela di Pusat Latihan Gajah (PLG) Sebanga, Kabupaten Bengkalis, Riau, dilaporkan mati pada Sabtu (22/11/2025).
    Kepala Balai Besar
    Konservasi
    Sumber Daya Alam (BBKSDA)
    Riau
    , Supartono, membenarkan kabar tersebut.
    “Benar, anak gajah Lela mati di Pusat Konservasi Gajah Sebanga,” akui Supartono kepada wartawan melalui keterangan tertulis, Sabtu.
    Supartono menjelaskan, anak gajah betina itu berusia **(1,6)** tahun. Lela merupakan anak dari pasangan gajah betina Puja dan gajah jantan Sarma, yang lahir pada 6 April 2024.
    Pada 20 November 2025, Lela terpantau kurang aktif dari biasanya meski nafsu makan dan minum masih baik.
    “Berdasarkan informasi tersebut, kami menurunkan tenaga medis untuk melakukan pemeriksaan,” ujar Supartono.
    Dari hasil pemeriksaan tim medis yang terdiri dari dokter hewan dan mahout, suhu tubuh Lela masih normal. Pemeriksaan lanjutan dilakukan, termasuk pemberian cairan infus dan obat serta pemantauan setiap dua jam.
    “Keesokannya, gajah Lela masih terpantau makan dan minum seperti biasa dan tetap minum air susu induknya, Puja,” kata Supartono.
    Namun, kondisi berubah pada Sabtu dini hari. Pada pukul 00.30 WIB, petugas
    PLG Sebanga
    mendengar Lela menjerit. Saat dicek, Lela masih berdiri dan aktif bergerak. Lalu, pada pukul 01.00 WIB, Lela kembali menjerit dan ditemukan dalam posisi terbaring.
    Petugas melakukan penanganan hingga Lela kembali bangun, minum, dan menyusu. Namun, sekitar pukul 05.30 WIB, Lela ditemukan terbaring dan dinyatakan mati.
    Untuk memastikan penyebab kematian, tim dokter hewan
    BBKSDA Riau
    melakukan nekropsi untuk melihat perubahan pada organ-organ vital.
    “Selain itu, tim medis melakukan pengambilan sampel jaringan yang selanjutnya akan diuji di laboratorium,” tambah Supartono.
    Dengan kematian Lela, jumlah gajah di PLG Sebanga kini tinggal lima ekor. Semuanya merupakan gajah dewasa, terdiri dari satu jantan bernama Sarma dan empat betina bernama Puja, Sela, Rosa, dan Dora.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Pesan Kapolda Riau di Brimob Run 2025: Selamatkan TNTN Rumah Gajah

    Pesan Kapolda Riau di Brimob Run 2025: Selamatkan TNTN Rumah Gajah

    Pekanbaru

    Kapolda Riau Irjen Pol Herry Heryawan memberi pesan mendalam saat menutup Brimob Run 2025 bertema ‘Brimob Presisi untuk Lestari’. Melalui momentum ini, Kapolda mengajak masyarakat untuk menyelamatkan lingkungan, khususnya Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN) sebagai rumah Gajah Sumatera.

    Dalam sambutannya, Irjen Pol Herry Heryawan menyampaikan Brimob Run 2025 ini memiliki makna folisofis mendalam, yakni soal kebersamaan dan solidaritas.

    “Lari bersama ini memiliki nilai filosofis yang tinggi. Kita bangun kebersamaan, kepedulian terhadap lingkungan, budaya, dan upaya melakukan restorasi, termasuk menanam pohon,” ujar Irjen Herry Heryawan, di Halaman Mapolda Riau, Sabtu (22/11/2025).

    Polda Riau menggelar Brimob Run 2025 dalam memperingati HUT ke-80 Korps Brimob, Sabtu (22/11/2025). Foto: dok. Polda Riau

    Menurutnya, kebersamaan ini tidak hanya untuk sesama manusia. Lebih mendalam, Kapolda meminta seluruh masyarakat juga memegang nilai kebersamaan sama halnya untuk alam dan lingkungan, terutama Tesso Nilo yang tengah menghadapi konflik.

