kab/kota: Pejaten Barat

  • Kawanan Begal di Pasar Minggu Bikin Resah, Pelajar Wanita Jadi Sasaran – Page 3

    Kawanan Begal di Pasar Minggu Bikin Resah, Pelajar Wanita Jadi Sasaran – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Komplotan pemotor bersenjata tajam bikin ulah di Jalan Ampera Raya, Pejaten Barat, Pasar Minggu, Senin 8 September 2025. Seorang wanita menjadi korban luka.

    Kasubdit Penmas Polda Metro, AKBP Reonald Simanjuntak membenarkan adanya kejadian ini. Ibu korban berinisial MS telah membuat laporan ke Polsek Pasar Minggu.

    Dalam laporannya, Reonald menjelaskan kejadian berawal saat anaknya HRR bersama dua temannya, R dan D, baru pulang belajar bareng.

    Mereka kemudian menunggangi sepeda motor berboncengan bertiga. Ketika melintas di Ampera Raya, laju motor mereka diadang sekitar 10 remaja sambil menenteng senjata tajam.

    “Kemudian HRR bersama dengan temannya diserang oleh para pelajar lain,” kata dia dalam keterangan tertulis, Jumat (12/9/2025).

    Dia mengatakan, HRR terkena bacok senjata tajam di bagian siku kanan, R menderita luka memar di muka dan tangan, sementara D alamai luka sobek dibagian kepala.

     

  • Heboh! Koper Misterius WNA Filipina Dititip di Pasar Minggu Berisi Senpi, Peluru dan Granat

    Heboh! Koper Misterius WNA Filipina Dititip di Pasar Minggu Berisi Senpi, Peluru dan Granat

    GELORA.CO –  Warga Pasar Minggu dikejutkan dengan penemuan koper misterius milik seorang warga negara asing (WNA) asal Filipina yang berisi senjata api, ratusan amunisi, hingga granat. 

    Kejadian ini sontak menarik perhatian publik dan aparat kepolisian setempat.

    Penemuan koper berbahaya tersebut bermula ketika seorang warga bernama Magdalena (60) menyerahkan sebuah koper berwarna cokelat dengan garis merah bermerek Polostar ke Polsek Pasar Minggu pada Jumat sore, 18 Juli 2025, sekitar pukul 14.30 WIB. 

    Koper tersebut disebut milik seorang WNA berinisial MM dan istrinya yang dikenal dengan panggilan “Mam Maclaris”.

    Kapolsek Pasar Minggu, Kompol Anggiat Sinambela, mengungkapkan bahwa isi koper tersebut sangat mencengangkan. 

    Setelah dibuka oleh petugas, di dalamnya ditemukan senjata api jenis Glock, granat asap (smoke grenade), granat kejut (flashbang), serta ratusan peluru aktif.

    “Saat petugas memeriksa isi koper, kami menemukan sejumlah barang berbahaya, termasuk senjata api dan amunisi. Ini tentu sangat mengejutkan dan membahayakan,” ujar Kompol Anggiat dalam keterangannya pada Sabtu, 19 Juli 2025.

    Berdasarkan keterangan saksi, Magdalena sebelumnya bekerja dengan pasangan WNA Filipina tersebut sejak tahun 2022. 

    Mereka sempat tinggal di sebuah kos di Jalan Pejaten Barat 4, Pasar Minggu. Namun, sejak Desember 2023, pasangan itu diketahui telah meninggalkan Indonesia, dan koper tersebut masih dititipkan kepadanya.

    “Saksi sempat diminta oleh MM untuk mengambil beberapa barang milik mereka dari wilayah Kelapa Gading. Setelah itu koper dibawa ke tempat tinggal barunya di kawasan Lenteng Agung, Jagakarsa,” jelas Kapolsek.

    Setelah hampir setahun tak kunjung diambil, Magdalena akhirnya memutuskan menyerahkan koper tersebut ke pihak kepolisian.

    Saat ini, kepolisian tengah melakukan penyelidikan lebih lanjut mengenai keberadaan dan aktivitas WNA Filipina berinisial MM dan istrinya. 

    Pihak Imigrasi dan Interpol disebut telah dihubungi untuk membantu pelacakan internasional.

