Motif Penculikan Berujung Penyanderaan Anak di Pejaten: Pelaku Tak Dipinjami Uang oleh Ibu Korban
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Kapolres Metro Jakarta Timur
Kombes Pol Nicolas Ary
Lilipaly mengungkap motif penculikan dan penyanderaan di Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, karena masalah pinjaman uang.
Kejadian penculikan sendiri terjadi pada pukul 19.00 WIB di RT 03/07, Kelurahan
Cakung Barat
, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur.
“Seorang laki-laki berinisial IJ (Indra Jaya), umur 50 tahun, datang ke tempat kejadian perkara (TKP) untuk menemui ibu dari korban dalam rangka untuk meminjam uang,” ucap Kombes Pol Nicolas Ary Lilipaly di Mapolres Jakarta Timur, Selasa (29/10/2024).
Namun, ibu korban tidak memberikan pinjaman uang yang diinginkan Indra.
“Selanjutnya, ibu korban meninggalkan IJ di TKP bersama dengan anak perempuannya yang berumur 5 tahun berinisial ZP. Setelah itu, ibu korban berdagang nasi uduk,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Nicolas Ary Lilipaly menjelaskan, pada pukul 19.30 WIB, pelaku mengajak korban untuk pergi berjalan-jalan menggunakan sepeda motor yang dipinjam dari tetangga.
Namun, sebelum pergi, Indra mengambil pisau yang berada di dapur rumah korban.
Pada pukul 21.00 WIB, ibu korban pulang usai berdagang nasi uduk.
Ibu korban mengetahui anaknya dibawa pelaku setelah diberitahu tetangga, lalu ia berusaha menghubungi pelaku tetapi tidak dijawab.
“Tujuan dari IJ untuk membawa lari anak berusia 5 tahun dalam rangka untuk sebagai barter, karena ingin meminjam uang tetapi tidak diberikan oleh ibu korban. Jadi, kalau tidak diberikan uang, anaknya akan dicederai ataupun saya lukai,” ucapnya.
Nicolas Ary Lilipaly menjelaskan, korban saat ini berada di dalam pengawasan Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA).
“Kami sudah bekerja sama dengan pihak terkait, bagaimana mengembalikan kejiwaan anak tersebut,” tutupnya.
Diberitakan sebelumnya, seorang bocah menjadi korban penyanderaan oleh pria lanjut usia (lansia) di pos polisi perempatan The Park Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (28/10/2024).
Berdasarkan rekaman video viral di akun media sosial X, lansia dan bocah itu berada di dalam pos polisi.
Pelaku mengenakan jaket biru sambil mengalungkan sebilah pisau pada leher korban.
Sementara itu, bocah itu hanya bisa menangis di pintu pos polisi.
Kejadian menegangkan tersebut menjadi tontonan pengguna jalan.
“Penyanderaan di depan Pejaten Village hari ini pukul 10.00 WIB,” tulis akun X @MilSaid.
Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
kab/kota: Pasar Minggu
-

Orang tua korban penyanderaan di Pejaten melapor ke Polres Jaktim
Jakarta (ANTARA) – Orang tua korban berinisial S (4) telah melaporkan kasus penyanderaan anaknya oleh pria berinisial IJ (54) di Pos Polisi (Pospol) Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, pada Senin (28/10) ke Polres Metro Jakarta Timur.
“Orang tua korban sudah membuat laporan polisi di Polres Metro Jakarta Timur terkait penculikan dan Undang-Undang Perlindungan Anak,” kata Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasat Reskrim) Polres Metro Jakarta Timur AKBP Armunanto Hutahaean ketika dikonfirmasi di Jakarta, Selasa.
Saat ini, kata dia, Unit Pelayanan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Metro Jakarta Timur (Jaktim) sedang melakukan pendalaman dan pendamping terhadap korban penyanderaan.
“Sekarang sedang dilakukan pemeriksaan di Unit PPA dan memberi pendampingan kepada anak korban,” kata Armunanto.