    “TNTN adalah rumah gajah sejak dulu hingga sekarang. Kawasan ini harus kita kembalikan menjadi habitat gajah, harimau, dan satwa lainnya. Hari ini, melalui kegiatan ini, kita menyuarakan keadilan bagi satwa yang tak bisa bersuara,” tegasnya.

    Kapolda menyampaikan Polri dan TNI serta jajaran Forkopimda akan terus mengedepankan upaya persuasif untuk menyelesaikan konflik di Tesso Nilo. Ia berpesan kepada masyarakat untuk sama-sama menjaga Tesso Nilo sebagai paru-paru dunia.

    Komunitas Teman Tuli juga ikut memeriahkan Brimob Run 8K 2025 di Polda Riau. (Foto: dok. Polda Riau)

    “Upaya kita bersama TNI dan Forkopimda adalah mengedepankan komunikasi tanpa kekerasan. Keadilan harus diberikan kepada alam agar tercipta perdamaian antara manusia dan lingkungan,” katanya di hadapan para peserta.

    “Terima kasih untuk panitia dan para peserta atas semangat kebersamaan yang dibangun dalam kegiatan ini. Kami, Brimob Polda Riau akan selalu hadir untuk masyarakat,” kata Kombes Ketut.

    Senada dengan Kapolda Riau, Kombes Ketut juga menyampaikan pesan dalam kegiatan ini. Ia mengajak seluruh masyarakat untuk terus menyuarakan program Green Policing sebagai upaya untuk menyelamatkan Bumi Lancang Kuning.

    Brimob Run 2025 dalam memperingati HUT ke-80 Korps Brimob, Sabtu (22/11/2025) digelar meriah dengan hadiah umroh hingga sepeda listrik dan lain-lain. (Foto: dok. Polda Riau)

    “Mari kita jaga bersama alam dan lingkungan di Bumi Lancang Kuning yang kita cintai ini. Menanam pohon adalah menanam harapan untuk masa depan,” katanya seraya mengajak masyarakat untuk menanam pohon.

    Brimob Run 2025 ini diikuti oleh 1.600 peserta. Yang menarik, lomba lari sejauh 8 kilometer ini dilakukan secara berkelompok dengan jumlah peserta 8 orang per tim.

    Yang tak biasa, lomba lari ini bertema unik, di mana para peserta menggunakan kostum-kostum unik yang bertema alam hingga budaya. Ada yang pakai kostum gajah, Shaun The Sheep, hingga berpakaian adat.

    Acara ditutup dengan meriah dengan pembagian doorprize berhadiah umroh, peralatan elektronik, dan masih banyak lagi. Para peserta begitu antusias mengikuti kegiatan ini.

    “Seru ya. Tadi ada yang pakai kostum gajah, Shaun The Sheep. Kalau kami pakai baju sekolah. Semoga tahun depan diadain lagi,” kata Vicki, peserta asal Pekanbaru.

    (mea/idh)

  • Polres Pelalawan Riau Tetapkan Bidan Tersangka Malpraktik Salah Sunat

    Polres Pelalawan Riau Tetapkan Bidan Tersangka Malpraktik Salah Sunat

    PEKANBARU – Satuan Reserse Kriminal (Satreskrim) Kepolisian Resor Pelalawan, Provinsi Riau, menetapkan seorang bidan berinisial EV sebagai tersangka kasus dugaan malapraktik salah sunat seorang anak sehingga membuat bagian kemaluannya terpotong.

    “Bidan EV telah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan salah sunat,” kata Kepala Satreskrim Polres Pelalawan AKP I Gede Yoga Eka Pranata dilansir ANTARA, Jumat, 21 November.

    Gede Yoga menjelaskan penetapan tersangka dilakukan setelah penyidik memastikan adanya unsur kelalaian dalam tindakan sunat yang dilakukan EV pada Juni 2025.

    Hal itu setelah memeriksa sejumlah pihak mulai dari pelapor, terlapor, tenaga medis dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Dinas Kesehatan, Kepala Puskesmas, hingga saksi ahli.

    “Setelah perkara naik ke tahap penyidikan dan melalui gelar perkara, EV resmi kita tetapkan sebagai tersangka,” ujarnya.