  • Warga temukan koper berisi senpi dan ratusan peluru di Pasar Minggu

    Warga temukan koper berisi senpi dan ratusan peluru di Pasar Minggu

    Jakarta (ANTARA) – Seorang warga berinisial MM menemukan koper berisi senjata api (senpi) dan ratusan peluru di Jalan Raya Ragunan No. 1, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

    “Karena sudah terlalu lama sekitar setahun berada di kos, koper tersebut akhirnya dibuka oleh saksi MM. Ternyata, ditemukan barang-barang tersebut,” kata Kapolsek Pasar Minggu, Kompol Anggiat Sinambela di Jakarta, Sabtu.

    Saksi MM kemudian menceritakan isi koper itu kepada saksi lainnya dan kemudian memilih melaporkan kepada Polsek Pasar Minggu pada Jumat (18/7) siang pukul 14.00 WIB.

    Koper berwarna cokelat bermotif garis merah merek Polostar itu awalnya merupakan milik seorang warga negara Filipina bernama Mario Markos.

    Mario sempat tinggal di Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan bersama istri dan dua anaknya sejak 2022.

    Saksi MM bekerja sebagai tukang urut panggilan keluarga WNA tersebut hingga akhir 2023.

    “Setelah sang WNA meninggalkan Indonesia pada Desember 2023, ia diminta mengambil barang-barang mereka di Kelapa Gading, Jakarta Utara untuk dibawa ke kos saksi,” ucapnya.

    Kemudian, karena sudah terlalu lama berada di kos saksi selama setahun, koper itu akhirnya dibuka dan ditemukan barang-barang berbahaya tersebut.

    Dalam koper itu ditemukan barang berupa senpi Glock 42 No. AAXM688, empat pucuk magazen, satu buah Holster, 3 buah korek api gas berbentuk granat tangan berwarna hijau, granat smoke warna hitam, granat flash warna hitam, dan amunisi.

    “Amunisi jenis Cal 7,65 sebanyak 2 butir, Cal 9 mm sebanyak 158 butir, Cal 38 Auto sebanyak 433 butir, Cal 380 Auti sebanyak 100 butir, selongsong 9 mm sebanyak 4 butir, proyektil 38 auto 1 butir dan 9 mm 1 butir,” jelasnya.

    Menanggapi laporan tersebut, Polsek Pasar Minggu langsung berkoordinasi dengan tim Gegana Brimob Polda Metro Jaya dan Mabes Polri Kelapa Dua untuk penanganan lebih lanjut.

    “Seluruh barang bukti telah diamankan oleh Detasemen Jibom Gegana Sat Brimob Polda Metro Jaya untuk penyelidikan lebih lanjut,” ujarnya.

    Polisi juga telah meminta keterangan para saksi dan akan menelusuri lebih jauh identitas serta jejak pemilik koper yang diduga WNA.

    Pewarta: Luthfia Miranda Putri
    Editor: Syaiful Hakim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Sebanyak 35 RT di Jakarta masih tergenang hingga Selasa pagi

    Sebanyak 35 RT di Jakarta masih tergenang hingga Selasa pagi

    Warga membersihkan rumahnya saat banjir merendam kawasan permukiman di Kramat Jati, Cawang, Jakarta, Senin (7/7/2025). Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mencatat pada Senin (7/7) pukul 06.00 WIB sebanyak 109 rukun tetangga (RT) masih terendam banjir yang berangsung surut di wilayah Jakarta Barat, Timur, Pusat, dan Selatan akibat tingginya intensitas hujan dan meluapnya sejumlah aliran sungai di Jakarta. ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin/bar

    Sebanyak 35 RT di Jakarta masih tergenang hingga Selasa pagi
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Selasa, 08 Juli 2025 – 08:12 WIB

    Elshinta.com – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mencatat sebanyak 35 rukun tetangga (RT) masih tergenang air hingga Selasa pukul 05.00 WIB, imbas dari hujan intens dan pasang air laut maksimum sejak Senin (7/7).

    Kondisi ini dipicu oleh kombinasi cuaca ekstrem dan peringatan dini banjir pesisir (rob) yang dikeluarkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) akibat fase Bulan Baru dan Perigee yang memperkuat pasang maksimum air laut.

    BPBD DKI mencatat genangan tersebar di empat wilayah kota, dengan rincian terbanyak berada di Jakarta Selatan sebanyak 25 RT. Sementara Jakarta Barat mencatatkan 7 RT terdampak, Jakarta Utara 2 RT, dan Jakarta Timur 1 RT.