Baca juga: Polisi tangkap tersangka penyandera bocah di Pejaten
Baca juga: Kriminal kemarin, penyandera bocah ditangkap hingga Pahala diperiksaSebelumnya, kasus penyanderaan itu berlangsung pada Senin (28/10/2024) saat arus lalu lintas tengah padat di lampu merah Jalan Warung Jati Barat, Pasar Minggu.
IJ menyandera S menggunakan senjata tajam (sajam) berupa pisau yang diarahkan ke leher sang bocah.
Bocah tersebut hanya bisa menangis dalam situasi ini. Proses negosiasi pembebasan bocah tersebut pun berlangsung alot. Akhirnya, Polres Metro Jakarta Selatan menangkap tersangka penyanderaan itu.
“Sudah ditangkap dan sekarang menuju Polres Metro Jakarta Selatan,” kata Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan AKBP Gogo Galesung, Senin (28/10).
Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2024 -
/data/photo/2024/10/28/671f9a0fbe8da.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
1 Aksi Heroik Serda Wahyu Gagalkan Penyanderaan Bocah di Pospol Pejaten Megapolitan
Aksi Heroik Serda Wahyu Gagalkan Penyanderaan Bocah di Pospol Pejaten
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Serda Wahyu Hidayat, Babinsa Jati Padang dari Koramil 03 Pasar Minggu, berhasil menggagalkan
penyanderaan
bocah berinisial S (4) oleh pria berinisial IJ (54) di pos polisi perempatan The Park Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (28/10/2024).
Saat kejadian, IJ meminta Wahyu menjadi sopir setelah ia berada di kursi penumpang belakang mobil dinas berplat TNI yang sebelumnya dihentikan atas permintaan IJ.
“Dia minta
disopirin
sama saya. Pada saat dia minta
disopirin
, saya pura-pura tidak bisa membawa mobil
matic
. Padahal, mobil apa saja saya bisa,” ujar Wahyu saat dihubungi
Kompas.com
.
Menanggapi permintaan tersebut, Wahyu menyarankan agar petugas kepolisian menggantikan posisinya di kursi kemudi.
Ketika sudah berada di samping pelaku yang masih memegang pisau, Wahyu langsung menarik S dari pelukan IJ.
Sedangkan petugas polisi yang duduk di kursi kemudi langsung memutarbalikkan badan berupaya mengambil pisau dari tangan IJ
“Saya ambil anaknya, saya tarik, saya keluarkan, saya tenangkan, saya kasih minum, lalu saya kasih ke Bu Kasatlantas Polres Metro Jakarta Selatan Kompol Yunita Rungkat,” ungkap Wahyu.
Saat Wahyu keluar dengan menggendong S, massa yang menyaksikan aksi penyelamatan ini bersorak.
Setelah itu, IJ dibawa ke Polres Metro Jakarta Selatan, sedangkan S dilarikan ke Rumah Sakit JMC untuk pemeriksaan.
Wahyu sempat mengunjungi S di rumah sakit dan memastikan kondisinya baik.
“Alhamdulillah enggak (terluka) ya. Saya
bercandain
, ‘Tadi kamu
ngapain
?’. Dia jawab, ‘Mau jalan’. Syukur alhamdulillah, enggak terlalu trauma juga,” kata Wahyu.
Pelaku kini diserahkan ke Polres Metro Jakarta Timur karena kejadian penyanderaan bermula di wilayah hukum tersebut.
Sebelumnya, aksi penyanderaan ini terekam dalam video viral di media sosial yang memperlihatkan pelaku mengenakan jaket biru dan mengalungkan pisau di leher korban.
Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2024/10/28/671f25da1bda1.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
5 Aksi Heroik Babinsa Jadi Negosiator Saat Bocah Disandera di Pospol Pejaten Megapolitan
Aksi Heroik Babinsa Jadi Negosiator Saat Bocah Disandera di Pospol Pejaten
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Ada sosok heroik di balik penyelamatan S (4), bocah perempuan yang disandera oleh pria berinisial IJ (54) di pos polisi (pospol) The Park Pejaten, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (28/10/2024).
