kab/kota: Pekalongan

  • Muhammadiyah Tetapkan Awal Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah 1447 H/2026 M

    Muhammadiyah Tetapkan Awal Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah 1447 H/2026 M

    Surabaya (beritajatim.com) – Pimpinan Pusat Muhammadiyah secara resmi mengumumkan hasil hisab awal bulan Ramadhan, Syawal, dan Zulhijah tahun 1447 Hijriah (2026 Masehi). Keputusan ini merupakan hasil kajian mendalam Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah berdasarkan prinsip Kalender Hijriah Global Tunggal.

    Pengumuman diambil dalam Musyawarah Nasional XXXII Tarjih Muhammadiyah yang diselenggarakan di Pekalongan tahun 1445 H/2024 M, dan dituangkan dalam Keputusan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor 86/KEP/I.0/B/2025, sebagaimana dikutip dari laman resmi muhammadiyah.or.id.

    Awal Ramadhan 1447 H/2026 M
    Ijtimak menjelang Ramadhan 1447 H terjadi pada Selasa Kliwon, 29 Syakban 1447 H, bertepatan dengan 17 Februari 2026 pukul 12:01:09 UTC. Saat Matahari terbenam hari itu, tidak ada wilayah di bumi yang memenuhi Parameter Kalender Global (PKG) 1 dengan kriteria tinggi Bulan ≥ 5° dan elongasi Bulan ≥ 8°. Adapun PKG 2 terpenuhi setelah pukul 24:00 UTC sebelum fajar di New Zealand.

    Berdasarkan analisis ini, Muhammadiyah menetapkan 1 Ramadhan 1447 H jatuh pada Rabu Legi, 18 Februari 2026 M.

    Awal Syawal 1447 H/2026 M
    Ijtimak menjelang Syawal 1447 H terjadi pada Kamis Kliwon, 30 Ramadhan 1447 H, tepat 19 Maret 2026 pukul 01:23:28 UTC. Saat Matahari terbenam, terdapat wilayah di bumi yang memenuhi PKG 1, yakni tinggi Bulan lebih dari 5° dan elongasi minimal 8°.

    Oleh karena itu, Muhammadiyah menetapkan 1 Syawal 1447 H jatuh pada Jumat Legi, 20 Maret 2026 M, yang berarti Idulfitri akan dirayakan pada hari tersebut.

    Awal Zulhijah 1447 H/2026 M dan Hari Raya Iduladha
    Ijtimak jelang Zulhijah 1447 H terjadi pada Sabtu Pon, 29 Zulkaidah 1447 H, atau 16 Mei 2026 pukul 20:01:02 UTC. Saat Matahari terbenam, tidak ada wilayah yang memenuhi PKG 1, begitu pula PKG 2 karena tidak ada wilayah di Amerika yang memenuhi parameter tinggi Bulan ≥ 5° dan elongasi ≥ 8° sebelum fajar di New Zealand.

    Berdasarkan hisab, Muhammadiyah menetapkan 1 Zulhijah 1447 H jatuh pada Senin Kliwon, 18 Mei 2026 M. Hari Arafah yang bertepatan dengan 9 Zulhijah 1447 H jatuh pada Selasa Pon, 26 Mei 2026 M, dan Iduladha pada 10 Zulhijah 1447 H jatuh pada Rabu Wage, 27 Mei 2026 M.

    Penetapan awal bulan hijriah ini sangat penting bagi umat Islam untuk menentukan waktu ibadah puasa Ramadhan, Idulfitri, dan Iduladha. [fyi/beq]

  • Muhammadiyah Tetapkan Awal Puasa 1 Ramadan 1447 H Jatuh pada 18 Februari 2026 – Page 3

    Muhammadiyah Tetapkan Awal Puasa 1 Ramadan 1447 H Jatuh pada 18 Februari 2026 – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah telah resmi menetapkan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijah untuk tahun 1447 Hijriah, yang bertepatan dengan tahun 2026 Masehi.

    Penetapan ini didasarkan pada hasil hisab hakiki wujudul hilal yang dipedomani oleh Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.