    Di Jakarta Selatan, kelurahan yang terdampak paling parah adalah Duren Tiga dengan genangan setinggi 130 cm akibat luapan Kali Mampang, disusul Kuningan Barat (95 cm), Jati Padang (85 cm), dan Pela Mampang (60 cm).

    Sementara itu, di Jakarta Barat, genangan mencapai 50 cm di Kedaung Kali Angke akibat curah hujan tinggi dan luapan Kali Cengkareng.

    Jakarta Utara juga mengalami genangan setinggi 65 cm di Kelurahan Kapuk Muara, yang disebabkan oleh kombinasi hujan dan rob.

    Sebanyak enam titik pengungsian telah disiapkan untuk menampung warga terdampak. Di antaranya adalah Masjid Al Mujahidin di Kelurahan Jati Padang yang saat ini menampung 140 jiwa, serta Mushola Al Inayah di Pejaten Barat yang menampung 60 jiwa.

    Tiga ruas jalan di Jakarta Barat juga masih tergenang, yakni Jl. Adi Karya (40 cm), Jl. Bojong Indah Raya (30 cm), dan Jl. Raya Daan Mogot KM 11 (20 cm), yang turut mengganggu mobilitas warga.

    Meski demikian, BPBD juga melaporkan genangan sudah surut di sejumlah wilayah, termasuk 40 RT di Kelurahan Petogogan, serta di Kelurahan Kebon Jeruk, Cipete Utara, Jagakarsa, dan Cilandak Timur.

    Beberapa ruas jalan yang sebelumnya tergenang juga sudah dinyatakan kering, seperti Jl. H.R. Rasuna Said (Kel. Guntur), Jl. Gaya Motor Raya dan Jl. Gaya Motor 2 (Kel. Sungai Bambu), serta Jl. Perumahan Green Garden (Kel. Kedoya Utara).

    BPBD DKI Jakarta mengerahkan personel ke seluruh wilayah terdampak untuk memantau kondisi dan berkoordinasi dengan Dinas Sumber Daya Air, Bina Marga, dan Gulkarmat guna melakukan penyedotan air serta memastikan saluran air berfungsi normal.

    “Penanganan kami lakukan secara terpadu bersama lurah, camat, dan instansi terkait. Genangan ditargetkan surut dalam waktu cepat,” tulis keterangan resmi BPBD.

    BPBD mengimbau warga untuk tetap waspada terhadap potensi genangan dan segera melapor ke layanan darurat 112 yang beroperasi 24 jam tanpa biaya.

    Sumber : Antara

  • 35 RT di Jakarta masih tergenang hingga Selasa pagi

    35 RT di Jakarta masih tergenang hingga Selasa pagi

    Jakarta (ANTARA) – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mencatat sebanyak 35 rukun tetangga (RT) masih tergenang air hingga Selasa pukul 05.00 WIB, imbas dari hujan intens dan pasang air laut maksimum sejak Senin (7/7).

    Kondisi ini dipicu oleh kombinasi cuaca ekstrem dan peringatan dini banjir pesisir (rob) yang dikeluarkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) akibat fase Bulan Baru dan Perigee yang memperkuat pasang maksimum air laut.

    BPBD DKI mencatat genangan tersebar di empat wilayah kota, dengan rincian terbanyak berada di Jakarta Selatan sebanyak 25 RT. Sementara Jakarta Barat mencatatkan 7 RT terdampak, Jakarta Utara 2 RT, dan Jakarta Timur 1 RT.

    Di Jakarta Selatan, kelurahan yang terdampak paling parah adalah Duren Tiga dengan genangan setinggi 130 cm akibat luapan Kali Mampang, disusul Kuningan Barat (95 cm), Jati Padang (85 cm), dan Pela Mampang (60 cm).

    Sementara itu, di Jakarta Barat, genangan mencapai 50 cm di Kedaung Kali Angke akibat curah hujan tinggi dan luapan Kali Cengkareng.

    Jakarta Utara juga mengalami genangan setinggi 65 cm di Kelurahan Kapuk Muara, yang disebabkan oleh kombinasi hujan dan rob.