    Atas perbuatannya, EV disangkakan melanggar Pasal 360 KUHP tentang kelalaian yang menyebabkan orang lain sakit atau luka, serta ketentuan pidana dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan.

    Gede Yoga mengatakan pihaknya telah melayangkan panggilan pertama kepada EV untuk diperiksa sebagai tersangka, namun ia mangkir. Penyidik akan melayangkan panggilan kedua.

    Korban dalam kasus ini adalah bocah berusia sembilan tahun berinisial AS. Ia mengalami luka serius setelah kepala kemaluannya terpotong saat menjalani proses sunat oleh bidan EV.

    Peristiwa itu berawal ketika AS disunat di tempat praktik EV di Desa Pulau Muda, Kecamatan Teluk Meranti. Saat itu, proses sunat disebut berlangsung lancar, namun dengan alat kelamin AS dibalut perban dan diperbolehkan pulang bersama orang tuanya.

    Akan tetapi beberapa hari kemudian AS mengeluhkan rasa sakit ketika buang air kecil disertai pendarahan. Saat orang tuanya membuka perban, mereka terkejut mendapati kepala kemaluan sang anak telah terpotong.

    Kasus ini sempat diupayakan untuk dimediasi, namun pertemuan antara keluarga korban dan bidan EV tidak menghasilkan kesepakatan. Akibat penanganan awal yang lambat, keluarga korban harus menanggung sendiri biaya pengobatan ketika membawa AS ke rumah sakit di Pekanbaru.

    Setelah kasus mencuat, pihak Dinas Kesehatan turun tangan mendampingi korban. Tidak puas dengan penanganan dan kondisi AS yang mengalami cedera permanen, keluarga kemudian memilih menempuh jalur hukum dan melaporkan kasus tersebut ke Polres Pelalawan

     

  • Kisah Katwadi, Penjaga Makam 16 Tahun Hidup Bersama Kematian: Saya Lebih Takut Anak dan Istri Tak Makan
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        21 November 2025

    Kisah Katwadi, Penjaga Makam 16 Tahun Hidup Bersama Kematian: Saya Lebih Takut Anak dan Istri Tak Makan Regional 21 November 2025