Babinsa Jati Padang dari Koramil 03 Pasar Minggu bernama Serda Wahyu Hidayat menjadi salah satu negosiator dalam penyelamatan sandera tersebut.
Wahyu pertama kali mendapatkan laporan dari seorang warga Jati Padang melalui WhatsApp tentang adanya penyanderaan seorang bocah.
Menurut laporan, tempat kejadian perkara (TKP) pertama berada di Mal The Park Pejaten.
Wahyu yang saat itu tengah berbincang dengan salah satu warga langsung meluncur ke TKP.
Hanya saja, setibanya dia The Park Pejaten, IJ telah membawa S ke bekas pospol yang lokasinya di seberang pusat perbelanjaan itu.
Di area kamar mandi bekas pospol tersebut, IJ menyandera S sambil mengalungkan sebilah pisau pada leher korban.
S hanya bisa menangis saat IJ memeluk dan mencengkeramnya dengan erat dalam kondisi nyawa tengah terancam.
Pada pagi menuju siang hari itu, sejumlah warga dan pengguna jalan telah mengerubungi Pospol The Park Pejaten.
Sebab, beberapa petugas keamanan sempat mengejar dari Mal The Park Pejaten hingga berakhir pada Pospol tersebut.
Awalnya, Wahyu sangat khawatir dengan S. Dia tidak berani mendekatkan diri ke dekat pintu pospol tersebut.
Pasalnya, satu kesalahan dalam mengambil keputusan bisa menentukan nyawa korban yang tengah berada di ujung tanduk.
Hanya saja, pelaku memberikan atensi yang lebih terhadap kehadiran Wahyu.
Dia mau membuka komunikasi dengan pria yang saat itu mengenakan pakaian loreng-loreng hijau.
Bahkan, pelaku sempat memberikan sikap hormat seperti menghormati bendera Merah Putih kepada Wahyu.
“Saya bilang, ‘
sabar, Pak. Kasihan anak itu. Bapak ada masalah apa? Cerita sama saya
‘. Dia ngomong entah berantah, karena suaranya bising kendaraan, saya bilang, ‘
Pak, saya tidak bisa dengar, boleh saya mendekat, Pak? Karena ini bising’,
” kata Wahyu saat berbincang dengan Kompas.com melalui sambungan telepon, Senin.
“Tidak ada suara terdengar jelas, dia hanya teriak-teriak. ‘
Saya diperlakukan tidak adil, saya diperlakukan tidak baik’.
Hanya itu saja yang saya dengar sekilas itu (sebelum diizinkan mendekat),” ujar dia.
Entah apa yang membuat IJ luluh, pelaku mengizinkan Wahyu mendekat. Petugas kepolisian yang berada di TKP juga berupaya mendekatkan diri.
Pada momen itu, Wahyu bernegosiasi dengan pelaku yang mengenakan jaket berwarna biru tersebut.
Dia berupaya agar pelaku dalam kondisi tenang. Saat pertama kali, pelaku meminta dibawakan sebotol minuman. Wahyu pun mengaminkan.
Setelahnya, pelaku meminta agar Wahyu mencarikan mobil. Dengan pertimbangan nyawa, dia mencarikannya.
Namun, Wahyu sambil memikirkan strategi bagaimana upaya menyelamatkan nyawa anak di bawah umur tersebut.
“Kalau di mobil, kan masih ada pintu kanan dan kiri. Kalau di dalam ruangan (pospol), kami masuk saja kelihatan. Kalau ini kan enggak, jadi ada kemungkinan dia terkecoh,” imbuh dia.
“(Tapi) mobil tidak ada yang mau berhenti, takut semua mereka. Akhirnya ada mobil hitam berplat Mabes TNI yang mau berhenti, saya setop,” ujar Wahyu.
Kepada pengendara mobil sedan berwarna hitam itu, Wahyu menyampaikan bahwa ada penyanderaan. Sang sopir pun bersedia.
Wahyu dan petugas kepolisian sempat mengalami kendala karena pelaku ketakutan dihakimi massa yang menyaksikan proses evakuasi penyanderaan tersebut.