    Berdasarkan Maklumat Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor 2/MLM/1.0/E/2025 yang dirilis di Yogyakarta pada 22 September 2025, diputuskan bahwa 1 Ramadan 1447 H akan jatuh pada hari Rabu Legi, 18 Februari 2026 M.

    Sementara itu, Hari Raya Idulfitri atau 1 Syawal 1447 H ditetapkan jatuh pada hari Jumat Legi, 20 Maret 2026 M.

    Untuk bulan Zulhijah, PP Muhammadiyah menetapkan 1 Zulhijah 1447 H jatuh pada hari Senin Kliwon, 18 Mei 2026 M.

    Dengan demikian, Hari Arafah (9 Zulhijah) akan bertepatan pada hari Selasa Pon, 26 Mei 2026 M, dan Hari Raya Iduladha (10 Zulhijah) akan dirayakan pada hari Rabu Wage, 27 Mei 2026 M.

    Penetapan ini mengacu pada prinsip, syarat, dan parameter Kalender Hijriah Global Tunggal yang merupakan hasil Musyawarah Nasional XXXII Tarjih Muhammadiyah di Pekalongan pada tahun 2024.

     

    Mencari makanan halal terutama saat Ramadan cukup jadi tantangan di negara-negara yang dengan populasi Muslim yang sedikit, termasuk Amerika Serikat. Namun sebuah aplikasi untuk mencari restoran halal bernama ‘Zabiha’ bisa jadi solusi. Jurnalis V…

  • Mau Masuk Polisi Malah Kena Tipu Polisi, Bayar Rp2,6 Miliar tapi Gugur saat Tes Kesehatan

    Mau Masuk Polisi Malah Kena Tipu Polisi, Bayar Rp2,6 Miliar tapi Gugur saat Tes Kesehatan

     

    Liputan6.com, Semarang – Nelangsa kena tipu sampai Rp2,65 miliar, Dwi Purwanto, warga Kabupaten Pekalongan melaporkan kasus dugaan penipuan berkedok seleksi penerimaan calon taruna Akpol Semarang ke Polda jateng. 

    Dwi Purwanto yang ditemui di Semarang, Rabu (23/10/2025) mengatakan, ada empat orang yang dilaporkan dalam dugaan penipuan seleksi penerimaan Akpol tersebut, dua orang di antaranya merupakan anggota polisi yang bertugas di Polres Pekalongan.

    “Dua anggota polisi inisial F dan AUK. Dua terlapor lainnya merupakan warga sipil,” katanya.

    Dwi menuturkan, kasus dugaan penipuan itu bermula ketika dirinya mendapat tawaran dari F yang mengaku bisa membantu meloloskan dalam penerimaan seleksi taruna Akpol pada Desember 2024.

    Korban yang tertarik dengan tawaran itu kemudian berniat mendaftarkan anaknya melalui jalur yang ditawarkan itu.

    Oknum F kemudian mensyaratkan uang Rp3,5 miliar untuk melancarkan proses seleksi. Korban kemudian memberikan uang muka sebesar Rp500 juta secara tunai kepada F dan AUK.

    Bahkan korban dipertemukan dengan seseorang bernama Agung yang disebut sebagai adik salah seorang petinggi Polri. Korban kemudian kembali memberikan sejumlah uang kepada terlapor dalam beberapa tahap hingga total mencapai Rp2,65 miliar.

    Namun, anak korban yang mendaftar dalam seleksi Akpol tersebut langsung gugur pada tahap pemeriksaan kesehatan pertama.

     

  • Anaknya Dijanjikan Masuk Akpol Lewat Jalur Khusus, Pengusaha di Pekalongan Rugi Rp 2,6 Miliar Ditipu Polisi

    Anaknya Dijanjikan Masuk Akpol Lewat Jalur Khusus, Pengusaha di Pekalongan Rugi Rp 2,6 Miliar Ditipu Polisi

    GELORA.CO –  Impian Dwi Purwanto, seorang wiraswasta asal Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, agar anaknya berinisial F bisa menjadi perwira polisi, berujung pahit.

    Ia kehilangan uang Rp2,6 miliar setelah menjadi korban dugaan penipuan masuk Akademi Kepolisian (Akpol) melalui jalur khusus yang disebut “kuota Kapolri”.

    Empat orang diduga terlibat dalam penipuan ini, dua di antaranya merupakan anggota aktif Polres Pekalongan.