    Kisah Katwadi, Penjaga Makam 16 Tahun Hidup Bersama Kematian: Saya Lebih Takut Anak dan Istri Tak Makan
    Tim Redaksi
    PEKANBARU, KOMPAS.com
    – Suatu sore, Katwadi (39) tengah mengerjakan sebuah batu nisan Tempat Pemakaman Umum (TPU) Uka, Jalan Uka, Kelurahan Air Putih, Kecamatan Tuah Madani, Pekanbaru, Riau, Jumat (21/11/2025).
    Katwadi satu dari enam orang pekerja di TPU Uka. Ia berstatus tenaga harian lepas (THL). Pria ini memakai setelan baju kaus lengan panjang, celana pendek, dan topi.
    Sebuah batu nisan untuk makam sudah hampir selesai ia kerjakan di depan sebuah ruangan tempat istirahat.
    Tinggal memoles dan merapikan sudut-sudutnya menggunakan sendok semen, pekerjaannya tampak sangat rapi dan bersih.
    Itu adalah batu nisan terakhir yang dibuatnya sebelum waktu pulang, seperti biasanya, jam pulang kerja 16.00 WIB.
    “Saya selesaikan batu nisan ini dulu baru pulang,” ujar Katwadi saat berbincang dengan Kompas.com sembari bekerja.
    Raut wajahnya tampak sudah lelah seharian kerja. Keringat punggung membasahi bajunya.
    Di sampingnya ada seorang pekerja lainnya, Aswali Rahmat (60), yang sedang istirahat. Sesekali mereka tampak bercengkrama.
    Di tengah dia bekerja, warga tampak ramai silih berganti untuk ziarah.
    Di dalam kawasan
    pemakaman
    , ada juga yang terlihat berjualan minuman, sedangkan di luar pagar, berjejer meja jual bunga dan sesajen.
    Katwadi sendiri mengaku sudah 16 tahun bekerja di tempat peristirahatan terakhir itu.
    Sehari-hari, ia dan lima orang pekerja lainnya, bekerja menggali kubur, merawat makam, membuat batu nisan, dan membuat papan kuburan. Satu orang ditunjuk sebagai koordinator.
    TPU Uka memiliki luas lahan 10 hektare, dikelola oleh Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (Perkim) Kota
    Pekanbaru
    .
    Waktu awal bekerja, statusnya masih lajang. Sekarang ia sudah berumah tangga dan memiliki tiga orang anak.
    Katwadi bercerita, waktu ia tidak memiliki pekerjaan tetap, kadang bekerja sebagai tukang bangunan.
    “Waktu itu ada kawan yang mengajak kerja tukang gali kubur karena waktu itu susah cari orang kerja menguburkan jenazah,” ujarnya.
    Tanpa pikir panjang, Katwadi memutuskan untuk bekerja di pemakaman itu. Ia masuk dengan syarat KTP dan ijazah terakhir.
    Pilihan kerja lain dan gaji yang sesuai sulit untuk dia dapat kala itu.
    “Saya cuma tamat SD (sekolah dasar). Dulu kerja tukang bangunan, kadang ada kadang tidak. Makanya, saya mau kerja di sini, yang penting halal,” kata Katwadi seraya tertawa kecil.
    Katwadi bekerja sebagai honorer kontrak per tahun. Dari segi gaji, ia digaji per hari dan terima sekali sebulan. Namun, gaji yang diterima jumlahnya tak menentu atau tidak tetap.
    Sebab, hari libur tidak hitung gaji sehingga semakin banyak tanggal merah, gajinya semakin kecil.
    “Gaji kami Rp 80.000 sehari. Sebulan kami terima rata-rata Rp 2 juta. Dulu penah juga ada Rp 1,6 juta karena hari libur tidak masuk hitungan,” kata Katwadi.
    Padahal, kata dia, hari libur tetap bekerja, termasuk Lebaran Idul Fitri dan Idul Adha.
    “Lebaran kami juga kerja,” akuinya.
    Kendati demikian, Katwadi tetap menikmati hasil keringatnya. Ia juga bersyukur saat ini pembayaran gaji sudah normal setiap bulannya.
    Sebelumnya, pembayaran gaji pekerja sempat terlambat.
    Dengan penghasilan yang relatif kecil, ia masih bisa bayar cicilan rumah, motor, dan biaya anak sekolah.
    “Anak saya ketiganya SD. Biaya anak-anak ini yang lumayan besar. Belum lagi kebutuhan pokok. Kalau dihitung-hitung enggak cukup gaji segitu,” ungkapnya.
    Namun, imbuh dia, kadang ada dapat penghasilan tambahan dari jasa pembuatan batu nisan dan papan kuburan.
    Untuk jasa pembuatan batu nisan, Katwadi tidaklah mematok tarif. Ia terima secara sukarela.
    Untuk papan kuburan, untuk jenazah bayi seharga Rp 500.000 dan jenazah dewasa Rp 900.000.
    “Untuk buat papan makam, kami kan beli kayu dan paku. Itu hasilnya kami bagi rata. Alhamdulillah, cukup buat beli sarapan sama minyak motor,” kata dia.
    Ia dan pekerja lainnya hanya berharap mendapatkan kenaikan gaji dari pemerintah.
    “Kami hanya bisa berharap. Kalau ada insentif tentu kami sangat senang. Kalau kartu BPJS ada kami dikasih sama pemerintah,” ungkapnya.
    Selama belasan tahun bekerja, Katwadi pernah sekali merasa momen yang paling mengharukan. Seorang rekan kerjanya meninggal dunia sekitar dua bulan yang lalu.
    Pekerja yang meninggal itu bernama Boyadi (55), selaku koordinator TPU Uka.