Dengan tegas, Wahyu meminta agar warga dan pengguna jalan mundur sejenak demi keselamatan korban.
Sambil berteriak ke arah warga, dia berkata, “Pak, tolong mundur! Mundur! Biar pelaku ini berani ke luar. Karena di dalam sulit untuk dievakuasi. Kasihan anaknya.”
Setelah warga yang berkerumun mundur, Wahyu dan petugas polisi kembali bernegosiasi. Dia menyampaikan bahwa mobil telah tersedia untuk IJ dan S.
Akhirnya, pelaku muncul. Sambil menggendong S, pelaku berlari kecil memasuki kursi penumpang yang berada di bagian tengah.
Dalam perpindahan dari pospol menuju mobil yang jaraknya kurang dari lima meter ini, Wahyu berharap ada salah satu petugas yang menyergap pelaku.
Hanya saja, belum ada petugas yang berani dengan pertimbangan keselamatan anak.
“Posisi anaknya itu juga memang terlalu rapat juga, dipeluk sama si pelaku,” ujar Wahyu.
Akhirnya, Wahyu, satu petugas kepolisian, IJ, dan S berada di dalam mobil. Saat itu, IJ meminta Wahyu mengemudikan kendaraan. Hanya saja, Wahyu beralasan ia tidak bisa mengendarai mobil berjenis
matic.
Sambil memikirkan strategi penyelamatan, Wahyu menawarkan IJ agar mobil dikendarai oleh petugas polisi, sedangkan Wahyu berada di samping pelaku.
“Karena pelaku mau, tukarlah posisi saya sama pak polisi,” kata Wahyu.
Saat semua pada posisi masing-masing, ada momen pelaku lengah.
Wahyu pun berupaya merebut S, sedangkan petugas polisi berusaha mengambil pisau dari tangan IJ.
“Saya ambil anaknya, saya tarik, saya keluarkan, saya tenangkan, saya kasih minum, lalu saya kasih ke Bu Kasatlantas Polres Metro Jakarta Selatan Kompol Yunita Rungkat,” ucap Wahyu.
Saat Wahyu keluar mobil sambil menggendong S, massa bersorak atas keberhasilan petugas menyelamatkan nyawa korban yang sebelumnya berada di ujung tanduk.
Setelahnya, polisi membawa IJ ke Polres Metro Jakarta Selatan. Sedangkan, S dilarikan ke Rumah Sakit JMC untuk pemeriksaan apakah ada luka serius atau tidak.
Wahyu pun menyusul ke rumah sakit untuk memastikan keadaan S. Dia juga bertanya langsung kepada dokter yang menangani S.
Di sela-sela momen besuk ini, Wahyu sempat mengajak S bercanda.
“Alhamdulillah
enggak (luka) ya. Saya bercandain, ‘
Tadi kamu ngapain?’. ‘Mau jalan’, ‘Ya sudah, kalau kamu sudah sehat, jangan belanja lagi di mal ya’, ‘Iya’.
Sahut dia. kondisinya baik. Syukur
alhamdulillah,
enggak terlalu trauma juga,” kata Wahyu.
Wahyu mengaku, ini merupakan pengalaman pertama dia menyelamatkan sandera selama bertugas menjadi anggota TNI.
“Saya syukur
alhamdulillah,
ada satu nyawa yang bisa diselamatkan,” ujar Wahyu.
Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Rutin kontrol tekanan darah jadi langkah cegah kena stroke
Obesitas atau kegemukan menjadi risiko menjadinya suatu serangan stroke
Jakarta (ANTARA) – Pakar neurologi di RSUD Pasar Minggu Jakarta, dr. Yudistira, Sp.N mengatakan rutin memeriksa tekanan darah, kadar kolesterol, dan gula darah, dapat menjadi langkah mencegah terkena stroke (strok).
“Kita bisa mengontrol secara rutin tekanan darah, kadar kolesterol, kadar gula darah. Kemudian aktivitas kita juga mesti kita atur agar jangan terlalu berlebihan juga, tapi tidak terlalu kurang aktivitas juga,” kata dia di Jakarta, Senin.