    “Uang itu hasil kerja keras saya. Demi anak, saya percaya. Tapi ternyata saya ditipu,” kata Dwi Purwanto dilansir dari Tribunjateng.com, Rabu (22/10/2025).

    Awal Tawaran “Jalur Khusus”

    Kasus ini bermula pada 9 Desember 2024, ketika Dwi menerima pesan WhatsApp dari Aipda Fachrurohim, anggota Polsek Paninggaran, Polres Pekalongan.

    Fachrurohim menawarkan bantuan agar anak Dwi bisa masuk Akpol lewat jalur khusus.

    “Katanya ini kuota khusus, tinggal bayar Rp3,5 miliar. Separuh dulu tanda jadi, sisanya setelah panpus (pantukhir pusat),” ujar Dwi menirukan ucapan Fachrurohim.

    Awalnya Dwi menolak, namun bujukan terus berdatangan.

    Beberapa hari kemudian, Fachrurohim datang ke rumah Dwi bersama Bripka Alexander Undi Karisma, anggota Polsek Doro, yang mengaku mantan anggota Densus sekaligus adik leting Fachrurohim.

    Keduanya meyakinkan Dwi bahwa mereka punya akses ke seorang purnawirawan jenderal polisi bernama “Babe”, yang diklaim bisa meloloskan calon taruna.

    Mereka juga menyebut ada sosok bernama Agung, yang disebut sebagai adik Kapolri, pengatur kuota khusus tersebut.

    “Katanya sebelumnya ada yang mau pakai kuotanya tapi nggak jadi karena orangnya daftar tentara, jadinya ada satu kuota kosong,” tutur Dwi.

    Uang Tunai dan Transfer Miliaran Rupiah

    Untuk menunjukkan keseriusan, Dwi diminta menyerahkan uang muka Rp500 juta tunai pada 21 Desember 2024 di sebuah kafe di Semarang. Uang itu diterima langsung oleh Fachrurohim dan Alexander.

    Beberapa pekan kemudian, pada 8 Januari 2025, keduanya kembali meminta Rp1,5 miliar dengan alasan “penutupan administrasi di Jakarta”.

    “Mereka mendesak. Katanya malam itu juga atau paling lambat besok pagi harus dibayar. Saya sampai pinjam ke saudara yang habis jual dua mobil,” ujarnya.

    Uang tersebut diserahkan langsung kepada Alexander di rumah Dwi.

    Tak berhenti di situ, Dwi kemudian dipertemukan dengan dua orang baru, yakni Agung dan Joko, yang diperkenalkan sebagai penghubung ke Babe.

    Dwi mengaku melakukan empat kali transfer ke rekening Joko dengan total Rp650 juta.

    Anak Dibawa ke Jakarta, Lalu Gagal Seleksi

    Atas bujukan para pelaku, anak Dwi bahkan sempat dibawa ke Jakarta dengan alasan akan mengikuti pelatihan dan karantina sebelum seleksi lanjutan.

    Baca juga: 9 Pelaku Penyekapan di Pondok Aren Bukan Komplotan dan Tak Ada Hubungan Keluarga

    Namun, harapan itu pupus setelah pengumuman hasil seleksi tahap pertama. Anak Dwi dinyatakan gagal di pemeriksaan kesehatan (rikes).

    Dwi kemudian menagih janji pengembalian uang, tetapi para pelaku justru saling melempar tanggung jawab.

    “Mereka janji mau mengembalikan, tapi sampai sekarang tidak ada kabar. Semuanya diam,” kata Dwi.

    Lapor ke Polda Jateng

    Merasa ditipu, Dwi akhirnya melapor ke Polda Jawa Tengah pada Agustus 2025. Laporan itu mencantumkan empat nama: Aipda Fachrurohim, Bripka Alexander Undi Karisma, Agung, dan Joko.

    Menurut Dwi, penyidik sudah menaikkan status perkara dari penyelidikan ke penyidikan, dan dirinya telah dimintai keterangan.

    “Saya serahkan semua bukti transfer, percakapan WhatsApp, dan kronologinya,” ujarnya.

    Baca juga: Cecar Polisi di Makassar, Hakim: Masuk Akpol Harus Bayar?