    “Dia meninggal dunia setelah kami makamkan jenazah. Setelah makamkan jenazah, dia pergi buang air. Tiba-tiba tumbang dan meninggal. Sebelum meninggal, dia sering merenung di kuburan dan ruangan istirahat. Ini momen yang mengharukan bagi kami,” ujarnya.
    Momen haru lainnya, tambah dia, melihat keluarga dari jenazah yang menangis dan meratap saat pemakaman.
    Katwadi pernah beberapa memakamkan jenazah pada malam hari. Meski tempat tinggalnya cukup jauh dari TPU, di Kecamatan Rumbai, Pekanbaru, ia tetap datang memenuhi panggilan jiwa itu.
    “Sudah tak terhitung gali kubur malam hari. Ada yang jam 10 atau 11 malam. Karena kami dapat telepon dari keluarganya, jenazah minta dikuburkan, ya kami langsung datang. Tak pernah kami tolak,” sebutnya.
    Jenazah yang dimakamkan malam hari, ada bayi dan orang dewasa.
    Tak pernah mengalami kejadian aneh 
    Bercerita tentang kuburan, kerap dikaitkan dengan kejadian-kejadian mistis.
    Namun, Katwadi sendiri sudah belasan tahun bekerja di pemakaman, belum pernah mengalami kejadian aneh atau misterius.
    “Kalau saya sendiri belum pernah melihat atau mengalami kejadian yang aneh-aneh,” akuinya.
    Ia juga mengaku tak ada lagi rasa takut bekerja di pemakaman.
    Tapi, waktu awal-awal bekerja, Katwadi pernah merasa takut berhadapan dengan kuburan dan menguburkan jasad.
    “Waktu awal dulu iya ada rasa takut. Kalau sekarang biasa saja. Saya lebih takut anak istri tak makan,” ungkapnya.
    Katwadi juga tidak ada melakukan ritual khusus sebelum memulai pekerjaan di pemakaman.
    Selama bekerja, belum pernah juga ada permintaan yang aneh dari ahli waris atau peziarah.
    “Baca bismillah saja. Kalau permintaan yang aneh-aneh tidak ada. Justru kadang kami dikasih nasi sama buah-buahan sama peziarah,” sebutnya. 
    TPU Uka, terbagi dua. Sebagian makam umat Islam dan sebagian non-muslim.
    Selama bekerja, Katwadi pernah melakukan bongkar makam atas permintaan keluarga.
    Pihak keluarga meminta makam dibongkar untuk dipindahkan ke kampung halamannya.
    “Seingat saya ada 10 makam yang saya bongkar. Itu makam yang non-muslim saja. Dipindahkan ke Medan, Sumatera Utara,” ucap Katwadi.
    Katwadi bercerita, dalam sehari pernah memakamkan belasan jenazah. Kejadian itu belum lama, tepat pada Selasa (18/11/2025) kemarin.
    “Hari Selasa kemarin yang banyak, ada 11 orang yang kami makamkan. Hari ini ada dua orang, kemarin lima orang,” sebutnya.
    Bekerja di kuburan, terkadang dipandang sebelah mata.  Tak sembarang orang yang mau bekerja di tempat ini.
    Namun, Katwadi tidak peduli dengan stigma sosial itu. Baginya, yang terpenting adalah kebutuhan keluarganya bisa terpenuhi.
    Ia mengaku, sejauh ini belum pernah mendengar secara langsung suara orang yang menyepelekan pekerjaannya.
    “Kalau secara langsung belum pernah. Karena bagi saya, apa pun pekerjaan yang penting halal. Saya tidak malu, tidak akan minder. Keluarga mendukung. Saya hanya malu pekerjaan mencuri,” kata dia.
    Namun, ia mengaku anaknya pernah diejek oleh teman sekolahnya. 
    “Anak saya pernah diejek teman sekolahnya. Temannya bilang ‘bapaknya tukang gali kubur’. Tapi, anak saya jawab ‘tak apa-apa, yang penting halal’,” sebut Katwadi.
    Hampir setiap hari, Katwadi melihat jasad masuk ke liang lahat. Terkadang, usai pemakaman ia merenungkan diri sejak sambil berkata dalam hati bahwa kematian itu nyata. Tak akan bisa lagi kembali ke dunia.
    “Saya melihat kematian itu memang nyata adanya. Jadi, saya berpikir, saya harus rajin beribadah. Jangan sampai saya ‘pulang kosong’. Alhamdulillah, sejak bekerja di sini ibadah jadi meningkat, meski ada juga kadang bolong-bolong shalatnya,” aku Katwadi.
    Salah seorang rekan kerja Katwadi, Aswali Rahmat (60), bercerita bahwa pernah melihat orang datang ke kuburan untuk berobat.
    “TPU ini tak ada yang tinggal jaga di sini. Kami cuma datang bekerja ke sini. Kadang kami cek makam malam hari,” kata Aswali kepada Kompas.com.
    Suatu malam, Aswali melihat ada dua unit mobil sedan masuk ke pemakaman. Ia langsung mengejar dengan sepeda motornya untuk menanyakan maksud kedatangan orang tersebut.
    “Waktu jam 12 malam, saya lihat ada dua mobil masuk mutar-mutar. Terus berhenti dan menggali di samping makam. Mereka bawa beras kunyit dan lilin,” tuturnya.
    “Saya pikir orang mau kubur bayi. Pas saya tanya, mereka bilang mau berobat karena disuruh orang pintar. Terus saya bilang kalau mau berobat ke rumah sakit saja, lalu mereka pergi,” cerita Aswali.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Polda Riau Catat Sejarah, 21 Ribu Pohon Ditanam demi Masa Depan Hijau Lestari