Adapun tekanan darah normal pada orang dewasa yakni 90-120/60-80 mmHg.
Upaya lain yang bisa dilakukan yakni tidak merokok, tak mengonsumsi minuman beralkohol, dan menjaga berat badan tetap sehat salah satunya melalui pola makan sehat.
“Obesitas atau kegemukan menjadi risiko menjadinya suatu serangan stroke. Pola makan yang sehat, memasukkan banyak buah-buahan, sayuran, atau biji-bijian, dan hindari makanan yang berlemak,” kata dia.
Lalu, bagi pasien hipertensi atau tekanan darah tinggi, sambung Yudistira, yakni perlu mengontrol tekanan darah agar berada di bawah 140/90 mmHg.
“Harapannya tekanan darah di bawah 140/90 mmHg untuk bisa mengurangi risiko terjadinya stroke. Dan ini bisa kita bantu dengan pola makan yang sehat, bijak olahraga, dan aktivitas yang teratur,” ujar Yudistira.
Bila perlu, sambung dia, pasien hipertensi dapat meminum obat-obatan anti-hipertensi. Namun ini perlu dengan pengawasan dokter.
“Stroke memang menjadi momok di masyarakat. Ketika memang ada suatu serangan stroke ini harapan hidup atau kualitas hidup akan menurun. Jadi, perlu upaya untuk mengontrol agar serangan stroke tidak terjadi pada kita,” demikian pesan Yudistira.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2024 -

Stroke ringan bisa hilang 24 jam tapi tak bisa disepelekan
Mengapa disebut silent killer? Karena sifatnya munculnya itu adalah mendadak tanpa kita bisa prediksi
Jakarta (ANTARA) – Pakar neurologi di RSUD Pasar Minggu Jakarta, dr. Yudistira, Sp.N mengatakan stroke (strok) ringan ditandai gejala yang bisa hilang dalam 24 jam, namun ini tak bisa disepelekan karena tanda bahaya stroke berulang.
“Jadi setelah 24 jam, gejala itu akan hilang. Tapi biasanya ini merupakan suatu lampu kuning, atau tanda bahaya ada kemungkinan ini akan terulang,” ujar dia di Jakarta, Senin.
Stroke ringan, sambung Yudistira dapat disebabkan karena suatu sumbatan pada pembuluh darah. Namun sumbatan itu masih bisa dikompensasi oleh pembuluh darah otak sehingga ketika sumbatan aliran daerah kembali lancar dan normal, maka gejalanya akan hilang sepenuhnya.
“Jadi ketika memang ada gejala seperti ini, bukan berarti ini hal baik, tapi justru ini lebih warning buat kita bahwa ada sesuatu yang mesti kita evaluasi terkait kesehatan kita,” kata dia.
Yudistira menuturkan gejala stroke biasanya muncul tidak ketahui waktunya. Gejala ini meliputi bibir bagian kanan dan kiri yang tak simetris secara tiba-tiba, separuh badan lemas, bicara tiba-tiba tak lancar.
Gejala lainnya yakni kesemutan di separuh badan atau salah satu sisi tubuh, rabun pada satu sisi mata, dan sakit kepala yang tak tertahankan.
Apabila seseorang mengalami salah satu gejala tersebut, maka sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter. Ini guna mendapatkan penanganan lebih cepat.
Yudistira mengingatkan stroke termasuk penyakit yang mengancam jiwa dengan angka kematian dan menyebabkan kecacatan nomor dua tertinggi.
“Mengapa disebut silent killer? Karena sifatnya munculnya itu adalah mendadak tanpa kita bisa prediksi,” ujar dia.
Data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) memperlihatkan prevalensi stroke di Indonesia meningkat 56 persen dari 7 per 1.000 penduduk pada tahun 2013, menjadi 10,9 per 1.000 penduduk pada tahun 2018.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2024 -

Pakar neurologi ajak warga kenali gejala stroke lewat “SeGeRa Ke RS”
pemeriksaan kesehatan secara holistik pada gejala yang mengarah ke stroke diharapkan pasien dapat tertangani lebih cepat
Jakarta (ANTARA) – Pakar neurologi RSUD Pasar Minggu Jakarta, dr. Yudistira, Sp.N mengajak warga mengenali gejala stroke (strok) lewat akronim “SeGeRa Ke RS” agar dapat menangani kasus lebih dini.