    Kasus ini menambah daftar dugaan praktik jual-beli kursi rekrutmen Akpol. Padahal, Polri secara tegas melarang segala bentuk pungutan, perantara, atau jalur khusus dalam seleksi penerimaan anggota.

    Dwi kini hanya berharap uangnya bisa kembali dan para pelaku mendapat hukuman setimpal.

    “Saya percaya karena sudah kenal Rohim sejak 2011,” kata Dwi.

  • Orang Mengaku Adik Kapolri Janjikan Lolos Akpol, Warga Pekalongan Ditipu Rp 2,6 Miliar
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        22 Oktober 2025

    Orang Mengaku Adik Kapolri Janjikan Lolos Akpol, Warga Pekalongan Ditipu Rp 2,6 Miliar Regional 22 Oktober 2025

    Orang Mengaku Adik Kapolri Janjikan Lolos Akpol, Warga Pekalongan Ditipu Rp 2,6 Miliar
    Tim Redaksi
    SEMARANG, KOMPAS.co
    m – Seorang warga Pekalongan, Jawa Tengah, Dwi Purwanto (42), melaporkan empat orang ke Polda Jawa Tengah, usai menjadi korban penipuan dengan modus jalur khusus masuk Akademi Kepolisian (Akpol).
    Kerugian yang dialami Dwi mencapai Rp 2,65 miliar. 
    Dwi melaporkan empat orang terduga pelaku, dua di antaranya adalah polisi aktif di Pekalongan, yakni Aipda F alias Rohim, dan Bripka AUK alias Alex.
    Dua terlapor lain adalah warga sipil yakni Joko serta Agung yang mengaku sebagai adik dari Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.
    Kasus bermula pada Desember 2024, ketika Dwi menerima pesan dari Rohim, anggota Polres Pekalongan (Kajen).
    Tanpa diminta, Rohim menawarkan bantuan agar anak Dwi bisa lolos Akpol lewat jalur istimewa yang disebutnya “kuota Kapolri.”
    “Beliau menawarkan untuk membantu mengurus anak saya supaya bisa masuk Akpol,” ujar Dwi di Semarang, Rabu (22/10/2025).
    Namun, jalan pintas itu tidak gratis.
    Dwi diminta menyediakan Rp 3,5 miliar, dengan Rp 500 juta dibayarkan di awal sebagai tanda jadi dan sisanya setelah anaknya lolos seleksi pusat (Panpus).
    Awalnya Dwi menolak. Tetapi setelah diyakinkan Rohim dan rekannya Alex, ia akhirnya menyerahkan Rp 500 juta pada 21 Desember 2024.
    Uang tambahan sebesar Rp 1,5 miliar kemudian diminta pada Januari 2025 untuk alasan “proses administrasi di Jakarta.”
    Beberapa waktu kemudian, Dwi dipertemukan dengan seorang pria bernama Agung, yang disebut sebagai adik dari Kapolri.
    “Setelah ketemu dengan Agung selang satu hari saya dipertemukan dengan saudara Joko di Kediri, Jawa Timur. Kalau Agung ini menurut keterangan dari Alex ini kan adiknya Pak Kapolri, dia sipil. Kalau saudara Joko itu saya kurang paham untuk pekerjaannya apa,” jelas Dwi.
    Dalam pertemuan itu, Agung memperkuat keyakinan Dwi bahwa anaknya akan “diperjuangkan langsung” oleh pihak Mabes Polri.
    Ia bahkan menyebut ada sosok “Babe”, seorang jenderal purnawirawan, yang disebut bisa mengatur kuota kelulusan.
    Atas bujukan itu, Dwi kemudian mentransfer uang sebanyak empat kali ke rekening Joko dengan total Rp650 juta.
    Namun, setelah anaknya menjalani seleksi tahap pertama, hasilnya dinyatakan gagal.
    Demi memenuhi permintaan para pelaku, Dwi mengaku menjual dua mobil mewah, Rubicon dan Mini Cooper, serta meminjam uang dari keluarganya.
    “Saya sampai pontang-panting. Mereka sering datang mendadak malam hari, menekan agar uang segera disiapkan,” ujarnya.
    Setelah kegagalan anaknya diumumkan, para pelaku saling lempar tanggung jawab.
    “Totalnya semua Rp 2,65 miliar. Dua miliar diserahkan tunai ke Alex, sisanya ke rekening Joko. Saya langsung klarifikasi, dan mereka berjanji akan mengembalikan uang. Tapi sampai sekarang belum ada itikad baik,” kata Dwi.
    Ia mengaku kecewa karena sudah mengenal Rohim sejak 2011, dan tak menyangka orang yang dikenalnya bisa menipunya.
    Dwi berharap laporan yang ia buat bisa ditindaklanjuti.
    “Perkembangan penyidik kemarin naik ke Sidik, tingkat sidik. Tetapi kelihatannya belum, belum diproses lagi. Kalau saya sudah dimintai keterangan juga. Sekarang salah satu pelakunya malah sedang pendidikan,” ujarnya.
    Sementara itu, Kabid Humas Polda Jawa Tengah Kombes Pol Artanto mengatakan pihaknya masih melakukan pengecekan terhadap laporan tersebut.
    “Ini sedang saya cek dulu ke Krimum dan Propam. Nanti kalau sudah lengkap saya kabari,” kata Artanto.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Beras Masih Dijual di Atas HET, Lonjakan Paling Mencolok di Daerah Ini