    Sebanyak enam titik pengungsian telah disiapkan untuk menampung warga terdampak. Di antaranya adalah Masjid Al Mujahidin di Kelurahan Jati Padang yang saat ini menampung 140 jiwa, serta Mushola Al Inayah di Pejaten Barat yang menampung 60 jiwa.

    Tiga ruas jalan di Jakarta Barat juga masih tergenang, yakni Jl. Adi Karya (40 cm), Jl. Bojong Indah Raya (30 cm), dan Jl. Raya Daan Mogot KM 11 (20 cm), yang turut mengganggu mobilitas warga.

    Meski demikian, BPBD juga melaporkan genangan sudah surut di sejumlah wilayah, termasuk 40 RT di Kelurahan Petogogan, serta di Kelurahan Kebon Jeruk, Cipete Utara, Jagakarsa, dan Cilandak Timur.

    Beberapa ruas jalan yang sebelumnya tergenang juga sudah dinyatakan kering, seperti Jl. H.R. Rasuna Said (Kel. Guntur), Jl. Gaya Motor Raya dan Jl. Gaya Motor 2 (Kel. Sungai Bambu), serta Jl. Perumahan Green Garden (Kel. Kedoya Utara).

    BPBD DKI Jakarta mengerahkan personel ke seluruh wilayah terdampak untuk memantau kondisi dan berkoordinasi dengan Dinas Sumber Daya Air, Bina Marga, dan Gulkarmat guna melakukan penyedotan air serta memastikan saluran air berfungsi normal.

    “Penanganan kami lakukan secara terpadu bersama lurah, camat, dan instansi terkait. Genangan ditargetkan surut dalam waktu cepat,” tulis keterangan resmi BPBD.

    BPBD mengimbau warga untuk tetap waspada terhadap potensi genangan dan segera melapor ke layanan darurat 112 yang beroperasi 24 jam tanpa biaya.

    Pewarta: Muhammad Ramdan
    Editor: Triono Subagyo
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Warga Pasang Spanduk Tolak Pejaten Shelter
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        4 Juli 2025

    Warga Pasang Spanduk Tolak Pejaten Shelter Megapolitan 4 Juli 2025

    Warga Pasang Spanduk Tolak Pejaten Shelter
    Penulis
     
    JAKARTA, KOMPAS.com
    — Penolakan warga terhadap keberadaan
    Pejaten Shelter
    di RW 08,
    Pejaten Barat
    ,
    Pasar Minggu
    ,
    Jakarta Selatan
    , kembali mencuat.
    Sejumlah spanduk penolakan dipasang warga di berbagai titik lingkungan sejak Kamis (3/7/2025) malam.
    Spanduk-spanduk itu berisi berbagai keluhan warga yang menuntut pemindahan lokasi penampungan hewan tersebut.
    Warna dan desain spanduk bervariasi, namun semua membawa pesan serupa yakni warga merasa terganggu oleh aktivitas shelter.
    “Pindahkan shelter hewan dari RW 08. Hewan aman, warga nyaman,” demikian tulisan pada salah satu spanduk berwarna kuning dengan huruf hitam.
    Ada pula spanduk merah bertuliskan putih yang menyuarakan keluhan soal bau dan kebisingan yang ditimbulkan oleh penampungan hewan itu.
    “Lingkungan kami bau dan bising akibat Pejaten Shelter,” tulis salah satu spanduk yang terpasang di antara tiang pinggir jalan kawasan Pejaten Barat.
    Bahkan, sindiran keras muncul lewat spanduk lain bertuliskan “Cuma di RW 08 Pejaten Barat, warga biasa, artis, dan pejabat negara hidup bersama dengan penampungan hewan dalam satu lingkungan.”
    Perwakilan warga RW 08, Herry Kurniawan, membenarkan bahwa spanduk-spanduk penolakan telah dipasang di berbagai lokasi sekitar lingkungan.
    “(Spanduk) semalam. Tersebar di RW08, ada di depan shelter, dalam Jalan Pejaten Barat 2, Jalan Belimbing, lampu merah arah Ampera,” kata Herry saat dikonfirmasi, Jumat.
    Hingga kini, menurut Herry, belum ada kejelasan soal penyelesaian persoalan antara warga dan pengelola shelter.
    “Jangankan solusi, yang janji mau dibahas aja belum ada hilalnya,” ujarnya.
    Karena belum ada tindak lanjut, warga membuka kemungkinan untuk menggelar aksi unjuk rasa dalam waktu dekat.
    “Besar kemungkinan ini sih,” ujar Herry singkat.
    Ketegangan antara warga dan pengelola Pejaten Shelter telah berlangsung dalam beberapa waktu terakhir, namun belum juga menemui titik terang.
    Warga berharap pemerintah segera turun tangan menengahi konflik tersebut.
    Sebelumnya, Pejaten Animal Shelter di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, terancam ditutup usai insiden babi hutan lepas dan masuk ke permukiman warga RT 02/RW 08, Pejaten Barat, Rabu (25/6/2025).
    Warga meminta agar tempat penampungan hewan telantar itu segera ditutup karena dinilai mengganggu masyarakat.
    “Kami minta ditutup. Tapi perlu dicatat. Kami warga itu bukan pembenci hewan. Cuma kami minta tolong jangan ada penampungan hewan di lingkungan permukiman,” kata Herry.
    Pemilik Pejaten Shelter, Susana Somali, tidak berkeberatan jika tempat penampungan hewan telantar miliknya ditutup sesuai permintaan warga.
    Namun, ia mengingatkan dampaknya terhadap hewan-hewan yang ada.
    “Ya itu kalau ditutup, (nanti jadi) pekerjaan (Dinas) KPKP (Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian). Nanti binatangnya saya bubarkan (lepaskan) bagaimana? Kan lebih repot lagi,” ujar Susana saat ditemui Kompas.com di Cilandak Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sabtu (28/6/2025).
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Jaksel tinjau Pejaten Shelter tiga bulan sekali untuk cari solusi