    Polda Riau Catat Sejarah, 21 Ribu Pohon Ditanam demi Masa Depan Hijau Lestari

    Pekanbaru

    Kepolisian Daerah (Polda) Riau mencatat sejarah baru di Hari Pohon Sedunia 2025. Di bawah pimpinan Kapolda Irjen Herry Heryawan, Polda Riau menanam 21.000 pohon secara serentak selama 2 pekan ini.

    Kegiatan ini dipusatkan di Danau Khayangan, Rumbai, Kota Pekanbaru, Jumat (21/11/2025) dengan melibatkan 500 pelajar di tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) se-Kota Pekanbaru. Aksi penanaman pohon ini dihadiri oleh Wali Kota Pekanbaru Agung Nugroho, Danrem 031/Wira Bima Brigjen TNI Jarot Suprihanto, Kapolresta Pekanbaru Kombes Jeki Rahmat Mustika, para pejabat utama (PJU) Polda Riau, Partai Hijau Riau (PHT), hingga aktivis lingkungan hidup.

    Penanaman 21.000 pohon ini menjadi tonggak sejarah baru di Provinsi Riau, sekaligus menjadi harapan untuk alam yang hijau lestari di tengah isu kebakaran hutan (karhutla), deforestasi, hingga perambahan hutan.

    Irjen Herry Heryawan menyampaikan menanam pohon adalah investasi jangka panjang untuk masa depan. Dampaknya tidak akan dirasakan langsung, tetapi beberapa tahun yang akan datang.

    “Kegiatan ini adalah investasi jangka panjang demi masa depan bumi dan anak cucu kita. Kita akan merasakan dampak besarnya 5 sampai 10 tahun yang akan datang,” katanya.

    Foto: Gerakan penanaman 21.000 pohon menyambut Hari Pohon Nasional di Pekanbaru, Riau. (dok. Polda Riau)

    Dalam sambutannya, Kapolda menekankan pentingnya menanam pohon. Pohon bukan hanya paru-paru dunia yang menghasilkan oksigen, tetapi sekaligus menjaga keberlangsungan alam.

    Penanaman pohon merupakan bagian dari program Green Policing yang diinisiasi Kapolda Riau yang mengedepankan pendekatan pentahelix berbasis komunitas. Menurutnya, menanam pohon akan menjadi potofolio kehidupan.

    Melalui kegiatan ini, Kapolda juga ingin menanamkan nilai-nilai baik dari kehidupan. “Apa yang kita tanam hari ini baik pohon, aksi, maupun nilai akan menentukan kualitas hidup generasi masa depan,” ujarnya.

    Polda Riau berkomitmen untuk terus melanjutkan upaya pelestarian lingkungan melalui program Green Policing. Bukan tanpa alasan, Provinsi Riau sebagai salah provinsi rawan karhutla, deforestasi, hingga perambahan hutan.

    “Kami telah dan anak terus berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mencegah kerusakan alam dan mempromosikan gaya hidup ramah lingkungan,” tambahnya.