    Beras Masih Dijual di Atas HET, Lonjakan Paling Mencolok di Daerah Ini

    FAJAR.CO.ID, SEMARANG — Harga kebutuhan pokok khususnya beras di sejumlah daerah di Jawa Tengah (Jateng) ditemukan dijual dengan harga di atas ecera tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah.

    Temuan tersebut bahkan disampaikan Satuan Tugas (Satgas) Pangan Polda Jateng. Satgas ini menemukan adanya penjualan di atas HET di 21 kabupaten/kota, dengan empat daerah tercatat mengalami lonjakan paling mencolok, yaitu Jepara, Pekalongan (kabupaten dan kota), serta Kendal.

    “Dari pemantauan di lapangan, ada yang naik lebih dari lima persen dari HET. Kami sudah turunkan tim untuk memastikan penyebabnya,” ujar Wadirreskrimsus Polda Jateng, AKBP Feria Kurniawan, Rabu (22/10).

    Langkah cepat diambil. Masing-masing Polres diminta turun langsung ke pasar dan gudang beras, memastikan tak ada permainan harga apalagi penimbunan. Menurut Feria, pengawasan tak hanya soal harga, tapi juga rantai distribusi yang kerap jadi sumber persoalan.

    “Kalau distribusi tersendat, harga di hilir pasti naik. Karena itu kami lakukan pemantauan menyeluruh dari tingkat produsen, distributor, sampai ritel,” tegasnya.

    Hingga pertengahan Oktober 2025, penyaluran beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dari Bulog sudah menembus 29 ribu ton.

    Angka ini dinilai cukup untuk menjaga ketersediaan di pasar, namun nyatanya harga di lapangan masih bergerak liar. Operasi pasar pun dipastikan berlanjut hingga Februari 2026, dengan harapan bisa menekan harga medium dan premium agar kembali sesuai ketentuan.

    “Kami terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan Bulog. Tujuannya masyarakat bisa beli beras dengan harga wajar dan mutu terjamin,” kata Feria.

  • Identitas Mayat di Parit Jalan Nasional Lamongan Terungkap, Polisi Pastikan Korban Warga Pekalongan

    Identitas Mayat di Parit Jalan Nasional Lamongan Terungkap, Polisi Pastikan Korban Warga Pekalongan

    Lamongan (beritajatim.com) – Identitas mayat laki-laki yang ditemukan dalam kondisi meringkuk di parit tepi Jalan Nasional Lamongan–Babat, tepatnya di Desa Surabayan, Kecamatan Sukodadi, akhirnya terungkap. Polisi memastikan jasad tersebut adalah Arif Rahman Hakim, warga Gembong Selatan, Kedungwuni Barat, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah.

    “Identitas korban sudah diketahui, setelah proses identifikasi forensik dan kecocokan ciri-ciri fisik serta barang bawaan di lokasi kejadian. Korban bernama Arif Rahman Hakim, warga Pekalongan,” kata Kapolres Lamongan AKBP Agus Dwi Suryanto, Rabu (22/10/2025).