    Jaksel tinjau Pejaten Shelter tiga bulan sekali untuk cari solusi

    Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan (Pemkot Jaksel) meninjau tempat penampungan hewan, Pejaten Shelter setiap tiga bulan sekali untuk mencari solusi demi kenyamanan lingkungan sekitar.

    “Per tiga bulan, kami akan peninjauan mencarikan solusi seperti apa, kendala itu antara lain masalah biaya operasional,” kata Asisten Administrasi dan Kesejahteraan Rakyat Jakarta Selatan, Tomy Fudihartono kepada wartawan di Jakarta, Kamis.

    Tomy menambahkan nantinya dari Pejaten Shelter juga diminta membuat laporan setiap bulan terkait jumlah hewan yang diterima maupun keluar untuk diadopsi.

    Dia berharap adanya laporan maupun monitoring dari pemerintah untuk mengetahui perkembangan serta membantu pengelolaan shelter sebagai solusi, termasuk rencana pemindahan.

    “Berarti kita lihat laporan bulanan seperti apa, makanya nanti per tiga bulan, tim tingkat kota bersama SKPD terkait peninjauan ke lapangan,” ucapnya.

    Selain itu, juga diharapkan pemilik shelter untuk segera memiliki izin tempat penampungan hewan ke Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP).

    “Tadi disampaikan dari PTSP karena dari pemerintah pusat ini juga kelihatannya belum keluar izin shelter itu,” tambahnya.

    Sebelumnya, Pemkot Jaksel meminta tempat penampungan hewan liar, Pejaten Shelter untuk menambah tangki septik imbas keluhan warga karena terganggu dengan bau tempat itu.

    Kemudian, pihaknya mengimbau Pejaten Shelter untuk memiliki izin dan membatasi daya tampung hewan liar agar populasinya terkontrol sehingga tidak mengganggu kawasan sekitar.

    Tempat penampungan hewan, “Pejaten Shelter” menjalin mitra dengan Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) Jakarta Selatan untuk menampung hewan liar.

    Pengelola tempat penampungan hewan, Pejaten Shelter di Pejaten (Jakarta Selatan) memastikan akan mensterilkan babi yang kabur untuk mencegah berkembangbiak dan tidak meresahkan warga sekitar.

    Sebelumnya, video viral di Instagram @wargajakarta.id yang memperlihatkan seekor babi yang dikejar warga di kawasan Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, pada Sabtu (14/6).

    Kemudian, kejadian babi lepas dari shelter itu kembali terjadi pada Rabu (25/6).