    (mea/dhn)

  • BPS Buka Lowongan Kerja 190 Ribu Petugas Sensus Ekonomi 2026, Gaji Tinggi

    BPS Buka Lowongan Kerja 190 Ribu Petugas Sensus Ekonomi 2026, Gaji Tinggi

    Liputan6.com, Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia membuka lowongan kerja besar-besaran untuk pelaksanaan Sensus Ekonomi 2026 yang akan digelar pada Juni–Juli 2026. Sebanyak 190 ribu petugas lapangan akan direkrut untuk mendata seluruh pelaku usaha di Indonesia, yang dilakukan setiap 10 tahun sekali.

    Wakil Kepala BPS RI, Sonny Harry Budiutomo Harmadi, menjelaskan dalam kegiatan FGD sosialisasi Sensus Ekonomi 2026 di Pekanbaru, Jumat, bahwa program nasional ini akan mulai diluncurkan pada Januari 2026, sementara proses rekrutmen akan dibuka pada Februari 2026.

    “Kami butuh 190 ribu petugas di lapangan, bisa dari mahasiswa, dosen, akademisi silahkan bergabung karena ini sifatnya padat karya se-Indonesia. Bayaran tergantung jumlah responden yang mereka kumpulkan, kemungkinan bisa Rp 3-5 juta per bulan,” ujarnya dikutip dari Antara, Jumat (21/11/2025).

    Sonny mengatakan sensus ekonomi merupakan momen penting untuk mencacah seluruh pelaku usaha, mulai dari skala rumah tangga hingga perusahaan besar. Dalam rentang 10 tahun, struktur ekonomi dapat berubah signifikan, sehingga pendataan menyeluruh sangat dibutuhkan sebagai dasar perencanaan pemerintah.

    Ia pun menegaskan perlunya dukungan pemerintah daerah, termasuk Provinsi Riau yang memiliki jumlah pelaku usaha besar sebagai pusat ekonomi kedua di Sumatera.

     

  • Kisah Penggali Kubur di Pematangsiantar: Upah Seikhlasnya, Kerja Tambahan untuk Bertahan Hidup
                
                    
                        
                            Medan
                        
                        20 November 2025

    Kisah Penggali Kubur di Pematangsiantar: Upah Seikhlasnya, Kerja Tambahan untuk Bertahan Hidup Medan 20 November 2025

    Kisah Penggali Kubur di Pematangsiantar: Upah Seikhlasnya, Kerja Tambahan untuk Bertahan Hidup
    Tim Redaksi
    PEMATANGSIANTAR, KOMPAS.com
    — Di bawah rimbun pepohonan dan di antara nisan-nisan tua yang berderet, kehidupan tetap bergulir bagi para penggali kubur di Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara.
    Mereka bekerja dalam senyap, memikul tugas yang kerap dipandang sebelah mata. Penghasilan yang jauh dari upah layak membuat mereka harus mencari cara lain agar dapur tetap mengepul.
    Hal itulah yang dialami Budi (50),
    penggali kubur
    di tanah wakaf pemakaman umat Islam di Jalan Pane, Kecamatan Siantar Selatan.
    Ia mulai bekerja pada 2007, setelah berhenti sebagai sales di pabrik es. Awalnya, ia hanya membantu mertuanya yang lebih dulu mengelola pekuburan yang berdiri sejak 1931.
    “Mula-mula kerja penggali kubur, kondisi mental menurun. Karena orang memandangnya sebelah mata. Kayak sepele karena nggak ada penghasilan,” ucap Budi saat ditemui di Jalan Pane, Kamis (20/11/2025).
    Budi mengakui tidak ada upah bulanan, baik dari pengelola maupun pemerintah. Penghasilan yang datang hanya berupa uang terima kasih dari keluarga yang berduka.
    “Biasanya dikasih seratus ribu, kadang dikasih lebih. Apalagi pekerjaan menggali kubur ini kan nggak mungkin tiap hari ada orang meninggal. Jadi harus ada mata pencarian lain,” katanya.
    Pekuburan seluas 18.191 meter persegi itu terbagi dalam dua hamparan. Berdasarkan data 2017, sekitar 5.000 jenazah sudah dikebumikan di sana.
    Budi menuturkan terdapat dua grup penggali kubur, masing-masing terdiri dari tiga orang. Selain menggali liang lahat, mereka juga membersihkan kuburan dengan upah seikhlasnya.
    “Kalau rajin, ada juga orang dari Pekanbaru atau Jakarta yang meminta tolong kuburan keluarganya dibersihkan sekaligus dijaga. Itu pun dikasih sekedarnya dan kadang ada yang bilang terima kasih saja,” ucapnya.
    Menyadari bahwa penggali kubur merupakan pekerjaan sosial, Budi mencari pekerjaan tambahan seperti membuat batu nisan dan mengecor kuburan.
    “Kalau gaji bulanan memang nggak ada. Jadi uang tambahan dari upah menyemen kuburan dan bikin batu nisan,” kata Budi.
    “Bismillah ajalah mungkin ini digariskan dan dijalani. Yang penting dapur ngebul, anak-anak bisa sekolah. Alhamdulillah,” sambungnya.
    Selama bekerja, Budi tidak jarang menghadapi kejadian ganjil dari pihak keluarga yang mengantar jenazah.
    Pernah suatu ketika, jenazah tidak muat di liang lahat karena ukuran galian terlalu sempit, sehingga menimbulkan kekhawatiran para pelayat.
    “Kemarin memang ada jenazah yang badannya tinggi dan nggak muat di lubang kuburnya. Terpaksa kita gali lagi supaya muat. Tapi orang sudah ribut-ribut ada yang bilang kena rahasia ilahi,” ucapnya.
    Di lokasi berbeda, Halomoan Simaremare, penggali kubur di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kristen Jalan Parsoburan, juga menjalani hidup serupa.
    Belasan tahun bekerja, ia hanya menerima upah dari hasil galian. Untuk menutup kebutuhan keluarga, Halomoan harus bekerja sebagai kuli bangunan.
    “Kalau menggali kubur upahnya tak seberapa dan sehari kadang tidak ada. Untuk memenuhi kebutuhan keluarga saya kerja jadi tukang bangunan,” tutur Halomoan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kemenko Polkam RI perkuat literasi digital aparatur di Riau