    Jenazah Arif Rahman Hakim telah dipulangkan menggunakan mobil jenazah RSUD dr. Soegiri Lamongan. Anggota kepolisian turut mengantarkan pemulangan hingga ke rumah duka di Pekalongan.

    Kapolres Lamongan menyampaikan, pihaknya menanggung seluruh biaya pemulangan jenazah. Langkah kemanusiaan tersebut dilakukan setelah diketahui kedua orang tua korban tidak mampu menjemput jasad anaknya ke Lamongan.

    “Bahkan, keluarga sempat pasrah jika jasad dimakamkan di Lamongan karena keterbatasan biaya. Oleh karena itu kita berinisiatif untuk membantu. Harapannya, bantuan ini bisa meringankan beban keluarga dan jenazah korban bisa dimakamkan di kampung halamannya,” ujarnya.

    Terkait penyebab kematian, hasil autopsi menunjukkan adanya trauma akibat benturan benda tumpul di bagian telinga, mulut, dan kelopak mata. “Ini mengarah pada adanya tindak kekerasan fisik kepada korban,” tutur Agus.

    Polisi kini masih bekerja untuk mengungkap kasus dugaan penganiayaan yang menyebabkan kematian pemuda asal Pekalongan tersebut. Diketahui, korban sehari-hari bekerja sebagai pengamen jalanan.

    “Kami masih mencari bukti-bukti dan petunjuk lain, termasuk keberadaan CCTV di sekitar lokasi, yang bisa menjadi petunjuk dalam proses penyelidikan,” kata Kapolres.

    Sebelumnya, pada Selasa (21/10/2025), warga dikejutkan oleh penemuan mayat pria dalam posisi meringkuk di parit tepi Jalan Nasional Lamongan–Babat. Saat ditemukan, pergelangan tangan dan kaki korban dalam kondisi terikat, sementara kepala tertutup kain berwarna kuning. Tanda-tanda kekerasan juga tampak jelas pada tubuh korban — mata sebelah kiri dan bibir bagian atas lebam, serta lengan kanan dan kiri terdapat bercak darah yang telah mengering. [fak/beq]

  • Polresta Sidoarjo Masuk Lima Besar Kompolnas Award 2025

    Polresta Sidoarjo Masuk Lima Besar Kompolnas Award 2025

    Sidoarjo (beritajatim.com) – Polresta Sidoarjo Polda Jawa Timur menorehkan prestasi nasional setelah berhasil masuk dalam lima besar nominasi Kompolnas Award 2025. Penghargaan bergengsi yang digelar di Hotel Merlyn Park, Jakarta, Kamis (16/10/2025), tersebut juga dihadiri langsung oleh Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo.

    Kapolresta Sidoarjo, Komisaris Besar Polisi Christian Tobing, hadir secara langsung untuk menerima penghargaan tersebut. Ia menyebut capaian ini merupakan hasil kerja keras seluruh jajaran serta bentuk nyata dukungan masyarakat Kabupaten Sidoarjo terhadap peningkatan pelayanan kepolisian.

    “Masuk lima besar Kompolnas Award 2025 menjadi bukti komitmen Polresta Sidoarjo dalam mewujudkan pelayanan publik yang profesional, inovatif, responsif serta dengan pendekatan humanis ke masyarakat,” ujar Kapolresta Sidoarjo Kombes Pol Christian Tobing melalui rilis resminya, Jumat (17/10/2025).

    Dalam kategori Polres Tipe A, lima satuan terbaik yang masuk nominasi Kompolnas Award 2025 adalah Polres Pekalongan Kota, Polres Malang, Polrestabes Surabaya, Polresta Sidoarjo, dan Polres Aceh Utara.

    “Prestasi ini kami persembahkan untuk masyarakat Kabupaten Sidoarjo. Terima kasih atas kepercayaan dan dukungan yang terus diberikan kepada kami,” imbuh Kombes Pol Christian Tobing.

    Ia menegaskan bahwa penghargaan ini akan menjadi motivasi bagi seluruh personel Polresta Sidoarjo untuk terus berbenah dan meningkatkan kualitas pelayanan publik.