    Pewarta: Luthfia Miranda Putri
    Editor: Edy Sujatmiko
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Pejaten Shelter diminta tambah tangki septik imbas keluhan warga

    Pejaten Shelter diminta tambah tangki septik imbas keluhan warga

    Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Kota Jakarta Selatan (Pemkot Jaksel) meminta tempat penampungan hewan liar, Pejaten Shelter untuk menambah tangki septik imbas keluhan warga karena terganggu dengan bau tempat itu.

    “Tangki septik itu layaknya memang harus ada 50 tangki, tapi yang baru dibuat dia itu baru delapan,” kata Asisten Administrasi dan Kesejahteraan Rakyat Jakarta Selatan, Tomy Fudihartono kepada wartawan di Jakarta, Kamis.

    Tomy mengatakan pembuatan tangki septik ini memang terkendala dalam biaya operasional karena keterbatasan anggaran.

    Terlebih, biaya yang dimiliki shelter juga dialihkan untuk hal lainnya seperti pengobatan hewan yang sakit.

    “Sadar kalau itu kurang, terus kalau ada anjing sakit harus dibawa ke klinik hewan. Itu makanya juga kadang-kadang biaya donasinya dari donatur-donatur yang peduli,” ujarnya.

    Dia menyoroti sebagai contoh untuk memotong pita suara anjing (debarking) diperlukan Rp1,5 juta per hewan.

    Tindakan operasi itu bertujuan untuk mengurangi volume suara pada anjing guna menjaga kenyamanan lingkungan sekitar.

    “Satu contoh kayak anjing menggonggong itu, biaya memotong pita suaranya per hewan itu Rp1,5 juta. Informasi menyebut, dia ada sekitar 600 hewan,” ucapnya.

    Oleh karena itu, lanjut dia, pihaknya mengimbau Pejaten Shelter untuk memiliki izin dan membatasi daya tampung hewan liar agar populasinya terkontrol sehingga tidak mengganggu kawasan sekitar.

    Tempat penampungan hewan, “Pejaten Shelter” menjalin mitra dengan Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) Jakarta Selatan untuk menampung hewan liar.

    Pengelola tempat penampungan hewan, Pejaten Shelter di Pejaten (Jakarta Selatan) memastikan akan mensterilkan babi yang kabur ril untuk mencegah berkembangbiak dan tidak meresahkan warga sekitar.

    Sebelumnya, video viral di Instagram @wargajakarta.id yang memperlihatkan seekor babi yang dikejar warga di kawasan Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, pada Sabtu (14/6).

    Kemudian, kejadian babi lepas dari shelter itu kembali terjadi pada Rabu (25/6).

    Pewarta: Luthfia Miranda Putri
    Editor: Edy Sujatmiko
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Suara Hewan Ganggu Warga, Pemilik Pejaten Shelter Bakal Tanam Pohon Bambu
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        2 Juli 2025

    Suara Hewan Ganggu Warga, Pemilik Pejaten Shelter Bakal Tanam Pohon Bambu Megapolitan 2 Juli 2025