Yudistira mengatakan gejala stroke yakni “Se” yakni senyum yang tidak simetris antara bibir kanan dan bibir kiri yang muncul secara mendadak.
Lalu, “Ge” yakni ada gerak separuh badan yang menjadi lemas atau lumpuh tiba-tiba. Kemudian, Ra yakni bicara tiba-tiba tidak lancar.
Gejala lainnya stroke, “Ke” yakni kebas atau kesemutan separuh badan atau satu sisi tubuh.
Berikutnya R” yaitu rabun. Yudistira menuturkan pasien tiba-tiba satu sisi mata ataupun satu mata mengalami gangguan penglihatan mendadak, entah pandangan dobel ataupun pandangan yang tidak jelas.
Gejala terakhir yakni “S” yaitu sakit kepala yang benar-benar tidak bisa tertahankan, tidak pernah dialami sebelumnya, dan ini baru muncul saat itu juga.
“Jadi ‘SeGeRa Ke RS’ itu merupakan suatu tanda dan sebuah slogan yang dibuat oleh kementerian bahwa ini menjadi mudah diingat oleh kalangan masyarakat untuk bisa mengenali sedini mungkin gejala stroke,” jelas Yudistira.
Dia mengatakan gejala stroke dapat muncul berbarengan atau salah satu. Oleh karena itu, individu, sambung dia, sebaiknya memeriksakan kondisi bila merasakan satu atau lebih gejala yang diduga stroke.
Baca juga: Waspadai “heat stroke” saat musim kemarau
“Jika sudah ada salah satu tanda dari beberapa gejala yang disebutkan tadi, harapannya sih bisa segera untuk melakukan pemeriksaan,” jelas Yudistira.
Dia menambahkan, pemeriksaan kesehatan secara holistik pada gejala yang mengarah ke stroke diharapkan pasien dapat tertangani lebih cepat.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2024 -

Polisi tangkap tersangka penyandera bocah di Pejaten
Kondisi korban sudah selamatJakarta (ANTARA) –
Polres Metro Jakarta Selatan telah menangkap tersangka penyandera terhadap bocah berusia tujuh tahun di kawasan Pejaten, Jakarta Selatan.
“Sudah ditangkap dan sekarang menuju Polres Metro Jakarta Selatan, ” kata Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Selatan AKBP Gogo Galesung saat dikonfirmasi, di Jakarta, Senin.
Tangkapan layar – Media sosial X yang memperlihatkan kondisi korban usai diselamatkan dari penyanderaan di Pos Polisi kawasan Pejaten, Jakarta Selatan, Senin (28/10/2024). ANTARA/X/@MilUsaid/@ilhamkausar/am.
Sementara itu Kapolsek Pasar Minggu Kompol Anggiat Sinambela menjelaskan tersangka merupakan ayah dari anak yang disandera tersebut.
“Kondisi korban sudah selamat, pelaku adalah bapaknya sendiri, kemudian kita lakukan negosiasi sekitar 15 menit,” kata Anggiat.
Anggiat menambahkan tersangka sempat meletakkan pisau di leher anaknya, namun dia memastikan tidak ada korban yang terluka dalam kejadian tersebut.
“Korban penyanderaan berjenis kelamin perempuan usia tujuh tahun dan saat ini tersangka sudah dibawa ke Polres Metro Jakarta Selatan, ” katanya.
Sebelumnya beredar video viral yang diunggah di akun X (dahulu Twitter) oleh akun @MilUsaid tentang penyanderaan seorang pria terhadap bocah di Pos Polisi di kawasan Pejaten, Jakarta Selatan, Senin.
Pewarta: Ilham Kausar
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2024
/data/photo/2024/10/29/67207c6e36eeb.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2024/10/29/67208f0ac0224.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