    Kompolnas Award sendiri merupakan penghargaan tahunan yang menilai kinerja serta inovasi satuan Polri berdasarkan berbagai aspek, mulai dari pelayanan publik, profesionalisme, integritas, hingga penerapan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG).

    Penilaian dilakukan melalui tiga tahap: analisis data kuantitatif, observasi langsung di lapangan, serta penyerapan masukan dari masyarakat.

    Ketua Kompolnas, Djamari Chaniago, menyampaikan apresiasinya terhadap penyelenggaraan Kompolnas Award 2025. Ia menilai penghargaan ini menjadi sarana penting dalam menumbuhkan budaya kompetitif dan profesional di tubuh Polri.

    “Melalui penghargaan ini, diharapkan tumbuh budaya kompetitif yang sehat dalam meningkatkan profesionalisme, integritas, dan kinerja seluruh jajaran kepolisian,” ujar Djamari dalam sambutannya. [isa/beq]

  • Deretan Cerita Viral Tentang Sri Sultan dan Mobilnya di Jalanan – Page 3

    Deretan Cerita Viral Tentang Sri Sultan dan Mobilnya di Jalanan – Page 3

    Tak hanya Sri Sultan Hamengkubuwono X yang punya cerita di jalanan, jauh dari itu, ayahnya Sultan Hamengkubuwono IX, juga tak jauh berbeda.

    Tahun 1959, jalanan Pekalongan menjadi saksi peristiwa unik yang menegaskan kesetaraan di mata hukum. Sebuah mobil sedan hitam melaju di jalur yang salah, tanpa disangka, pengemudinya adalah seorang raja.

    Di balik kemudi, tanpa diketahui siapa pun, duduk sosok Sri Sultan Hamengkubuwono IX (Sultan HB IX) yang sedang melakukan perjalanan sendirian menuju Tegal. Royadin, seorang polisi lalu lintas yang bertugas saat itu, melihat pelanggaran tersebut dan segera mengambil tindakan.

    Mengutip dari berbagai sumber, ia memberhentikan kendaraan dan meminta pengemudinya untuk keluar tanpa ragu sedikit pun. Momen berikutnya mengejutkan Royadin, ketika ia memeriksa surat-surat kendaraan dan menyadari bahwa pengendara yang ia tilang adalah Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Raja Yogyakarta sekaligus pahlawan nasional Indonesia.

    Situasi ini menempatkan Royadin dalam posisi yang tidak mudah. Tangannya gemetaran dan jantungnya berdebar kencang saat menuliskan surat tilang.

    Sang Sultan tidak menunjukkan resistensi atau menggunakan pengaruhnya untuk menghindari sanksi. Sebaliknya, Sultan memperlihatkan sikap hormat terhadap hukum dengan menerima surat tilang dan menandatanganinya tanpa protes.

    Setelah kejadian itu, Royadin sempat khawatir tindakannya akan berdampak buruk baginya. Ia bahkan bersiap menghadapi kemungkinan mutasi.

    Namun, tak lama kemudian, sebuah surat dari Keraton Yogyakarta tiba di rumahnya. Isinya mengejutkan, bukan teguran, melainkan undangan bagi Royadin dan keluarganya untuk pindah ke Yogyakarta, lengkap dengan kenaikan pangkat.

    Ternyata, bagi Sri Sultan Hamengkubuwono IX, tindakan Royadin bukanlah penghinaan, tetapi bentuk keberanian menegakkan hukum tanpa pandang bulu. Sikap Sultan ini menunjukkan penghargaan terhadap integritas aparat serta menegaskan bahwa hukum seharusnya berlaku adil bagi semua.