    Suara Hewan Ganggu Warga, Pemilik Pejaten Shelter Bakal Tanam Pohon Bambu
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Pemilik
    Pejaten Animal Shelter
    , Susana Somali mengatakan, akan menambahkan pohon bambu untuk meredam suara hewan yang dikeluhkan warga sekitar.
    “Saya harus nanam banyak pohon bambu, jadi enggak ke penduduk suaranya,” kata Susana saat ditemui di Kantor Walikota Jakarta Selatan, Rabu (2/7/2025).
    Susana menjelaskan, pohon bambu yang dipilih adalah bambu buana yang memiliki ukuran batang lebih tebal.
    Sehingga, suara gonggongan anjing yang datang dari shelter tidak mengganggu kenyamanan warga sekitar.
    “Bambunya bambu buana, yang gede-gede,” kata dia.
    Ia juga akan melakukan sosialisasi pada warga agar mereka lebih mengerti dengan situasi saat ini.
    Menurut dia, warga berpikir bahwa aktivitas yang dilakukan
    Pejaten Shelter
    ini membawa keuntungan.
    Padahal, Susana justru kekurangan dana untuk terus membantu hewan terlantar.
    “Untuk masyarakat belakang akan kami coba sosialisasikan, mereka juga enggak ngerti, kan. Disangkanya kegiatan yang mendatangkan banyak uang, padahal kan kegiatan yang kurang uang sebetulnya,” ucap dia.
    Sebelumnya, Pejaten Animal Shelter di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, terancam ditutup usai insiden babi hutan lepas dan masuk ke permukiman warga RT 02/RW 08, Pejaten Barat, Rabu (25/6/2025).
    Warga meminta agar tempat penampungan hewan telantar itu segera ditutup karena dinilai mengganggu masyarakat.
    “Kami minta ditutup. Tapi perlu dicatat. Kami warga itu bukan pembenci hewan. Cuma kami minta tolong jangan ada penampungan hewan di lingkungan permukiman,” kata perwakilan warga setempat, Herry Kurniawan, Kamis (26/6/2025).
    Pemilik Pejaten Shelter, Susana Somali, tidak berkeberatan jika tempat penampungan hewan telantar miliknya ditutup sesuai permintaan warga.
    Namun, ia mengingatkan dampaknya terhadap hewan-hewan yang ada.
    “Ya itu kalau ditutup, (nanti jadi) pekerjaan (Dinas) KPKP (Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian). Nanti binatangnya saya bubarkan (lepaskan) bagaimana? Kan lebih repot lagi,” ujar Susana saat ditemui Kompas.com di Cilandak Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sabtu (28/6/2025).
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Ada Peran Pejaten Animal Shelter dalam Status Jakarta Bebas Rabies
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        29 Juni 2025

    Ada Peran Pejaten Animal Shelter dalam Status Jakarta Bebas Rabies Megapolitan 29 Juni 2025

    Ada Peran Pejaten Animal Shelter dalam Status Jakarta Bebas Rabies
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com 
    – Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (KPKP) menyebut
    Pejaten Animal Shelter
    memiliki kontribusi penting dalam menekan penyebaran rabies di wilayah ibu kota.
    Shelter hewan yang terletak di kawasan Pejaten Barat,
    Jakarta
    Selatan itu selama ini membantu menampung hewan-hewan rentan rabies seperti anjing liar.
    “Secara tidak langsung,
    Pejaten Shelter
    membantu pemda mempertahankan status bebas rabies karena mereka menampung hewan-hewan rentan rabies, terutama anjing liar. Sementara, kapasitas shelter milik Pemda juga terbatas,” kata Kepala Dinas KPKP Jakarta Hasudungan Sidabalok saat dikonfirmasi Minggu (29/6/2025).
    Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) milik Pemprov Jakarta hanya mampu menampung maksimal 150 ekor hewan.
    Dalam kondisi terbatas itu, Pejaten Shelter selama ini kerap menjadi rujukan saat jumlah hewan yang perlu ditangani melebihi kapasitas fasilitas milik pemerintah.
    “Kapasitas shelter punya Pemda juga terbatas, maksimal 150 ekor,” kata Hasudungan.
    Meski begitu, Pemprov Jakarta masih mempertimbangkan rencana penutupan shelter tersebut
    Keputusan belum diambil dan akan dibahas lebih lanjut melalui rapat internal.
    “Akan dirapatkan,” ujar dia.
    Sebelumnya, warga RT 02/RW 08 Pejaten Barat mendesak agar Pejaten Animal Shelter ditutup setelah insiden lepasnya seekor babi hutan yang masuk ke permukiman pada Rabu (25/6/2025).
    Mereka menilai keberadaan shelter di tengah lingkungan padat penduduk menimbulkan keresahan.
    “Kami minta ditutup. Tapi perlu dicatat, kami warga itu bukan pembenci hewan. Cuma kami minta tolong jangan ada penampungan hewan di lingkungan permukiman,” kata perwakilan warga, Herry Kurniawan, Kamis (26/6/2025).
    Pemilik Pejaten Shelter, Susana Somali, menyatakan tidak keberatan jika tempat penampungan hewannya ditutup.
    Namun ia mengingatkan potensi dampak dari keputusan tersebut terhadap penanganan hewan di Jakarta.
    “Ya itu kalau ditutup, (nanti jadi) pekerjaan (Dinas) KPKP (Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian). Nanti binatangnya saya bubarkan (lepaskan) bagaimana? Kan lebih repot lagi,” ujar Susana saat ditemui Kompas.com di Cilandak Timur, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Sabtu (28/6/2025).
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.