    Kemenko Polkam RI perkuat literasi digital aparatur di Riau

    Pekanbaru, (ANTARA) – Kementerian Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Kemenko Polkam) Republik Indonesia memperkuat literasi digital aparatur di Provinsi Riau dengan tema Implementasi Kebijakan Media Massa Bertanggung Jawab, Edukatif, Jujur, Objektif, dan Sehat Industri (BEJO’S).

    Asisten Deputi Koordinasi Media Komunikasi dan Informasi Kemenko Polkam Alpen dalam kegiatan di Pekanbaru, Kamis menegaskan bahwa peran aparatur negara dalam membangun persepsi publik melalui komunikasi digital.

    “Setiap tindakan dan komunikasi kita di media sosial dapat membentuk persepsi publik. Oleh karena itu, ASN, TNI, dan Polri harus menjadi teladan dalam berkomunikasi digital yang bertanggung jawab dan berintegritas,” katanya.

    Alpen juga menyoroti berbagai tantangan di ruang digital seperti disinformasi, provokasi, hingga “infodemic” yang berpotensi melemahkan ketahanan informasi nasional. Oleh karena itu, literasi digital yang kuat menjadi kebutuhan mendesak bagi seluruh aparatur negara.

    Melalui rapat koordinasi ini, Kemenko Polkam bersama pemerintah daerah, Kementerian Komunikasi dan Digitalisasi, serta mitra strategis menyepakati sejumlah fokus penguatan, antara lain meningkatkan literasi digital aparatur dalam memverifikasi dan merespons informasi.

    Kegiatan ini dihadiri aparatur sipil negara (ASN) Pemerintah Provinsi Riau, Tentara Nasional Indonesia (TNI) serta Kepolisian Republik Indonesia (Polri). Agenda difokuskan untuk meningkatkan kapasitas aparatur negara dalam memahami dan menerapkan prinsip-prinsip komunikasi publik yang kredibel dan bertanggung jawab.

    “Rakor ini diharapkan menghasilkan langkah konkret guna memperkuat ketahanan informasi dan meningkatkan profesionalitas aparatur negara dalam menghadapi tantangan ekosistem digital yang terus berkembang,” ujarnya.

    Pewarta: Bayu Agustari Adha
    Editor: Laode Masrafi
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.