     

  • Lebih dari Sekadar Jualan Kain, Christina Buka Kelas untuk Generasi Muda Demi Batik Semarang
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        6 Oktober 2025

    Lebih dari Sekadar Jualan Kain, Christina Buka Kelas untuk Generasi Muda Demi Batik Semarang Regional 6 Oktober 2025

    Lebih dari Sekadar Jualan Kain, Christina Buka Kelas untuk Generasi Muda Demi Batik Semarang
    Tim Redaksi
    SEMARANG, KOMPAS. com – 
    Ada banyak cara merayakan Hari Batik Nasional yang diperingati setiap 2 Oktober, tidak hanya dengan mengenakannya.
    Di Semarang, Laksmi Art Batik memilih merayakannya dengan cara yang lebih mendalam: mengenalkan proses membatik kepada generasi muda.
    Meski tak seterkenal Pekalongan, Solo, atau Yogyakarta, Semarang melalui Batik Semarangannya turut mengambil peran penting dalam pelestarian warisan budaya tak benda yang ditetapkan oleh UNESCO pada 2009 ini.
    Bertempat di Kampung Batik Tengah, Kelurahan Rejomulyo, Semarang, Christina, pemilik Laksmi Art Batik, membangun harapan pada secarik kain batik khas Semarang. Kepada Kompas.com, Jumat (3/10/2025), ia menceritakan perjalanannya.
    Lokasinya yang strategis di kawasan keramaian, berdekatan dengan Kota Lama, Pasar Johar, dan Stasiun Tawang, menjadikan Kampung Batik Rejomulyo sebagai salah satu destinasi wisata alternatif di Ibu Kota Jawa Tengah.
    “Kalau tempat saya (berdiri) sejak tahun 2009, tetapi kalau Kampung Batik ini dibangun sejak tahun 2006 lewat inisiasi Dinas Kebudayaan Kota Semarang yang hendak menggelar pelatihan membatik di kampung ini,” ujarnya.
    Upaya para perajin di Kampung Batik Rejomulyo akhirnya membuahkan hasil manis.
    Pada tahun 2024, Batik Aseman Semarangan ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia oleh Kementerian Kebudayaan.
    Sertifikat WBTB diserahkan langsung oleh Menteri Kebudayaan Fadli Zon di Kota Tua Jakarta bersama tiga benda kebudayaan lainnya di Kota Semarang, yakni Macapat Semarangan, Ketoprak Truthug, dan Arak-arakan Sam Poo Tay Djien..
    Bagi Christina, seorang ibu rumah tangga sekaligus pemilik Laksmi Art Batik, pengakuan WBTB Indonesia ini menjadi validasi atas kerja keras warga dalam melestarikan budaya sekaligus menggerakkan ekonomi lokal.
    “Usaha kami adalah upaya memberikan nilai ekonomi yang signifikan melalui potensi keuntungan serta menciptakan lapangan kerja bagi warga sekitar. Selain itu, usaha batik menjadi cara untuk melestarikan warisan budaya dan mendukung ekonomi lokal,” jelasnya.
    Laksmi Art Batik tidak hanya menjual berbagai jenis batik seperti cap, tulis, eco print, jumputan, dan ciprat.
    Lebih dari itu, mereka aktif memberikan pelatihan membatik untuk semua kalangan, mulai dari siswa TK, SD, SMP, SMA, mahasiswa, komunitas, hingga instansi.
    “Selain hanya berjualan, dengan adanya penjualan, penjual juga turut bersumbangsih dalam warisan budaya batik agar tidak terputus hanya pada generasi sekarang, tetapi tetap berkelanjutan, lestari pada generasi muda dan yang akan datang,” tuturnya.
    Bagi Christina, membangun Laksmi Art Batik bukan hanya soal peluang bisnis, tetapi juga membuka pintu edukasi seluas-luasnya bagi generasi penerus.
    “Dalam pelatihannya, peserta diajarkan berbagai materi pengetahuan soal batik, mulai dari sejarah batik nusantara, nama-nama batik, filosofi, cara pemakaian, jenis, dan proses dalam pengelolaan batik itu sendiri. Banyak deh, Mas,” tambahnya.
    Upaya edukasi ini terbukti berhasil mengubah pandangan anak muda terhadap batik. Ika, salah seorang pengunjung dari kalangan generasi muda, menuturkan alasannya datang ke Laksmi Art Batik setelah merayakan Hari Batik Nasional di kampusnya.
    “Rencananya sih jalan-jalan saja, siapa tahu bisa nambah koleksi pakaian batik saya. Saya yang dulunya menganggap bahwa memakai batik itu (membuat penampilan) jauh lebih tua, ternyata sekarang tidak juga, tergantung motif dan modelnya,” pungkasnya.
     
     
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.